Anda di halaman 1dari 60

0

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

“UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR

PADA PEMBELAJARAN GEOGRAFI MATERI MENGENAL BUMI

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT

TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

SISWA KELAS X IPA 3 DI SMA NEGERI 4 PADANG”

Oleh :

WINDI PRATAMA, S.Pd


1210305

PENDIDIKAN PROFESI GURU SM-3T


JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU – ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Untuk mencapai tujuan pendidikan itu dibutuhkan kegiatan belajar

agar potensi siswa dapat berkembang secara optimal dan menjadi manusia

yang beriman, cerdas, berilmu, kreatif, mandiri dan menjadi manusia

Indonesia seutuhnya. Agar kegiatan belajar ini bermakna bagi siswa maka

siswa harus mampu memperhatikan, memahami materi pelajaran dan

mengaktifkan diri atau terlibat langsung dalam kegiatan belajar.

Semua siswa harus belajar dengan rajin dan sungguh-sungguh,

mempunyai kemauan yang kuat untuk belajar dan mau melakukannya adalah

modal dasar siswa untuk sukses. Agar belajar lebih berhasil maka siswa

mempunyai perhatian yang baik dalam belajar, menguasai materi pelajaran.

Selain itu dalam kegiatan belajar mengajar, guru dituntut untuk kreatif dalam

melaksanakan suatu metode pembelajaran tertentu agar seluruh siswa dapat

belajar dengan aktif dalam mengembangkan segala kemampuannya baik

kognitif, afektif, maupun psikomotor sehingga segala potensi yang dimiliki

dapat dikembangkan secara optimal. Penggunaan variasi model pembelajaran

1
2

yang tepat dapat menimbulkan suasana yang menyenangkan dalam kelas dan

juga dapat meningkatkan aktivitas belajar, sehingga siswa mau bekerja keras

dalam belajar dan memusatkan perhatiannya dalam belajar.

Didalam kegiatan belajar mengajar tercipta proses aktif siswa dalam

upaya mendapatkan informasi dan pengembangan diri sebagai usaha untuk

melakukan perubahan tingkah laku menuju arah kebaikan dan kemajuan.

Proses aktif ini tidak terjadi secara otomatis, tepati didorong dan diarahkan

oleh guru, guru adalah faktor utama dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan

kepada siswa, justru karena itu seorang guru haruslah mampu memberikan

pelajaran dan mampu diterima dengan baik oleh siswa, maka guru hendaklah

bijaksana dalam menyajikan materi pelajaran.

Pengajaran geografi berfungi mengembangkan kemampuan siswa

dalam menganalisa dan memahami gejala alam dan kehidupan dalam

kaitannya dengan keruangan dan kewilayahan serta mengembangkan sikap

positif dan rasional dalam menghadapi permasalahan yang timbul sebagai

akibat adanya pengaruh manusia dan lingkungannya.

Keadaan yang peneliti temukan ketika melakukan observasi di kelas X

IPA 3 SMA Negeri 4 Padang, pada 5 pertemuan awal yaitu pertemuan ke 1, 2,

3, 4, dan 5 suasana dan proses pembelajaran masih memiliki banyak

kekurangan dan tidak seperti yang diharapkan, yaitu rendahnya aktivitas

siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Selain itu kebiasaan dalam

proses belajar mengajar guru yang aktif yaitu menggunakan metode ceramah.
3

Tabel I.1:
Hasil Observasi Awal Tentang Aktivitas Belajar Siswa Pada
Pembelajaran Geografi Di Kelas X IPA 3 SMAN 4 Padang Semester I
Tahun Pelajaran 2013/2014
No Aktivitas siswa f n %
1 Mengerjakan tugas kelompok 19 32 53,12
2 Bertanya dalam kelompok 5 32 15,62
3 Menjawab Pertanyaan 3 32 9,37
4 Menanggapi tugas kelompok 7 32 21,87
Jumlah 99,98
Rata-rata 24,99
Sumber : Pengolahan Data Primer 2013

Berdasarkan data hasil observasi awal tersebut, terlihat bahwa rata –

rata aktivitas belajar siswa masih sangat rendah, oleh karena itu guru dituntut

untuk dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran

dengan baik. Dari kurangnya aktivitas siswa tersebut juga menjadi faktor yang

bisa menyebabkan hasil belajar Geografi yang diperoleh siswa kurang

memuaskan sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai.

Jadi agar potensi siswa dapat berkembang secara optimal maka siswa

perlu belajar dengan rajin, bersungguh-sungguh, mempunyai kemauan yang

kuat, mengerjakan tugas kelompok, bertanya dalam kelompok, menjawab

pertanyaan, dan menanggapi tugas kelompok. Kegiatan yang lebih menarik

siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dengan penggunaan

metode serta pendekatan yang sesuai dengan kondisi siswa mampu

memberikan keberhasilan pembelajaran Geografi. Salah satu bentuk

pembelajaran yang bisa dilaksanakan adalah model kooperatif tipe STAD.


4

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul:

“Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar Pada Pembelajaran

Geografi Materi Mengenal Bumi Melalui Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Siswa

Kelas X IPA 3 Di SMA Negeri 4 Padang”

B. Masalah dan Pemecahan Masalah

1. Masalah

Pembelajaran Geografi masih didominasi oleh guru atau metode

ceramah, keadaan lain siswa yang tidak mengerjakan tugas dalam proses

pembelajaran . Siswa tidak mau bertanya dalam kelompok, menjawab

pertanyaan yang diberikan oleh teman maupun oleh guru, dan memberikan

tanggapan terhadap tugas kelompok lain. Ini dipengaruhi oleh siswa yang

memilki sifat malu, takut pada teman dan guru serta kurangya buku sumber

yang dimiliki oleh siswa.

2. Pemecahan Masalah

Adapun cara pemecahan masalah yang peneliti ingin lakukan

adalah berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Penggunaan metode

pendekatan Scientific serta sesuai dengan kondisi siswa yang mampu

memberikan hasil baik pada pembelajaran Geografi. Salah satu bentuk

model pembelajaran yang bisa dilaksanakan untuk meningkatkan aktivitas

belajar siswa adalah model kooperatif tipe “STAD”.


5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah dan pemecahan masalah diatas, maka rumusan

masalah dalam penelitian adalah: Bagaimanakah aktivitas belajar Geografi

siswa kelas X IPA 3 SMA Negeri 4 Padang setelah penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi mengenal bumi?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian yang peneliti lakukan ini bertujuan untuk:

Mengetahui peningkatan aktivitas belajar Geografi siswa kelas X IPA 3

SMA Negeri 4 Padang melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD

pada Materi Mengenal Bumi?

D. Manfaat Penelitian

1. Memberikan pengalaman belajar yang baru kepada siswa SMA Negeri 4

Padang khususnya siswa kelas X IPA 3, untuk meningkatkan aktivitas

belajar.

2. Pengetahuan bagi peneliti dalam upaya mengembangkan diri sebagai calon

guru profesional agar dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik.

3. Informasi dan masukan bagi guru geografi di Negeri 4 Padang, khususnya

guru geografi untuk lebih meningkatkan aktivitas proses pembelajaran.


6

BAB II

KERANGKA TEORITIS

A. Kajian Teori

1. Aktivitas Belajar Dalam Pembelajaran Geografi

a. Aktivitas belajar

Menurut Mulyono (2001), Aktivitas artinya "kegiatan /

keaktifan" (http//aktivitas belajar.com/educare). Jadi segala sesuatu yang

dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik,

merupakan suatu aktifitas. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang

menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri.

Pada umumnya pengajaran modem lebih menitik beratkan pada asas

aktivitas. Anak belajar sambil bekerja.

Depdiknas (2005), dalam mulyono, (2001) belajar aktif adalah

"Suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara

fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar

yang berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor"

(http//aktivitas belajar.com/educare).

Guru adalah instrumen pembelajaran yang utama. Guru bukan

hanya sebagai pengantar materi semata ataupun penyaji pelajaran,

melainkan juga sebagai fasilitator terjadinya aktivitas belajar di kelas.

Begitu pula dengan pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang

menyediakan kesempatan belajar sendiri bagi siswa atau melakukan

6
7

aktivitas sendiri. Aktivitas belajar menurut Djerich dalam Sardiman (2009)

dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya membaca,

memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2. Oral activities seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi,

interupsi.

3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan uraian, percakapan,

diskusi, musik, pidato.

4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan,

angket, menyalin.

5. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta,

diagram.

6. Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan

percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain,

beekebun, berternak.

7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat,

memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil

keputusan.

8. Emotional activities, seperti misalnya menaruh minat, merasa bosan,

gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.


8

Menurut Sudjana (2005)menyatakan bahwa:

" aktivitas belajar siswa mencakup dua aspek yang tidak bisa

terpisahkan, yakni aktivitas mental (emosional intelektual) dan

aktivitas motorik. (gerak fisik). Kedua aspek tersebut berkaitan

satu sama lain; saling mengisi dan menentukan. Oleh sebab itu

keliru bila kita berpendapat bahwa optimalnya cara belajar siswa

aktif dilihat dari gerakan motorik dan atau kegiatan mental

semata"

Menurut James O. Whittaker (dalam Abu Ahmadi dan Widodo

Supriyono, 1991), belajar dapat didefinisikan sebagai proses di mana

tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman

(”Learning may be difined as the process by which behavior originates or

is altered through training or experience”).

