Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

INSTRUMENTASI KEBENCANAAN
“ANALISIS SUSEPTIBILITAS MAGNETIK TANAH LAPISAN ATAS SEBAGAI
INDIKATOR BENCANA LONGSOR DI BUKIT SULA KECAMATAN TALAWI
KOTA SAWAHLUNTO”

KELOMPOK: 1

ANGGOTA:

1. Fatin Gema Magribi(18034109)

DOSEN:
Dr. , M.Si.

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada kehadiran tuhan yang maha Esa,karena atas berkat
dan rahmatny apenyusun mampu membahas makalah yang berjudul “Tsunami".
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas instrumentasi kebencanaani.Makalah
ini berisi penjelasan dan pendalaman dar ijudul diatas. Meskipun banyak hambatan
yang kami hadapi kami berhasil menyusun makalah ini dengan baik. Makalah ini
dibuat untuk memberikan pemahaman yang mendalam untuk mahasiswa terhadap
pengertian bencana alam tsunami .Dalam pembuatan makalah ini, kami mencatumkan
beberapa sumber. Kami tahu bahwa banyak kesalahan dari makalah ini. Kami
berharap pembaca dapat memaklumi, dan memberikan kritik yang membangun. Akhir
kata kami ucapkan banyak terimakasih

Padang,10 Februari 2020

Penyusun
BAB I
Pendahuluan

1.1 Abstrak

1.2 Rumusan masalah

a. Apa itu tsunami ?


b. Apa yang menyebabkan terjadinya tsunami ?
c. Bangaimanakah dampak tsunami bagi masyarakat?
d. Bangaimana cara penanggulangan tsunami?
e. Bangaimana perkembangan alat pendeteksi tsunami pada saat ini?

1.3 Tujuan penulisan

a. Agar mahasiswa mengetahui apa itu tsunami .


b. Agar mahasiswa memiliki pemahaman dasar mengenai tsunami.
c. Agar mahasiswa mengetahui perkembangan alat pendeteksi tsunami.

1.4 Manfaat penulisan

● Sebagai sumber bacaan untuk mahasiswa untuk memperdalam pengetahuan


tentang bencana alam tsunami
● Mahasiswa mengetahui cara kerja alat pendeteksi tsunami
● Mahasiswa mengetahui sebab terjadinya tsunami.

BAB II
Teori Dasar

1. Pengertian tsunami
Tsunami berasal dari bahasa jepang yaitu “tsu” dan “namI” yang mepunyai arti
secara harfiah ombak besar pada sebuah pelabuhan.Secara istilah pengertian tsunami
secara umum dapat diartikan perpindahan air yang disebabkan oleh adanya perubahan
pada permukaan laut secara vertikal dan berlangsung secara tiba-tiba
Istilah tsunami ini berasal dari bahasa Jepang karena secara geografis, Jepang
merupakan salah satu negara yang rawan akan bencana alam tsunami. Gelombang
tsunami adalah jenis gelombang yang dapat bergerak ke segala arah dengan jarak
hingga beribu-ribu kilometer, tak heran jika dampak yang dirasakan oleh bencana ini
bisa menyapu seisi kota. Tidak hanya jaraknya saja yang luas, namun gelombang
tsunami juga mempunyai kecepatan dari 500 – 1000 km perjam, bahkan hal tersebut
menyamai kecepatan pesawat.

2. Penyebab Tsunami

Ternyata dibalik kedatangan gelombang tsunami terdapat beberapa faktor yang


menyebabkan terjadinya bencana alam ini, diantaranya adalah:

● Gempa Bumi

Kedatangan gelombang tsunami ke daratan dapat dipicu oleh adanya


gempabumi. Maka tak heran jika terdapat suatu gempa dengan pusat dasar laut,
pemerintah setempat akan menghimbau untuk menjauhi pantai hingga peringatan
aman akan bencana tsunami. Salah satu penyebab terjadinya gempabumi ini adalah
pergerakan lempeng dan adanya sesar aktif.

● Erupsi Gunung api

Erupsi gunugapi atau yang biasa dikenal sebagai gunung meletus juga memicu
terjadinya tsunami karena akan mengakibatkan gempabumi yan bersifat vulkanik.
Salah satu contoh tsunami yang disebabkan oleh erupsi gunungapi adalah kejadian
tsunami akibat letusan Gunung Krakatau.

● Longsor Bawah Laut

Tidak hanya gempa dan gunungapi, longsoran bawah laut yang disebabkan karena
adanya lempeng yang bertabrakan juga dapat menyebabkan bencana tsunami yang
disebut dengan istilah tsunami submarine landslide.

● Meteor

Jika tiga faktor diatas adalah faktor internal dari dalam bumi, berbeda dengan faktor
terakhir ini yang berasal dari luar bumi. Adanya hantaman meteor yang mengenai laut
dapat memicu terjadinya tsunami.

