Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pendidikan pada dasarnya untuk membentuk kepribadian. Pembentukan

kepribadian dalam pendidikan terkait dengan upaya penanaman nilai-nilai yang

akan menjadi dasar kepribadian seseorang dan juga akan mewarnai kepribadian

bangsa, dan kepribadian bangsa itu melekat kuat sebagai warna atau ciri khas suatu

bangsa yang nampak dalam perilaku sehari-hari bangsa tersebut.

Sesuai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara. Berdasarkan pernyataan tersebut merupakan salah satu landasan hukum

penyelenggaraan pendidikan di Indonesia memuat semua pendidik dan tenaga

kependidikan, berkewajiban secara berkelanjutan mengembangkan potensi diri agar

selalu mampu memenuhi tuntutan kualitas yang dibutuhkan masyarakat, bangsa dan

negara.

Untuk mencapai tujuan tersebut itu dibutuhkan kegiatan belajar agar potensi

siswa dapat berkembang secara optimal dan menjadi manusia yang beriman, cerdas,

berilmu, kreatif, mandiri dan menjadi manusia Indonesia seutuhnya. Agar kegiatan

belajar ini bermakna bagi siswa maka siswa harus mampu memperhatikan,

memahami materi pelajaran dan mengaktifkan diri atau terlibat langsung dalam
kegiatan belajar. sehingga proses pembelajaran dapat diselenggarakan secara

interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,

dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta

psikologis peserta didik. Sebagai tahapan strategis pencapaian kompetensi dalam

proses belajar mengajar, dalam hal ini kegiatan pembelajaran metode penelitian

dan seminar geografi, maka perlu didesain dan dilaksanakan secara efektif dan

efisien sehingga memperoleh hasil maksimal. Untuk mendukung kelancaran dan

kebermaknaan kegiatan pembelajaran guru dituntut untuk dapat menyusun dan

mengembangkan sendiri model pembelajaran yang sesuai. Model tersebut, dapat

mengajak peserta didik melakukan proses pencarian pengetahuan berkenaan dengan

materi pelajaran melalui berbagai aktivitas, dengan demikian peserta didik

diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep, dan nilai-

nilai baru yang diperlukan untuk kehidupannya. Fokus proses pembelajaran

diarahkan pada pengembangan keterampilan peserta didik dalam memproseskan

pengetahuan, menemukan dan mengembangkan sendiri fakta, konsep, dan nilai-

nilai yang diperlukan mahasiswa dan evaluasi secara terpadu dalam perkuliahan

metode penelitian dan seminar geografi.

Namun berdasarkan observasi dan pengalaman penulis bahwa kecenderungan

di kalangan mahasiswa beranggapan bahwa metode dan seminar geografi

merupakan mata kuliah yang menjemukan dan kurang menantang minat belajar,

sehingga kenyataanya aktivitas belajar siswa yang pasif, seperti malas bertanya,

menanggapi pertanyaan, menjawab pertanyaan, berdiskusi dengan kelompok, tidak

bersemangat dalam belajar, dan tidak fokus pada saat proses belajar-mengajar
diakibatkan oleh tidak adanya variasi dosen dalam menyampaikan materi

perkuliahan.

Selain hal tersebut, perkuliahan metode dan seminar geografi juga lebih

berpusat pada Guru (teacher centered) bukan berpusat pada  Peserta didik (student

center), aktivitas guru lebih menonjol dari kegiatan peserta didik sehingga peserta

didik tidak kreatif, tidak mandiri dalam belajar. Faktor penyebab ketidakmandirian

peserta didik dalam belajar dapat dilihat dari aktifitasnya seperti tidak mau

mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan karena takut salah, kurang

semangat dan tidak antusias, rasa ingin tahu yang rendah sehingga motifasinya juga

rendah. Peserta didik hanya menunggu materi pembelajaran yang di sajikan oleh

dosen. Dan juga sering ngobrol dengan teman, dan peserta didik sering melamun

selama jam pelajaran dan dalam diskusi kelas peserta didik yang aktif bicara hanya

beberapa orang saja, dan mereka tidak mampu untuk mengeluarkan pendapat atau

memberikan tanggapan atas masalah yang dilemparkan dalam diskusi kelas dan

mereka sering bercanda dalam diskusi atau menyela pendapat teman. Untuk lebih

jelasnya, obervasi pada 58 orang mahasiswa kelas Geo B 2013 dapat dilihat dari

tabel berikut:

Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Aktivitas belajar Mahasiswa Geo B


2013

No Jenis aktivitas Peserta didik Persentase (%)


yang aktif
1 Bertanya 3 5.1

2 Menjawab - -

3 Memberi tanggapan - -

4 Membuat laporan dan diskusi 1 1.7

Sumber : data primer 28 september 2015


Berdasarkan tabel diatas, aktivitas belajar mahasiswa masih sangat rendah.