Menurut Winarno Surakhmad (1980), belajar dapat dipandang

sebagai hasil, sebagai proses dan sebagai sebuah fungsi. Belajar dipandang

sebagai hasil bilamana guru terutama hanya melihat bentuk terakhir dari

berbagai pengalaman interaksi edukatif. Yang diperhatikan adalah

menampaknya sifat dan tanda-tanda tingkah laku yang dipelajari. Adapun

belajar dipandang sebagai proses dimaksudkan adalah sebagai proses di

mana guru terutama melihat apa yang terjadi selama murid menjalani

pengalaman-pengalaman edukatif untuk mencapai sesuatu tujuan. Yang

diperhatikan adalah pola-pola tingkah laku selama pengalaman belajar itu

berlangsung. Selanjutnya, belajar dipandang sebagai fungsi dimaksudkan


9

adalah bilamana perhatian ditujukan pada aspek-aspek yang menentukan

atau yang memungkinkan terjadinya perubahan tingkah laku manusia di

dalam pengalaman edukatif.

Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan

berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Nana

Syaodih Sukmadinata (2005) menyebutkan bahwa sebagian terbesar

perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar.

Berdasarkan pendapat di atas, maka aktivitas yang diharapkan

ada dalam pelaksanaan pembelajaran ini adalah segala kegiatan yang

dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai

tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah

pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif. Sehingga siswa tersebut

dapat bertanya atau mengeluarkan pendapat, bersemangat mengikuti

pembelajaran, mendengarkan penjelasan guru, membuat ringkasan materi

pelajaran, memperhatikan siswa lain yang sedang melakukan presentasi di

depan kelas, bertanya atau mengeluarkan pendapat setelah kegiatan

presentasi, mengerjakan soal latihan dan membuat kesimpulan dari materi

yang dibahas.

Indikator dalam aktivitas belajar ini adalah:

1) Mengerjakan tugas kelompok

2) Bertanya dalam kelompok

3) Menjawab Pertanyaan
10

4) Menanggapi tugas kelompok

b. Pembelajaran Geografi

Pembelajaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada

umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya. Untuk itu

diperlukan strategi dalam pemilihan model dan media pembelajaran,

khususnya pembelajaran geografi. Model dam media pembelajaran

geografi harus disesuaikan dengan materi pelajaran.

Mata pelajaran geografi merupakan salah satu mata pelajaran

yang idealnya membutuhkan banyak media pembelajaran. Hal tersebut

sebagai penunjang keberhasilan penyampaian materi kepada peserta didik.

Pembelajaran geografi yang ideal harus disesuaikan dengan konsep dalam

pembelajaran geografi. Menurut Gagne (dalam Dahar, 1988:9-10) konsep

dibagi dalam dua kategori, yaitu konsep konkret dan konsep terdefinisi

(abstrak). Konsep konkret (concrete concept) merupakan abstraksi atau

gagasan yang diturunkan dari objek konkret atau peristiwa-peristiwa

(fenomena) yang konkret. Contoh dari konsep konkret,

yaitu matahari, komet,planet, dan lain sebagainya. Selain itu konsep

terdefinisi (konsep abstrak) merupakan abstraksi atau gagasan yang dapat

diturunkan dari objek-objek abstrak. Contoh dari konsep terdefinisi, yaitu

teori nebula, teori pasang, teori planetesimal, dan lain sebagainya


11

Mengingat demikian luasnya kajian keruangan fenomena-

fenomena permukaan bumi yang harus dipelajari dalam geografi. Untuk

menjelaskan materi pada kompetensi dasar tertentu, diperlukan media

pembelajaran tertentu yang spesifik pula. Penggunaan model dan media

yang tepat dan baik dalam pembelajaran diharapkan dapat membangkitkan

motivasi belajar siswa. Selain itu media juga berfungsi sebagai alat

komunikasi dalam menyampaikan pesan (materi pembelajaran) yang lebih

konkret sehingga mudah dipahami oleh siswa.

2. Model Pembelajaran Pembelajaran Kooperatif Tipe Student

Teams-Achievement Division (STAD)

a. Model Pembelajaran

Penggunaan model mengajar sangat bergantung pada guru

sebagai pemegang manajemen kelas dan sekaligus akan menentukan

berhasil tidaknya pencapaian tujuan yang hendak dicapai.Menurut S.

Nasution (1987) mengatakan bahwa:

"Mengajar belajar adalah kegiatan guru dan murid untuk

mencapai tujuan. tertentu. Diduga semakin jelas tujuan semakin jelas

kemungkinan–kemungkinannya ditemukan model yang serasi. Namun tidak

ada, pegangan yang pasti cara mendapatkan model mengajar yang paling

tepat.Tetapi baik tidaknya suatu metode mengajar baru terbukti dari hasil

belajar murid. Bila hasil belajar murid tercapai, maka, dianggap telah terjadi

proses belajar mengajar yang tepat".


12

Malik dalam (Hudan :2005). Memilih model pengajaran perlu

diperhatikan beberapa pertimbangan. yaitu :

1. Tujuan yang hendak dicapai

2. Bahan atau materi pengajaran

3. Jumlah siswa yang akan menerima pengajaran

4. Kemampuan guru dan kemampuan siswa

5. Media / sarana – prasarana pengajaran yang tersedia

6. Waktu yang dibutuhkan

7. Keseluruhan situasi bagi berlangsungnya kegiatan belajar

mengajar

Berkaitan dengan hal di atas menurut Enkosworo dalam Hudan

(2005) dikatakan bahwa "model mengajar adalah cara guru mengajar". Cara

guru didalam menyampaikan materi secara sistematis untuk mencapai

tujuan pengajaran yang telah dirumuskan.

Jadi model pembelajaran adalah cara guru dalam penyampain

materi, guru hanya sebagai fasilitator dan siswa lah yang aktif dalam

kegiatan pembelajaran . Sehingga dalam dalam memilih model

pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi

bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.

b. Model Pembelajaran Kooperatif

Sanjaya (2007) mengatakan “pembelajaran kooperatif

merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem


13

pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang

mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau

suku yang berbeda (heterogen)”.

Model kooperatif adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan

peserta didik dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang telah dirumuskan. Untuk mencapai tujuan tersebut

peserta didik dituntut bekerja sama dalam kelompoknya.

Menurut Johnson & Johnson (dalam Sunarya 2007) “pembelajaran

kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya

kerjasama antar peserta didik dalam sebuah kelompok untuk mencapai tujuan

pembelajaran”.

Setiap model pembelajaran mempunyai tujuan, begitu juga

dengan model pembelajaran kooperatif. Menurut Nurasma (2008) yang

menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif bertujuan untuk pencapaian

hasil belajar, penerimaan terhadap perbedaan individu, dan pengembangan

keterampilan sosial”.

Pernyataan di atas senada dengan ungkapan Sutrisni (2007)

“model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-

tidaknya 3 tujuan pembelajaran yaitu : 1) Kemampuan akademik, 2)

Penerimaan perbedaan individu, 3) Pengembangan keterampilan sosial”.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari

pembelajaran kooperatif adalah untuk meningkatkan kinerja dan hasil


14

belajar peserta didik serta mengembangkan keterampilan peserta didik, yang

dilakukan dengan cara kerja sama dalam kelompok.

c. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement

Division (STAD)

Semua model pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya

struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Dalam proses

pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif siswa didorong untuk

bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus

mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan

guru. Tujuan model pembelajaran kooperaif adalah prestasi belajar

akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman

dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial. Model

pembelajaran STAD termasuk model pembelajaran kooperatif. Sebagaimana

yang diungkapkan oleh Slavin “pembelajaran kooperatif tipe STAD,

peserta didik dikelompokkan dalam kelompok belajar yang beranggotakan

empat atau lima orang peserta didik yang merupakan campuran dari

kemampuan akademik yang berbeda, sehingga setiap kelompok terdapat

peserta didik yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah”.

Pernyataan di atas senada dengan yang dikemukakan oleh

Mohamad (2005) “dalam STAD peserta didik dikelompokkan dalam tim-tim

pembelajaran dengan empat orang anggota, anggota tersebut campuran yang

ditinjau dari tingkat kinerja, jenis kelamin dan suku”.


15

Jadi, model pembelajaran STAD adalah kegiatan belajar

kelompok, dan hasil dari diskusi kelompok akan dipertanggung jawabkan

secara mandiri oleh setiap siswa.

1) Tahap-tahap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Agar penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

terlaksana dengan baik maka seorang guru harus memperhatikan tahap-

tahap pelaksanaannya. Menurut Nurasma (2008:51) tahap-tahap model

kooperatif tipe STAD adalah: “a. penyajian materi, b. kegiatan belajar

kelompok, c. pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok, d. peserta

didik mengerjakan soal-soal tes secara individual, e. pemeriksaan hasil tes,

f. penghargaan kelompok”.

Selanjutnya Slavin (2009) menjelaskan, “model kooperatif tipe

STAD terdiri atas lima komponen utama: presentase kelas, tim, kuis, skor

kemajuan individual, rekognisi tim”.

Berdasarkan pendapat yang dikemukan di atas, dapat

disimpulkan bahwa langkah-langkah kooperatif tipe STAD sebagai

berikut:

1) Penyajian materi, Setiap pembelajaran dengan menggunakan model

ini dimulai dengan penyajian materi oleh guru di dalam kelas. Ini

merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan

atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, 2) Kegiatan belajar

kelompok, Masing-masing kelompok berkumpul untuk mempelajari


16

lembar kegiatan atau materi lainnya. Dalam kerja kelompok setiap

anggota tim harus melakukan yang terbaik untuk timnya, oleh karena

itu setiap anggota tim harus bekerja sama, 3) Pemeriksaan terhadap

hasil kegiatan kelompok, Kegiatan ini dilakukan dengan cara masing-

masing perwakilan tim/kelompok membacakan hasil kerja

kelompoknya di depan kelas dan kelompok yang lain menanggapinya.

