Anda di halaman 1dari 48

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan di sektor pendidikan merupakan prioritas utama untuk

menciptakan sumberdaya manusia yang terampil dan handal serta siap pakai

dalam mengantisipasi kemajuan teknologi yang sangat pesat. Untuk itu guru

dituntut mampu menciptakan kegiatan belajar-mengajar yang kondusif dan

mampu meningkatkan kreativitas siswa agar hasil belajar siswa dapat meningkat

seoptimal mungkin.

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia.Pendidikan tidak

diperoleh begitu saja dalam waktu yang singkat namun memerlukan suatu proses

pembelajaran sehingga menimbulkan hasil atau efek yang sesuai dengan proses

yang telah dilalui. Pendidikan sangat penting untuk membangun suatu bangsa,

karena tanpa adanya pendidikan perkembangan suatu bangsa tidak akan terjadi.

Oleh karena itu perkembangan dalam bidang pendidikan dewasa ini semakin giat

dilaksanakan baik secara formal maupun informal. Dalam proses pendidikan yang

ada di sekolah, kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok,

berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan bergantung pada proses

pembelajaran yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik.

Salah satu faktor utama penyebab rendahnya mutu sumber daya manusia

adalah karena masih rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia. Banyak faktor

yang menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan dan mutu pendidikan

1
2

diantaranya adalah faktor sarana dan prasarana pendidikan yang belum memadai,

faktor kurikulum yang kurang menunjang peningkatan kualitas pendidikan, serta

rendahnya kualitas guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai tenaga pengajar.

Pada saat sekarang pendidikan merupakan salah satu aspek yang paling

diutamakan dan menjadi prioritas pemerintah guna meningkatkan kualitas

dankuantitas pendidikan. Dalam meningkatkan kualitas pendidikan nasional,

pemerintah telah melakukan berbagai upaya diantaranya perkembangan sarana

dan prasarana,perubahan sistem kurikulum kearah yang lebih baik seperti CBSA

(Cara Belajar Siswa Aktif), KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).

Peningkatan mutu pendidikan dilakukan juga melalui peningkatan kualitas guru

sebagai tenaga pendidik misalnya melalui pelaksanaan program sertifikasi guru.

Selain itu usaha pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan

di Indonesia juga tertuang didalam Undang-Undang No.14 Tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan, pada dasarnya merupakan kebijakan pemerintah yang

didalamnya memuat usaha pemerintah untuk menata dan memperbaiki mutu guru

di Indonesia.Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru

dan Dosen.Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta

didik pada anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan

pendidikan menengah.

Untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang optimal, faktor utama yang

paling berperan adalah guru, karena gurulah yang merancang sekaligus menjadi

pelaksana proses pembelajaran yang akan berlangsung. Guru harus memiliki


3

kemampuan untuk mengidentifikasi, menyusun dan mengembangkan serta

menilai bahan atau materi, memilih strategi dan model pembelajaran yang kreatif

dan menyenangkan dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran.Penentuan model

pembelajaran yang diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar merupakan salah

satu faktor yang sangat penting, karena model pembelajaran yang sesuai untuk

suatu materi pelajaran akan membantu pencapaian tujuan pembelajaran.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di SMA Negeri 8

Padangbanyak permasalahan yang dihadapi oleh siswa saat melakukan proses

pembelajaran,terlihat bahwa aktivitas siswa dalam bertanya 15%, menjawab 20%,

memberikan tanggapan 5%, memberi saran 5%,menyimpulkan pelajaran 5%,

masih memberikan saran 10%, mengerjakan tugas 40%, mencatat dan menjawab

pertanyaan yang diajukan guru 45%, dan kurang bisa bekerjasama dengan siswa

lain serta kurang bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.

Selain dengan karakteristik siswa, pemilihan model dikaitkan dengan

materi dan waktu pembelajaran. Materi yang dipelajari adalah materi biosfer yang

kompetensi dasarnya adalah menganalisis sebaran hewan dan tumbuhan. Jika

penyampaian materi ini dengan metode ceramah saja maka pembelajaran dikelas

akan membosankan dan tidak ada respon dari siswa. Untuk mencapai kompetensi

Dasar pada materi biosfer, siswa dituntut untuk lebih aktif didalam proses

pembelajaran. Salah satu model yang dapat digunakan agar siswa lebih aktif

didalam proses pembelajaran adalah Model Numbered Heads Together (NHT).

Didalam model ini, siswa dituntut lebih aktif melalui pembelajaran kelompok dan

diskusi serta berfikir bersama-sama dalam menyimpulkan materi pelajaran, agar

siswa lebih mudah mengerti tentang materi pelajaran tersebut.


4

Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

Together (NHT) pada materi biosferdimaksudkan agar siswa lebih mengerti dan

lebihmemahami persebarandan jenis-jenis flora dan fauna di dunia maupun di

Indonesia danmeningkatkan aktivitas belajar siswa, yang dengan sendirinya

kompetensi dasar serta standar kompetensi dapat tercapai.

B. Masalah dan Pemecahan Masalah

1. Masalah

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di kelas XI IPS-1 SMA

Negeri 8 Padangbanyak permasalahan yang dihadapi oleh siswa saat melakukan

proses pembelajaran, terlihat bahwa siswa kurang bertanya, kurang dalam

mengajukan pendapat, masih kurang dalam menjawab, masih kurang dalam

memberikan tanggapan, masih kurang dalam menyimpulkan pelajaran, masih

kurang dalam memberikan saran, hanya beberapa dari siswa yang mengerjakan

tugas, hanya beberapa dari siswa yang mencatat dan menjawab pertanyaan yang

diajukan guru dan kurang bisa bekerjasama dengan siswa lain serta kurang

bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.

2. Pemecahan Masalah

Untuk mengatasi masalah aktivitas belajar siswa geografi yang rendah

maka dapat diatasi dengan upaya menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

numbered heads together di kelas XI SMA Negeri 8 Padang.


5

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas maka rumusan masalah penelitian

yaitu, bagaimana upaya peningkatan aktivitas belajar siswa geografi melalui

model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) di kelas XI

IS-1 SMA Negeri 8 Padang?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang ada, maka tujuan yang ingin dicapai

dari penelitian ini yaitu, upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa geografi

melalui model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) di

kelas XI IS-1 SMA Negeri 8 Padang

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat yaitu:

1. Bagi siswa, dapat meningkatkan aktivitas belajar geografi, sehingga

geografi menjadi mata pelajaran yang menarik dan akhirnya ilmu geografi

akan semakin berkembang.

2. Bagi peneliti, dapat dijadikan sebagai pengalaman penelitian tindakan kelas.

3. Bagi guru, dapat dijadikan sebagai sarana untuk mengevaluasi terhadap

pembelajaran yang sudah berlangsung. Juga merupakan upaya pengembangan

kurikulum di tingkat kelas, serta untuk mengembangkan dan melakukan

inovasi pembelajaran.
6

4. Bagi sekolah, dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam memotivasi guru

untuk melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan efesien dengan

menerapkan pembelajaran Cooperatif tipeNumber Heads Together (NHT).


7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

1. Aktivitas Dalam Pembelajaran Geografi

a. Aktivitas Belajar

Aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran,

perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang

keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan

tersebut. Aktivitas belajar siswa merupakan indikator adanya keinginan siswa

untuk belajar. Menurut Sardiman (2008) menyatakan bahwa aktivitas belajar

adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh perubahan tingkah laku

sebagai hasil pengalaman sendiri.

Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai

dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa ketrampilan-

keterampilan dasar sedangkan kegiatan psikis berupa ketrampilan terintegrasi.

Keterampilannya yaitu mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur,

menyimpulkan dan mengkomunisasikan (Juliantara, 2010).

Menurut Paul B.Diedrich (Sardiman, 2001:99) indikator yang menyatakan

aktifitas siswa dibagi menjadi delapan indikator yaitu visual activities, oral

activities, listening activities, writing activities, drawing activities, motor

activities, mental activities, emotional activities. Dalam penelitian yang penulis

lakukan, pengamatan aktifitas difokuskan pada tiga hal:

7
8

a. Visual activities, seperti membaca, memperlihatkan gambar,


demonstrasi, mengamati percobaan.
b. Oral activities, seperti mengatakan, merumuskan, bertanya,
memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan
wawancara, diskusi, dan interupsi.
c. Writing activities, seperti menulis, membuat laporan, mengisi
angket, dan menyalin.

