Anda di halaman 1dari 18

MANUSKRIP

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS HIDUP


ANAK DENGAN THALASEMIA

(LITERATURE REVIEW)

Oleh:
ANISAH
(NIM: 2019C08b0151)

YAYASAN EKA HARAP


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) EKA HARAP
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN 2021
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS HIDUP
ANAK DENGAN THALASEMIA

Anisah ¹, Vina Agustina ², Agustina Nugrahini³


1Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Eka Harap di Palangka Raya
2Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Eka Harap di Palangka Raya
3Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Eka Harap di Palangka Raya

ABSTRAK

Latar Belakang: Thalasemia merupakan salah satu penyakit kronis yang secara
nyata dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien akibat penyakitnya sendiri
maupun efek terapi yang diberikan, tidak hanya secara fisik melainkan fungsi
sosial dan emosionalnya juga dapat terganggu. Berdasarkan hasil wawancara
tentang dukungan yang diberikan kepada anak yang menderita thalasemia
didapatkan keluarga jarang memperbolehkan anaknya untuk mengikuti kegiatan
sekolah yang berat dikarenakan takut kelelahan, keluarga jarang memperbolehkan
bermain dengan temannya. Pasien thalasemia seringkali menunjukkan dampak
psikososial dan pengalaman buruk diantaranya hilangnya nafsu makan, sulit
berkonsentrasi, susah tidur, mudah lelah, gangguan mood, merasa tidak punya
harapan dan munculnya pikiran-pikiran tentang kematian.
Tujuan Penelitian: Menganalisis faktor yang mempengaruhi kualitas hidup anak
dengan thalasemia.
Metode Penelitian: Menggunakan metode penelitian literature Review. Pencarian
jurnal menggunakan database akademik yaitu google scholar dan PubMed yang di
publikasi pada tahun 2017-2020 menggunakan bahasa Indonesia. Dasain
penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional, Deskriptif Kuantitatif dan
Quasy Eksperimental.
Hasil Penelitian: Diperoleh 6 hasil penelitian sesuai kriteria inklusi. Jumlah
responden penelitian terbanyak yaitu 65 respoden dan paling sedikit berjumlah 19
responden. Hasil penelitian bahwa terdapat faktor yang mempengaruhi kualitas
hidup anak dengan Thalasemia yaitu faktor Dukungan orang tua, Perubahan Fisik,
Emosi dan Sosial (Psikososial) serta faktor Sekolah dengan p value < 0,05.
Kesimpulan: Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup anak dengan thalasemia
adalah faktor Dukungan orang tua, Perubahan Fisik, Psikososial, serta faktor
Sekolah. Upaya yang dapat dilakukan perawat adalah preventif melalui deteksi
masalah psikososial, fisik, dukungan orang tua dan sekolah sejak dini dan
berkesinambungan untuk mengidentifikasi adanya masalah, sehingga dapat
diantisipasi sejak dini.

Kata Kunci: Anak, Kualitas Hidup, Thalasemia.


Daftar Pustaka: 46 (2007-2020)
Analysis of factors affecting quality of life
Children with thalasemia

Anisah ¹, Vina Agustina ², Agustina Nugrahini³

1Nursing Undergraduate Study Program STIKes Eka Harap in Palangka Raya


2Nursing Undergraduate Study Program STIKes Eka Harap in Palangka Raya
3Nursing Undergraduate Study Program STIKes Eka Harap in Palangka Raya

ABSTRACT

Background: Thalassemia is a chronic disease that can significantly affect the


quality of life of patients due to the disease itself and the effects of therapy, not
only physically but also in social and emotional functions. Based on the results of
interviews about the support provided to children suffering from thalassemia, it
was found that families rarely allowed their children to participate in strenuous
school activities due to fear of fatigue, families rarely allowed to play with
friends. Thalassemic patients often show psychosocial impacts and bad
experiences including loss of appetite, difficulty concentrating, difficulty sleeping,
fatigue, mood disorders, feeling hopeless and thoughts of death.
Research Objectives: To analyze the factors that affect the quality of life of
children with thalassemia.
Methods: Using the literature Review research method. Search for journals using
academic databases, namely Google Scholar and PubMed which were published
in 2017-2020 using Indonesian. The research basics used were Cross Sectional,
Descriptive Quantitative and Experimental Quasy.
Results: 6 research results were obtained according to the inclusion criteria. The
highest number of research respondents was 65 respondents and the least number
was 19 respondents. The results showed that there are factors that affect the
quality of life of children with thalassemia, namely parental support, physical,
emotional and social (psychosocial) changes and school factors with p value
<0.05.
Conclusion: Factors affecting the quality of life of children with thalassemia are
parental support factors, physical changes, psychosocial factors, and school
factors. Efforts that nurses can do are preventive through detection of
psychosocial and physical problems, support from parents and schools from an
early age and on an ongoing basis to identify any problems, so that they can be
anticipated early on.

Keywords: Child, Quality Of Life, Thalassemia.