Sehingga terciptalah interaksi antara peserta didik, 4) Mengerjakan

soal-soal tes secara individual, Setelah akhir satu atau dua periode

setelah guru memberikan prensentasi dan sekitar satu atau dua periode

praktek tim, para peserta didik akan mengerjakan kuis/tes. Para

peserta didik tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam

mengerjakan kuis. Sehingga setiap peserta didik bertanggung jawab

secara individual untuk memahami materinya, 5) Pemeriksaan hasil

tes, Pemeriksaan hasil tes dilakukan oleh guru, dengan cara membuat

daftar skor peningkatan setiap individu yang kemudian dimasukkan

menjadi skor kelompok, 6) Penghargaan kelompok, Tim/kelompok

akan mendapat sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila

skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu.

2) Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam

Pembelajaran Geografi

Penerapan model kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran

Geografi akan lebih menarik bagi peserta didik sehingga diharapkan dapat
17

meningkatkan minat belajar siswa karena dengan menggunakan model ini

peserta didik akan ikut aktif berpartisipasi dalam pembelajaran, sehingga

pembelajaran akan lebih bermakna. Dan juga bisa melatih peserta didik

untuk bekerja sama, menerima keberagaman, serta membina sikap sosial

melalui kerja kelompok.

Untuk mencapai tujuan tersebut, sesuai dengan pendapat

Nurasma yang telah diuraikan sebelumnya maka tahap-tahap model

kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran Geografi dapat dilaksanakan

dengan memperhatikan tahap-tahap sebagai berikut:

1. Tahap persiapan

Agar pelaksanaan pembelajaran model kooperatif tipe STAD

dapat berjalan dengan efektif, perlu dilakukan persiapan sebelum

pelaksanaannya. Persiapan yang perlu dilakukan sebelum pembelajaran

adalah sebagi berikut:

a) Membuat perencanaan pembelajaran,

di mana di dalamnya terdapat langkah-langkah proses pembelajaran

model kooperatif tipe STAD yang akan dilaksanakan, b) Membagi

peserta didik dalam kelompok kooperatif, c) Mempersiapkan teks

bacaan, bahan ajar, media pembelajaran, lks dan kunci lks untuk masing-

masing kelompok, d) Menentukan skor dasar awal, skor dasar merupakan

skor pada kuis sebelumnya.

2. Tahap pelaksanaan

Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif


18

tipe STAD sangat dibutuhkan penjelasan dan arahan dari guru, secara

operasional. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah sebagai

berikut:

3. Penyajian materi

Sebelum menyajikan materi, terlebih dahulu guru menjelaskan

tujuan pembelajaran, memotivasi peserta didik dalam kelompoknya

untuk bekerja sama. Selanjutnya guru menyajikan materi pembelajaran

sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai seperti menganalisis

atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan dimuka bumi. Dalam

pelaksanaan penelitian ini penyajian materi peneliti lakukan dengan

tanya jawab. Penyajian materi dilakukan lebih kuran 15 menit.

4. Kegiatan belajar kelompok

Pada tahap ini pertama sekali guru memberikan dua rangkap

LKS pada setiap kelompok, setelah itu guru menjelaskan ketentuan

yang berlaku di dalam kelompok kooperatif. Selanjutnya meminta

peserta didik untuk bekerjasama dalam kelompok untuk menyelesaikan

masalah dan pertanyaan yang terdapat pada LKS yang telah dibagikan.

5. Pemeriksaan terhadap hasil kegiatan

kelompok

Pada tahap ini yang dilakukan oleh guru: a) meminta masing-

masing perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerja

kelompoknya ke depan kelas, b) menugasi kelompok lain memberikan

tanggapan atas hasil kerja kelompok yang disajikan, c) Membagikan


19

kunci jawaban pada setiap kelompok, dan setiap kelompok memeriksa

sendiri hasil pekerjaannya serta memperbaiki jika masih terdapat

kesalahan-kesalahan.

6. Mengerjakan soal-soal tes secara

individual

Pada tahap ini peserta didik diberikan soal-soal kuis/evaluasi

secara individu. Dalam menjawab soal-soal tersebut peserta didik tidak

boleh bekerja sama dan saling membantu.

7. Pemeriksaan hasil tes

Pemeriksaan hasil tes dilakukan oleh guru, dengan cara

membuat daftar skor peningkatan setiap individu yang kemudian

dimasukkan menjadi skor kelompok.

8. Penghargaan kelompok

Setelah diperoleh hasil kuis, kemudian dihitung skor

peningkatan individual berdasarkan selisih perolehan skor kuis

terdahulu (skor dasar) dengan skor kuis terakhir. Maka kelompok yang

memperoleh skor yang tertinggi akan mendapat penghargaan berupa

piagam

B. Kerangka Konseptual

Banyak metode yang dapat dilakukan oleh guru dalam melaksanakan

pembelajaran Geografi. Hal itu dimaksudkan agar peserta didik merasa

tertarik dan menigkatkan aktivitas dalam mempelajari geografi. Tujuannya


20

adalah agar pembelajaran dapat tercapai dengan baik dan meningkatkan hasil

belajar.

Pelaksanaan model pembelajaran STAD ini diharapkan peserta didik

mampu mengembangkan kemampuan dan aktivitas siswa. Siswa diberikan

kesempatan untuk bertanya, menjawab, memberi saran / tanggapan,

menanggapi / menyangga, menyimpulkan, Lebih jelasnya bentuk kegiatan

yang peneliti laksanakan terlihat pada gambar berikut:

Mengerjakan tugas
kelompok

Bertanya dalam
kelompok
Model
Pembelajaran
STAD Aktivitas
Belajar Siswa
Menjawab
Pertanyaan

Menanggapi tugas
kelompok

Gambar II.1. Kerangka Konseptual

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan rumusan masalah dan kajian teori yang telah dipaparkan

sebelumnya, maka hipotesis tindakan yang diajukan adalah: Melalui model


21

pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas siswa pada

pembelajaran geografi kelas X IPA 3 semester I di SMAN 4 Padang.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas

(classroom action recearch), yaitu penelitian reflektif oleh prilaku tindakan

yang dilakukan oleh guru sendiri untuk memperbaiki proses pembelajaran yang

menjadi tanggung jawabnya, dengan tujuan untuk meningkatkan aktivitas

belajar. Penelitian tindakan kelas ini dalam bentuk model siklus mengadopsi

pendapat Kemmis dan Mc. Tagart.

B. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Negeri 4

Padang, yang berlokasi di Jln. Linggar Jati No. 1. Kecamatan Lubuk

Begalung, ± 4 Km dari pusat Kota Madya Padang. Untuk sampai di SMAN

4 Padang harus melewati pemukinan penduduk, berjarak ±400 meter dari

jalan raya.

2. Subjek Penelitian
22

Dalam penelitian tindakan kelas ini yang menjadi subyek

penelitian adalah siswa kelas X IPA 3 untuk mata pelajaran geografi yang

terdiri dari 32 orang siswa, dengan komposisi 19 orang siswa perempuan

dan 13 orang siswa laki-laki. Adapun yang terlibat dalam penelitian ini
21
adalah :

a. Peneliti sebagai praktisi pada kelas X IPA 3 SMAN 4 Padang

b. Guru kelas yang bersangkutan dan dibantu oleh teman sejawat.

3. Waktu atau Lama Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada semester satu periode Agustus /

Desember tahun ajaran 2013/2014 pada kelas X IPA 3 SMAN 4 Padang,

Kecamatan Lubuk Begalung. Terhitung dari waktu perencanaan sampai

penulisan laporan hasil penelitian. Penelitian ini dilakukan sebanyak 2

siklus dengan rentang waktu 4 kali pertemuan (12 jam pelajaran). Siklus I

dilakukan dalam 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 3 jam pelajaran 1

kali pertemuan dan siklus II dilakukan 1 kali pertemuan dengan alokasi

waktu 3 jam pelajaran.

C. Prosedur Penelitian

Menurut Kemmis dan Mc.Taggart (2002) prosedur penelitian tindakan

mengunakan model siklus yang terdiri dari empat bagian yaitu: perencanaan

(planning), pelaksanaan (acting), Pengamatan (observasi) dan refleksi yang

dirancang dalam 2 siklus yaitu:

1) Siklus 1
23

1) Perencanaan

a) Mempersiapkan jadwal penelitian tindakan kelas

b) Merencanakan materi yang akan dilaksanakan pada waktu penelitian

agar mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada

siswa dalam pembelajaran

c) Mempersiapkan silabus

d) Mempersiapkan rencana pembelajaran dengan mengacu pada tindakan

yang diterapkan dalam PTK

e) Mempersiapkan media yang akan dipakai pada saat penelitian.

f) Mempersiapkan format Observasi

2) Pelaksanaan tindakan

a) Guru menjelaskan maksud pembelajaran

b) Membentuk kelompok yang beranggotakan 4-5 orang

c) Guru menyajikan pembelajaran

d) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-

anggota kelompok

e) Guru memberi kuis atau pertanyaan kepada seluruh peserta didik.

Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu

f) Siswa yang aktif mendapatkan nilai

g) Diakhir pembelajaran guru bersama siswa menyimpulkan materi

pelajaran dan diberi pekerjaan rumah

3) Pengamatan
24

Kegiatan pengamatan disini adalah yang dilakukan oleh guru/observer

terhadap guru, pada saat proses pembelajaran Geografi berlangsung.