Bila siswa menjadi partisipasi yang aktif, maka dia memiliki pengetahuan

yang baik (Slameto, 2010). Proses penerimaan pembelajaran disertai dengan

aktivitas siswa, maka akan terkesan diingat, dipikirkan, dan diolah sendiri.

Didalam belajar perlu ada aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat

(learning by doing). Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang

mengarah pada proses perubahan tingkah laku siswa seperti bertanya, mengajukan

pendapat, mengerjakan tugas-tugas, mencatat dan menjawab pertanyaan yang

diajukan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain serta bertanggung jawab

terhadap tugas yang diberikan.

Diedrich (dalam Sardiman 2008) terdapat beberapa macam aktivitas belajar

siswa diantaranya adalah:

1. Aktivitas melihat (Visual Activities) yang termasuk didalamnya membaca,

memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2. Aktivitas lisan (Oral Activities) seperti merumuskan, bertanya, memberi saran,

mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3. Aktivitas mendengar (Listening Activities) seperti mendengarkan uraian,

percakapan, diskusi, musik, dan pidato.

4. Aktivitas menulis (Writing Activities) misalnya menulis cerita, karangan,

laporan, angket menyalin.


9

5. Aktivitas menggambar (Drawing Activities) misalnya menggambar, membuat

grafik, peta diagram.

6. Aktivitas gerak (Motor Activities) yang termasuk didalamnya antara lain:

melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain,

berkebun dan beternak.

7. Aktivitas mental (Mental Activities) sebagai contoh menanggapi, mengingat,

memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan mengambil keputusan.

8. Aktivitas emosi (Emotional Activities) seperti menaruh minat, merasa bosan,

bergembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Menurut Slameto (2010) menyatakan bahwa pembelajaran yang dilakukan

manusia ada 5 kategori atauThe domains of Learning, yaitu:

1) Keterampilan motorik (motor skill) dalam hal ini perlu koordinasi berbagai

gerakan badan misalnya bermain, menggambar, mengetik dan sebagainya.

2) Kemampuan verbal yaitu kemampuan orang menjelaskan dan mengatakan

sesuatu dengan berbicara, dalam hal ini dapat dimengerti bahwa untuk

melakukan hal ini sangat diprlukan inteligensi.

3) Kemampuan intelektual yaitu kemampuan manusia untuk mengadakan

interaksi dengan dunia luas.

4) Kemampuan strategi kognitif yaitu organisasi keterampilan internal seperti

mengingat dan berpikir.

5) Keterampilan sikap yaitu kemampuan manusia mengendalikan diri, sikap

sangat penting dalam proses belajar.

Berdasarkan teori-teori aktivitas belajar di atas dapat disimpulkan

bahwa Aktivitas belajar geografi adalah kegiatan yang dilakukan siswa pada saat
10

pembelajaran berlangsung, yang diukur dari lima aspek yang harus dicapai oleh

siswa yakni: aktivitas bertanya, aktivitas menjawab, aktivitas memberi

tanggapan, aktivitas memberi saran, dan aktivitas menyimpulkan.

b. Pembelajaran Geografi

Pembelajaran geografi tentunya memiliku fungsi, tujuan dan manfaat bagi

kehidupan. Sejak dari yunani kuno hingga sekarang, geografi telah mengalami

perkembangan yang besar dari sekedar catatan perjalanan hingga menjadi ilmu

yang memiliki sistematika tersendiri. Geografi semakin canggi dengan

berkembangnya teknologi pemetaan dan komputer. Segala bentuk fenomena

keruangan dapat disajikan dalam bentuk peta digital saat ini dan memudahkan

pengguna untuk menganalisa karakteristik wilayah. Berikut ini beberapa fungsi

pembelajaran geografi bagi kehidupan yaitu:

1. Mengasah kecerdasan keruangan (spatial intellegent)

Kecerdasan keruangan adalah suatu kemampuan untuk mengenali,

mengorganisasikan, dan memanfaatkan suatu ruang untuk kesejahteraan manusia.

2. Menguatkan rasa cinta tanah air

Dengan mempelajari kompleksitas wilayah khususnya Indonesia, maka

diharapkan masyarakat akan semakin tergugah rasa cinta tanah airnya dan akan

berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga dan melestarikan segala potensi

sumberdaya yang merupakan anugrah Tuhan

3. Menambah wawasan tentang fenomena geosfer

Geografi mempelajari segala bentuk fenomena baik fisik maupun sosial di

permukaan bumi yang tersebar secara tidak merata. Artinya manusia akan mampu
11

menjelaskan secara menyeluruh (holistik) tentang gejala-gejala alam dan sosial

yang terjadi di lingkungan sekitarnya.

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together

a. Model Pembelajaran

Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untukmencapai tujuan belajar. Dapat juga

diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran

(Sardiman, 2008).

Ada beberapa ciri-ciri model pembelajaran secara khusus diantaranya

adalah:

1. Rasional teoritik yang logis disusun oleh para pencipta atau pengembangnya.

2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar.

3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat

dilaksanakan dengan berhasil.

4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Seorang guru diharapkan memiliki motivasi dan semangat pembaharuan

dalam proses pembelajaran yang dijalaninya. Menurut Sardiman (2008), guru

yang kompeten adalah guru yang mampu mengelola program belajar mengajar.

b. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang

mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan

diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan


12

dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada

siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-

kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat

pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk

memecahkan masalah (Herdian, 2011).

Menurut Slavin dan Solihatin (2008) Pembelajaran kooperatif adalah

suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-

kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang,

dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Pembelajaran kooperatif lebih

dari sekedar belajar kelompok atau kelompok kerja karena belajar dalam model

kooperatif harus ada struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif.

Sehingga memungkinkan adanya interaksi secara terbuka dan hubungan yang

efektif antara anggota kelompok.

c. Pembelajaran Kooperatif tipe NHT

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe

pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang

untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk

meningkatkan penguasaan akademik. Dengan melibatkan para siswa dalam

menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman

mereka terhadap isi pelajaran tersebut, serta mengembangkan keterampilan.

Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai

pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok

(Herdian, 2011)
13

Number Heads Together (NHT) atau penomoran berfikir bersama

termasuk dalam metode struktural. Model pembelajaran kooperatif NHT

dikembangkan oleh Spenser Kangen dengan melibatkan siswa dalam menelaah

materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa

pemahaman siswa mengenai isi pelajaran tersebut.

Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagi

ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini

juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Melalui

teknik ini, siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya yang saling

berkaitan dengan rekan-rekan kelompok. Teknik ini bisa juga digunakan dalam

semua mata pelajaran dan semua tingkat usia anak didik.

Pada model pembelajaran NHT, guru menggunakan struktur 4 langkah

yaitu sebagai berikut:

a. Penomoran (Numbering)

Penomoran pada siswa dimaksudkan agar lebih mudah ketika siswa

dipanggil untuk menjawab pertanyaan sebagai perwakilan kelompoknya. Apabila

jawaban dari siswa yang nomornya dipanggil itu benar, maka nilai yang diperoleh

diberikan kepada semua anggota kelompok. Melalui penomoran siswa diharapkan

lebih bertanggung jawab atas dirinya dan kelompoknya, terhadap pemahaman

materi, karena setiap siswa mempunyai peluang dan kesempatan yang sama untuk

dipanggil dan mewakili kelompoknya.

Penomoran dilakukan guru dengan membagi beberapa kelompok atau

timyang beranggotakan 3 sampai 6 orang.Pengelompokan siswa harus heterogen,

yang mencakup jenisi kelamin, ras, agama, dan tingkat kemampuan (tinggi,
14

sedang, rendah). Setelah ini setiap siswa diberi nomor, sehingga setiap siswa

dalam kelompoknya mempunyai nomor

b. Pengajuan pertanyaan (Questioning)

Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa, pertanyaan dapat bervariasi dari

yang amat spesifik hingga berbentuk arahan.Melalui pertanyaan, guru dapat

menyelidiki penguasaan siswa, mengarah dan menarik perhatian siswa, mengubah

pendirian dan prasangka keliru. Suatu pertanyaan yang baik yang mempunyai ciri-

ciri sebagai berikut:

1) Kalimat jelas dan singkat

2) Tujuan jelas, tidak terlalu umum dan luas

3) Setiap pertanyaan hanya untuk satu masalah

4) Mendorong anak untuk berfikir

5) Bahasa dalam pertanyaan dikenal baik oleh siswa

c. Berpikir bersama (Heads Together)

Semua siswa berpikir bersama dan menyatukan pendapatnya terhadap

pertanyaan itu serta menyakinkan tiap anggota kelompok mengetahui jawaban itu.