Oleh karena itu, keberhasilan pencapaian tujuan perkuliahan metode dan seminar

geografi bergantung pada kemampuan dosen dalam memahami dan memilih suatu

model serta metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan.

Ketepatan penggunaan metode pembelajaran tersebut sangat bergantung pada

tujuan dan isi proses pembelajaran. Sebagaimana diketahui masalah kemadirian

belajar selama ini sering terabaikan, seperti yang terjadi khususnya dikelas Geo B

2013 Fakultas Ilmu Social Universitas Negeri Padang.

Berdasarkan hal tersebut, perlu adanya peranan dosen untuk melakukan

perbaikan cara mengajar yang memungkinkan mahasiswa terlibat secara aktif dalam

belajar, sehingga aktivitas dapat meningkat. Salah satu alternatifnya adalah melalui

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement

Division (STAD). Model pembelajaran STAD merupakan suatu kegiatan khusus

yang dilakukan oleh seorang guru dalam pembelajaran kooperatif dengan

menggunakan kelompok-kelompok kecil yang telah ditentukan. STAD dapat

membantu membagikan peran serta lebih merata pada setiap mahasiswa. Dan

pengawasan terhadap aktivitas mahasiswa akan lebih terkontrol dengan

menggunakan kelompok tersebut sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan

dengan efektif.

Penggunaan model pembelajaran ini dalam perkuliahan metode penelitian

dan seminar geografi diharapkan dapat meningkatkan aktivitas belajar, karena

dengan belajar bersama teman siswa akan merasa diharapkan siswa akan mampu

bertanya. Dalam metode ini bebas berkomunikasi dengan menggunakan bahasa

sehari-hari yang mudah dipahami. Belajar bersama memungkinkan siswa lebih

terlibat secara aktif dalam belajar, karena ia mempunyai tanggung jawab belajar
yang lebih besar dan memungkinkan berkembangnya daya kreatif dan sifat

kepemimpinan pada siswa dan menjadikan aktivitas mahasiwa meningkat.

Berdasarkan uraian diatas, untuk mengoptimalkan aktivitas belajar metode

penelitian dan seminar geografi perlu dilakukan penelitian tentang “Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Division

(STAD) untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Metode Penelitian Dan

Seminar Geografi di Kelas Geo B 2013 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Padang”

B. Masalah dan pemecahannya

1. Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, masalah dalam penelitian ini adalah

rendahnya aktivitas belajar metode penelitian dan seminar geografi di kelas geografi

B 2013 Universitas Negeri Padang.

2. Pemecahan

Diharapkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat

meningkatkan aktivitas belajar mahasiswa metode penelitian dan seminar geografi

di kelas geografi B 2013 Universitas Negeri Padang.

C. Rumusan masalah

Berdasarkan masalah dan pemecahannya diatas, maka rumusan masalah ini

adalah Bagaimana upaya peningkatan aktivitas belajar metode penelitian dan

seminar geografi melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas

geografi B 2013 Universitas Negeri Padang?


D. Tujuan penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian adalah untuk

mendskripsikan dan mendapatkan informasi tentang upaya peningkatan aktivitas

belajar metode penelitian dan seminar geografi melalui model pembelajaran

kooperatif tipe STAD.

E. Manfaat penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi para guru, sebagai salah satu alternatif model dan perangkat

pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran.

2. Bagi pimpinan sekolah atau dinas pendidikan, sebagai bahan masukan

dalam menetapkan atau menjalankan suatu kebijakan dalam

pengembangan pendidikan, terutama yang berkaitan dengan pengadaan

fasilitas pendidikan dan pembelajaran.

3. Bagi peneliti lain, sebagai bahan masukan untuk memotivasi atau

menumbuhkan inspirasi atau ide-ide baru dalam rangka pengembangan

model dan perangkat pembelajaran.


BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Aktivitas Belajar Metode Penelitian dan Seminar

a) Belajar

Proses pembelajaran merupakan keterlibatan diri siswa dalam bentuk sikap,

pikiran dan perhatian. Aktivitas tersebut berguna untuk menunjang proses

pembelajaran dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Menurut Suprijono

(2012:3) Learning is any relatively permanent change in behavior that is a result of

past experience. (Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai

hasil dari pengalaman).

Menurut Suryono (2012:19) Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses

untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan memperbaiki perilaku

sikap dan mengkokohkan kepribadian. Senada dengan Slameto (2010:2) Belajar

ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

sediri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Oemar hamalik (2012:2)

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Selain itu menurut

Suprijono (2012:4) Prinsip Belajar ada tiga yaitu:

a. Belajar sebagai perubahan prilaku yang ditandai dengan ciri-ciri:


1) Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang

disadari.

2) Kontinu dan berkesinambungan dengan prilaku lainnya.

3) Fungsional atau bermanfaat sebgaai bekal hidup.

4) Positif atau beeakumulasi.

5) Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan atau dilakukan.

6) Permanen atau tetap.

7) Bertujuan dan terarah

8) Mencaup keseluruhan potensi kemanuasiaan.

b. Belajar merupakan proses maksudnya belajar terjadi karena didorong

kebutuhan da tujan yang ingin dicapai.

c. Belajar merupakan pengalaman maksudnya pengalaman pada dasarnya

adalah hasil interaksi anatara peserta didik denan lingkungannya.

Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan belajar adalah suatu

proses dalam memperoleh pengetahuan dan keterampilan serta perubahan tingkah

laku dalam diri secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman dari interaksi dengan

lingkungannya.

b) Aktivitas belajar

Aktivitas belajar merupakan penunjang dalam keberhasilan siswa dan melihat

kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Menurut Uno (2011: 78)

aktivitas belajar adalah Pada saat anak-anak aktif, terlibat, dan peserta yang peduli

dengan pendidikan mereka sendiri. Siswa harus didorong untuk berfikir,

menganalisis, membentuk opini, praktik, dan mengaplikasikan pembelajaran

mereka dan bukan hanya sekedar menjadi pendengar pasif atas apa yang
disampaikan guru, tetapi guru benar-benar mengarahkan suasana pembelajaran itu

agar siswa benar-benar ikut menikmati suguhan pelajaran.

Sedangkan menurut Oemar (2009:9) Aktivitas adalah seperangkat kegiatan

yuang dilakukan oleh siswa dalam pembelajaran, misalnya kegiatan menulis,

menggambar, dan kegiatan mental emosional. Menurut Dimyati (2009: 114)

keaktifan siswa dalam pembelajaran memiliki bentuk yang beraneka ragam, dari

kegiatan fisik yang mudah diamati sampai kegiatan psikis yang sulit diamati.

Kegiatan fisik yang dapat diamati diantaranya adalah kegiatan dalam bentuk

membaca, mendengarkan, menulis, meragakan, dan mengukur. Sedangkan contoh

kegiatan psikis diantaranya adalah seperti mengingat kembali isi materi pelajaran

pada peremuan sebelumnya, menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki

untuk memecahkan masalah, menyimpulkan hasil eksperimen, membandingkan

satu konsep dengan konsep yang lain, dan lainnya.

Selain itu Menurut Sanjaya (2006: 132) “Aktivitas belajar bukanlah

menghafal atau informasi, aktivitas tidak terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi

juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental”. Guru sering

terkecoh dengan sikap siswa yang pura-pura aktif padahal sebenarnya tidak.

Sedangkan Kunandar (2012:277) Peningkatan aktivitas siswa yaitu meningkatnya

jumlah siswa yang teribat aktif belajar, meningkatnya jumlah siswa yang bertanya

dan menjawab, meningkatnya jumlah siswa yang saling berinteraksi membahas

materi pembelajaran

Menurut Djerich dalam Sardiman (2009) aktivitas belajar dapat

diklasifikasikan sebagai berikut :


1. Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya
membaca, memperhatikan gambar demonstrasi,
percobaan, pekerjaan orang lain.
2. Oral activities seperti menyatakan, merumuskan,
bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat,
mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan uraian,
percakapan, diskusi, musik, pidato.
4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita,
karangan, laporan, angket, menyalin.
5. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat
grafik, peta, diagram.
6. Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain:
melakukan percobaan, membuat konstruksi, model
mereparasi, bermain, beekebun, berternak.
7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi,
mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat
hubungan, mengambil keputusan.
8. Emotional activities, seperti misalnya menaruh minat,
merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani,
tenang, gugup.