Bibliography: 46 (2007-2020)
PENDAHULUAN fisik, emosi, sekolah dan sosial.
Thalasemia merupakan suatu Perubahan fisik pada pasien
sindrom kelainan darah yang talasemia disebabkan oleh anemia
diwariskan (inherited) dan kronik dan yang berbeda merupakan
merupakan kelompok penyakit faktor yang dapat memengaruhi
hemoglobinopati, yaitu kelainan kepribadian, seperti hemosiderosis.
yang disebabkan oleh gangguan Fungsi emosi pada pasien talasemia
sintesis hemoglobin akibat mutasi di mengalami masalah psikologis.
dalam atau dekat gen globin. Gangguan terhadap fungsi emosi
Kelainan hemoglobin pada pasien dipengaruhi oleh beberapa penyebab,
thalasemia akan menyebabkan yaitu perasaan tertekan ketika
eritrosit mudah mengalami destruksi, mengetahui didiagnosis talasemia,
sehingga usia sel-sel darah merah tidak masuk sekolah untuk terapi ke
menjadi lebih pendek dari normal dokter, dan rutin untuk terapi
yaitu berusia 120 hari. Hal ini transfusi rutin setiap bulan. Fungsi
menyebabkan pasien Thalasemia sekolah buruk diduga akibat banyak
mengalami anemia dan menurunnya pasien talasemia anak yang pergi
kemampuan hemoglobin mengikat meninggalkan sekolah untuk
oksigen (Wijayaningsih, 2013 dalam transfusi darah akibat tubuh yang
Marnis et al., 2018). Thalasemia lemas, sehingga sosial anakpun
merupakan salah satu penyakit kronis terganggu karena jarang bertemu
yang secara nyata dapat teman sekolahnya. Berdasarkan hasil
mempengaruhi kualitas hidup pasien wawancara di RS Murjani Sampit
akibat penyakitnya sendiri maupun kepada anak tentang dukungan yang
efek terapi yang diberikan, tidak diberikan kepada anak yang
hanya secara fisik melainkan fungsi menderita thalasemia didapatkan
sosial dan emosionalnya juga dapat keluarga jarang memperbolehkan
terganggu. Hasil penelitian Muriati et anaknya untuk mengikuti kegiatan
al, (2019) terdapat hubungan sekolah yang berat dikarenakan takut
dukungan keluarga dengan kualitas kelelahan, keluarga jarang
hidup anak dengan Thalasemia. memperbolehkan bermain dengan
Kualitas hidup anak dengan temannya.
penyakit kronik akan sangat Data dari World Health
bergantung dengan keluarga Organization (2019) Thalasemia,
sehingga bisa menimbulkan stress dianggap sebagai beban perawatan
bagi keluarga terutama orang tua kesehatan yang serius di seluruh
karena anak memerlukan lebih dunia. Meskipun awalnya lebih lazim
banyak perhatian. Orang tua ataupun di daerah Mediterania dan Sub-
keluarga yang lain tidak semua Sahara, dengan tingkat imigrasi yang
mampu menerima, menyesuaikan tinggi, prevalensinya meningkat
serta mempersiapkan segala hal dan secara global. Diperkirakan 300.000
dukungan yang berkaitan dengan anak dilahirkan dengan Thalasemia
kondisi penyakit terminal yang setiap tahun dan 7% dari populasi
diderita anak (Santi et al., 2019). dunia adalah pembawa Thalasemia.
Hasil penelitian Kamil et al, (2019) Negara-negara di Kawasan Teluk,
di dapatkan bahwa faktor yang termasuk Arab Saudi, dilaporkan
mempengaruhi kualitas hidup anak memiliki tingkat prevalensi tertinggi
dengan Thalasemia adalah fungsi di seluruh dunia. Di Arab Saudi, data
yang berasal dari database Program lebih baik dengan hasil 60,51%
Skrining Pranikah Saudi, yang dibanding dengan subjek kadar Hb
mencakup> 480.000 orang, pretransfusi >9 g/dL dengan hasil
menunjukkan bahwa 3,22% dari 59,52%. Pasien yang mendapat
populasi yang diskrining adalah transfusi 3 bulan terakhir memiliki
karier Thalasemia (Adam, 2019). kualitas hidup yang lebih tinggi.
Pada populasi dunia , diperkirakan Pasien yang menderita lama sakit
3% (150 juta orang) pembawa gen β talasemia >5 tahun menunjukkan
talasemia. Di Indonesia, angka nilai kualitas hidup yang lebih tinggi
pembawa talasemia- β adalah 3%- dibanding pasien dengan lama sakit
5%, bahkan di daerah tertentu 1–5 tahun atau <1 tahun. Subjek dari
mencapai 10%. Berdasarkan hasil keluarga dengan pendapatan
penelitian, dengan perhitungan dari orangtua per bulan >Rp.3.500.000
angka kelahiran dan jumlah memiliki kualitas hidup yang lebih
penduduk di Indonesia diperkirakan tinggi dibanding dengan kelompok
pasien talasemia yang baru lahir yang lain. Dari hasil penelitian yang
cukup tinggi, mencapai 2500 bayi dilakukan oleh (Kamil et al., 2020)
pertahun (Sawitri & Husna, 2018). rerata kualitas hidup pasien talasemia
Menurut Yayasan Thalasemia anak di RSUD Al-Ihsan Kabupaten
Indonesia-Perhimpunan Orang tua Bandung adalah buruk. Berdasarkan
pasien Thalasemia (YTI-POPTI) penelitian Suryono (2017)
pada tahun 2018, pasien talasemia di didapatkan persentase paling banyak
Indonesia tercatat sekitar 9.000 kualitas hidup baik sebanyak 30
pasien dan di Jawa Barat tercatat responden (57,7%) dan persentase
3.264 pasien atau 40% dari jumlah paling sedikit yaitu kategori buruk
pasien talasemia di Indonesia. Jawa sebanyak 22 responden (42,3%).
Barat termasuk penyumbang Kualitas hidup anak yang menderita
kejadian terbanyak talasemia di penyakit kronik dikarenakan anak
dunia. Sedangkan data dari RSUD dr tampak merasa takut dan tertekan
Murjani Sampit periode tahun 2017 dengan kondisi mereka di rumah
sampai dengan 2020 tercatat sakit. Berdasarkan studi pendahuluan
sebanyak 41 pasien thalasemia yang yang dilakukan peneliti dari bulan
berobat. Penelitian Nikmah dan Februari sampai dengan September
Maulina (2018) menggunakan 2020 pada Poli Anak RSUD dr
Pediatric Quality of Life Inventory Murjani sampit, pasien Thalasemia
(PedsQL) 4.0 Generic Core Scales di tersebut 31 orang diantaranya masih
Ruang Rawat Anak Rumah Sakit berusia 2 – 16 tahun, ada 27 anak
Umum Cut Meutia Aceh Utara, yang rutin kontrol setiap bulan, 4
didapatkan hasil rerata kualitas hidup orang anak lainnya tidak kontrol
seluruh pasien talasemia adalah teratur karena pekerjaan orang tua
buruk, khususnya pada fungsi dan lokasi tempat tinggal yang jauh
eksternal, yaitu sekolah. Kelompok dari Rumah Sakit. Hasil wawancara
usia 13–18 tahun memiliki nilai tentang kualitas hidup kepada 6 anak
rerata kualitas hidup yang lebih yang mengalami thalasemia
tinggi dibanding dengan kelompok didapatkan bahwa 5 orang
usia 2–4, 5–7, dan 8–12. Kualitas mengatakan kadang-kadang lemes
hidup pasien dengan kadar Hb dan mudah lelah dalam melakukan
pretransfusi <9 g/dL didapatkan aktivitas sehari-hari, 4 orang
mengatakan kadang-kadang khawatir kepribadian, seperti hemosiderosis.
tentang apa yang terjadi pada dirinya, Fungsi emosi pada pasien talasemia
4 orang kadang-kadang tidak masuk mengalami masalah psikologis.
sekolah karena tidak enak badan dan Gangguan terhadap fungsi emosi
5 orang kadang-kadang tidak masuk dipengaruhi oleh beberapa penyebab,
sekolah karena harus menjalani yaitu perasaan tertekan ketika
proses perawatan dan pengobatan. mengetahui didiagnosis talasemia,
Dari 31 pasien ada 4 anak yang tidak tidak masuk sekolah untuk terapi ke
rutin kontrol karena orang tua tinggal dokter, dan rutin untuk terapi
di perusahaan perkebunan sawit dan transfusi rutin setiap bulan. Fungsi
kesulitas akses ke fasilitas kesehatan. sekolah buruk diduga akibat banyak
Faktor penyebab turunnya pasien talasemia anak yang pergi
kualitas hidup pada anak baik secara meninggalkan sekolah untuk
sendiri-sendiri maupun bersama- transfusi darah akibat tubuh yang
sama belum diketahui secara pasti, lemas, sehingga sosial anakpun
Demikian juga faktor-faktor yang terganggu karena jarang bertemu
mempengaruhi kualitas hidup anak teman sekolahnya. Thalasemia beta
Thalassemia beta mayor sangat mayor sebagai penyakit genetik yang
kompleks dan multifaktorial akibat diderita seumur hidup akan
pengaruh dari penyakitnya sendiri membawa banyak masalah bagi
maupun pengobatannya. Hal inilah pasien baik sebagai dampak dari
yang membuat pengukuran kualitas proses penyakitnya itu sendiri
hidup kesehatan anak dengan ataupun karena dari pengobatannya.
Thalasemia menjadi penting sebagai Talasemia merupakan penyakit
penilaian biopsikososial secara utuh kronik yang dapat menyebabkan
(Pranajaya, 2016). Faktor yang gangguan kualitas hidup akibat
paling dominan memengaruhi penyakitnya sendiri maupun efek
kualitas hidup dengan nilai tertinggi, terapi. Kualitas hidup seorang
yaitu fungsi sosial dan dari hasil individu dapat dinilai dari kesehatan
penelitian (Pranajaya, 2016) faktor fisik, psikologis, hubungan sosial dan
yang berhubungan dengan kualitas lingkungan. Penelitian yang
hidup anak dengan Thalasemia dilakukan oleh Mulyani pada anak
adalah dukungan orang tua. Orang thalasemia mayor di kota Bandung
tua ataupun keluarga yang lain tidak ditemukan pasien thalasemia mayor
semua mampu menerima, yang melakukan tranfusi secara rutin
menyesuaikan serta mempersiapkan seringkali menunjukkan dampak
segala hal dan dukungan yang psikososial dan pengalaman buruk
berkaitan dengan kondisi penyakit diantaranya hilangnya nafsu makan,
terminal yang diderita anak (Santi et sulit berkonsentrasi, susah tidur,
al., 2019). Hasil penelitian Kamil et mudah lelah, gangguan mood,
al, (2019) di dapatkan bahwa faktor merasa tidak punya harapan dan
yang mempengaruhi kualitas hidup munculnya pikiran-pikiran tentang
anak dengan Thalasemia adalah kematian (Marnis, 2018)
fungsi fisik, emosi, sekolah dan Berdasarkan berbagai dampak
sosial. Perubahan fisik pada pasien yang dapat terjadi maka sangat
talasemia disebabkan oleh anemia diperlukan upaya yang lebih dalam
kronik dan yang berbeda merupakan pelayanan pada keluarga dengan
faktor yang dapat memengaruhi anak yang mengalami Thalasemia.
Peran perawat yang perlu di
tingkatkan yaitu promotif dengan HASIL PENELITIAN
memberikan pendidikan kesehatan Hasil Analisis
yang adekuat kepada orang tua, Hasil analisis akan menguraikan
lingkungan sekolah ataupun mengenai karakteristik literature,
karakteristik responden, dan
lingkungan sosial anak dengan pembahasan yang akan dibahas sebagai
Thalasemia sehingga sikap keluarga berikut:
dalam merawat dan dukungan dari 1. Karakteristik Literatur
lingkungan sosial pada anak dengan Artikel penelitian yang
Thalasemia akan semakin baik, berhasil didapatkan dalam penelitian
dengan demikian diharapkan dapat ini sebanyak 6 artikel. Dari 6 artikel
meningkatkan kualitas hidup anak yang didapatkan 1 artikel
yang mengidap Thalasemia. Tujuan menggunakan intervensi sedangkan
dalam penelitian ini yaitu 5 artikel lainnya tanpa intervensi.
menganalisis faktor yang Untuk design penelitian sebanyak 3
mempengaruhi kualitas hidup anak artikel yang didapat menggunakan
dengan Thalasemia berdasarkan data design penelitian cross sectional, 2
empiris. artikel dengan design penelitian
Deskriptif kuantitatif dan 1 artikel
METODE PENELITIAN yang menggunakan Quasy
Metode Penelitian yang digunakan
Ekperimen. Tahun publikasi artikel
dalam penelitian ini adalah Literature
Review. Literature Review adalah digunakan berdasar kriteria inklusi
analisis terintegrasi tulisan ilmiah yang yaitu 1 (satu) artikel yang di
terkait langsung dengan pertanyaan publikasi pada tahun 2017, 1 (satu)
penelitian (Nursalam, 2020). artikel pada tahun 2018, 2 (dua)
artikel pada tahun 2019 dan 2 (dua)
Data sebagai sumber literatur yang artikel pada tahun 2020.
digunakan dalam penelitian ini 2. Karakteristik Responden
adalah data sekunder yang diperoleh Responden penelitian dalam
dari hasil penelitian yang telah 6 artikel penelitian yang
dilakukan oleh peneliti-peneliti digunakan adalah anak dengan
terdahulu. Adapaun sumber data Thalasemia dan orang tua dari
sekunder yang didapat berupa artikel anak dengan thalasemia. Jumlah
jurnal nasional maupun internasional. responden penelitian dalam artikel
Dalam pencarian sumber literatur bervariasi jumlah responden
data sekunder peneliti menggunakan terbanyak yaitu 65 respoden dan
2 database yaitu google scholar dan paling sedikit berjumlah 19
PubMed dengan menggunakan responden. Rata-rata usia
Keyword “Faktor AND Kualitas responden yaitu usia 8-12 tahun,
Hidup AND Anak Thalasemia”. dengan jenis kelamin reponden
didominasi oleh Laki-laki dengan
Dalam penelitian literatur review tingkat pendidikan terbanyak
tentang faktor yang mempengaruhi sekolah dasar atau sederajat.
kualitas hidup anak dengan
Thalasemia menggunakan metode
analisis deskriftif yaitu menyajikan
data menjabarkan secara naratif
hasil-hasil penelitian terdahulu.
PEMBAHASAN terganggu sebanyak 14 orang
Dari hasil penelitian dengan (46,7%); anak yang dukungan
menggunakan literatur review dari 6 keluarganya cukup dan kualitas
artikel penelitian yang terdahulu hidup terganggu sebanyak 4 orang
yang berhasil didapatkan dan (13,3%). Berdasarkan hasil
dianalisis oleh peneliti, maka peneliti penelitian Widyastuti, (2020) dari
menguraikan data demografi dari hasil analisis data dengan uji paired
responden yanga ada dalam artikel sample t test tidak ada pengaruh
penelitian yaitu: Rata-rata usia sebelum dan sesudah diberikan
responden yaitu usia 8-12 tahun, Family Empowerment Program
dengan jenis kelamin reponden terhadap Quality of Life anak
didominasi oleh Laki-laki dengan Thalasemia dengan (p-value 0,232).
tingkat pendidikan terbanyak sekolah Sebagian besar kualitas hidup anak
dasar atau sederajat. Berikut akan di dengan thalasemia sebelum
bahas tentang faktor yang dilakukan Family Empowerment
mempengaruhi kualitas hidup anak Program (FEP) pada kategori ringan
dengan Thalasemia: sebanyak 8 pasien (42,1%),
sedangkan setelah dilakukan FEP
1. Faktor Dukungan orang tua mayoritas kualitas hidup dalam
dengan kualitas hidup Anak kategori ringan sebanyak 14 pasien
Thalasemia (73,6%). Dalam penelitian ini
Berdasarkan hasil penelitian terdapat peningkatan kualitas hidup
Santi et al., (2019) didapatkan bahwa pasien, namun tidak signifikan.
dukungan keluarga baik sebanyak 14 Penelitian yang dilakukan oleh
orang (46,7%). Dukungan keluarga Dahnil, (2017) hasil penelitian
yang baik dilihat dari rata-rata skor menunjukkan bahwa kebutuhan
62,5 yang tertinggi terdapat pada supportive care pada orang tua anak
komponen dukungan instrumental penderita talasemia mulai dari yang
seperti nomor 20, anak menjawab tertinggi memerlukan bantuan dalam
keluarga sering menyediakan dana pemenuhannya adalah kebutuhan
khusus untuk perawatan saya. Rata- informasi (96,8%), kebutuhan
rata skor 59,25 terdapat pada emosional (81,25%), kebutuhan fisik
komponen dukungan informasi (78,13%), kebutuhan psikososial
seperti pada nomor 23, anak (78,13%), kebutuhan spiritual (75%),
menjawab keluarga selalu dan kebutuhan praktis (65,13%).
meingatkan saya untuk menjaga Dukungan keluarga pada anak
kesehatan, latihan dan makan. Hasil yang menderita penyakit kronik
uji dan analisis menggunakan chi sangat diperlukan dalam menghadapi
square test analisis menghasilkan masalah, salah satunya dalam
nilaip=0,029 maka nilai p value<0,05 menghadapi penyakit kronik yang
(𝛼) sehingga disimpulkan H0 ditolak menyerang salah satu anggota
berarti terdapatnya hubungan keluarga. Dukungan yang dilakukan
dukungan keluarga dengan kualitas dengan berbagai faktor yang
hidup anak penderita thalasemia di diantaranya informasional, penilaian,
ruang anak. Hasil analisis yang instrumental, emosional dan
didapatkan bahwa anak yang dukungan social (Kustiningsih,
mendapat dukungan keluarga yang 2017). Support keluarga yang bisa
baik dan kualitas hidupnya tidak diberikan kepada anak dengan
keadaannya yang kronik meliputi tidak menyenangkan pada talasemia
advokasi, dukungan instruksional, menyebabkan penyakit ini mencakup
dukungan informasi, dukungan semua aspek kehidupan individu.
instrumental, dukungan emosional Sebagian besar keluarga kurang
Hoagwood (2009) dalam Santi et al., memahami tentang perawatan
(2019). Thalasemia merupakan salah thalasemia meliputi proses terjadinya
satu penyakit kronik yang secara penyakit, issue genetic, komplikasi
faktual bisa memengaruhi kualitas penyakit serta cara mendapatkan
hidup penderitanya. Kualitas hidup akses informasi, mengakibatkan
anak dengan penyakit kronik akan tidak optimalnya perawatan oleh
sangat bergantung dengan keluarga keluarga, berdampak rendahnya
sehingga bisa menimbulkan stress kualitas hidup (fungsi fisik, sosial,
bagi keluarga terutama orang tua emosional, sekolah dan psikososial).
karena anak membutuhkan perhatian Kualitas hidup anak thalasemia
yang serius. Orang tua ataupun kategori baik apabila anak thalasemia
anggota keluarga terkadang sulit dapat tumbuh dan berkembang
untuk menerima, menyesuaikan serta optimal, keluarga mendapatkan
mempersiapkan dirinya akan kondisi konseling dan memahami perawatan
penyakit terminal yang diderita anak anak thalasemia mengenai diit dan
(Mussatto, 2006). aktivitas, orang tua memahami
Berdasarkan fakta dari hasil tentang pentingnya terapi kelasi besi.
penelitian terdahulu dengan teori Mayoritas keluarga memberikan
didapatkan kesamaan dimana artinya dukungan kepada anak penderita
semakain baik dukungan keluarga thalasemia baik dalam segi
maka semakain tinggi kualitas hidup informasi, emosional, instrumental,
anak. Hasil analisis data juga dan penghargaan. Support
menunjukkan bahwa dukungan psikososial yang diberikan oleh
keluarganya cukup tetapi kualitas keluarga bisa mengurangi masalah
hidup anak terganggu dikarenakan emosional pada anak penderita
dari laporan orang tua anak penderita thalasemia, seterusnya bisa
thalasemia, anak masih sering diterangkan suatu support psikososial
kesulitaan berjalan >100 meter, dan penghargaan kepada anak bisa
berlari, berolahraga, sering menurunkan distress emosional,
mengalami nyeri, sering merasa efektifitas kelasi besi menjadi
lemah, sering ketakutan, sering meningkat serta memantapkan
marah, sering mengalami kesulitan pendekatan koping agar bisa lebih
tidur, sering cemas dengan baik dalam menjalani kehidupan
keadaanya, sering kesulitan dalam setiap harinya. Dukungan keluarga
konsentrasi, sering kesulitan dalam baik maka kualitas hidupnya tidak
menyelesaikan tugas sekolah dan terganggu karena dukungan keluarga
sering tidak masuk sekolah. Hal dapat meningkatkan kualitas hidup
tersebut menunjukkan bahwa dengan meregulasi proses psikologi
komponen fungsi fisik, emosional seseorang dan memfasilitasi perilaku
dan sekolah dalam kualitas hidup seseorang, sebaliknya apabila
anak masih memiliki masalah dukungan keluarga kurang maka
walaupun telah mendapatkan kualitas hidupnya akan terganggu.
dukungan keluarga yang cukup. Keluarga selalu menyediakan dana
Perawatan yang berulang, lama dan khusus untuk perawatan anaknya,
keluarga selalu mencintai dan fungsi kedua yang terganggu setelah
memperhatikan keadaan anaknya fungsi sekolah.
selama pengobatan thalasemia, Perubahan fisik subjek yang
keluarga memaklumi keadaan sangat mencolok disebabkan karena
anaknya sekarang dan memberikan anemia kronis dan pengendapan zat
dukungan seperti semangat dan besi pada organ tubuh. Perubahan
perhatiannya, keluarga sering fisik yang terjadi berupa deformitas
memerlukan pengetahuan akan tulang wajah, splenomegali, ekspansi
penanganan serta cara merawat anak sumsum tulang, tubuh pendek, dan
dengan thalasemia. berbagai gejala yang diakibatkan
Pendampingan orang tua oleh hemolisis. Penampilan yang
sangatlah penting pada anak berbeda merupakan faktor penting
talasemia, orang tua selalu yang memengaruhi perkembangan
memberikan perhatian kepada kepribadian, seperti citra diri yang
anaknya tergambar ketika orang tua kurang, timbul rasa malu, penolakan
selalu mendampingi anak dan untuk bergaul, dan bersekolah (Aji,
menanyakan terkait keluhan yang 2009). Anak penderita thalasemia
dirasakan anaknya selama proses menunjukkan gejala klinis pucat,
transfusi. Sedangkan untuk gangguan pertumbuhan dan
kedekatan yang dimiliki antara orang perkembangan, penurunan nafsu
tua dan anak menunjukkan hubungan makan, jaundice, pembesaran organ
yang baik. Hubungan tersebut (hati, limpa, jantung). Pada anak
terlihat ketika orang tua yang setia yang lebih besar, dapat juga
mendampingi anak selama ditemukan adanya pubertas yang
penanganan transfusi rutin dan orang terlambat. Aspek pertumbuhan dan
tua mengajak anaknya bercerita perkembangan yang sering terganggu
untuk mengalihkan rasa bosan yang meliputi fisik, motorik, mental, dan
dialami anak. Hal tersebut mungkin personal social (Zulfikar, 2016).
merupakan salah satu wujud upaya Menurut Astiningtyas, (2019)
orang tua memberi dukungan kepada permasalahan kualitas hidup yang
anak dalam menghadapi penyakit dialami pada pasien thalasemia yaitu
yang dideritanya. 1). Secara fisik penderita thalasemia
lebih lemah, kesulitan dalam
2. Faktor Perubahan Fisik dengan berjalan, berlari dan berolahraga. 2).
kualitas hidup Anak Rentang gerak sangat terbatas, tidak
Thalasemia leluasa melakukan gerakan seperti
Hasil penelitian Kamil et al., anak sehat. 3). Penderita thalasemia
(2020) di dapatkan hasil rerata skor akan merasa takut/sangat ketakutan.
fungsi fisik 75,1 dengan fungsi fisik Berdasarkan fakta dan teori di
buruk 28 responden (43%), fungsi dapatkan kesamaan bahwa semakin
fisik baik 37 responden (57%). ada gangguan fisik semakin turun
Berdasarkan analisis bivariat dengan kualitas hidup, dibuktikan dengan
chi square test terdapat hubungan adanya gangguan fisik pada anak
bermakna pada faktor fisik dengan yang mengalami thalassemia
kualitas hidup dengan nilai p< 0,05 membuat anak menjadi tidak percaya
yaitu p=0,003. Menurut hasil diri, malu bergaul, mudah lelah.
penelitian Nikmah & Mauliza, Perubahan fisik pada penderita
(2018) fungsi fisik (55,67) adalah talasemia disebabkan oleh anemia
kronik dan yang berbeda merupakan emosi buruk 45 responden (69%),
faktor yang dapat memengaruhi fungsi emosi baik 20 responden
kepribadian, seperti hemosiderosis. (31%). Hasil rerata skor fungsi sosial
Manifestasi klinis penderita seperti 83,4 dengan fungsi sosial buruk 12
cooley’s face, ekspansi bone marrow, responden (18%), fungsi sosial baik
tubuh dengan perawakan pendek, 53 responden (82%). Berdasarkan
splenomegali, dan gejala akibat analisis bivariat dengan chi square
hemolisis lainnya. Penampilan yang test terdapat hubungan bermakna
berbeda merupakan faktor penting pada faktor emosi dan sosial dengan
yang memengaruhi perkembangan kualitas hidup dengan nilai p< 0,05
kepribadian, seperti citra diri yang yaitu p=0,038 dan 0,002.
kurang, timbul rasa malu, penolakan Berdasarkan hasil penelitian Nikmah
untuk bergaul, dan bersekolah. Lama & Mauliza, (2018) nilai fungsi
sakit yang lebih lama akan emosional 69,51 masih dikategorikan
mengharuskan penderita untuk selalu buruk. Raj et al., (2017) menyatakan
rutin menjalankan transfusi yang bahwa fungsi emosional merupakan
dapat berkomplikasi pada kelainan domain kualitas hidup yang paling
hati, limpa, ginjal, jantung, endokrin, buruk pada penderita talasemia.
bahkan tumbuh kembang sehingga Gangguan fungsi emosional
jelas akan menghambat aktifitas fisik dipengaruhi oleh berbagai hal, yaitu
yang buruk hal ini akan perasaan tertekan saat penegakan
mempengaruhi kualitas hidup anak diagnosis, terapi yang harus dijalani
menjadi terganggu akibat setiap bulan secara teratur, dan
penyakitnya sendiri maupun efek keharusan tidak masuk sekolah
terapi yang diberikan. Keterbatasan karena harus menjalani terapi. Fungsi
aktivitas fisik membuat subjek tidak sosial pada penelitian Nikmah &
dapat melakukan hal-hal yang dapat Mauliza, (2018) mencapai nilai
dilakukan oleh teman sebaya yang tertinggi, yaitu 79,02. Keterbatasan
sehat. Sehingga berakibat aktivitas fisik membuat subjek tidak
menurunnya kualtas hidup anak, dapat melakukan hal-hal yang dapat
menjadi tidak percaya diri, malu dilakukan oleh teman sebaya yang
bergaul, dan merasa putus asa sehat. Sejalan dengan hasil penelitian
dengan kondisi fisiknya. Sehingga Nurvitasari et al., (2019)
solusi yang dapat diberikan perawat menunjukkan kurang dari setengah
adalah memberikan motivasi, anak responden (31%) mengalami
semangat dan meningkatkan masalah psikososial. Diketahui
kepercyaan diri anak agar mau kebanyakan anak atau kurang dari
bergaul dengan temannya, dan anak setengah anak responden mengalami
merasa diperdulikan oleh lingkungan masalah internal (40,3%), sebagian
sekitar sehingga diharapkan dapat kecil anak mengalami masalah
meningkatkan kualitas hidup anak. eksternal (7,7%), dan sebagian kecil
mengalami masalah perhatian
3. Faktor Emosi dan Sosial (11,5%).
(Psikososial) dengan kualitas Masalah internal merupakan
hidup Anak Thalasemia masalah yang mengarah kepada diri
Hasil penelitian Kamil et al., sendiri yang ditunjukkan melalui
(2020) di dapatkan hasil rerata skor perasaan dalam diri seseorang.
fungsi emosi 60,8 dengan fungsi Masalah internal yang ditunjukkan
berdampak terhadap timbulnya diantaranya ditandai dengan rasa
perasaan bersalah, perasaan malas, hilangnya nafsu makan,
penolakan, serta kelesuan sistem diri mengalami penurunan nafsu makan,
rendah yang sering terabaikan. sulit berkonsentrasi, susah tidur,
Riyana & Riza, (2018) dalam mudah capek, gangguan mood,
penelitiannya, masalah yang dialami merasa tidak punya harapan dan
kebanyakan anak adalah masalah munculnya pikiran-pikiran tentang
internal. Hal tersebut sesuai dengan kematian. Anak usia sekolah yang
hasil penelitian ini, kebanyakan anak mengalami masalah psikososial akan
mengalami masalah internal yaitu mengalami kesulitan dalam
kurang dari setengah penyandang menyesuaikan diri pada aktivitas
talasemia (40,3%) dari total 52 anak sehari-hari seperti bersosialisasi, dan
responden. Menurut Stewart (2005) sulit mengembangkan kemampuan
dalam Nurvitasari et al., (2019) akademik. Masalah pada anak dinilai
faktor yang dapat menyebabkan melalui tiga dimensi yaitu internal,
masalah internal diantaranya eksternal, serta perhatian. Masalah
penyakit yang diderita. Faktor internal merupakan masalah yang
penyakit yang diderita terhadap ditunjukkan dari perasaan dalam diri,
timbulnya masalah psikososial gejala yang ditunjukkan berupa
internal, memiliki keterkaitan dengan cemas, perasaan sedih, depresi, dan
rutinitas rawat jalan dan lama sakit. penarikan sosial. Selanjutnya adalah
Fungsi emosi/sosial anak merasa masalah eksternal, yaitu masalah
sedih atau murung dan gangguan yang terlibat saat anak berinteraksi
tidur, kesulitan bermain dengan anak dengan orang lain, gejala yang
seusia dan anak lainnya tidak mau ditunjukkan berupa kenakalan,
menjadi teman sehingga anak merasa mengganggu, dan sifat agresif dan
ditinggalkan oleh temannya. masalah perhatian yang dapat
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan ketika anak terlihat sulit
dan teori di dapatkan kesamaan untuk menerima nasehat, sulit
dimana semakin baik emosi dan konsentrasi, sering melamun, serta
sosial, maka semakin baik kualitas perhatian yang mudah dialihkan.
hidup anak. Pada masalah perhatian Sehingga untuk mengatasi masalah
merupakan masalah yang banyak tersebut sangat diperlukan dukungan
tergambarkan melalui perubahan orang tua dalam memahami kondisi
yang terjadi pada anak. Hadirnya anak, menemani anak di waktu
masalah perhatian pada anak senggang, mendengarkan cerita anak,
biasanya ditandai oleh ungkapan hatinya, mengajarkan anak
ketidakmampuan mempertahankan berbicara yang lembut dan sopan
perhatian, sering melamun, dan sulit serta belajar mengendalikan
mengatur tingkat aktivitas yang emosinya serta mengajak anak
berlebih. Hasil tersebut mungkin refreshing diluar rumah, sehingga
dipengaruhi oleh perhatian yang anak merasa bahwa orang tua sangat
diberikan orang tua dan attachment mempedulikan kondisinya. Upaya
yang baik antara orang tua dengan yang dapat dilakukan perawat adalah
anak. Penderita thalasemia mayor preventif melalui deteksi masalah
yang melakukan tranfusi secara rutin psikososial sejak dini dan
seringkali menunjukkan reaksi berkesinambungan untuk
psikososial dan pengalaman buruk mengidentifikasi adanya masalah
psikososial, sehingga dapat yang harus meninggalkan sekolah
diantisipasi sejak dini. untuk mendapat pengobatan di
rumah sakit tinggi akibat tubuh yang
4. Faktor Sekolah dengan kualitas kekurangan energi untuk dapat
hidup Anak Thalasemia mengikuti aktivitas akademik.
Hasil penelitian Kamil et al., Komponen sekolah terganggu
(2020) di dapatkan hasil rerata skor dikarenakan pelaksanaan dalam
fungsi sekolah 56,8 dengan fungsi transfusi darah yang terjadi di pagi
sekolah buruk 49 responden (75%), hari yang menyebabkan
fungsi sekolah baik 16 responden terganggunya mekanisme belajar dan
(25%), skor rerata kualitas hidup mengajar pada anak. Keluarga jarang
68,9, dengan kualitas hidup buruk 27 memperbolehkan anaknya untuk
responden (41%) dan kualitas hidup mengikuti kegiatan sekolah yang
baik 38 responden (59%). berat dan jarang mengikutsertakan
Berdasarkan analisis bivariat dengan dalam kegiatan di masyarakat
chi square test terdapat hubungan dikarenakan takut kelelahan.
bermakna pada faktor sekolah Frekuensi absen dari sekolah,
dengan kualitas hidup dengan nilai hubungan teman sebaya terganggu,
p≤0,05 yaitu p=0,001. Berdasarkan perlindungan berlebih dan tuntutan
hasil penelitian Nikmah & Mauliza, interpersonal orang tua terhadap anak
(2018) Domain kualitas hidup yang akan mengganggu fungsi sekolah,
paling rendah adalah fungsi sekolah sehingga dapat memengaruhi
(36,96). masalah psikososial anak yang
Fungsi sekolah adalah berdampak pada kualitas hidup anak.
kemampuan anak untuk memusatkan Sehingga dalam hal ini anak bisa di
perhatian mengerjakan tugas di fasilitasi mengikuti sekolah secara
sekolahnya. Fungsi sekolah yang online, atau menghubungi teman
buruk diduga akibat frekuensi anak sekolah secara group baik dalam hal
dengan talasemia yang harus berdiskusi atau bercerita kegiatan
meninggalkan sekolah untuk mereka kepada teman-teman
mendapat pengobatan di rumah sakit sekolahnya dan juga berkaitan
akibat tubuh yang kekurangan energi dengan kondisi pandemic anak-anak
untuk dapat mengikuti aktivitas belum bisa pergi kesekolah sehingga
akademik (Agung, 2012) sejalan orang tua bisa mengajarkan anak di
dengan penelitian Bulan, (2009) rumah melalui media yang menarik
Komponen sekolah terganggu dan tidak membosankan untuk anak
dikarenakan pelaksanaan dalam bersama teman sekolahnya melalui
transfusi darah yang terjadi di pagi daring secara berkelompok. Sehinga
hari yang menyebabkan dengan cara tersebut anak tidak
terganggunya mekanisme belajar dan merasa tertinggal pelajaran dari
mengajar pada anak. teman sekolahnya.
Berdasarkan hasil penelitian
terdahulu didapatkan kesamaan KESIMPULAN
antara fakta dan teori, pada domain Dari hasil penelitian yang
kualitas hidup yang paling rendah dilakukan dengan metode literature
adalah fungsi sekolah. Fungsi review tentang Analisis Faktor Yang
sekolah yang buruk diduga akibat Mempengaruhi Kualitas Hidup Anak
frekuensi anak dengan talasemia Dengan Thalasemia. Didapatkan
hasil dari artikel terkait bahwa 4. Faktor Sekolah mempengaruhi
terdapat beberapa faktor yang kualitas hidup anak dengan
mempengaruhi kualitas hidup anak Thalasemia
dengan Thalasemia yaitu faktor Fungsi sekolah terganggu
Dukungan orang tua, faktor dikarenakan frekuensi anak dengan
Perubahan Fisik, faktor Emosi dan talasemia yang harus meninggalkan
Sosial (Psikososial) dan faktor sekolah untuk mendapat pengobatan
Sekolah. di rumah sakit tinggi akibat tubuh
1. Faktor dukungan orang tua yang kekurangan energi untuk dapat
mempengaruhi kualitas hidup mengikuti aktivitas akademik.
anak dengan Thalasemia Komponen sekolah terganggu
Dukungan keluarga baik maka dikarenakan pelaksanaan dalam
kualitas hidupnya tidak terganggu transfusi darah yang terjadi di pagi
karena dukungan keluarga dapat hari yang menyebabkan
meningkatkan kualitas hidup dengan terganggunya mekanisme belajar dan
meregulasi proses psikologi mengajar pada anak.
seseorang dan memfasilitasi perilaku
seseorang, sebaliknya apabila DAFTAR PUSTAKA
dukungan keluarga kurang maka Adam, S. (2019). Quality of life
kualitas hidupnya akan terganggu. outcomes in thalassaemia
2. Faktor Perubahan Fisik patients in Saudi Arabia: A
mempengaruhi kualitas hidup cross-sectional study. Eastern
anak dengan Thalasemia Mediterranean Health Journal.
Gangguan fisik pada anak https://doi.org/10.26719/2019.2
yang mengalami thalassemia 5.12.887.
membuat anak menjadi tidak percaya
diri, malu bergaul, mudah lelah. Agung, L. (2012). Hubungan Lama
Perubahan fisik pada penderita Sakit Terhadap Kualitas Hidup
talasemia disebabkan oleh anemia Anak Penderita Thalassemia Di
kronik dan yang berbeda merupakan RSUD Dr. Moewardi.
faktor yang dapat memengaruhi
kepribadian, seperti hemosiderosis. Aziz, A. R., Mohammed, S. H., &
3. Faktor Emosi dan Sosial Aburaghif, L. F. (2015). Burden
(Psikososial) mempengaruhi of caregivers care for children
kualitas hidup anak dengan with thalassemia at Babylon
Thalasemia Child and Maternity Teaching
Penderita thalasemia mayor Hospital/Babylon
yang melakukan tranfusi secara rutin Governorate/Iraq. IOSR JNHS,
seringkali menunjukkan reaksi 4(6), 82–87.
psikososial dan pengalaman buruk
diantaranya ditandai dengan rasa
malas, hilangnya nafsu makan, Aghnaita, A. (2017). Perkembangan
mengalami penurunan nafsu makan, Fisik-Motorik Anak 4-5 Tahun
sulit berkonsentrasi, susah tidur, Pada Permendikbud no. 137
mudah capek, gangguan mood, Tahun 2014 (Kajian Konsep
merasa tidak punya harapan dan Perkembangan Anak). Al-
munculnya pikiran-pikiran tentang Athfal : Jurnal Pendidikan
kematian. Anak.
Https://Doi.Org/10.14421/Al- Jawa Barat.
Athfal.2017.32-09.
Feiring dan Lewis. (2004). Kinerja
Ambarwati, R. F. (2015). Buku Organisasi dalam Keluarga.
Pintar Asuhan Keperawatan Yogyakarta : UGM.
Bayi dan Balita. Yogyakarta :
Cakrawala Ilmu. Friedman, M. M., Bowden, V. R., &
Jones, E. G. (2010). Buku ajar
Anisawati, L. D., Rosyidah, I., & keperawatan keluarga: Riset,
Nur, T. (2018). Dukungan teori, dan praktek. Jakarta: Egc,
Orang Tua Dengan Kualitas 5–6.
Hidup Anak Penderita
Thalasemia (Ruang Poli Aanak Genie. (2004). Kajian DNA
RSUD Dr. Soeroto Ngawi). In Thalasemia Alpha di Medan.
Jurnal Keperawatan. Medan: USU Pers.

Aulia. (2017). Anifestasi Klinik Hasan, R., & Alatas, H. (2005). Ilmu
Thalassemia Mayor. Kemenkes kesehatan anak. Jakarta:
RI. Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 32.
Bulan, S. (2009). Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan Hidayat, A. (2017). Metode
Kualitas Hidup Anak Penelitian: Pengertian, Tujuan,
Thalassemia Beta Mayor Jenis. Stastikian. Com.
Factors Relating To Quality Of
Life Children With Thalassemia Hockenberry, M. J., & Wilson, D.
Beta Major. Universitas (2015). Wong’s Nursing Care of
Diponegoro. Infants and Children. In
Mycological Research.
Brown, L., & Seid, M. (2004). The Ihnawah, N. A., & Herawati, E.
Healthy Families Program (2017). Hubungan Pola Asuh
health status assessment dengan Masalah Psikososial
(PedsQLTM) final report. pada Anak di SD Negeri Pajang
Revised September. 1 Surakarta. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Cynthia Mukti, D. (2019). Asuhan
Keperawatan Ganguan Ismail, A., Campbell, M. J., Ibrahim,
Pemenuhan Kebutuhan Belajar H. M., & Jones, G. L. (2006).
Pada Anak Thalasemia Di Health related quality of life in
Ruang Alamanda Rsud Dr. H. Malaysian children with
Abdoel Moeloek Provinsi thalassaemia. Health and
Lampung Tahun 2019. Quality of Life Outcomes, 4(1),
Poltekkes Tanjungkarang. 39.

Dahnil, F. (2017). Kajian Kebutuhan Jurusan Kebidanan Poltekkes


Supportive Care Pada Orang Tanjungkarang, D. (2016).
Tua Anak Penderita Talasemia Penelitian Faktor Yang
Di RSUD Al Ihsan Provinsi Berhubungan Dengan Kualitas
Hidup Anak Thalasemia. Jurnal Hidup Anak Thalasemia. Jurnal
Keperawatan. Keperawatan Sriwijaya.

Kamil, J., Gunantara, T., & Suryani, Mariani, D., Rustina, Y., Nasution,
Y. D. (2020). Analisis Faktor- Y., Kemenkes Tasikmalaya, P.,
Faktor yang Memengaruhi Barat, J., & Ilmu Keperawatan,
Kualitas Hidup Penderita F. (2014). Analisis Faktor Yang
Talasemia Anak di RSUD Al- Memengaruhi Kualitas Hidup
Ihsan Kabupaten Bandung Anak Thalassemia Beta Mayor.
Tahun 2019. Jurnal Integrasi In Jurnal Keperawatan
Kesehatan & Sains. Indonesia.
https://doi.org/10.29313/jiks.v2i
2.5848 Mayer, S. E. (2002). The influence of
parental income on children’s
Kementrian RI. (2014). Peraturan outcomes. Knowledge
Menteri Kesehatan Republik Management Group, Ministry of
Indonesia Nomor 75 Tahun Social Development
2014. Applied Microbiology Wellington, New
and Biotechnology.
https://doi.org/10.1016/j.bbapap Mediani, H. S., Nurhidayah, I.,
.2013.06.007 Mardhiyah, A., & Panigoro, R.
(2017). Indonesian Mothers’
Khaironi, M. (2018). Perkembangan Needs and Concerns about
Anak Usia Dini. Jurnal Golden Having a Thalassemic Child
Age Hamzanwadi University. and Its Treatment: An
Exploratory Qualitative Study.
Lazuana, T. (2014). Karakteristik Nursing & Primary Care.
Penderita Thalasemia yang https://doi.org/10.33425/2639-
Dirawat Inap di RSUP H. Adam 9474.1010.
Malik Medan Tahun 2011-April
2014. Mufdillah. (2017). Konsep
Dukungan Keluarga. Asuhan
LM Widyastuti, F. (2020). Pengaruh Kebidanan Ibu Hamil.
Family Empowerment Program
Terhadap Quality Of Life Anak Mulyani, & Fahrudin, A. (2011).
Thalasemia. Universitas Reaksi Psikososial terhadap
Kusuma Husada Surakarta. penyakit Di Kalangan Anak
Penderita Talasemia Mayor di
Lindstrom B. (2005). Measuring and Kota Bandung. Informasi.
improving quality of life for
children. In: Lindstrom B, Nikmah, M., & Mauliza, M. (2018).
Spencer N, eds. Social Kualitas Hidup Penderita
Paediatrics. Oxford:Oxford Talasemia berdasarkan
University Press Instrumen Pediatric Quality of
Life Inventory 4.0 Generic Core
Marnis, D., Indriati, G., & Nauli, F. Scales di Ruang Rawat Anak
A. (2018). Hubungan Tingkat Rumah Sakit Umum Cut Meutia
Pengetahuan dengan Kualitas Aceh Utara. Sari Pediatri.
https://doi.org/10.14238/sp20.1. Bandung.” Psikologi.
2018.11-6.
Rujito, L., Lestari, D. W. D., Arjadi,
Nursalam. (2020). Penulis Literature F., & Faiza, D. (2018).
Review Dan Systematic Review Pelatihan PMR Sadar
Pada Pendidikan Kesehatan Thalassemia pada Kegiatan
(Contoh). Jumbara XXV Kabupaten
Banyumas. Jurnal Pengabdian
Nurvitasari, J., Mardhiyah, A., & Pada Masyarakat, 3(2), 147–
Nurhidayah, I. (2019). Masalah 150.
Psikososial Pada Penyandang
Talasemia Usia Sekolah Di Saini, A., Chandra, J., Goswami, U.,
Poliklinik Talasemia Rsud Singh, V., & Dutta, A. K.
Sumedang. Jurnal Keperawatan (2007). Case Control Study of
Komprehensif. Psychosocial Morbidity in β
https://doi.org/10.33755/jkk.v5i Thalassemia Major. Journal of
1.129. Pediatrics.
https://doi.org/10.1016/j.jpeds.2
Origa, R. (2017). β-Thalassemia. In 007.01.025.
Genetics in Medicine.
https://doi.org/10.1038/gim.201 Santi, E., Muriati, Astika Fitri
6.173. Damayanti, E. (2019).
Dukungan Keluarga Dengan
Parker, K. (2015). Family support in Kualitas Hidup Anak Penderita
Graying Societies. Pew Thalasemia Di Ruang Anak. In
Research Centre:US. Nerspedia Journal.

Purnomo, H. (2013). Peran Orang Sawitri, H., & Husna, C. A. (2018).


Tua dalam Optimalisasi Karakteristik Pasien
Tumbuh Kembang Anak untuk Thalasemia Mayor Di Blud Rsu
Membangun Karakter Anak Cut Meutia Aceh Utara Tahun
Usia Dini. Prosiding Seminar 2018. Averrous: Jurnal
Nasional Parenting. Kedokteran Dan Kesehatan
Malikussaleh.
Puspitawati, H. (2013). Konsep dan https://doi.org/10.29103/averrou
Teori Keluarga. Gender Dan s.v4i2.1038.
Keluarga.
Setiadi. (2008). Konsep dan Proses
Ridha, H. N. (2014). Buku Ajar Keperawatan Keluarga.
Keperawatan Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Yoggyakarta : Pustaka Belajar.
Shaligram, D., Girimaji, S. C., &
Rizkia, S., & Yusuf, U. (2017). Chaturvedi, S. K. (2007).
Hubungan antara Religiusitas Psychological problems and
dengan Psychological Well quality of life in children with
Being pada Penderita thalassemia. The Indian Journal
Thalasemia Mayor di of Pediatrics, 74(8), 727–730.
Komunitas “Thaller B272
Siswanto, S. (2012). Systematic https://doi.org/10.14238/sp7.2.2
Review Sebagai Metode 005.105-12.
Penelitian Untuk Mensintesis
Hasil-Hasil Penelitian (Sebuah Yuliastati, & Arni, A. (2016).
Pengantar). Buletin Penelitian Keperawatan Anak (Pertama).
Sistem Kesehatan, 13(4 Okt). Kementrian Kesehatan Republik
https://doi.org/10.22435/bpsk.v Indonesia Pusat Pendidikan
13i4. Sumber Daya Manusia
Kesehatan Badan
Smith, E. (2011). Large-deviation Pengembangan Dan
principles, stochastic effective Pemberdayaan.
actions, path entropies, and the
structure and meaning of
thermodynamic descriptions.
Reports on Progress in Physics.
https://doi.org/10.1088/0034-
4885/74/4/046601.

Soetjiningsih. (2012). Pertumbuhan


dan Perkembangan Anak.
Jakarta: EGC.

Syarifah, F. (2016). Pengaruh


Dukungan Orang Tuaterhadap
Pemeliharaan Kesehatan Anak.
Skripsi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas
Sumatera Utara Medan.

Tamara, Y. (2019). Perubahan fisik


dan karakteristik anak dengan
thalasemia di RSPAD Gatot
Soebroto dan RSAB Harapan
Kita. STIK Sint Carolus.

Usefy, A. R., Ghassemi, G. R.,


Sarrafzadegan, N., Mallik, S.,
Baghaei, A. M., & Rabiei, K.
(2010). Psychometric properties
of the WHOQOL-BREF in an
Iranian adult sample.
Community Mental Health
Journal, 46(2), 139–147.

Widiastuti, D., & Sekartini, R.


(2016). Deteksi Dini, Faktor
Risiko, dan Dampak Perlakuan
Salah pada Anak. Sari Pediatri.

Anda mungkin juga menyukai