Pada tahap ini siswa melakukan diskusi dengan teman sekelompoknya.Setiap

siswa dalam kelompoknya diharapkan mempunyai pendapat dan jawaban yang

sama. Siswa yang tergolong pintar dapat memberikan pengetahuannya pada setiap

anggota kelompok yang kurang mengerti sehingga tercipta ketergantungan antar

siswa.

d. Pemberian jawaban (Answering)

Guru memanggil satu nomor tertentu, kemudian siswa dari tiap kelompok

dengan nomor yang sama mengacungkan tangan dan menjawab pertanyaan untuk
15

seluruh kelas. Jika jawaban yang diberikan salah atau kurang tepat, maka guru

dapat memberikan arahan untuk pembenahan cepat. Penghargaan juga dilakukan

kepada kelompok yang memberikan jawaban dengan benar.

Adapun kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran kooperatif

teknik NumberHeads Together(NHT):

1) Kelebihan model pembelajaran kooperatif tenik Number Heads

Together(NHT) adalah sebagai berikut :

a. Siswa dapat berinteraksi dalam memecahkan masalah untuk menentukan

konsep yang dikembangkan

b. Dapat meningkatkan perolehan isi akademik dan keterampilan sosial

c. Meningkatkan keterampilan berpikir siswa, baik secara individual maupun

kelompok.

d. Melatih siswa untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi

2) Kekurangan dari model pembelajaran kooperatif teknik Number Heads

Together (NHT) adalah sebagai berikut :

a. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

b. Materi yang disampaikan cukup sederhana dan memerlukan waktu yang lama
16

Tabel 1: Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

Fase Tingkah Laku Guru


Fase 1 Menyampaikan seluruh tujuan yang dipakai
Menyampaikan tujuan dan pada pembelajaran tersebut dan memotivasi
motivasi siswa siswa belajar.
Fase 2 Menyajikan informasi tentang materi
Menyajikan informasi pembelajaran siswa
Fase 3 - Memberikan informasi kepada siswa
Mengorganisasikan tentang prosedur pelaksanaan
siswa kedalam kelompok- pembelajaran NHT.
kelompok belajar - Numbered (membagi siswa kedalam
kelompok-kelompok belajar yang terdiri
dari 5 orang siswa)
Fase 4 - Questioning (mengajukan pertanyaan
Membimbing kelompok kepada siswa )
bekerja dan belajar - Heads Together (menyuruh siswa
memikirkan jawaban dari pertanyaan
yang diberikan guru.
Fase 5 Guru meminta kepada beberapa kelompok
Evaluasi untuk mempresentasikan hasil diskusi.
Fase 6 Memberikan penilaian terhadap hasil kerja
Memberikan penilaian / kelompok siswa.
penghargaan

Dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Numbered Head Together

(NHT) adalah model pembelajaran yang kelompok yang digunakan guru dalam

kegiatan pembelajaran di kelas, terdiri dari 4 struktur pembelajaran yaitu:

Penomoran (Numbering), Pengajuan pertanyaan (Questioning), Berfikir bersama

(Head Together), pemberian jawaban (Answering) pada materi Biosfer

B. Penelitian Yang Relevan


17

Fitri, Yani (2008) mengadakan penelitian dengan judul Upaya

meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran

Kooperatif NHT Pada Materi Pokok Kondisi Fisik Wilayah Indonesia di Kelas

VIII SMP I Parulian Medan T.A 2008/2009. Dari hasil penelitian yang didapatkan

di lapangan, penggunaan model Number Heads Together dapat meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar siswa, dari persentase rata-rata aktivitas hasil belajar

siswa pada siklus I 49,38 % dan siklus II rata-rata aktivitas meningkat menjadi

83,13 % , begitu juga hasil belajar siswa pada silklus I sebanyak 57% meningkat

pada siklus II menjadi 89%.

Puspita Sylvia (2010) mengadakan penelitian dengan judul, Penerapan

Pembelajaran Kooperatif Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)

untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran prinsip-prinsip

penyelenggaraan Administrasi Perkantoran (Studi Kasus pada siswa kelas X APK

SMK PGRI 2). Berdasarkan hasil observasi pada aktivitas belajar siswa diketahui

adanya peningkatan yang sangat baik, setelah diterapkan Pembelajaran Kooperatif

tipe Number Heads Together hasil belajar siswa semakin meningkat dibanding

dengan sebelum adanya penerapan pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered

Heads Together (NHT).

Hartini (2011) mengadakan penelitian yang berjudul Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif tipe Number Heads Together (NHT) untuk

meningkatkan Kompetensi Komunikasi dan Kerjasama Dalam Tim Bagi Siswa

Kelas X Boga di SMK Negeri 2 Godean. Dari hasil penelitian dapat diketahui

bahwa Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

Together menunjukkan bahwa hasil prestasi siswa mengalami peningkatan pada


18

akhir siklus 1 nilai rata-rata tugas kelompok siswa 6,25. Pada akhir siklus 2 nilai

rata-rata tugas kelompok siswa meningkat menjadi 7,50. Sehingga prestasi belajar

siswa telah melebihi nilai KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu 7,00.

Masruhan Mufid (2007) mengadakan penelitian yang berjudul

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Pokok Bahasan Operasi Hitung

Bentuk Aljabar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

Together (NHT) Pada Siswa Kelas VII-A MTs Islamiyah Sumpiuh-Banyumas

Tahun Pelajaran 2006/2007. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa

model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil

belajar dan aktivitas siswa kelas VII-A MTs Islamiyah Sumpiuh-Banyumas

Tahun Pelajaran 2006/2007. Saran yang diajukan adalah model pembelajaran

Numbered Heads Together perlu dilaksanakan guru untuk meningkatkan hasil

belajar dan aktivitas siswa.

Ibnu Munawar (2009) mengadakan penelitian yang berjudul Implementasi

Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together (NHT) Untuk

Meningkatkan Partisipasi dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran

Matematika di Kelas VIII MTsN Gondowulung Bantul Tahun 2009. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa setelah diterapkan cooperative learning tipe NHT,

tingkat partisipasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika di kelas

mengalami peningkatan. Secara kuantitatif, peningkatan partisipasi siswa terlihat

dari peningkatan rata-rata persentase angket partisipasi belajar, pada siklus I yaitu

sebesar 59,68 % dengan kategori sedang, siklus II sebesar 73,20 % dengan

kategori tinggi, dan siklus III sebesar 78,28 % dengan kategori tinggi. Hasil

belajar siswa dalam pembelajaran matematika juga mengalami peningkatan.


19

C. Kerangka Berfikir

Pada dasarnya setiap siswa dapat dibantu baik secara individual maupun

kelompok untuk memperbaiki aktivitas belajar yang dicapai sesuai dengan

kemampuan masing-masing.Guru mempunyaiperanan yang sangat penting dalam

meningkatkan aktivitas belajar siswa.Melalui pengembangan kompetensinya guru

dapat melakukan berbagai pendekatan, metode, dalam proses pengajaran yang

dialami siswa. Pendidikan yang dilakukan harus sesuai dengan jenis dan

hambatan belajar yan dialami oleh siswa.

Salah satu bantuan yang dapat dilaksanakan untuk meningkatkan aktivitas

belajar siswa geografi adalah dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif Numbered Heads Together (NHT). Model pembelajaran Number

Heads Together (NHT) merupakan model pembelajaran kooperatif yang terdiri

dari tahapan: Penomoran (Numbered), Pengajuan Pertanyaan (Questioning),

Berpikir bersama (Heads Together), dan Pemberian Jawaban(Answering).Model

ini memberikan kepada siswa untuk mengembangkan pemahaman karena siswa

dituntut untuk lebih aktif dalam mengembangkan sikap danpengetahuan tentang

materi biosferyang sesuai dengan kemampuannya.Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada skema kerangka berpikir yang


PTKdigambarkan pada gambar 1

Guru dan Peneliti

Pembelajaran Kooperatif tipe KD Menganalisis Persebaran


Numbered Heads Together Fauna dan Flora

Aktivitas Belajar:
1. Bertanya
2. Menjawab
3. Memberi Tanggapan
4. Memberi Saran
5. Menyimpulkan
20

Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teoritis yang telah diuraikan diatas maka dapat

dirumuskan hipotesis tindakan adalah, dengan diterapkan model pembelajaran

Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa

georafi kelas XI IS-1 SMA Negeri 8 Padang.