Menurut Adrian (2013:21) untuk mengukur terwujudnya keaktifan

siswa dalam belajar dapat diukur melalui beberapa indikator, yaitu:

a. Dari siswa

1. Dapat dilihat dari adanya keinginan, keberanian menampilkna

minat, kebutuhan dan permasalahan yang dihadapainya

2. Keinginan dan keberanian siswa serta kesempatan unutk

berpartisipasi dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan

pembelajaran

3. Siswa dapat menampilkan berbagai usaha atau kekreatifan

belajar dalam menjalani dan menyelesaikan kegiatan belajar

sampai mencapai keberhasilannya

4. Kemandirian belajar

b. Segi guru
1. Usaha mendorong membina gairah belajar dan berpartisipasi

dalam proses pengajaran secara aktif

2. Peranan guru tidak mendominasi kegiatan belajar siswa

3. Memberi kesempatan pada siswa unutk belajar menurut cara

dan keadaan masing-masing

4. Menggunakan berbagai metode mengajar dan pendekatan

multi media

c. Segi program

1. Tujuan pembelajaran sesuai minat, kebutuhan serta

kemampuan siswa

2. Program cukup jelas bagi siswa dan menantang siswa

unutk melakukan kegiatan belajar

d. Segi situasi

Adanya hubungan erat antara guru dan siswa, guru dengan guru serta

dengan pimpinan sekolah

e. Segi sarana belajar

1. Sumber belajar yang cukup

2. Fleksibilitas waktu bagi kegiatan belajar

3. Dukungan bagi media pengajaran

4. Kegiatan belajar didalam maupun diluar kelas

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan aktivitas belajar adalah

segala kegiatan yang dilakukan siswa baik secara fisik, mental, intelektual dan

emosional dan berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor

dalam mempelajari berbagai sumber pembelajaran.


c) Metode Penelitian dan Seminar

2. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD

a) Model pembelajaran kooperatif

Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan

kesempatan kepada siswa untuk dapat belajar sendiri atau melakukan aktivitas

sendiri. Dalam aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam pembelajaran,

mereka belajar sambil bekerja. Menurut Rusman (2012:202) pembelajran

kooperatif adalah bentuk pembelajran dengan cara siswa belajar dan belajar

dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4 – 6

orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

Selain itu Nurul hayati dalam Rusman (2012:203) pembelajaran

kooperatif adalah strategi pembelajran partisipasi siswa dalam suatu kelompok

kecil unutk saling berinteraksi. Kemudian Menurut Effendi (2010:108) Model

pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara

berkelompok unutk bekerja sama saling membantu mengkonstruksi konsep,

meyelesaikan persoalan atau inkuiri.

Menurut cooper dan heinich dalam Effendi (2010:108) model

pembelajaran kooperarif adalah metode pembelajaran yang melibatkan

kelompok-kelompok kecil yang heterogen dan siswa yang bekerja sama untuk

mencapai tujuan-tujuan dan tugas akademik bersama, sambil bekerja sma

belajar keterampilan kolaboratif dan social. Senada dengan wena (2012:189)

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok


yang memiliki atura-aturan tertentu, dimana siswa membentuk kelompok kecil

dan saling mmengajar sesamanya unutk mencapai tujuan bersama.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan model pembelajaran

kooperatif adalah metode pembelajaran yang membagi siswa dalam kelompok-

kelompok kecil yang heterogen sehingga dapat berinteraksi dan bekerja sama

dalam kelompoknya dalam menyelesaikan suatu konsep atau permasalahan.

b) Model pembelajaran STAD

Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif siswa

didorong untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus

mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru.

STAD merupakan salah satu pembelajaran kooperatif. Menurut Rusman

(2012:213) STAD merupakan suatau metode generic tentang pengaturan kelas

dan bukan metode pengajaran komprehensif untuk subjek tertentu, guru

mengunakan pelajaran dan materi mereka sendiri.

Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompk yang beranggotakan empat

orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Gagasan utama

dalam stad adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu sama

lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan. Senada dengan Hanafiah

(2012:44) Student tim achievement division (STAD) meruapkan model

pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok kecil.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan model pembelajran

STAD adalah model pemebelajaran kooperatif yang membagi siswanya dalam

beberapa kelompok-kelompok kecil.

1) Kelebihan dan Kelemahan Model pembelajaran STAD


Kelebihan dan kekurangan pembelajaran STAD adalah sebagai berikut:

(Sumantri, 2002)

Kelebihan pembelajaran kooperatif STAD antara lain:

a) Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjujung tinggi

norma-norma kelompok

b) Siswa aktif membantu dan mendorong unutk sama-sama berhasil

c) Aktif peran sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan

keloompok

d) Interaksi antara siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka

dalam berpendapat

Kelemahan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah

a) Bila dilihat dari sarana kelas, maka menagtur tempat duduk unutk kerja

kelompok menyita waktu

b) Jumlah siswa yang besar dalam suatu kelompok menyebabkan guru

kurang maksimal dalam mengamati kegiatan belajar

c) Guru dituntut bekerja cepat dalam meyelesaikan tugas-tugas yang

berkaitan dengan pembelajaran yang dilakukan

d) Memerlukan waktu dan biaya banyak dalam mempersiapkan dan

melaksanakan pembelajaran

e) Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru

dapat melakukan pembelajaran kooperatif


f) Menuntut sifat tertentu dari siswa

2) Langkah-langkah model pembelajaran STAD

Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat

menggunakan langkah sebagai berikut. Menurut Rusman (2012:213) Langkah-

langkah pembelajaran kooperatif model STAD adalah

a. Penyampaian tujuan dan motivasi


Meyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran
tesebut dan memotivasi siswa unutk belajar
b. Pembagian kelompok
Siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang beranggotakan 4-5 orang
yang memperiotaskan heterogen dalam kelas.
c. Presentasi dari guru
Guru menyampaikan materi terlebih dahulu, meyampaikan tujuan
pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar dengan aktif dan kreatif.
Dalam pembelajaran guru dibantu oleh media, demontrasi, pertanyaan
atau masalah yang nyata dan juga menjelaskan keterampilan dan
kemampuan yang diharapkan dikuasi siswa.
d. Kegiatan belajar dalam tim (kerjatim)
Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk, guru meyiapkan
lembaran kerja sebagi pedoman bagai kerja kelompok sehingga semua
anggota menguasai dan masing-masing memberikan konstribusi.
e. Kuis (evaluasi)
Guru mengevalausi hasil belajar melalui kuis tentang materi yang
dipelajari, dan memberikan penilaian terhdap hasil kerja kelompok
masing-masing.
f. Penghargaan prestasi tim
Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan
diberikan angka denga rentang 0-100. Guru melihat keberhasilan
kelompok denga melkuakn tahapan2 sbb:
1. Menghitung skor individu
2. Menghitung skor kelompok
3. Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok
B. Kerangka Berpikir

Model pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar

hendaknya memberikan hasil yang berguna bagi kehidupan dimasa mendatang dan

dapat mencetak peserta didik yang berkualitas.

Sejauh ini diketahui bahwa pengajaran yang dilakukan guru kebanyakan

menggunakan metode pengajaran yang konvensional sehingga anak lebih bersifat

pasif. Kegiatan pembelajaran terpusat pada guru sebagai pemberi informasi bahan

pelajaran sehingga pembelajaran satu arah, guru tidak melibatkan siswa dalam

pembelajaran kalaupun siswa diberi kesempatan untuk bertanya hanya sedikit saja

yang melakukannya.

Model pembelajaran yang sesuai dengan penelitian ini adalah model

pembelajaran STAD dengan penerapan model pembelajaran STAD ini diharapkan

dapat membantu peserta didik untuk lebih aktif dan kreatif dalam

mengkomunikasikan pembelajaran, menjawab pertanyaan, menyelesaikan

permasalahan dengan baik. Peserta didik dikatakan berhasil apabila mampu

menyelesaikan permasalahan dan memberikan jawaban (aktif) dengan baik dan

benar. Melalui model pembelajaran STAD diharapkan mampu membantu peserta

didik untuk meningkatkan keaktifan belajar peserta didik.

Bertanya dalam kelompok

Menjawab pertanyaan dan


menanggapi
Model Peningkatan
Menyelesaikan masalah pembelajara aktivitas
n STAD belajar

Mengkomonikasikan

Membuat laporan

Gambar 2.1 Kerangka berpikir


C. Hipotesis Tindakan

Diharapkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat

meningkatkan aktifitas belajar siswa dalam perkuliahan metode penelitian dan

seminar geografi di Geografi B 2013 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Padang.

Anda mungkin juga menyukai