Kegiatan yang diamati disini adalah aktivitas siswa kelas X IPA 3

Semester 1 SMAN 4 Padang yang meliputi: Mengerjakan tugas

kelompok, Bertanya dalam kelompok, Menjawab Pertanyaan,

Menanggapi tugas kelompok. Melalui model pembelajaran kooperatif

tipe STAD

4) Refleksi

Refleksi dilkukan sebagai acuan atau pedoman untuk memperbaiki

kelemahan-kelemahan yang ditemui pada siklus I .

2) SIKLUS II

Bila perubahan yang diharapkan belum tercapai pada siklus I, maka

diperlukan langkah selanjutnya pada siklus II. Kegiatan pada siklus II

merupakan kesatuan dari tahap pada siklus I, namun tindakan dikurangi atau

diperbaharui sesuai hasil kesepakatan guru dengan peneliti untuk melangkah

perbaikan yang lebih tepat. Apabila perbaikan yang diharapkan telah tercapai

minimal 70% maka indikator keberhasilan sudah memenuhi kriteria.

1. Perencanaan (planning)

a. Menetapkan konsep materi yang akan dijadikan bahan

pembelajaraan

b. Membuat rencana skenario pembelajaran

c. Mempersiapkan silabus

d. Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)


25

e. Membagi siswa dalam beberapa kelompok

2. Pelaksanaan

a. Guru menjelaskan maksud pembelajaran

b. Membentuk kelompok yang anggotanya 4-5 orang

c. Guru menyajikan pelajaran

d. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh

anggta-anggota kelompok

e. Guru memberi kuis atau pertanyaan kepada seluruh peserta didik.

Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu

f. Siswa yang aktif mendapat nilai

g. Diakhir pembelajaran guru bersata siswa menyimpulakan materi

pelajaran dan diberi pekerjaan rumah

3. Pengamatan (observasi)

Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung

yakni dilakukan guru untuk mengamati pengamatan siswa sehubungan

dengan kegiatan model pembelajaran STAD.

4. Refleksi

Refleksi dilakukan sebagai acuan atau pedoman untuk

memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ditemui.

D. Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer
26

Data primer yaitu data yang diperoleh dan diambil langsung dari objek

yang diteliti, penelitian dilakukan secara langsung kepada responden baik

itu wawancara maupun obsevasi, untuk memperoleh informasi tentang

aktivitas siswa kelas X IPA 3 di SMAN 4 Padang.

2. Data Sekunder

Data sekuder adalah data yang diperoleh dari instansi-instansi terkait

yaitu SMAN 4 Padang, untuk memperoleh jumlah siswa dan profil SMAN 4

Padang.

E. Teknik Analisa Data

Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, data yang dikumpulkan

pada waktu observasi dinalisis dengan mengunakan teknik analisis

persentase.

f
%P=  100% (Sudjana, 2005)
n

%P = Persentase jumlah siswa yang terlibat


f = Jumlah siswa yang terlibat

n = Jumlah total siswa seluruhnya

Untuk mengetahui kenberhasilan penelitian ini di gunakan ketentuan

persentase interval dan kategori keaktifan siswa seperti pada tabel di bawah

ini :

Tabel II.1 Tabel interval dan kategori aktivitas siswa


No Interval Kategori
1 76-100 Baik sekali
27

2 59-75 Baik
3 46-58 Cukup
4 <45 kurang

F. Target penelitian

Aktivitas pada interval persentase 59% - 75% maka aktivitas siswa yang di

harapkan telah tercapai, sehingga tindakan yang lainnya tidak diperlukan lagi.

Sebaliknya apabila aktivitas siswa < dari 59% - 75% maka target penelitian

belum tercapai. Dengan demikian tindakan untuk siklus berikutnya masih

diperlukan.

G. Pembuatan Instrument Penelitian

a. Lembar Observasi

Lembar observasi yang digunakan observasi berstruktur dengan teknik

supervisi klinis. Lembar observasi berstruktur dengan mengungkapkan

aktivitas siswa dalam belajar.

b. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan siswa selama proses pembelajaran yang

dibuat pada siklus, hal ini akan mendapatkan asumsi tentang aktivitas

belajar siswa, aktivitas siswa baik atau sebaliknya. Berupa lampiran

gambar dari kegiatan aktivitas siswa tersebut.


28

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI SEKOLAH PENELITIAN

PROFIL SEKOLAH

1. DATA SEKOLAH

a. Nama Sekolah : SMA NEGERI 4 PADANG

b. Alamat Sekolah :

 Jalan : Linggarjati No.1 Padang

 Kelurahan : Lubuk Begalung

 Kecamatan : Lubuk Begalung

 Kabupaten/ Kodya : Padang

 Kode Pos : 250221

 Telepon : (0751) 71361

Website : sma4-Padang.sch.id

Email : SMA4 Pdg@yahoo.com

c. Status Sekolah : Negeri


29

d. Nama Yayasan :-

e. N.S.S/NIS : 301086103004/300040

f. Luas tanah : 9330 m2. Luas bangunan lantai bawah :

480 m2

g. Status tanah dan bangunan : Milik sendiri


28
: Sertifikat No. 030106084.00001

h. Jumlah Ruang Belajar : 24 Lokal kelas

i. Waktu belajar : Pagi, pukul 07.00 s/d 14.35 WIB

Mata pelajaran bahasa asing : Bahasa Jepang

j. Jenis kegiatan ekstrakurikuler:

1) Pramuka

2) PMR

3) SKR

4) Basket

5) Pasus

6) Senam Kesegaran Jasmani

7) Jurnalistik

k. VISI, MISI, TUJUAN STRATEGI SEKOLAH :

1) VISI

GLOBAL, UNGGUL, IMTAQ, CINTA LINGKUNGAN,

BERBUDAYA MINANGKABAU

2) MISI
30

a) Mengembangkan sekolah yang berwawasan intelektual dengan

pelayanan ISO 9001 :2008

b) Mengembangkan penguasaan ICT dalam setiap aspek kegiatan di

sekolah

c) Mengimplementasikan penggunaan bahasa asing (Bhs Inggris,

Jepang, Arab, Mandarin)

d) Melaksanakan prestasi bidang akademik

e) Melaksanakan pemanfaatan dan penerapan teknologi

f) Melaksanakan prestasi bidang non akademik

g) Melaksanakan aktivitas keagamaan

h) Menjunjung tinggi sikap cinta tanah air

i) Menjaga kelestarian dan keindahan lingkungan

j) Mengimplementasikan budaya bersih lingkungan

k) Mengaplikasikan nilai – nilai luhur budaya minangkabau melalui

beragam kegiatan

l) Berpartisipasi dalam mengembangkan dan memajukan potensi

daerah

3) TUJUAN

a) Menjadikan sekolah global, berstandar internasional sesuai tuntutan

SMM ISO 9001 : 2008

b) Meningkatkan penguasaan ICT warga sekolah


31

c) Mengembangkan kompetensi berbahasa asing di lingkungan

sekolah

d) Meningkatkan skor TOEFL/ TOEIC guru dan peserta didik

e) Meningkatkan jumlah peserta didik yang diterima di perguruan

tinggi favorit di dalam dan luar negeri

f) Mengembangkan pemanfaatan dan penerapan teknologi dalam

lingkungan sekolah

g) Meningkatkan prestasi dalam bidang non akademik

h) Mengintegrasikan imtaq dalam setiap aspek pembelajaran

i) Menanamkan rasa cinta tanah air

j) Mengembangkan dan memajukan potensi daerah di lingkungan

sekolah

k) Mengintegrasikan cinta lingkungan di setiap kegiatan pembelajaran

l) Meningkatkan K7 (Kebersihan, keindahan, kenyamanan,

kedisplinan, kerindangan, ketertiban, dan keamanan) di lingkungan

sekolah

m) Menerapkan nilai – nilai budaya minangkabau dalam selurruh

aspek kegiatan

4) STRATEGI

a) Peningkatan kemampuan profesional guru

b) Peningkatan jumlah siswa yang diterima di perguruan tinggi

c) Peningkatan amino siswa di bidang bahasa inggris dan sains


32

d) Peningkatan sarana dan prasarana

e) Peningkatan fungsi laboratorium sebagai penyelenggara kreativitas

siswa

f) Peningkatan suasana sekolah yang kondusif

g) Peningkatan kualitas pelaksanaan keagamaan

h) Peningkatan prestasi di bidang non akademik

i) Peningkatan penerapan budaya alam minangkabau

2. IDENTITAS KEPALA SEKOLAH

a. Nama Kepala Sekolah : Drs. Yunisra M.Kom

b. Tempat/ tanggal lahir : Pitalah, T. Datar, 30 Juni 1963

c. Alamat Rumah : Sp. Tiga No. 2 Kel. Air Tawar Timur

Padang

d. Tanggal Pengangkatan : 18 Juli 2008

e. Jabatan sebelumnya : Kepala SMA Negeri 6 Padang

f. Pertama kali diangkat : SMA 6 Padang tanggal 18 Desember

2004

3. KOMPONEN SEKOLAH

a. Peserta didik

Tabel IV.1: Jumlah Rombongan Belajar Dan Siswa/ Jurusan/ Program


Kelas Rombel Jenis Jumlah
Laki – laki Perempuan
X 10 116 202 318
XI 8 144 152 266
33

XII 6 99 178 277


861
Sumber : Data Sekunder 2013

b. Jumlah Guru

Tabel IV.2: Jumlah Tenaga Pengajar Di SMA Negeri 4 Padang


Pendidikan Terakhir GT GTT Jumlah
S2 9 9
S1 73 8 81
D3 7 7
D2 1 1
Jumlah 90 8 98
Sumber : Data Sekunder 2013

c. Sarana dan Prasarana

Tabel IV.3: Sarana Dan Prasarana SMA Negeri 4 Padang


No Jenis Ruangan Kepemilikan Jumlah Keadaan
Ada Tidak Baik Kurang/
Belum siap
1 R. Belajar √ √
2 R. Serbaguna √ √
3 Laboratorium √ √
4 Perpustakaan √ √
Sumber : Data Sekunder 2013

B. Deskripsi Pembelajaran Geografi Di Sman 4 Padang

SMAN 4 Padang salah satu sekolah yang berkompeten memliki dua

jurusan utama yaitu IPA dan IPS, terdiri dari kelas X, XI, dan XII. Pada

masing-masing tingkatan kelas tersebut memilki jurusan IPS, dalam jurusan

IPS tersebut terdapat mata pelajaran geografi. Guru geografi yang ada di
34

SMAN 4 juga sangat berkopeten dibidang geografi, beliu guru-guru senior

yang telah berpengalaman mengajar puluhan tahun.