BAB III
21

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action

Research). Pemilihan tindakan ini didasari oleh upaya peningkatan aktivitas

belajar siswa yang berlangsung dalam tahapan siklus yang bermula dari

perencanaan, tindakan, observasi, refleksi dan kembali pada perencanaan untuk

tindakan. Jenis penelitian ini diharapkan dapat memberikan cara atau prosedur

baru untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme guru, dalam proses

pembelajaran di kelas

B. Setting Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 8 Padang yang berlokasi di

jalan Adinegoro KM 18 Kayu Kalek Kecamatan Koto Tangah Sumatera Barat.

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IS-1 SMA Negeri 8 Padang

yang berjumlah 31 siswa dengan komposisi laki-laki 18 siswa dan 13 perempuan.

3. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester ganjil di kelas XI tahun

ajaran 2013 / 2014 pada bulan Agustus sampai dengan Desember tahun 2013

C. Prosedur Penelitian

21
22

Penelitian ini dimulai dengan pratindakan melalui wawancara kepada guru

geografi disekolah untuk mengetahui masalah yang dihadapi selama ini dalam

proses pembelajaran, selain itu memperkenalkan kepada guru Model

Pembelajaran kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) dan membagi

prosedur (langkah-langkah) Proses Pembelajaran Model Numbered Heads

Together (NHT).

Pratindakan merupakan dasar bagi peneliti sebelum menyusun

perencanaan.Penelitian tindakan ini dirancang dengan proses pengkajian berdaur

(cyclical) yang terdiri dari 4 fase kegiatan yaitu: merencanakan, melakukan

tindakan, mengamati dan merefleksi Untuk lebih jelas perhatikan gambar 1.

PELAKSANA
AN
PERENCANA SIKLUS PENGAMAT
AN I AN
REFLEKSI

PELAKSANA
AN

SIKLUS
PERENCANA II PENGAMATA
AN N
REFLEKSI

Gambar 2. Alur Penelitian Tindakan Kelas


23

Untuk dapat memecahkan masalah dalam pembelajaran tersebut, maka

guru bersama peneliti bekerjasama dalam merancang perencanaan pembelajaran.

Dalam penelitian ini peneliti dibantu oleh satu rekan sejawat yang

bertugasmengamati aktivitas belajar siswa, sedangkan guru kelas sebagai pelaku

tindakan yang bertugas melaksanakan rancangan pembelajaran.Tindakan ini

dilaksanakan dalam rangkaian siklus, siklus 1 dirancang dengan dasar hasil

pratindakan dengan menigentifikasi permasalahan yang ada. Selanjutnya siklus 2

didasarkan hasil refleksi siklus 1.Adapun prosedur penelitian tindakan dapat

dilihat pada tabel 2.

Tabel 2: Prosedur penelitian Tindakan Kelas


Fase Tindakan Output
Pratindakan  Melakukan observasi  Memberikan gambaran
ke sekolah dan bagi peneliti mengenai
mengamati proses karakteristik siswa
pembelajaran sebelum diberi
tindakan
 Wawancara dengan
guru geografi kelas XI  Teridentifikasi masalah
Ibu Ermaita, S.Pd dalam pembelajaran

 Mengenalkan model  Memberikan gambaran


pembelajaran Number kepada guru sebagai
Heads Together (NHT) upaya dalam mengatasi
permasalahan
pembelajaran selama
ini

 Mengenalkan model  Gambaran bagi siswa


Number Heads mengenai model
Together (NHT) Number Heads
kepada siswa Together (NHT)
24

Tabel 3: Penelitian Tindakan Kelas dengan Alur dan Tahapan


Pada SIKLUS I
No Fase Tindakan Output
1 Perencanaan  Menyusun RPP sesuai  RPP sesuai dengan hasil
dengan hasil refleksi refleksi pratindakan
pratindakan memudahkan guru dalam
 Menentukan tugas guru, melaksanakan
peneliti dan dua orang pembelajaran.
pengamat lainnya  Tugas guru
 Menyiapkan lembar melaksanakan kegiatan
observasi aktivitas siswa pembelajaran, peneliti
dan pengamat lainnya
bertugas sebagai
pengamat.
 Sebagai bahan diskusi
siswa dalam penerapan
teknik Numbered Heads
Together (NHT).
 Mengamati bentuk
aktivitas siswa selama
Proses Pembelajaran.

2 Tindakan  Melakukan kegiatan  Terlaksananya proses


pembelajaran. belajar-mengajar dengan
 Membentuk kelompok menggunakan Model
diskusi sebanyak 5 Pembelajaran Kooperatif
kelompok, setiap Tipe Numbered Heads
kelompok terdiri dari 6 Together pada materi
orang siswa. Biosfer
 Diskusi kelompok
membahas materi yang
akan di diskusikan
 Melakukan presentasi di
kelas
 Membuat kesimpulan
3 Observasi  Melakukan pengamatan  Teridentifikasi aktivitas
dan pembelajaran yang belajar siswa
meliputi Aktivitas belajar
siswa meliputi, aktivitas
bertanya, aktivitas
menjawab, aktivitas
memberi tanggapan,
aktivitas memberi saran
dan aktivitas
menyimpulkan
4 Refleksi Mengidentifikasi kelemahan Memperbaiki kelemahan
pada siklus 1 untuk siklus berikutnya.
25

Tabel 4 Penelitian Tindakan Kelas dengan Alur dan Tahapan Pada SIKLUS II
NO Fase Tindakan Output
1 Perencanaan  Menyusun RPP sesuai  RPP sesuai hasil refleksi
dengan hasil refleksi siklus 1
siklus 1  Tugas guru melaksanakan
 Menentukan tugas guru, kegiatan pembelajaran,
peneliti dan 2 orang peneliti dan 2 pengamat
pengamat lainnya lainnya bertugas sebagai
 Menyiapkan lembar pengamat
observasi aktivitas siswa  Sebagai bahan diskusi
siswa dalam penerapan
modelNumbered Heads
Together (NHT)
 Mengamati bentuk
aktivitas siswa selama
pembelajaran
2 Tindakan  Melakukan kegiatan  Terlaksananya proses
pembelajaran belajar-mengajar dengan
 Membentuk kelompok menggunakan Model
diskusi sebanyak 5 Pembelajaran Kooperatif
kelompok, setiap Tipe Numbered Heads
kelompok terdiri dari 6 Together pada materi
orang siswa. Biosfer
 Diskusi kelompok
membahas materi yang di
diskusikan
 Melakukan presentasi di
kelas
 Membuat kesimpulan
 Melakukan pengamatan  Teridentifikasi aktivitas
3 Observasi dan pembelajaran yang belajar siswa
meliputi Aktivitas belajar
siswa meliputi, aktivitas
bertanya, aktivitas
menjawab, aktivitas
memberi tanggapan,
aktivitas memberi saran
dan aktivitas
menyimpulkan
4 Refleksi  Mengidentifikasi  Memperbaiki kelemahan
kelemahan setiap siklus. untuk siklus berikutnya.

D. Teknik Pengumpulan Data Penelitian


26

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini

adalah teknik komunikasi tidak langsung. Adapun alat yang digunakan dalam

teknik komunikasi tidak langsung yaitu dengan menggunakan lembar observasi

yang dilakukan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa, yang meliputi

aktivitas bertanya, aktivitas menjawab, aktivitas memberi tanggapan, aktivitas

memberi saran, dan aktivitas menyimpulkan didalam pelaksanaan model

pembelajaran Numbered Heads Together (NHT).

E. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif yaitu: Untuk menentukan persentase aktivitas siswa digunakan rumus:

F
P  100%
n

Keterangan:

P = persentase aktivitas siswa tiap pertemuan

F = jumlah siswa yang terlibat

n = jumlah siswa yang hadir

F. Indikator Keberhasilan

Setelah pembelajaran diharapkan aktivitas siswa dalam belajar Geografi

dapat meningkatkan aktivitas belajarnya, hal ini dapat dilihat dari indikator

aktivitas belajar siswa sebesar 61%.


27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan penelitian yang telah dilaksanakan sesuai dengan

rangkaian kegiatan yang di mulai dari rencana, observasi dan refleksi yang

dilakukan pada setiap siklus. Untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan,

peneliti dibantu alat penelitian yang berbentuk pedoman observasi dan format

observasi.