3. Dampak Akibat Tsunami

Dampak Negatif

1. Memakan banyak korban manusia dan hewan


2. Merusak infrastruktur bangunan, tumbuhan, dan apa saja yang dilalui oleh
gelombangnya
3. Mengeluarkan banyak dana pemerintah untuk pembangunan pasca tsunami
4. Dapat menambah tingkat kemiskinan
5. Memakan harta benda

4. Penanggulangan Tsunami

1. Berlari menuju ke tempat tertinggi setelah mendengar adanya gemuruh yang


keras pada perairan didekat pantai. Anda juga bisa menaiki tempat yang lebih
tinggi dan mnaiki pohon yang kokoh
2. Ikuti himbauan dari pemerintah setempat, jangan kembali ke tempat yang
rendah sebelum pemerintah menyatakan status aman pada bencana tsunami
3. Ketika sedang terjadi tsunami, saling bantu membantulah meskipun tidak
mengenal, tolonglah korban yang luka-luka
4. Menetap di posko penanggulangan bencana dan jangan panik secara
berlebihan.

5. Pendeteksian Tsunami

Sistem Pendeteksi Tsunami Awal

Usaha untuk pendeteksian tsunami dimulai dari awal abad ke-20 di Jepang.
Sebelum itu, ketiadaan sistem pendeteksian tsunami mengakibatkan jatuhnya banyak
korban jiwa dalam tiap-tiap terjadinya tsunami. Salah satu bencana seperti tersebut
adalah tsunami yang terjadi di pesisir Sanriku, Jepang pada tahun 1896, yang
mengakibatkan sekitar 20 000 korban jiwa. Pada kejadian tersebut, terjadi gempa
bawah laut bermagnitudo 8.5 skala Richter, yang hanya terasa lemah di daratan.
Setelah bencana tersebut, terdapat perdebatan mengenai penyebab terjadinya
tsunami (pada masa itu mekanisme terjadinya tsunami belum diketahui secara pasti).
Dalam perdebatan tersebut, beberapa berpendapat bahwa tsunami terjadi dikarena
oleh: letusan gunung vulkanik bawah laut, longsor bawah laut, dll. dengan salah satu
kelompok peneliti yang berpendapat bahwa gempa bumi yang terjadi sesaat sebelum
tsunami tahun 1896 merupakan penyebab dari tsunami tersebut. Pandangan ini
ditentang dengan berbagai alasan selama bertahun-tahun hingga 1910, ketika hipotesa
tersebut dinilai lebih sesuai dengan data yang ada. Hal ini diperkuat ketika pesisir
Sanriku kembali mengalami gempa pada tahun 1933, yang kemudian disusul oleh
tsunami. Sesaat setelah gempa terjadi, warga sekitar segara diungsikan ke dataran
yang lebih tinggi, dan hal tersebut menekankan jumlah korban jiwa hingga 3000.

Setelah gempa tahun 1933 tersebut, para peneliti Jepang mendorong


pembentukan sistem pendeteksian tsunami yang berdasarkan pada pendeteksian
gempa. Sistem tersebut kemudian dibentuk pada tahun 1941 di Sendai. Sistem
tersebut berbasis seismograf, yang kemudian oleh pengamat sistem dianalisis
amplitudo dan jaraknya. Apabila kombinasi keduanya dianggap berpotensi
mengakibatkan tsunami, maka stasiun pengamat mengeluarkan peringatan tsunami.
Sistem ini kemudian ditiru oleh beberapa daerah lainnya di Jepang. Hal serupa
kemudian diterapkan secara nasional oleh badan meteorologis Jepang, JMA, pada
tahun 1952, dengan perencanaan yang dimulai sejak 1946.
Pengembangan Sistem Pendeteksi Tsunami

Sistem pendeteksi tsunami mengalami peningkatan kemampuan ketika pada


tahun 1946, Amerika Serikat mengembangkan sistem pendeteksian tsunami jarak jauh
untuk tsunami di Samudra Pasifik. Sistem ini selain mengikuti model sistem Sendai,
juga menggunakan pengukur ketinggian air laut. Sistem ini kemudian disambungkan
pula dengan sistem telekomunikasi internasional yang terhubung dengan negara-
negara berpesisir Samudra Pasifik (berdasarkan kerjasama internasional yang dimulai
sejak tahun 1965).
Dalam kerjasama tersebut, negara-negara yang tergabung saling membantu
untuk mendeteksi terjadinya tsunami di Samudra Pasifik. Begitu suatu gempa bawah
laut terjadi, seluruh peserta diberi peringatan, dan tiap-tiapnya memperkirakan tempat
dan waktu sampainya gelombang tsunami di daerahnya masing-masing. Prakiraan
waktu memungkinkan dikarena tiap-tiap negara juga diberikan peta waktu tempuh
tsunami.
Pengembangan sistem pendeteksian tsunami kemudian menfokuskan kepada
bagaimana mendeteksi, memperkirakan besar, dan waktu sampainya tsunami di
daratan. Baik Jepang dan Amerika Serikat mengembangkan sistem pengawas real-
time berbasis sistem pelampung dan tsunameter (alat ini berada di dasar laut, dan
memantau tekanan air dibawah permukaan). Sistem dari kedua negara berprinsip
serupa, dengan tsunameter dan pelampung mengirimkan data mengenai perairan di
sekitarannya. Data ini diperbarui dan dikirim ke pemantau di daratan.
Sistem ini meningkatkan waktu reaksi dan ketepatan secara signifikan
dibandingkan dengan sistem-sistem pendeteksi sebelumnya. Sebagai contoh, sistem
pendektesi tsunami Jepang pada permulaannya dapat mengeluarkan peringatan
kemungkinan terjadinya tsunami kurang lebih 20 menit setelah getaran; pada tahun
1995 peringatan dapat dikeluarkan setelah sistem mendeteksi dan memperkirakan
besar gempa hanya dalam kurun waktu 3 menit.
Diagram Sistem Deep-ocean Assessment and Reporting of Tsunamis DART, yang kini umum
digunakan

Keterangan:

Sistem ini umumnya bekerja dalam dua mode, “standard” dan “event”. Dalam
mode “standard”, tsunameter secara berkala dengan interval 15 menit (untuk
menghemat daya) mengirimkan data tekanan air di bawah permukaan ke pelampung
di permukaan, yang kemudian mengirimkan data tersebut ke stasiun pengawas di
daratan melalui perantaraan satelit. Apabila terjadi pergerak air secara signifikan dan
mendadak, sistem akan otomatis berpindah ke mode “event”, dan interval pengiriman
data diturunkan hingga 1 menit. Hal ini bertujuan agar dapat dipastikan apakah
sedang terjadi gempa (yang bisa mengakibatkan terbentuknya tsunami). Apabila
perubahan tidak berlangsung secara signifikan, sistem kembali ke mode “standard”
stelah 4 jam.
Antara tsunameter dan pelampung, keduanya saling berkomunikasi melalui
perantaraan gelombang akustik. Gelombang tersebut dipancarkan oleh transducer
akustik dari kedua alat, yang juga berfungsi sebagai pengubah gelombang akustik
menjadi sinyal elektrik. Tranducer akustik tersebut menghasilkan gelombang akustik
ketika kristal piezoelektrik di dalamnya diberi tegangan (dari sinyal elektronik), yang
mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk dari kristal, yang kemudian
menghasilkan gelombang akustik. Hal sebaliknya terjadi ketika transducer akustik
penerima menerima gelombang akustik, dimanaya perubahan pada bentuk kristal
piezoelektrik akan menghasilkan kembali sinyal elektronik yang serupa dengan yang
dikirim.

Diagram prinsip kerja dari transducer akustik

6. Hubungan Bencana Alam Tsunami Dengan Fisika

A. Cepat rambat gelombang tsunami

Peristiwa tsunami bisa dijelaskan menggunakan fisika yaitu penjalaran


gelombang secara transversal atau tegak lurus dengan arah rambatnya. Ketinggian
gelombang tsunami sangat dipengaruhi oleh panjang gelombang.Sebuah tsunami
memiliki panjang gelombang ratusan kilometer ,berprilaku sebangai gelombang air-
dangkal yaitu sebuah gelombang ketika perbandingan kedalamn air dengan panjang
gelombangnya lebih kecil dari 0.05. Rumus kecepatan gelombang air dangkal adalah

v=√❑

Dengan:

g = percepatan gravitasi
d = kedalaman air
v = kecepatan gelombang air dangkal.
B. Laju energi yang hilang (energi loss rate)

Gelombang berjalan berbanding terbalik dengan panjang gelombangnya atau bisa


disebut semakin besar panjang gelombangnya maka semakin sedikit energi yang
hilang .sehingga energi yang dikandung tsunami konstan.Karena energi konstan
,berkurangnya kecepatan membuar ketinggian gelombang (amplitudo ) bertambah.

BAB III
Penutup

3.1 KESIMPULAN

Tsunami merupakan bencana alam yang tidak bisa dicegah kejadianya. Oleh karena
itu manusia harus mengenali ciri-ciri dan proses terjadinya tsunami.bencana alam
tsunami tejadi karena naiknya air laut dengan kecepatan yang tinggi yang bisa
menghancurkan daerah sekitarnya.tsunami bisa disebabkan oleh gempa ,erupsi
gunung api,longsor bawah laut, dan meteor.Tsunami bisa menimbulkan banyak
kerusakan manusia ataupun infrastruktur negara.

3.2 SARAN

● Masih perlu adanya perbaikan materi dari makalah ini.


● Masih banyak kekurangan yang harus kami perbaiki

Daftar Pustaka
Bernard, Eddie & Titov, Vasily.2015.“Evolution of Tsunami Warning Systems and
Products”. Philosophical Transactions of the Royal Society A: Mathematical, Physical
and Engineering Sciences. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4608033/

CWarn. Tsunamis in History. https://cwarn.org/tsunami/tsunami-in-history

Bureau of Meteorology. Deep Ocean Tsunami Detection Buoys.


http://www.bom.gov.au/tsunami/about/detection_buoys.shtml

https://id.wikipedia.org/wiki/Tsunami

indian Ocean Tsunami Information Center (2018). "National Tsunami Warning


Centres"

Anda mungkin juga menyukai