Pada kurikulum 2013 mata pelajaran geografi terdapat pada jurusan

IPA, yaitu sebagai mata pelajaran lintas minat yang harus diambil oleh setiap

siswa, sedangkan pada jurusan IPS geografi tergolong dalam kategori

peminatan atau mata pelajaran wajib. Penelitian ini dilaksankan pada jurusan

IPA kelas X. Penerapan awal dari kurikulum 2013 pada mata pelajaran

geografi sangat cocok, siswa diminta aktif, untuk mengidentifikasi, menanya,

menganalisis, dan mempulikasikan materi yang dipelajari dalam kelas dengan

fenomena lingkungan sekitar. Mengembangkan pemahaman dan kompetensi

siswa organisasi sosial, masyarakat, tempat-tempat dan lingkungan pada muka

bumi.

Mengembangkan pemahaman proses-proses fisik yang membentuk

pola-pola muka bumi, karakterisktik spasial ekologis bumi,sehingga siswa

memahami bahwa mengagungkan ciptaan tuhan bumi yang kita tempati ini.

Serta memotivasi siswa untuk lebih aktif menelaah dan menyadari bahwa

kebudayaan dan pengalaman mempengaruhi persepsi manusia tentang tempat-

tempat dan wilayah di muka bumi.

Pembelajaran geogarfi di SMAN 4 padang sangat diminati oleh siswa,

karna pelajaran geografi gampang dicerna dengan akal pikiran secara

sederhana. Apalagi jika guru yang memberikan pelajaran memeberikan media

yang bagus, salah satu contohnya dengan menayangkan gamabar slide power

poin, video fenomena alam, bumi, planet dan lain sebagainya, siswa akan
35

antusias untuk melihatnya. Namun begitu kendala dalam pembelajaran

geografi juga banyak ditemui, salah satunya keaktivan siswa yang kurang.

Selain itu kendala jika guru menggunakan media elektronik tersebut jika ada

gangguan teknis seperti mati lampu, akan membuat susana belajar tidak

berjalan dengan baik. Kendala lai juga ditemui kurangnya media pembelajaran

geografi seperti buku sumber, peta, atlas dan globe, sehingga guru harus

berfikir keras untuk mengatasi kendala tersebut.

C. Hasil Penelitian

Pada bab ini di jelaskan temuan hasil penelitian tentang “ upaya

meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif

tipe STAD di kelas X IPA 3 SMAN 4 Padang, pada mata pelajaran geografi,

semester 1 tahun pelajaran 2013-2014 dengan jumlah siswa 32 orang.

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus

dilaksanakan dua kali pertemuan.

Berikut ini disajikan gambaran materi pembelajaran pada setiap siklus

yang akan di bahas sesuai dengan kurikulum 2013 dan hasil pengamatan pada

siklus 1 yang merupakan landasan pertama untuk prencanaan siklus

berikutnya.

Hasil dari penelitian pada siklus 1 akan menjadi tolak ukur perubahan

dan perbaikan yang sesuai terhadap proses dan teknik yang akan diterapkan

pada siklus II. Siklus dan materi yang di ajarkan pada penelititan ini dapat

dilihat pada tabel berikut ini.


36

Tabel IV.4: Jadwal pelaksanaan Siklus I dan siklus II


No Hari/Tanggal Siklus/Pertemuan Materi Yang di Bahas
1 Jumat I/1 1. Teori penciptaan planet bumi
11 - 10-2013
Jumat I/2 2. Gerak rotasi dan revolusi
18 -10-2013 bumi

2 Jumat II/1 1. Karakteristik lapisan bumi


1-11-2013 dan pergeseran benua

Jumat II/2 2. Kala geologi dan sejarah


8 -11-2013 kehidupan
Kelayakan Planet Bumi
Untuk Kehidupan
Sumber : Pengolahan Data Primer 2013
I. Pelaksanaan Siklus Pertama

a. Prencanaan

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk

meningkatkan aktivitas belajar siswa berpedoman dari langkah-langkah

penelitian yang dirumuskan dalam prosedur penelitian . aktivitas yang

dilakukan antara lain

 Membuat jadwal penelitian tindakan kelas

 Menentukan materi yang akan dilaksanakan pada waktu penelitian

agar mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaiakan kepada

siswa dalam pembelajaran


37

 Mempersiapkan silabus

 Mempersiapkan rencana pelaksaan pembelajaran dengan mengacu

pada tindakan yang diterapkn dalam PTK

 Menyiapkan media yang akan dipakai pada saat penelitian.

 Membagi siswa dalam beberapa kelompok

b. Tindakan

Langkah selanjutnya adalah melaksanakan tindakan skenario

pembelajaran sesuai dengan yang telah di rencanakan bersama kolaborator

untuk setiap siklus tindakan yang dilakukan mengikuti tahapan sebagai berikut:

 Kegiatan Awal

o Salam

o Menyiapkan kelas / siswa

o Berdo’a

o Mengabsen siswa

o Orientasi

o Apersepsi

o Motivasi

o Pemberi Acuan KD

 Kegiatan inti

o Guru menjelaskan maksud pembelajaran

o Membentuk kelompok yang beranggotakan 4-5 orang

o Guru menyajikan pembelajaran


38

o Guru memberi tugas kepada setiap kelompok untuk dikerjakan oleh

anggota-anggota kelompok (Siswa mengamati, mengidentifikasi,

menganalisis, menyimpulkan dan menyajikan hasil diskusi)

o Guru memberi kuis atau pertanyaan kepada seluruh peserta didik.

Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu

o Siswa yang aktif mendapatkan nilai

 Kegiatan akhir

o Guru memberikan penguatan dari hasil diskusi

o Menginformasikan materi untuk pertemuan berikutnya

o guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran dan

memberikan pekerjaan rumah

o Diakhir pembelajaran guru mengucapkan salam Salam dan siswa

berdoa setelah belajar

c. Observasi

Sesuai dengan tujuan peneliti yang telah dikemukakan sebelumnya

yaitu untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran geografi

melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dikelas X IPA 3

SMAN 4 Padang dengan indikator belajar siswa yaitu : Mengerjakan tugas

kelompok, Bertanya dalam kelompok, Menjawab Pertanyaan, Menanggapi

tugas kelompok.

Distribusi persentase frekuensi aktivitas belajar dapat dilihat dari hasil

analisis data pada tabel berikut:

Tabel IV.5: Distribusi data aktivitas belajar siswa


39

pada siklus I pertemuan I


No Aktivitas siswa f n %
1 Mengerjakan tugas kelompok 22 32 68,75
2 Bertanya dalam kelompok 9 32 28,12
3 Menjawab Pertanyaan 5 32 15,62
4 Menanggapi tugas kelompok. 9 32 28,12
Sumber : Pengolahan Data Primer 2013

Berdasarkan tabel IV.5 dapat dilihat bahwa dalam mengerjakan tugas

kelompok terdapat aktivitas belajar tertinggi yakni 22 orang, dengan persentase

68,75%, sedangkan siswa yang lainnya belum lengkap mengerjakan tugas

kelompok. Aktivitas terendah ada pada menjawab pertanyaan yakni 5 orang,

dengan persentase 15,62%. Sementara siswa yang lainnya ada yang diam,

melamun, asyik membaca buku, mengerjakan tugas lain. Pada aktivitas

bertanya dalam kelompok dan menanggapi tugas kelompok lain, masing-

masing memilki kesamaan yaitu 9 orang siswa dengan persentase masing-

masing adalah 28,12%. Sedangkan sisiwa yang lainnya tidak mau untuk

menanggapi dan mengajukan pertanyaan hak ini di karenakan merasa kurang

percaya diri, malu kepada guru dan teman dan kurang menguasai materi yang

dibahas dalam diskusi. Dengan demikian rata-rata akhir aktivitas dengan

persentase 35,15%.

Pada siklus I pertemuan I siswa kelas X IPA 3 nampaknya belum

sepenuhnya aktiv dalam proses pembelajaran terutama dalam penggunaan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Tetapi dengan adanya arahan dan

bimbingan yang diberikan guru tentang apa yang harus dikerjakan dalam

kelompok, akhirnya siswa dapat mengerjakan tugas dengan antusias sekalipun

untuk beberapa orang siswa hanya asyik melihat teman yang sedang
40

beraktivitas dan menertawakan teman. Distribusi persentase frekuensi aktivitas

belajar dapat dilihat dari hasil analisis data pada tabel berikut:

Tabel IV.6: Distribusi data aktivitas belajar siswa


pada siklus I pertemuan II
No Aktivitas siswa f n %
1 Mengerjakan tugas kelompok 29 32 90,62
2 Bertanya dalam kelompok 10 32 31,25
3 Menjawab Pertanyaan 8 32 25
4 Menanggapi tugas kelompok. 11 32 34,37
Sumber : Pengolahan Data Primer 2013
Berdasarkan tabel IV.6 diatas, aktivitas belajar paling banyak terdapat

pada mengerjakan tugas kelompok sebanyak 29 orang, dengan persentase

90,62%. Siswa yang lainnya belum lengkap mengerjakan tugas kelompok.