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Sekolah SMA Negeri 8 Padang

a) Keadaan Fisik Sekolah

Keadaan lahan tempat didirikannya SMA Negeri 8 Padang adalah sebagai

berikut.

1. Luas Tanah Bangunan : 2.896M2

2. Luas Lahan Tanpa Bangunan : 8.316 M2

3. Luas lahan seluruhnya : 11.212M2

Jumlah bangunan yang terdapat di gedung sekolah SMA Negeri 8 Padang

adalah sebagai berikut:

Tabel 5 Jumlah Bangunan di SMA Negeri 8 Padang

27
28

No. Nama Ruangan Jumlah Luas (M2) Total Jumlah Jumlah Jumlah
Ruangan Luas baik Rusak Rusak
(M2) Sedang Berat
1. Ruang kelas 25 1.800 1.800 25 - -
2. Ruang lab komputer 2 72 72 2 - -
3. Ruang Perpustakaan 1 72 72 1 - -
4. Ruang kepala sekolah 1 25 25 1 - -
5. dan wakil 1 40 40 1 - -
6. Ruang guru 1 96 96 1 - -
7. Ruang pelayanan 1 40 40 1 - -
8. administrasi 1 72 72 1 - -
9. BP / BK 1 45 45 1 - -
Ruang OSIS 1 16 16 1 - -
10. UKS 1 20 20 1 - -
11. Ruang bersama (Aula) 1 12 12 1 - -
11. Ruang kantin Sekolah 1 390 390 1 - -
12. Ruang toilet 1 6 6 1 - -
13 Ruang gudang 1 196 196
Mushalla

Sumber: Data primer: 2013

b) Keadaan Lingkungan Sekolah

Walaupun sekolah berada di pusat kota dan di tepi jalan, namun kondisi

lingkungan sekolah cukup tenang untuk kegiatan proses kegiatan belajar

mengajar.Meskipun demikian, saat proses belajar mengajar berlangsung, masih

ada juga keributan-keributan kecil, karena siswa yang melakukan aktifitas diluar

PBM dikarenakan tidak adanya guru yang mengajar atau guru sedang

meninggalkan kelas untuk sementara waktu.

c) Fasilitas Sekolah
29

Tabel 6 Fasilitas Sekolah diSMA Negeri 8 Padang

Jumlah Keadaan Barang


NO Merek /
Nama alat praktik Barang / Baik Kurang Rusak
Register   Baik Berat
Urut Model
    B KB RB
           
CPU dual core ,Memori
1 2 GB Intel 37 unit Baik    
Monitor Komputer LCD
2 15 Inci Acer 37 unit Baik    
3 Infokus Toshiba 12 unit Baik    
4 Meja Panjang Komputer   10 buah Baik    
5 Kursi siswa Kayu 795 buah Baik    
6 Meja Siswa Kayu 795 buah Baik
6 Meja 1/2 Biro  Kayu 40 buah Baik    
7 Printer Epson 4 buah Baik    
9 Camera SLR Nikon 1 unit Baik    
10 TV   2 buah Baik    

Sumber: Data Primer: 2013

Untuk memenuhi tuntutan proses belajar mengajar yang sesuai dengan

situasi dan keadaan yang tepat serta memberikan mata pelajaran yang sesuai

dengan kemampuan siswa dalam pembagian jam pelajaran pada hari Senin

sampai kamis dimulai dari jam 07.10-15.45 WIB. Hari Jumat dimulai dari jam

07.10-11.45 WIB. Sedangkan hari Sabtu, dimulai dari jam 07.10-12.00

WIB.Sementara untuk pelajaran TIK ada yang berlajar diluar jam pelajaran karena

sekolah hanya memiliki labor komputer satu ruangan, dan olahraga dilaksanakan

diluar jam pelajaran juga, sesuai dengan jadwal lokal masing-masing.

d. Guru dan Siswa

1. Jumlah Guru : 78 orang,


30

2. Jumlah Kelas : 25 kelas

3. Jumlah Siswa Seluruhnya : 790 orang

2. Pembelajaran Geografi

Pembelajaran Geografi di SMA Negeri 8 dilaksanakan di kelas X, XI, dan

XII. Jumlah kelas X sebanyak 8 kelas dengan jam pelajaran geografi 2 jam

perminggu. Jumlah Untuk semester 1 kompetensi dasar yang harus dicapai adalah

menjelaskan konsep geografi, menjelaskan pendekatan geografi, menjelaskan

prinsip geografi, mendeskripsikan aspek-aspek geografi, menjelaskan sejarah

pembentukan bumi, dan mendeskripsikan tatasurya dan jagad raya, sedangkan

untuk semester 2 kompetensi yang harus dipelajari adalah menganalisis dinamika

dan kecendrungan perubahan litosfer dan pedosfer serta dampaknya terhadap

kehidupan dimuka bumi, Menganalisis atmosfer dan dampaknya terhadap

kehidupan di muka bumi, dan menganalisis hidrosfer dan dampaknya terhadap

kehidupan dimuka bumi. Kelas XI jam pelajaran georafi 4 jam perminggu

dikarenakan sudah perjurusan. Jumlah kelas XI sebanyak 4 kelas untuk jurusan

IPS. Kompetensi dasar untuk kelas XI semester 3 yaitu, menjelaskan pengertian

fenomena biosfer, menganalisis sebaran hewan dan tumbuhan, dan menjelaskan

pengertian fenomena antroposfer, sedangkan untuk semester 4 kompetensi dasar

yang harus dicapai adalah menjelaskan pengertian sumberdaya alam,

mengidentifikasi jenis-jenis sumberdaya alam, menjelaskan sumberdaya alam

secara arif, mendeskrifsikan pemanfaatan lingkungan hidup dalam kaitannya

dengan pembangunan berkelanjutan dan menganalisis pelestarian lingkungan

hidup dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan. Jumlah kelas XII


31

untuk jurusan IPS sebanyak 4 kelas dengan jumlah jam pelajaran geografi 4 jam

perminggu. Kompetensi yang harus dicapai untuk semester 5 adalah

Mendeskripsikan prinsip- prinsip dasar peta dan pemetaan, Mempraktekkan

keterampilan dasar peta dan pemetaan, Menganalisis lokasi industry dan pertanian

dengan memanfaatkkan peta, menjelaskan pemanfaatan citra penginderaan jauh

dan menjelaskan pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG) sedangkan,

kompetensi yang harus dicapai untuk semester 6 adalah Menganalisis pola

persebaran, spasial, hubungan serta interaksi spasial antara desa dan kota,

menganalisis kaitan antar konsep wilayah dan perwilayahan dengan perencanaan

pembangunan wilayah dan menganalisis wilayah dan perwilayahan Negara maju

dan berkembang.

3. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Pada Siklus 1

Pelaksanaan siklus pertama terdiri dari tiga kali pertemuan. Hal ini dengan

kompetensi dasar menganalisis persebaran fauna dan flora. Pertemuan pada Siklus

Pertama adalah 21 Agustus 2013, 26 Agustus 2013, dan 28 Agustus 2013. Fokus

penelitian ini adalah peningkatan aktivitas belajar siswa melalui model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together.

Materi yang dibahas pada siklus pertama dan jadwal pertemuan dapat

dilihat pada tabel 7 di bawah ini :


32

Tabel 7 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Siklus 1

No Hari/Tanggal Pertemuan Materi

1 Rabu/21/08/2013 1 Menganalisis persebaran flora di dunia

2 Senin/26/08/2013 2 Menganalisis persebaran fauna di dunia

3 Rabu/28/2013 3 Menganalisis persebaran flora di Indonesia

Sumber : Data Primer, 2013

Berikut ini dijelaskan tahap-tahap kegiatan pada siklus pertama :

a. Rencana Tindakan

1). Bertemu dengan teman sejawat/guru mitra, membicarakan tindakan yang

akan dilakukan dalam penelitian.

2). Menyiapkan materi pelajaran yang akan diajarkan pada siklus I.

3). Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dapat dilihat pada

Lampiran 1.

4). Menyiapkan media yang akan dipakai pada saat penelitian.

5). Menyiapkan instrumen penelitian (lembar observasi aktivitas siswa).

b. Pelaksanaan Tindakan

Sesuai dengan perencanaan yang telah disepakati bersama, peneliti

bertindak sebagai pengajar sedangkan teman sejawat bertindak sebagai pengamat

atau observer. Sebelum pelajaran dimulai peneliti memberitahukan kepada siswa

bahwa dalam beberapa minggu kedepan peneliti yang akanmemberikan materi

geografi di kelas XI IPS-1.

Sebelum memasuki materi baru peneliti menanyakan kepada siswa materi

sebelumnya, sesudah itu peneliti memberikan pengarahan kepada siswa

bagaimana cara belajar kedepannya. Peneliti mengharapkan siswa bisa aktif dalam

pembelajaran.
33

c. Observasi

1. Analisis Data

Pengamatan pada siklus pertama terdiri dari dari tiga kali pertemuan.

Materi yang diajarkan pada siklus pertama, dari hasil pengamatan selama

pembelajaran pada siklus pertama diperoleh data tentang aktivitas belajar siswa,

data aktivitas siswa diperoleh melalui lembar observasi yang dicatat oleh observer

pada setiap pertemuan.

a. Aktivitas belajar siswa

Aktivitas siswa yang diamati meliputi aktivitas mendengarkan waktu guru

menerangkan, aktivitas membaca ketika diberi kesempatan membaca, aktivitas

mengacungkan tangan saat guru memberi pertanyaan, aktivitas memberikan

jawaban ketika guru memberikan pertanyaan, aktivitas memberikan pendapat

ketika diberi kesempatan mengeluarkan pendapat, aktivitas bertanya ketika diberi

kesempatan bertanya. Data yang diperoleh dicatat dan dipersentasekan, gambar

aktivitas siswa selama proses pembelajaran di kelas dapat dilihat pada lampiran 2.

Pada waktu observasi aktivitas siswa masih rendah itu dapat kita lihat pada Tabel

6, untuk itu peneliti menggunakan model pembelajaran numbered heads together

untuk melihat apakah ada peningkatan aktivitas belajar siswa dengan

menggunakan model ini. Data mengenai aktivitas siswa selama proses

pembelajaran pada siklus pertama dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini:

Tabel 8 Rekapitulasi Pengamatan Aktivitas Belajar Geografi Melalui Model


Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together
Siklus 1
N=31
No Aktivitas Siklus 1 Rata-rata
Belajar Siswa Pertemuan Pertemuan Pertemuan
1 II III
F % F % F % F %
34

1 Bertanya 17 54,8 21 67,7 25 80,6 21 67,7


2 Menjawab 15 48,4 19 61,3 22 74,2 19 61,3
3 Memberi 11 35,5 14 45,2 18 58,1 14 46,3
Tanggapan
4 Memberi 10 32,3 9 29,0 16 51,6 12 37,7
Saran
5 Menyimpulkan 5 16,1 4 12,9 8 25,8 6 18,3
Jumlah 58 188,1 67 216,1 89 290,3 72 231,3
Rata-rata 12 37,6 13 43,2 18 58,1 14 46,3
Sumber: Pengolahan Data primer (2013)

Berdasarkan Tabel 8 dapat diambil kesimpulan secara umum bahwa:

a. Pada saat diskusi kelompok pada umumnya siswa bertanya tetapi

persentasenya belum sesuai dengan yang diharapkan,

b. Pada saat diskusi kelompok aktivitas siswa dalam menjawab pertanyaan masa

ada sebahagian sisiwa tidak dapat menjawab

c. Aktivitas memberikan saran dan aktivitas menyimpulkan pada pertemuan 2

mengalami penurunan, hal ini disebabkan oleh: (1) siswa masih malu-malu

dan takut dalam memberikan saran dan menyimpulkan materi, (2) ada

sebagian siswa yang kurang mengerti dengan materi yang telah di diskusikan.

Berdasarkan Tabel 8 dapat diambil kesimpulan secara umum bahwa rata-

rata aktivitas belajar siswa pada siklus I sebanyak 46,3%.

Untuk lebih jelasnya data tentang perkembangan aktivitas siswa selama

mengikuti proses pembelajaran pada siklus pertama dapat dilihat pada grafik 1

berikut ini:

Grafik 1 Rekapitulasi Pengamatan Aktivitas Be lajar Geografi Melalui Model


Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together
S iklus I
90
80 Bertanya
70
Menjawab
60
50 Memberi tanggapan
40
30 Memberi saran
20
10 Menyimpulkan
0
Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III
35

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa:

a. Aktivitas pertama yaitu aktivitas bertanya, pada grafik terlihat jumlah aktivitas

ini selalu meningkat. Jumlah siswa yang aktif pada pertemuan pertama adalah

17 orang dari 31 siswa atau sekitar 54,8%. Pada pertemuan kedua jumlah siswa

yang aktif adalah 21 siswa dari 31 siswa atau sekitar 67,7 %. Pada pertemuan

ketiga jumlah siswa yang aktif adalah 25 siswa dari 31 siswa atau sekitar

80,6%.

b. Aktifitas kedua yaitu aktivitas memjawab pertanyaan, pada grafik ini selalu

mengalami peningkatan. Jumlah siswa yang aktif pada pertemuan pertama

adalah 15 orang dari 31 siswa atau sekitar 48,4 %. Pada pertemuan kedua

jumlah siswa yang aktif adalah 19 orang dari 31 siswa atau sekitar 61,3%. Pada

pertemuan ketiga jumlah siswa yang aktif adalah 22 orang dari 31 siswa atau

sekitar 74,2 %.

c. Aktivitas ketiga yaitu aktivitas memberikan tanggapan, pada grafik ini

mengalami peningkatan. Jumlah siswa yang aktif pada pertemuan pertama

adalah 11 orang dari 31 siswa atau sekitar 35,5%. Pada pertemuan kedua

jumlah siswa yang aktif mengalami peningkatan yaitu 14 orang dari 31 siswa

atau sekitar 45,2 %. Pada pertemuan ketiga jumlah siswa yang aktif mengalami

peningkatan lagi menjadi 18 orang dari 31 siswa atau sekitar 58,1%.

d. Aktivitas keempat yaitu aktivitas memberikan saran, pada grafik aktivitas ini

mengalami peningkatan dan penurunan. Jumlah siswa yang aktif pada

pertemuan pertama adalah 10 orang dari 31 siswa atau sekitar 32,3%. Pada

pertemuan kedua jumlah siswa yang aktif mengalami penurunan yaitu 9 orang
36

dari 31 siswa atau sekitar 29,0%. Pada pertemuan ketiga jumlah siswa yang

aktif mengalami penaikkan menjadi 16 orang dari 31 siswa atau sekitar 51,6 %.

e. Aktivitas kelima yaitu aktivitas meyimpulkan, pada grafik ini mengalami

peningkatan dan penurunan. Jumlah siswa yang aktif pada pertemuan pertama

adalah 5 orang dari 31 siswa atau sekitar 16,1%. Pada pertemuan kedua jumlah

siswa yang aktif mengalami penurunan yaitu 4 orang dari 31 siswa atau sekitar

12,9%. Pada pertemuan ketiga jumlah siswa yang aktif mengalami peningkatan

menjadi 8 orang dari 31 siswa atau sekitar 25,8%.

d. Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan selama 3 kali pertemuan pada siklus I

terjadi beberapa peningkatan beberapa aktivitas siswa diantaranya adalah aktivitas

bertanya, aktivitas menjawab dan aktivitas memberi tanggapan. Sebaliknya ada

aktivitas yang mengalami naik turun, ini berarti masih banyak siswa yang kurang

berani. Karena aktivitas siswa belum meningkat sesuai dengan yang diharapkan

yaitu aktivitas memberi saran dan aktivitas menyimpulkan. Oleh karena itu

peneliti akan merubah dan menambah tindakan pada pertemuan selanjutnya di

siklus II yaitu dengan cara:

1. Memberikan bahan yang akan dipelajarai siswa pada pertemuan selanjutnya.

2. Memberikan hadiah pada akhir pembelajaran terhadap siswa yang paling aktif.

4. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus Kedua

Kegiatan penelitian pada siklus kedua merupakan lanjutan dari siklus

pertama.namun ada beberapa hal yang perlu diperbaiki, terutama yang berkaitan
37

dengan peningkatan aktivitas belajar siswa. Pelaksanaan tindakan pada siklus

kedua terdiri dari tiga kali pertemuan.

Materi yang dibahas pada siklus kedua dan jadwal pertemuan dapat dilihat

pada tabel di bawah ini :

Tabel 9 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Siklus II

No Hari/Tanggal Pertemuan Materi

1 Senin/02/09/2013 1 Menganalisis persebaran fauna di Indonesia


berdasarkan garis Wallace dan Weber
2 Rabu/04/09/2013 2 Menganalisis penyebab kerusakan flora dan
fauna
3 Senin/09/2013 3 Menganalisis dampak kerusakan flora dan
fauna bagi kehidupan
Sumber : Data Primer, 2013

Berikut ini dijelaskan tahap-tahap kegiatan pada siklus kedua :

a. Rencana Tindakan

Berdasarkan refleksi pada siklus I, maka tindakan yang akan dilakukan

pada siklus II adalah:

1. Menyiapkan materi pelajaran yang akan diajarkan pada siklus II

2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dapat dilihat pada

Lampiran 1.

3. Menyiapkan media yang akan dipakai pada saat penelitian.

4. Menyiapkan instrumen penelitian (lembar observasi aktivitas siswa).

5. Memberikan bahan yang akan dipelajarai siswa pada pertemuan selanjutnya

6. Memberikan hadiah pada akhir pembelajaran terhadap siswa yang paling aktif.

b. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan yang dilakukan pada siklus kedua sama yang dilakukan pada

siklus pertama. Ada beberapa perubahan:

1. Memberikan bahan yang akan dipelajarai siswa pada pertemuan selanjutnya


38

2. Memberikan hadiah pada akhir pembelajaran terhadap siswa yang paling aktif

c. Observasi

1. Analisis Data

Pengamatan pada siklus kedua terdiri dari dari tiga kali pertemuan. Materi

yang diajarkan pada siklus kedua. Dari hasil pengamatan selama pembelajaran

pada siklus kedua diperoleh data tentang aktivitas belajar siswa, data aktivitas

siswa diperoleh melalui lembar observasi yang dicatat oleh observer pada setiap

pertemuan. Data yang diperoleh selama pengamatan dikumpulkan dan dianalisis.

a. Aktivitas belajar siswa

Pada siklus I ada sebagaian aktivitas siswa yang sudah mencapai target

(seperti yang diharapkan oleh peneliti) yaitu aktivitas bertanya, aktivitas

menjawab, tapi aktivitas memberikan tanggapan, aktivitas memberikan saran dan

aktivitas menyimpulkan masih belum mencapai target. Untuk itu dilakukanlah

siklus II. Data mengenai aktivitas siswa selama proses pembelajaran pada siklus

kedua dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini:

Tabel 10 Rekapitulasi Pengamatan Aktivitas Belajar Geografi Melalui Model


Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together
Siklus II
N=31
No Aktivitas Siklus 1 Rata-rata
Belajar Siswa Pertemuan Pertemuan Pertemuan
1 II III
F % F % F % F %
1 Bertanya 23 74,2 25 80,6 28 90,3 25 81,7
2 Menjawab 22 71,0 24 77,4 26 83,9 24 77,4
3 Memberi 17 54,9 20 64,5 23 74,2 20 64,5
Tanggapan
4 Memberi Saran 15 48,4 19 61,3 21 67,7 18 59,1
5 Menyimpulkan 12 38,7 13 41,9 16 51,6 14 44,1
39

Jumlah 89 287,2 101 325,7 114 367,7 101 326,8


Rata-rata 18 57,4 20 65,1 23 73,5 20 65,4
Sumber: Pengolahan Data Primer 2013

Dari tabel 10 dapat diambil kesimpulan secara umum bahwa terjadi

peningkatan aktivitas siswa pada setiap kali pertemuan sampai pada pertemuan

terakhir.

Untuk lebih jelasnya data tentang perkembangan aktivitas siswa selama

mengikuti proses pembelajaran pada siklus kedua dapat dilihat pada grafik berikut

ini:

Grafik 2 Rekapitulasi Pengamatan Aktivitas Be lajar Geografi Melalui Model


Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together
S iklus II
100
90 Bertanya
80
70 Menjawab
60
50 Memberi tanggapan
40
30 Memberi saran
20
10 Menyimpulkan
0
Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa:

1. Aktivitas pertama yaitu aktivitas bertanya, pada tabel terlihat jumlah aktivitas

ini selalu meningkat. Jumlah siswa yang aktif pada pertemuan pertama adalah

23 orang dari 31 siswa atau sekitar 74,2%. Pada pertemuan kedua jumlah

siswa yang aktif adalah 25 orang dari 31 siswa atau sekitar 80,6%. Pada

pertemuan ketiga jumlah siswa yang aktif adalah 28 siswa dari 31 siswa atau

sekitar 90,3 %.
40

2. Aktifitas kedua yaitu aktivitas memjawab pertanyaan, pada tabel ini selalu

mengalami peningkatan. Jumlah siswa yang aktif pada pertemuan pertama

adalah 22 orang dari 31 siswa atau sekitar 71,0 %. Pada pertemuan kedua

jumlah siswa yang aktif adalah 24 orang dari 31 siswa atau sekitar 77,4%.

Pada pertemuan ketiga jumlah siswa yang aktif adalah 26 orang dari 31 siswa

atau sekitar 83,9 %.

3. Aktivitas ketiga yaitu aktivitas memberikan tanggapan, pada tabel ini

mengalami peningkatan. Jumlah siswa yang aktif pada pertemuan pertama

adalah 17 orang dari 31 siswa atau sekitar 54,9%. Pada pertemuan kedua

jumlah siswa yang aktif mengalami peningkatan yaitu 20 orang dari 31 siswa

atau sekitar 64,5 %. Pada pertemuan ketiga jumlah siswa yang aktif

mengalami peningkatan lagi menjadi 23 orang dari 31 siswa atau sekitar

74,2%.

4. Aktivitas keempat yaitu aktivitas memberikan saran, pada tabel aktivitas ini

mengalami peningkatan. Jumlah siswa yang aktif pada pertemuan pertama

adalah 15 orang dari 31 siswa atau sekitar 48,4%. Pada pertemuan kedua

jumlah siswa yang aktif mengalami penaikkan yaitu 19 orang dari 31 siswa

atau sekitar 61,3%. Pada pertemuan ketiga jumlah siswa yang aktif

mengalami penaikkan menjadi 21 orang dari 31 siswa atau sekitar 67,7%.

5. Aktivitas kelima yaitu aktivitas meyimpulkan, pada tabel ini mengalami

peningkatan. Jumlah siswa yang aktif pada pertemuan pertama adalah 12

orang dari 31 siswa atau sekitar 38,7%. Pada pertemuan kedua jumlah siswa

yang aktif mengalami penaikkan yaitu 13 orang dari 31 siswa atau sekitar
41

41,9 %. Pada pertemuan ketiga jumlah siswa yang aktif mengalami

peningkatan menjadi 16 orang dari 31 siswa atau sekitar 51,6%.

Berdasarkan Tabel 12 dapat diambil kesimpulan secara umum bahwa: (1)

rata-rata siswa yang aktif bertanya pada siklus II adalah sebanyak 81,7 %, (2) rata-

rata siswa yang aktif menjawab pertanyaan 77,4 %, (3) rata-rata siswa yang aktif

memberi tanggapan sebanyak 64,5 %, (4) rata-rata siswa yang aktif memberikan

saran sebanyak 59,1 %, (5) rata-rata siswa yang aktif menyimpulkan sebanyak

44,%. Adapun peningkatan aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II dapat dilihat

pada Tabel 11 berikut:

Tabel 11 Perbandingan Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus I


Dan Siklus II

Siklus I (%) Siklus II Peningkatan


No. Aktivitas Siswa
(%) (%)
1 Aktivitas bertanya 67,7 81,7 14,0
2 Aktivitas menjawab 61,3 77,4 16,1
3 Aktivitas memberi tanggapan 46,3 64,5 18,2
4 Aktivitas memberikan saran 37,7 59,1 21,4
5 Aktivitas menyimpulkan 18,3 44,1 25,8
Jumlah 231,3 326,8 95,5
Rata-rata aktivitas siswa 46,3 65,4 19,1
Sumber: Pengolahan Data primer 2013

Dari tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa:

1) Aktivitas bertanya dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 14 %.

2) Aktivitas menjawab dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 16,1 %.

3) Aktivitas memberi tanggapan dari siklus I kesiklus II meningkat sebesar

18,2%.

4) Aktivitas memberikan saran dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar

21,4%.
42

5) Aktivitas menyimpulkan dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 25,8.

Perbandingan siklus 1 dan 2 dapat dilihat pada grafik 11 dibawah ini:

Grafik 3 Perbandingan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I dan II


90
80
70
60 Bertanya
50 Menjawab
40
Memberi Tanggapan
30
20 Memberi Saran
10 Menyimpulkan
0
Siklus I (%) Siklus II (%)

d. Refleksi

Dari pengamatan peneliti dan observer pada pertemuan pertama sampai

terakhir pada siklus II ini, pelaksanaan penelitian pada umumnya sudah berjalan

seperti yang diharapkan. Hal ini disebabkan tindakan pemberian hadia kepada

siswa yang paling aktif dan siswa telah terbiasa dengan model pembelajaran yang

sudah diterapkan, aktivitas siswa sudah semakin menunjukkan peningkatan. Oleh

karena itu peneliti mencukupkan penelitian pada siklus II ini.


43

B. Pembahasan

Dalam penelitian ditemukan pengaruh positif dari proses pembelajaran

Numbered Heads Together pada mata pelajaran Geografi. Pembelajaran

Numbered Heads Together dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa yang

dilihat dari banyaknya aktivitas siswa yang bertanya, menjawab, memberi

tanggapan, memberikan saran, dan menyimpulkan

Pembelajaran Numbered Heads together menghargai keberagaman siswa

dengan jenis dan tingkat kecerdasan yang berbeda serta sangat memperhatikan

kasenangan siswa (enjoyfull). Model ini dapat menunjang aktivitas semua jenis

kecerdasan yang dimiliki siswa (multiple intelegences). Secara visual siswa

belajar melalui indera penglihatan dengan mengakses citra visual yang diciptakan

maupun diingat. Secara auditorial siswa belajar dengan mengakses segala jenis

bunyi dan kata. Secara kinestetik siswa belajar dengan mengakses segala jenis

gerak dan emosi.

Kenyataan yang ditemui peneliti dalam pembelajaran Numbered Heads

Together di SMAN 8 Padang, hal ini ditandai dengan adanya peningkatan

aktivitas belajar siswa. Aktivitas siswa dalam proses belajar dapat dilihat dari

aktivitas bertanya pada siklus pertama terdapat rata-rata 67,7% dan pada siklus

kedua rata-rata 81,7%. Dapat kita lihat terjadi peningkatan yang signifikan yaitu

14%. Peningkatan yang signifikan tersebut disebabkan kerana sebelum memulai

pembelajaran guru memperhatikan kesiapan siswa, memotivasi siswa dan

memberikan sebuah penghargaan atau hadiah disaat jam terakhir pembelajaran

kepada siswa yang paling aktif.


44

Berdasarkan data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran

Numbered Heads Together dapat meningkatkan Aktivitas belajar siswa.

Kenyataan ini sesuai dengan harapan peneliti karena indikator keberhasilan

tindakan telah tercapai. Aktivitas belajar siswa kelas XI IPS-1 dikatakan

meningkat atau sangat baik karena telah memenuhi kriteria penilaian sebanyak

65,4% dari seluruh jumlah siswa kelas XI IPS-1 SMAN 8 Padang.

BAB V
45

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dalam

penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Aktivitas bertanya padasiklus I yaitu sebesar 67,7%, dan pada kesiklus II

menjadi 81,7% yang berarti terjadi peningkatan sebesar 14,0%.

2. Aktivitas menjawab pada siklus 1 yaitu sebesar 61,1%, dan pada siklus II

menjadi 77,4% yang berarti terjadi peningkatan sebesar 16,1%.

3. Aktivitas memberi tanggapan pada siklus 1 yaitu sebesar 46,3%, dan pada

siklus II menjadi 64,5% yang berarti terjadi peningkatan sebesar 18,2%.

4. Aktivitas memberi saran pada siklus 1 yaitu 37,7%, dan pada siklus II menjadi

59,1% yang berarti terjadi peningkatan sebesar 21,4%.

5. Aktivitas menyimpulkan pada siklus 1 yaitu 18,3%, dan pada siklus II menjadi

44,1% yang berarti terjadi peningkatan sebesar 25,8%.

6. Pendekatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

Numbered Heads Together dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa

Geografi selama proses pembelajaran yang berlangsung dikelas XI IPS-1

SMAN 8 Padang.

45
46

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dicantumkan di atas, maka peneliti

mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Untuk guru, bentuk pembelajaran Geografidengan menggunakan model

Pembelajaran Numbered Heads Together, perlu dipertimbangkan oleh guru

untuk dapat digunakan sebagai referensi dalam memilih model pembelajaran

sehingga dapat mencobakan dan menerapkan model pembelajaran yang lebih

bervariasi dengan tujuan agar siswa dapat tertarik untuk mengikuti pelajaran.

2. Kepada Kepala Sekolah Menengah Atas dan Pejabat terkait kiranya dapat

memberikan perhatian kepada guru terutama dalam meningkatkan aktivitas

belajar siswa dalam proses pembelajaran.

3. Untuk peneliti selaku Guru, dapat menambah pengetahuan yang nantinya

bermanfaatdan bagi peneliti yang ingin menerapkan model pembelajaran ini,

dapat melakukan penelitian serupa dengan materi yang lain.


47

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,Suharsimi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: Bumi Aksara

-------------------------2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Bumi


Aksara.

Azizah, Noor. 2011. Keefektivan Penggunaan Model Pembelajaran Tipe


Numbered Heads Together (NHT) Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang
Sisi Datar (Kubus dan Balok)Siswa Kelas VIII Semester 2 SMP N.6
Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007.(Online).
(http://digilib.UNNES.ac.id/gsdl/Collect/Skripsi/archieves/HASHUId
8/e207.dir/doc. Diakses 03 April 2013)

Dimyati dan Mulyono. 2006. Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Rineka Cipta

Hartini. 2011.Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads


Together Untuk Meningkatkan Kompetensi Komunikasi dan Kerjasama
Dalam Tim Bagi Siswa Kelas X Boga di SMK Negeri 2 Godean.(Online).
(http://KaryaIlmiah.um.ac.id/index.php/manajemen/article/view/5248.
Diakses 11 Juni 2013)

Herdyan.2009. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads


Together.(Online).(http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-
pembelajaran- nht-numbered-heads-together. Diakses 08 April 2013)

Hestiyanto.Y.2006.GeografiSMAKelas X. Jakarta: Yudhistira

Ketut, Juliantara.2011. Aktivitas Belajar, (Online).


(http:Edukasi.kompasiana.com/2010/04/11/aktivitas-belajar.Diakses
13 April 2013

Mufid, Masruhan.2007. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Pokok


Bahasan Operasi Hitung Bentuk Aljabar Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Pada Siswa Kelas VII-
A
MTs Islamiyah Sumpiah Banyumas Tahun Pelajaran 2006/2007. (Online).
(http://digilib.Unnes.ac.id/gsdl/collect/Skripsi/archieves/HASH.5227.dir./d
vc.xml. Diakses 12 April 2013)

Munawar, Ibnu. 2009. Implementasi Cooperative Learning Tipe Numbered Heads


Together (NHT) Untuk Meningkatkan Partisipasi dan Hasil Belajar
Siswa Dalam Pembelajaran Matematika di Kelas VIII MTsN
Gondowulung Bantul 2009.(Online).
48

(http://digilib.uin-suka.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&
Id=digilib-uinsuka—ibnumunawar-1080.Diakses 12 April 2013)

Raharjo, Solihatin.2008.Cooperative Learning, Jakarta: Bumi Aksara

Sardiman,A.M.2008. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar,Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada

Slameto,2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.Jakata: Rineka


Cipta.

Syah, Muhibbin.2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.Bandung:


PT Remaja Rosdakarya

Sylvia, Puspita.2010. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Pembelajaran


Number Heads Together (NHT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Pada Mata Pelajaran Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan Administrasi
Perkantoran (Studi Pada Siswa Kelas X APK SMK PGRI 1), (Online).
(http://eprints.uny.ac.id/3577//. Diakses 01 Mei 2013)

Trianto.2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Prgresif: Konsep,


Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan( KTSP ) Jakarta : Prenada Media

Tria.2009. Belajar Belajar.(Online).


(http://belajarbelajar.webs.com/apps/blog/show/2327484-defenisi-belajar.
Diakses 01 Mei 2013)

Wardiyatmoko.2006.Geografi SMA Kelas X. Jakarta:Erlangga

Yani, Ahmad.2007.Geografi SMA Kelas X. Jakarta : Grafindo Media Pratama

Yani, Fitri.2008. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan


Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together
(NHT) Pada Materi Pokok Kondisi Fisik Wilayah Indonesia di Kelas VIII
Semester I SMA Negeri Parulian Medan T.A 2008/2009. Skripsi.(tidak
diterbitkan).Medan : Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Anda mungkin juga menyukai