Aktivitas belajar yang kedua banyak dilakukan siswa adalah menanggapi tugas

kelompok sebanyak 11 orang dengan persentase keaktivan adalah 34,37%,

sementara siswa yang lain tidak mau menanggapi penampilan kelompok lain

karena malu atau tidak percaya diri. Pada aktivitas bertanya dalam kelompok

siswa sebanyak 10 orang dengan persentase 31,25%. Sedangkan aktivitas

siswa terendah dalam proses pembelajaran adalah menjawab pertanyaan

sebanyak 8 orang dengan persentase 25%, selebihnya siswa tidak mau

menjawab pertanyaan. Dengan demikian rata-rata akhir dari 4 kelompok

aktivitas belajar siswa yang di teliti pada siklus I pertemuan II adalah dengan

persentase sebesar 45,32%. Artinya mengalami peningkatan sebesar 10,17%

jika dibandingkan dengan aktivitas belajar siswa pada siklus I pertemuan I.

Distribusi persentase frekuensi rekapitulasi aktivitas belajar siklus I dapat

dilihat dari hasil analisis data pada tabel berikut:


41

Tabel IV.7: Rekapitulasi Data Aktivitas Belajar


Siswa Pada Siklus I
Peretmuan
Peningkatan
No Aktivitas Siswa I II
f n % f n % f n %
Mengerjakan tugas 22 32 68,75 29 32 90,62 26 32 81,25
1
kelompok
Bertanya dalam 9 32 28,12 10 32 31,32 10 32 31,25
2
kelompok
3 Menjawab Pertanyaan 5 32 15,62 8 32 25 7 32 21,87
Menanggapi tugas 9 32 28,12 11 32 34,37 10 32 31,25
4
kelompok.
Jumlah 45 140,61 58 181,31 53 165,62
Rata-rata 11,25 35,15 14,5 45,32 13,25 41,40
Sumber : Pengolahan Data Primer 2013

Berdasarkan tabel IV.7 dapat dilihat bahwa dari ke empat komponen

aktivitas belajar siswa yang di amati pada siklus I ternyata aktivitas belajar

tertinggi terdapat pada mengerjakan tugas kelompok yakni 26 orang dengan

persentase 81,25, terlihat bahwa siswa dominan mengerjakan tugas

kelompoknya saja. Selanjutnya aktivitas terendah ada pada aktivitas menjawab

pertanyaan yakni 7 orang dengan persentase 21,87. Pada aktivitas bertanya

dalam kelompok siswa sebanyak 10 orang dengan persentase 31,25%.

Sedangkan aktivitas menanggapi tugas kelompok siswa sebanyak 10 orang

dengan persentase 31,25%. Dari Hasil observasi aktivitas belajar siswa pada
42

siklus I dapat dilihat bahwa aktivitas belajar siswa pada setiap pertemuan

mengalami peningkatan namun belum mencapai target yang ditentukan yaitu

hanya 42% maka penelitian ini perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya (siklus

II).

d. Refleksi

Berdasarkan hasil analisis data observasi bersama guru mitra sebagai

obsever yaitu Toni Virmayas, S.Pd dapat disimpulkan refleksi pada siklus I,

dengan dua kali pertemuan (6 x 45menit/ 2 jenjang pertemuan) bahwa

penggunaan model pembelajaran kopoperatif tipe STAD dalam bentuk kerja

kelompok dan tanya jawab cukup mempengaruhi aktivitas belajar siswa.

Hal ini dapat dilihat dari rekapitulasi pada siklus I, aktivitas

mengerjakan tugas kelompok dengan rata-rata persentase sebesar 81,25%

termasuk kategori baik sekali. Bertanya dalam kelompok dengan rata-rata

persentase sebesar 31,25%, termasuk kategori kurang. Menjawab Pertanyaan

dengan rata-rata persentase sebesar 21,87%, termasuk kategori kurang.

Selanjutnya aktivitas menanggapi tugas kelompok rata-rata persentase sebesar

31,25%, termasuk kategori kurang.

Setelah dilihat dari semua indikator yang dikemukakan dari penelitian

secara total belum mencapai target yang di inginkan artinya jumlah siswa yang

aktiv masih di bawah 60%, namun ada beberapa kelemahan yang di temukan

pada siklus I. Pertama, sekali sifat malas pada diri siswa, kurangnya buku
43

sumber yang dipakai siswa dan hanya mengandalkan rangkuman materi yang

diberikan oleh guru. Kedua, siswa menjawab pertanyaan dalam kelompok baik

dari guru dan teman, maupun menanggapi kelompok lain seadanya bahkan

kadang-kadang tidak relevan dengan materi yang dibahas. Ketiga, masih

banyak siswa yang belum aktif dimana yang bertanya dan mengerjakan tugas

hanya orang-orang tetap yang itu saja terutama pada indikator-indikator

aktivitas tertentu hal ini diakibatkan oleh adanya rasa malu terhadap teman

sekelas dan tidak percaya diri atau takut salah dalam mengemukakan pendapat

di depan teman-temannya, ini karna semua kebiasaan siswa yang masih

mendapat materi hanya tertumpu pada metode ceramah dari guru.

Berdasarkan kelemahan-kelemahan yang ditemukan dalam siklus I

maka perlu dicarikan solusi dengan melakukan revisi terhadap tindakan yang

dilakukan antara lain: 1) pertama sekali guru harus merubah pandangan siswa

terhadap penyampaian materi yang tertumpu pada ceramah dari guru saja 2)

Guru membimbing siswa untuk merumuskan pertanyaan, menjawab dan

berpendapat, sehingga relevan dengan materi yang didiskusikan, 3) Guru

mengarahkan siswa untuk mencari buku sumber pembelajaran agar siswa

mempunyai wawasan dan pengetahuan yang luas sehingga mampu bertanya,

menjawab, dan menanggapi dengan baik, baik dari sumber internet dan media

cetak lainya, 4) Guru menugaskan siswa untuk mempelajari dan menyiapkan

pertanyaan materi yang akan dibahas minggu depan, 5) Adanya motivasi lebih

pada siswa yang belum aktif untuk menghilangkan rasa malas, takut dalam

dirinya dan menumbuhkan rasa percaya diri terhadap hasil pemikirannya


44

dengan memberikan penghargaan dan mengumumkan jumlah poin yang di

kumpulkan tiap kelompok.

Guru diharapakan mampu untuk mengatasi kekurangan waktu harus

bisa mengatur jalannya diskusi agar tidak larut dalam satu pertanyaan atau

tanggapan yang relevan serta untuk merealisasikan tindakan-tindakan tersebut

dilakukan pada siklus II.

II. Pelaksanaan Siklus Kedua

Siklus kedua merupakan lanjutan dari siklus pertama, baik materi,

pembagain kelompok dan aturan pembelajaran hampir sama dengan siklus

pertama. Namun ada beberapa hal yang perlu diperbaiki atau direvisi terutama

berkaitan dengan peningkatan aktivitas belajar siswa agar mengalami

peningkatan.

a. Perncanaan

Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk

meningkatkan aktivitas belajar siswa berpedoman dari langkah-langkah

penelitian yang dirumuskan dalam prosedur penelitian . aktivitas yang

dilakukan antara lain

 Membuat jadwal lanjutan penelitian tindakan kelas

 Menentukan materi lanjutan dari siklus I yang akan dilaksanakan pada

waktu penelitian pada siklus II agar mengetahui kompetensi dasar

yang akan disampaiakan kepada siswa dalam pembelajaran

 Mempersiapkan silabus

 Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran lanjutan dengan


45

mengacu pada tindakan yang diterapkan dalam PTK

 Menyiapkan media yang akan dipakai pada saat penelitian.

 Membagi siswa dalam beberapa kelompok

b. Tindakan

Langkah selanjutnya adalah melaksanakan tindakan skenario

pembelajaran sesuai dengan yang telah di rencanakan bersama kolaborator

untuk setiap siklus tindakan yang dilakukan mengikuti tahapan sebagai berikut:

 Kegiatan Awal

o Salam

o Menyiapkan kelas / siswa

o Berdo’a

o Mengabsen siswa

o Orientasi

o Apersepsi

o Motivasi

 Kegiatan inti

o Guru menjelaskan maksud pembelajaran

o Membentuk kelompok yang beranggotakan 4-5 orang


46

o Guru menyajikan pembelajaran

o Guru memberi tugas kepada setiap kelompok untuk dikerjakan oleh

anggota-anggota kelompok (Siswa mengamati, mengidentifikasi,

menganalisis, menyimpulkan dan menyajikan hasil diskusi)

o Guru memberi kuis atau pertanyaan kepada seluruh peserta didik.

Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu

o Siswa yang aktif mendapatkan nilai

 Kegiatan akhir

o Guru memberikan penguatan dari hasil diskusi

o Menginformasikan materi untuk pertemuan berikutnya dan

memberikan pekerjaan rumah

o Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran dan

memberikan pekerjaan rumah

o Diakhir pembelajaran guru mengucapkan salam Salam dan siswa

berdoa setelah belajar

c. Observasi

Sesuai dengan tujuan peneliti yang telah dikemukakan sebelumnya

yaitu untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran geografi

melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dikelas X IPA 3

SMAN 4 Padang dengan indikator belajar siswa yaitu : Mengerjakan tugas

kelompok, Bertanya dalam kelompok, Menjawab Pertanyaan, Menanggapi


47

tugas kelompok. Distribusi persentase frekuensi aktivitas belajar dapat dilihat

dari hasil analisis data pada tabel berikut:

Tabel IV.8: Distribusi data aktivitas belajar siswa


pada siklus II Pertemuan I
No Aktivitas siswa f n %
1 Mengerjakan tugas kelompok 30 32 93,75
2 Bertanya dalam kelompok 18 32 56,25
3 Menjawab Pertanyaan 18 32 56,25
4 Menanggapi tugas kelompok. 21 32 65,62
Sumber : Pengolahan Data Primer 2013

Berdasarkan tabel IV.8 aktivitas belajar siswa tertinggi ternyata masih

pada mengerjakan tugas kelompok yakni sebanyak 30 orang dengan

persentase 93,75%. Aktivitas siswa bertanya dalam kelompok yaitu sebanyak

18 orang dengan persentanse 56,25%, sementara siswa yang lain belum mau

bertanya baik kepada kelompok lain maupun pada guru tentang materi yang

didiskusikan. Pada Aktvitas menjawab pertanyaan yaitu sebanyak 18 orang

dengan persentase 56,25%. Aktivitas terakhir yaitu menanggapi tugas

kelompok sebanyak 21 orang dengan persentase 53,12%, ini juga mengalami

kenaikan yang cukup baik.masih ada beberapa siswa tidak mau menanggapi,

ini diakibatkan adanya rasa segan pada teman lain, atau malu pada guru serta

kurang memahami dair penyampaian materi oleh kelompok lain. Dari uraian

diatas rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus II pertemuan I dengan

persentase sebesar 67,96%. Distribusi persentase frekuensi aktivitas belajar

dapat dilihat dari hasil analisis data pada tabel berikut:

Tabel IV.9: Distribusi dalam aktivitas belajar siswa


pada siklus II pertemuan II
No Aktivitas siswa f n %
1 Mengerjakan tugas kelompok 32 32 100
48

2 Bertanya dalam kelompok 21 32 65,62


3 Menjawab Pertanyaan 22 32 68,75
4 Menanggapi tugas kelompok 21 32 65,62
Sumber: pengolahan data primer tahun 2013

Berdasarkan tabel IV.9 aktivitas belajar tertinggi adalah mengerjakan

tugas kelompok yakni sebanyak 32 orang dengan persentase 100%, artinya

semua siswa sudah mengerjakan tugas kelompok. Aktivitas siswa bertanya

dalam kelompok sebanyak 2 orang dengan persentase 65.62%, aktivitas

bertanya dalam kelompok ini sudah mengalami kenaikan yang baik pada

pertemuan ini, namun masih ada siswa lain merasa masih malu dan takut

untuk mengajukan pertanyaan. Sedangkan pada aktivitas menjawab pertanyaan

sebanyak 22 orang siswa dengan persentase 68,7%. Aktivitas terakhir adalah

menanggapi tugas kelompok dengan jumlah siswa yang akti sebnyak 21 orang

dengan persentase 65,62%. Dengan demikian rata-rata aktivitas belajar siswa

pada siklus II pertemuan II dengan persentase sebesar 74,99%. Distribusi

persentase frekuensi Rekapitulasi aktivitas belajar siklus II dapat dilihat dari

hasil analisis data pada tabel berikut:

Tabel IV.10: Rekapitulasi aktivitas belajar siswa siklus II


Peretmuan
Peningkatan
No Aktivitas Siswa I II
f n % f n % f n %
Mengerjakan 30 32 93,75 32 32 100 31 32 96,87
1
tugas kelompok
Bertanya dalam 18 32 56,25 21 32 65,62 20 32 62,5
2
kelompok
Menjawab 18 32 56,25 22 32 68,7 20 32 62,5
3
Pertanyaan
Menanggapi tugas 21 32 53,12 21 32 65,62 21 32 65,62
4
kelompok
Jumlah 87 259,37 96 299,94 92 287,49
Rata-rata 21,75 64,84 24 74,98 23 71,87
Sumber: pengolahan data primer tahun 2013
49

Berdasarkan tabel IV.10 diatas dapat dilihat bahwa dari ke empat

komponen aktivitas belajar siswa yang diamati pada siklus II, ternyata aktivitas

tertinggi terdapat pada aktivitas mengerjakan tugas kelompok yakni sebanyak

31 orang dengan persentase 96,87%. Aktivitas siswa bertanya dalam kelompok

sebanyak 20 orang dengan persentase 62,5%, siswa yang lain masih malas

untuk mengeluarkan pertanyaan tentang materi yang dibahas. Sedangkan

aktivitas menjawab pertanyaan sebanyak 20 orang dengan persentase 62,5%.

Pada aktivitas yang mengalami peningkatan yang stabil adalah menanggapi

tugas kelompok, lebih dari separuh siswa akti yaitu sebanyak 21 orang dengan

persentase 65,62%. Dari hasil observasi aktivitas belajar siswa pada siklus II

dapat dilihat bahwa aktivitas belajar siswa pada setiap pertemuan mengalami

peningkatan dan telah mencapai target ditentukan yaitu 60%, maka penelitian

ini tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya (siklus III)

d. Refleksi

Berdasarkan hasil analisis data observasi bersama guru mitra sebagai

obsever yaitu Toni Virmayas, S.Pd dapat disimpulkan refleksi pada siklus II,

dengan dua kali pertemuan (6 x 45menit/ 2 jenjang pertemuan) bahwa

penggunaan model pembelajaran kopoperativ tipe STAD dalam bentuk kerja

kelompok dan tanya jawab cukup mempengaruhi aktivitas belajar siswa.

Hal ini dapat dilihat dari rekapitulasi pada siklus II, aktivitas

mengerjakan tugas kelompok dengan rata-rata persentase sebesar 96,87% ini


50

termasuk kategori baik sekali. Aktivitas siswa yang mengalami kenaikan baik

adalah bertanya dalam kelompok dengan persentase rata-rata 62,5%, termasuk

kedalam kategori baik. Aktivitas menjawab pertanyaan dengan persentase rata-

rata 62,5%, termasuk kategori baik. Pada aktivitas terakhir menanggapi tugas

kelompok, lebih dari separuh siswa aktif dengan persentase rata-rata 65,62%,

termasuk kategori baik.

Dilihat dari semua indikator yang dikemukakan dari penelitian secara

total rata-rata aktivitas siswa sudah mencapai target yang diinginkan. Artinya

jumlah siswa yang aktif rata-rta 60%, kelemaha yang ditemukan pada siklus II

sudah meningkat jika dibandingkan dengan siklus I, beberapa kelemahan yang

ditemukan pada siklus II.

Pertama, masih ada beberapa orang siswa memilki sifat malas terhadap

belajar . Kedua, masih kurangnya buku sumber yang dimilki oleh siswa dan

hanya mengandalkan bahan ajar yang diberikan oleh guru. Ini membuat siswa

dalam bertanya pada guru dan teman, menjawab maupun menanggapi seadanya

saja dan kadang-kadang tidak relevan atau jauh melenceng dengan materi

yang dibahas.

Berdasarkan kelemahan-kelemahan yang ditemukan pada siklus II,

maka perlu dicarikan solusi dengan melakukan revisi terhadap tindakan yang

dilakukan antara lain: 1) Guru harus lebih berperan aktif memberi motivasi

pada sebagian siswa yang masih memilki sifat malas, agar sifat tersebut bisa

dihilangkan pada semua siswa, dengan memberikan penghargaan dan

mengumumkan jumlah poin yang di kumpulkan tiap kelompok. 2) Guru


51

membimbing siswa untuk merumuskan pertanyaan, menjawab dan

berpendapat, sehingga relevan dengan materi yang didiskusikan, 3) Guru

mengarahkan siswa untuk mencari buku sumber pembelajaran agar siswa

mempunyai wawasan dan pengetahuan yang luas sehingga mampu bertanya,

menjawab, dan menanggapi dengan baik, baik dari sumber internet dan media

cetak lainya.

Guru diharapakan mampu untuk mengatasi kekurangan waktu harus

bisa mengatur jalannya diskusi agar tidak larut dalam satu pertanyaan atau

tanggapan yang relevan

D. Pembahasan

1. Siklus pertama

Dari temuan yang didapat pada siklus pertama berkaitan dengan aktivitas

belajar siswa mengenai pembelajaran geografi setelah menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD yang terdiri dari dua kali pertemuan berinti

pada aspek-aspek yang di amati ternyata bahwa aktivitas dengan persentase

tertinggi berada pada mengerjakan tugas kelompok namun berbanding terbalik

dengan bertanya dalam kelompok yang merupakan aktivitas dengan persentase

terendah.

Pada Aktivitas tertinggi dua kali pembelajaran yakni aspek mengerjakan

tugas kelompok di temukan pada pembelajaran ke dua, dimana hampir

keseluruhan siswa aktif mengerjakan tugas kelompok dan pada pertemuan ini

ada satu orang siswa yang tidak hadir pada pertemuan pertama dengan alasan
52

izin. Sedangkan pada aktivitas bertanya dalam kelompok pada siklus satu

pertemuan ke dua siswa yang tidak hadir karean izin satu orang.

Rendahnya aktivitas siswa pada bertanya dalam kelompok berdasarkan

siswa disebabkan oleh hal-hal di bawah ini : 1) beberapa siswa yang masih

memiliki sifat malas mengikuti pelajaran atau rendahnya mental siswa untuk

belajar 2) rendahnya kemampuan sisiwa memahami materi yang diberikan, 3)

masih kurangnya kemampuan siswa mengemukakan ide dan pendapat, karena

terpaku pada bahan ajar dari guru.

Pada temuan tersebut sesuai dengan pendapat dalam mulyono (2001)

belajar aktif adalah "Suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan

siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil

belajar yang berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor"

Pendapat tersebut dikuatkan oleh sudjana (2005) dimana pendapat tersebut

berkesimpulan bahwa aktivitas belajar siswa mencakup dua hal yang tak

terpisahkan. Yakni aktivitas mental ( emosional, intelektual, dan sosial), serta

aktivitas motorik (gerak fisik) kedua aspek tersebut berkaitan antara yang satu

dengan yang lainnya saling mengisi dan saling menetukan, oleh sebab itu

keliru bila kita berpendapat bahwa optimalnya cara belajar siswa dilihat dari

gerak motorik atau kegiatan mental semata-mata.

Dari penjelasan diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa keaktivan siswa

dalam kegiatan pembelajaran hendaknya guru harus mengusahakan siswa aktif

baik jasmani maupun rohani, fisik, mental intelektual dan emosional. Dimana

pelaksanannya tidak bisa terpisahkan.


53

2. Siklus Ke dua

Dari temuan pada siklus ke dua yang berkaitan dnegan aktivitas belajar

siswa pada pembelajaran geografi setelah menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD yang terdiri dari dua kali pertemuan juga sesuai dengan

aspek yang di amati ternyata bahwa aktivitas dengan persentase yang tertinggi

adalah pada mengerjakan tugas kelompok. Sedangkan aktivitas yang memiliki

persamaan peningkatanya pada siklus kedua adalah memberikan pertanyaan

dan menjawab pertanyaan dalam kelompok. Aktivitas dengan persentase

tertinggi pada dua kali pertemuan pembelajaran yakni aspek mengerjakan tugas

kelompok terdapat pada pertemuan pertama yang cuma dua orang yang tidak

mengerjakan tugas kelompok dan pertemuan kedua dimana di siklus II ini

semua siswa sudah aktif semua mengerjakan tugas kelompok dengan baik.

Dari aktivitas memberikan pertanyaan dan menjawab pertanyaan pada

siklus dua pertemuan kedua lebih dari setengah jumlah siswa sudah menjawab

pertanyaan, namun ini indikator terendah siswa dikelas X IPA 3. Permasalahan

tersebut apabila ditanyakan kepada siswa yang bersangkutan tidak aktif, siswa

yang tersebut akan mengemukakan jawaban sebagai berikut: 1) siswa malas

belajar 2) siswa tersebut takut salah terhadap guru, 3) merasa malu kepada guru

terutama pada temannya, 4) siswa kurang menguasai materi.

Pada Temuan tersebut sesuai dan didukung oleh pendapat sadirman

(2009) pada bagian (oral aktivities) yaitu mengatakan, merumuskan, bertanya,

memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara dan diskusi,


54

selanjutnya pada bagian ( mental aktivities) yaitu menanggapi, mengingat,

memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan.

Serta pada bagian (emotional aktivities) yaitu menarik minat, merasa bosan,

gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang dan gugup. Sesuai dengan

kutipan di atas dapat di ketahui bahwa yang paling banyak melakukan aktivitas

atau kegiatan dalam proses pembelajaran adalah anak atau siswa itu sendiri,

sedangkan guru berperan sebagai bimbingan dan arahan serta merencanakan

segala kegiatan yang akan di lakukan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Hal

ini sesuai dengan Aktivitas belajar siswa pada siklus II sudah mengalami

peningkatan jika dibanding siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Distribusi persentase frekuensi rekapitulasi peningkatan aktivitas belajar siklus

I dan II dapat dilihat dari hasil analisis data pada tabel berikut:

Tabel IV.11: Rekapitulasi aktivitas belajar siswa


siklus I dan Siklus II
Siklus
Peningkatan
No Aktivitas Siswa I II
f n % f n % f n % Ket
Mengerjakan tugas 26 32 81,25 31 32 96,87 5 32 15,62 Meningkat
1
kelompok
Bertanya dalam 10 32 31,25 20 32 62,5 10 32 31,25 Meningkat
2
kelompok
Menjawab 7 32 21,87 20 32 62,5 13 32 40,62 Meningkat
3
Pertanyaan
Menanggapi tugas 10 32 31,25 21 32 65,62 11 32 34,37 Meningkat
4
kelompok
Jumlah 53 165,62 92 287,49 29 121,86
Rata-rata 13,25 41,40 23 71,87 7,25 30,46
Sumber: pengolahan data primer tahun 2013

Dari tabel IV.11 dapat terlihat uraian bahwa terjadi peningkatan yang pada

aktivitas siswa mengerjakan tugas kelompok mengalami peningkatan lima

orang siswa dengan persentase 15,62%. Aktivitas bertanya dalam kelompok


55

mengalami peningkatan delapan orang siswa dengan persentase 31,25%. Pada

aktivitas menjawab pertanyaan mengalami peningkatan tertinggi dengan

sembilan orang siswa persentase 40,62%. Sedangkan aktivitas menanggapi

tugas kelompok mengalami peningkatan dengan persentase 34,37%.

Sebenarnya peningkatan aktivitas ini tujuan akhirnya adalah pada

peningkatan hasil belajar siswa, hasil belajar yang tersebut tercapai setelah

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Peningkatan hasil

belajar tersebut dibandingkan sebelum menggunakan model pembelajaran

koperatif tipe STAD dan sesudah menggunakan model pembelajaran koperatif

tipe STAD. Hal tersebut selanjutnya berujuk pada nilai 76 keatas yang sesuai

dengan kriteria ketuntasan minimum (KKM) SMAN 4 Padang. Sehingga dapat

dilihat pada lampiran hasil penelitian yang dapat tercapai dari segi aktivitas

belajar, yang telah memenuhi tujuan penelitian ini maka penelitian ini tidak

dilanjutkan pada siklus III.


56

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan analisis data penelitian dan pembahasan hasil

penelitian mengenai aktivitas belajar siswa sebagai berikut:

1. Terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa pada semua aspek dibandingkan

dengan hasil observasi awal sebelum melaksanakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD.

2. Peningkatan tertinggi aktivitas belajar siswa pada siklus I dari dua kali

pembelajaran terjadi pada aktivitas mengerjakan tugas kelompok serta

peningkatan aktivitas terendah terjadi pada aktivitas menjawab pertanyaan.

3. Peningkatan aktivitas belajar siswa di siklus II paling tinggi terjadi pada

aktivitas mengerjakan tugas kelompok, sedangkan aktivitas terendah juga

terjadi pada memebrikan pertanyaan dan menjawab pertanyaan.


57

4. Rata-rata dari keseluruhan jumlah total aktivitas belajar siswa yang tercapai

target keberhasilan untuk semua aspek terjadi pada kegiatan pembelajaran

pertemuan kedua di siklus II.

5. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima yaitu dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran geografi pada

materi Mengenal Bumi Di Kelas X IPA 3 SMA Negeri 4 Padang T.P

2013/2014”.

B. Saran
56
Berdasarkan kesimpulan diatas peneliti menganjurkan saran-saran sebagai

berikut

1. Kepada kepala sekolah agar (a) memotivasi guru agar dapat melakukan

Penelitian Tindakan Kelas, guna memacu aktivitas serta hasil belajar siswa

secara maksimal, (b) memberikan izin penelitian, agar guru dan peneliti

dapat secara bersama – sama memecahkan permasalahan dalam proses

pembelajaran.

2. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan

aktivitas belajar siswa, diharapakn pada guru SMAN 4 Padang, khususnya

guru geografi dapat mengikuti whroksop, likakarya dan sebagainya agar

lebih memehi dalam menggunakan model pembelajaran STAD.

3. Peneliti lain yang berminat diharapkan dapat melaksanakan penelitian

lanjutan model pembelajaran STAD untuk materi dan sekolah yang

berbeda.
58

4. Siswa SMA Negeri 4 Padang diharapkan mampu termotivasi dan lebih

aktif dalam belajar Geografi dengan menerpakan model pembelajaran ini,

dengan tujuan hasil pembelajaran meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta:


Rineka Cipta

http//aktivitas belajar.com/educare.

http://sutisna.com/artikel/artikel-kependidikan/faktor-faktoryang-mempengaruhi-
prestasi-belajar/ [1 April 2012]

Kemmis dan MC Taggar. 2002. Action Research Planner. Australia: Daikin


University Liza. 2008. Belajar dan Game, Kurangi Kebosanan Siswa di
Kelas. http://talkingstik. com.pembelajaran inovatif

Mulyono. 200I.Mocam-macam Aktivitas Belajar. http//aktivitas


belajar.com/educare.

Nasution, S. 1987. Teknologi Pendidikan. Jakarta: bumi Aksara

Nurasma. 2008. Model Pembelajaran Kooperatif. Padang: UNP Press

Oemar Hamalik (2003). Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara

Sardiman. (2009). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja
Grafindo.

Sudjana. (2005). Metode Statistik. Bandung: Tarsito.

Sanjaya,Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
59

Suhartini, Dewi. 2001. Minat Siswa Terhadap Topik Topik Mata Pelajaran
Sejarah Dan Beberapa Faktor Yang Melatar Belakanginya.
Disertasi.PPS.Universitas pendidikan Indonesia

Surya, Mohammad. 2007. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung:


Pustaka Bani Quraisy.

Winataputra, Udin, S. 2001. Model-model Pembelajaran Inovatif. Jakarta Pusat:


Direktorat Jenderal Pendidikan  Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.


Jakarta: Prestasi Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai