Anda di halaman 1dari 59

UNIVERSAL PRECAUTION

Oleh:

Ni Luh Eka Dewi Agustini (18089014021)

Ni Desak Ketut Ayu Indah Sari (18089014009)

Km. Fermia Koriana Dewi (18089014026)

Semester VI A

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga
makalah yang berjudul “Universal Precaution” ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa
kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah isi makalah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetatahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Singaraja, 18 Maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................. ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah............................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................ 2
1.4 Manfaat Penulisan.............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Universal Precaution............................................................................. 3

2.2 Manfaat Universal Precaution............................................................................ 3

2.3 Pencegahan Penularan HIV/AIDS..................................................................... 4

BAB III KRITISI JURNAL

3.1 Jurnal 1............................................................................................................... 9

3.2 Jurnal 2............................................................................................................... 11

3.2 Jurnal 3............................................................................................................... 13

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan......................................................................................................... 15

4.2 Saran................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tingginya tingkat penyebaran HIV memerlukan suatu tindakan
universal precautions untuk mencegah penyebaran. inveksi. Universal precautions
adalah tindakan pengendalian infeksi oleh seluruh petugas kesehatan, untuk semua
pasien dimana pun dan kapan pun serta pada semua pasien. Universal precautions
bertujuan mengendalikan infeksi secara konsisten serta mencegah penularan bagi
petugas kesehatan dan pasien. Universal precautions meliputi, pengelolaan alat
kesehatan habis pakai, cuci tangan guna mencegah infeksi silang, pemakaian alat
pelindung diantara pemakaian sarung tangan untuk mencegah kontak dengan darah
serta cairan infeksius yang lain, pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah
perlukaan, pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan, desinfeksi dan sterilisasi untuk
alat yang digunakan ulang, pengelolaan linen. Peran perawat dalam perawatan
pasien HIV/AIDS salah satunya adalah menerapkan universal precautions untuk
mencegah penularan HIV/AIDS pada petugas sendiri, petugas, dan pasien lainnya.
(Dr. nursalam.hal:82).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
1.2.1 Apakah definisi dari Universal Precaution ?
1.2.2 Apakah manfaat dari Universal Precaution ?
1.2.3 Bagaimana cara pencegahan penularan HIV/AIDS ?

1
1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan yang diperoleh dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:

1.3.1 Untuk mengetahui definisi Universal Precaution

1.3.2 Untuk mengetahui manfaat Universal Precaution

1.3.3 Untuk mengetahui cara pencegahan penularan HIV/AIDS

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai bahan referensi bagi
mahasiswa untuk penulisan makalah selanjutnya dan dapat menambah
pengetahuan mengenai universal precaution pada kasus HIV/AIDS.

2
BAB II

PEMBAHAHAN

2.1 Pengertian Universal Precaution

Universal precaution (kewaspadaan unniversal) adalah langkah


sederhana pencegahan infeksi yang mengurangi resiko penularan dari patogen
yang ditularkan melalui darah atau cairan tubuh diantara pasien dan pekerja
kesehatan.

Universal precaution (kewaspadaan Universal) merujuk pada praktek


dalam kedokteran, menghindari kontak dengan cairan tubuh pasien, dengan cara
pemakaian barang seperti sarung tangan medis, kacamata, dan perisai wajah.
Praktek ini diperkenalkan pada 1985-88 [1] [2] Pada tahun 1987, praktek
Universal precautions telah disesuaikan dengan seperangkat aturan yang dikenal
sebagai isolasi zat tubuh. Pada tahun 1996, kedua praktik tersebut diganti dengan
pendekatan terbaru yang dikenal sebagai kewaspadaan standar (perawatan
kesehatan). Saat ini dan di isolasi, praktek Universal precautions memiliki makna
sejarah

2.2 Manfaat Universal Precaution

1). Mengendalikan infeksi secara konsisten

Universal precautions merupakan upaya pengendalian infeksi yang harus


diterapkan dalam pelayanan kesehatan kepada semua pasien, setiap waktu untuk
mengurangi resiko infeksi yang ditularkan melalui darah.

2). Memastikan standar adekuat bagi mereka yang tidak didiagnosis atau tidak
terlihat seperti beresiko.

Prinsip universal precautions diharapkan akan mendapat perlindungan maksimal


dari infeksi yang ditularkan melalui darah maupun cairan tubuh yang lain baik
infeksi yang telah didiagnosis maupun yang belum diketahui.

3). Mengurangi resiko bagi petugas kesehatan dan pasien

3
Universal precautions tersebut bertujuan tidak hanya melindungi petugas dari
resiko terpajan oleh infeksi HIV, HBV, HCV namun juga melindungi klien yang
mempunyai kecenderungan rentan terhadap segala infeksi yang mungkin terbawa
oleh petugas.

4). Asumsi bahwa resiko atau infeksi berbahaya

Universal precautions ini juga sangat diperlukan untuk mencegah infeksi lain
yang bersifat nosokomial terutama untuk infeksi yang ditularkan melalui darah
atau cairan tubuh.

2.3 Pencegahan Penularan

1. Cairan tubuh yang tidak memerlukan Tindakan pencegahan seperti :

a. Tinja
b. Nasal sekresi
c. Urine
d. Muntahan
e. Keringat
f. Dahak
g. Air liur.

Universal precautions adalah tekhnik pengendalian infeksi yang dianjurka


mengikuti wabah AIDS ditahun 1990 an. Setiap pasien diperlakukan sebagai jika
tindakan pencegahan terinfeksi dan karena itu dilakukan untuk meminimalkan
resiko.

Pada dasarnya, Universal precautions kebiasaan kebersihan yang baik,


seperti mencuci tangan, dan penggunaan sarung tangan dan hambatan lainnya,
penanganan yang tepat pada jarum suntik dan pisau bedah, dan tekhnik aseptic.

Peralatan pakaian pelindung seperti :

a. Gaun
b. Sarung tangan
c. Eyewear (kacamata)
d. Perisai wajah

4
2. Tambahan Tindakan pencegahan

Pencegahan tambahan digunakan selain untuk kewaspadaan universal


untuk pasien yang diketahui atau diduga memiliki kondisi menular, dan bervariasi
tergantung pada pengendalian infeksi yang diperlukan pada pasien tersebut.
Tindakan pencegahan tambahan tidak diperlukan untuk infeksi melalui darah,
kecuali ada komplikasi. Kondisi menunjukkan Tindakan pencegahan tambahan :

1. Prion penyakit (misalnya, penyakit Creutzfeldt-jacob)


2. Penyakit dengan transmisi udara ditanggung (misalnya TBC)
3. Penyakit dengan transmisi tetesan (misalnya, gondok, rubella, influensa,
pertussis)
4. Transmisi melalui kontak langsung maupun tidak langsung dengan kulit
kering (misalnya, kolonisasi dengan MRSA) atau permukaan yang
terkontaminasi kombinasi diatas.

3. Standart Kewaspadaan

1. Cuci tangan
2. Pakai sarung tangan saat menyentuh cairan tubuh, kulittak utuh dan membrane
mukosa
3. Pakai masker, pelindung mata, gaun jika darah atau cairan tubuh mungkin
memercik
4. Tutup luka dan lecet dengan plester tahan air
5. Tangani jarum dan benda tajam dengan aman
6. Buang jarum dan benda tajam dalam kotak tahan tusukan dan tahan air (safety
boxs)
7. Proses instrument dengan benar
8. Bersihkan tumpahan darah dan cairan tubuh lainnya segera dan dengan
seksama
9. Buang sampah terkontaminasi dengan aman

4. Prosedur pencegahan infeksi

1. Cuci tangan

5
Cuci tangan adalah cara pencegahan infeksi yang penting, cuci tangan harus
dilakukan dengan benar, sebelum melakukan Tindakan.
Sarana untuk cuci tangan:
a. Air mengalir
b. Sabun dan deterjen
c. Larutan antiseptic
2. Alat pelindung diri (APD)
APD adalah peralatan yang dirancang untuk melindungi pekerja dari
kecelakaan atau penyakit yang serius ditempat kerja akibat kontak dengan
potensibahay. Jenis pelindung diri (APD) antara lain : sarung tangan, masker
(pelindung wajah), kacamata (pelindung mata), penutup kepala (kap), gaun
pelindung, alas kaki (pelindung kaki).
3. Pengelolaan alat bekas pakai
Bertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi melalui alat Kesehatan, atau
untuk menjamin alat tersebut dalam kondisi steril dan siap pakai. Penatalaksanaan
pengelolaan alat bekas pakai melalui 4 tahapan kegiatan yaitu :
- Dekontaminasi
- Pencucian
- Sterilisasi atau DTT dan,
- Penyimpanan
4. Pengelolaan alat tajam
Penyebab utama HIV adalah terjadinya kecelakaan kerja seperti tertusuk
jarum atau alat tajam yang tercemar.

Membuang benda tajam:

- Buang jarum dan spuit segera setelah digunakan diwadah benda tajam yang
tahan tusukan (safety boxs)
- Jangan isi wadah melebihi ketinggian tiga perempat penuh
- Insinerasi wadah pembuang benda tajam.
5. Pengelolaan limbah
Limbah rumah sakit atau dipelayanan Kesehatan adalah limbah yang
dihasilkan oleh seluruh kegiatan rumah sakit dan limbah yang terbanyak
adalahlimbah infeksium yang memerlukan memerlukan penerangan khusus.

6
6. Dalam Universal Precaution tidak direkomendasikan:

a. Sterilisasi panas kering karena tergantung listrik & waktu yang lama

b. Sterilisasi kimia karena waktu yang lama & glutaraldehid-beracun

c. Merebus instrument karena merupakan bentuk dari DTT

d. Menyimpan instrument dalam antiseptik cair karena tidak efektif

e. Membakar instrument tidak efektif

7. Pencegahan HIV Dalam Kondisi Darurat

Penyuntikan yang aman:

1. Minimalkan kebutuhan menangani jarum dan spuit


2. Gunakan spuit dan jarum steril sekali pakai untuk setiap penyuntikan
3. Tangan spuit dan jarum dengan aman
4. Tata ruang kerja untuk mengurangi risiko cedera
5. Gunakan vial dosis tunggal sebagai ganti vial multi dosis
6. Jika vial adalah untuk multi dosis, hindari meninggalkan jarum di karet
penutup vial
7. Setelah dibuka, simpan vial multi dosis di kulkas
8. Jangan menutup Kembali jarum
9. Posisikan dan peringatkan pasien dengan benar untuk penyuntikan
10. Praktekkan pembangunan limbah tajam medis yang aman

Paparan Kerja: PPPK

1. Luka akibat jarum atau benda tajam yang sudah dipakai dan kulit terluka
a. Jangan dipijat atau digosok
b. Segera cuci dengan air dan sabun atau cairan chlorhexidine gluconate
c. Jangan gunakan caian yang keras. Pemutih atau yodium akan mengiritasi
luka
2. Percikan darah atau cairan tubuh pada kulit yang luka
a. Cuci segera. Jangan gunakan desinfektan yang kuat
3. Percikan pada mata
a. Air mata segera dengan air atau normal saline

7
b. Miringkan kepala ke belakang dan minta teman menuangkan air atau
normal saline
c. Jangan gunakan sabun atau desinfektan pada mata
4. Percikan pada mulut
a. Ludahkan segera
b. Basuh mulut dengan menyeluruh menggunakan air atau saline. Ulang
beberapa kali
c. Jangan gunakan sabun atau desinfektan pada mulut
d. Laporkan kejadian dan minum PEP jika ada indikasi.

Memastikan transfuse darah anam dan rasional

1. Mengumpulkan darah hanya dari Donor sukarela yang tidak dibayar dengan
risiko rendah terkena infeksi dan ditularkan lewat transfuse (TTI) dan kriteria
donor darah yang ketat
2. Memeriksa semua darah yang didonorkan untuk TTI, golongan darah dan
kompatibilitas
3. Pemakaian darah yang sesuai secara klinis dan pemakaian alternatif dan obat
untuk meminimalkan transfusi yang tidak perlu
4. Praktek transfusi aman di tempat tidur dang pembuangan kantung, jarum dan
tabung darah yang aman

8
BAB III

KRITISI JURNAL

3.1 Jurnal 1

Peneliti :

Haris Basuni ,Chriswardani Suryawati, Sri Achadi Nugrhraheni (2019)

Staf Keperawatan RSUD Brebes, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas


Diponegoro, Semarang Email: harisbasuni123@gmail.com

Judul :

Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Praktik Perawat Dalam Pelaksanaan


Universal Precaution Di RSUD Brebes

Sampel :

130 perawat

Metode :

Kuisioner dan lembar observasi, Variabel bebas dalam penelitian ini adalah umur,
pendidikan, masa kerja, status kepegawaian, supervise kepala ruang, ketersediaan
sarana prasarana, pengetahuan, dan sikap. Variabel terikat praktik perawat dalam
pelaksanaan universal precaution pencegahan infeksi. Jenis penelitian yang
digunakan adalah observasional non eksperimental dengan pendekatan potong
lintang (cross sectional)

Output :

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Hasil analisis variabel pengetahuan


menunjukkan bahwa nilai Exp (B) adalah 5,351. Hasil ini berarti perawat yang
memiliki pengetahuan baik akan memiliki persepsi praktik 5,351 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan perawat yang memiliki pengetahuan kurang. Sebaliknya
pada perawat yang memiliki pengetahuan kurang akan memiliki persepsi praktik
5,351 kali lebih rendah dibandingkan perawat yang memiliki pengetahuan baik.
Nilai P value variabel sikap 0,011 < 0,05, dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa

9
ada pengaruh signifikan antara pengetahuan dengan persepsi praktik perawat
dalam pelaksanaan universal precaution di RSUD Brebes.

Hasil analisis variabel sikap menunjukkan bahwa nilai Exp (B) adalah 6,835.
Hasil ini berarti perawat yang memiliki sikap baik akan memiliki persepsi praktik
6,835 kali lebih tinggi dibandingkan dengan perawat yang memiliki sikap kurang.
Sebaliknya pada perawat yang memiliki sikap kurang akan memiliki persepsi
praktik 6,835 kali lebih rendah dibandingkan perawat yang memiliki sikap baik.
Nilai P value variabel sikap 0,000 < 0,05, dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa
ada pengaruh signifikan antara sikap dengan persepsi praktik perawat dalam
pelaksanaan universal precaution di RSUD Brebes.

Kesimpulan :

Hasil analisis multivariate secara bersama-sama diketahui variabel yang


berpengaruh terhadap praktik perawat dalm pelaksanaan universal precaution
adalah pengetahuan dan sikap. Maka penting bagi pihak manajemen untuk
melaksanakan pelatihan guna meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktik
perawat dalam pelaksanaan universal precaution.

10
3.2 Jurnal 2

Judul : PRECAUTIONARY PRINCIPLE SEBAGAI LANDASAN DALAM


MERUMUSKAN KEBIJAKAN PUBLIK

Penulis : Emmy Latifah

KRITISI

Pendahuluan :

● Latar Belakang

Dalam artikel ini latar belakang sudah menjelaskan maksud dari penelitian yang
dilakukan yaitu mengeksplorasi bagaimana cara merumuskan dan apa saja yang
harus dipertimbangkan dalam merumuskan precautionary principle dalam
kebijakan publik agar menghasilkan kebijakan publik yang tepat dan efektif

Metode Penelitian :

Tulisan ini merupakan hasil dari penelitian hukum normatif, yang mengkaji asas
hukum , yaitu precautionary principle. Data yang digunakan adalah data sekunder,
yaitu berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum
tersier. Bahan hukum primer terdiri atas semua produk hukum, baik nasional
maupun internasional; bahan hukum sekunder terdiri atas jurnal-jurnal, baik jurnal
nasional maupun jurnal internasional yang berhubungan dengan tema yang dikaji,
sedangkan bahan hukum tersier berupa kamus. Semua data diperoleh melalui
studi pustaka. Penelitian terhadap asas hukum precautionary principle dianalisis
melalui penafsiran terhadap peraturan perundang-undangan dan melalui
sistematika hukum, dalam hal mempertanyakan apakah berbagai kaedah hukum
yang dikaji dalam peraturan perundang-undangan memang berasal dari asas
precautionary principle, melalui metode analogi dan penghalusan (Soerjono
Soekanto, 2008: 252).

Hasil Penelitian dan Pembahasan :

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa precautionary principle


awalnya digunakan sebagai salah satu prinsip di Jerman dalam Program
Perlindungan Lingkungan tahun 1971 dengan istilah “vorsorge”. “Vorsorge”

11
berarti “foresight” (pandangan yang jauh ke depan), sementara “vorsorgeprinzip”
artinya “foresight principle” (prinsip mengenai pandangan jauh ke depan). Konsep
awal precautionary principle di Jerman ini memberi pengertian bahwa masyarakat
harus berusaha untuk menghindari kerusakan lingkungan melalui “sikap hati-hati”
dalam hal perencanaan yang bersifat “looking forward”, dan menghalangi
aktivitas yang memiliki potensi bahaya. “Vorsorgeprinzip” dijadikan landasan
dalam menyusun kebijakan untuk mengatasi pencemaran sungai, hujan asam,
pemanasan global dan polusi di Laut Utara (North Sea) (Raffensberger and
Tickner, 1999: 4).

Kesimpulan :

Berbagai formulasi precautionary principle dalam banyak instrumen hukum


internasional dan nasional menandakan bahwa prinsip ini masuk dalam kualifikasi
“high-order legal principle” yang digunakan sebagai dasar perumusan kebijakan
publik secara umum maupun hukum tertentu yang bersifat lebih khusus. Dari
berbagai perjanjian internasional yang dibuat dengan mendasarkan pada
precautionary principle, ada beberapa hal yang masih perlu dipertimbangkan
untuk diatur lebih lanjut di kemudian hari jika ingin merumuskan kebijakan
publik yang lebih tepat dan lebih efektif lagi.

Saran untuk peneliti selanjutnya :

Disarankan untuk peneliti selanjutnya agar memaksimalkan apa saja yang harus
dipertimbangkan dalam merumuskan precautionary principle dalam kebijakan
publik agar menghasilkan kebijakan publik yang tepat dan efektif.

12
3. 3 Jurnal 3

Judul :

Universal Precaution Pemahaman Tenaga Kesehatan Terhadap Pencegahan Hiv/Aids.

Universal Precaution Understanding of Health Workers toward HIV/AIDS Prevention.

Penulis : Nana Noviana

Pendahuluan :

● Latar Belakang

Dalam artikel ini latar belakang sudah menjelaskan maksud dari penelitian yang
dilakukan yaitu terkait pencegahan penyebaran infeksi terutama HIV/AIDS.

● Tujuan

Secara umum penelitian ini ingin mengetahui informasi pemahaman perawat


terhadap tindakan universal precaution untuk pencegahan HIV/AIDS sebagai
bahan masukan dan pertimbangan pengambil keputusan dalam menentukan
kebijakan di rumah sakit.

Metode Penelitian :

Peneliti menggunakan metode pendekatan kualitatif yang disajikan secara


deskriptif eksploratif. Data primer dan sekunder dikumpulkan dengan teknik
pengumpulan data dilakukan melalui angket (kuesioner), wawancara mendalam
(in-depth interview), pengamatan langsung yang dilakukan pada petugas
kesehatan dalam memberikan tindakan pelayanan kepada pasien serta melakukan
pengamatan pada petugas kesehatan dalam melakukan penyimpanan maupun
membersihkan alat-alat kesehatan yang telah digunakan, dan telaah dokumen.
Responden sebagai sampel kuantitatif sebanyak 107 orang. Data primer diperoleh
secara langsung dengan responden melalui kuesioner dan wawancara mendalam,
sedangkan untuk data sekunder diperoleh dari buku dan peraturan yang terkait.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat pegawai negeri sipil (PNS)
yang bekerja di ruang rawat inap RS rujukan ODHA di Banjarmasin dan
dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2012.

13
Hasil Penelitian dan Pembahasan :

Hasil penelitian ini mendapatkan Responden tenaga kesehatan sebanyak 107


orang behasil diwawancarai. Kemudian untuk responden yang terdiri dari
pendidikan dan lama bekerja sudah mencantumkan karakteristik responden.
Untuk pembahasan sudah memaparkan jelas bagaimana responden dan tingkat
pengetahuan dengan sikap dan sikap dengan praktik terdapat hubungan yang
signifikan terhadap pencegahan infeksi mampu melaksanakan tindakan Universal
Precaution dengan professional.

Kesimpulan :

Pemahaman tenaga kesehatan mengenai Universal Precaution yang masih kurang


sehingga kepatuhan petugas kesehatan dalam melaksanakan protocol Universal
Precaution juga rendah.

Saran untuk peneliti selanjutnya :

Disarankan untuk peneliti selanjutnya agar memaksimalkan tindakan kegiatan


universal precaution. Selain itu, perlu adanya pelatihan atau penyegaran informasi
mengenai penatalaksanaan universal precaution yang telah ditetapkan di rumah
sakit serta memasang protokol universal precaution ditempat yang mudah dilihat
petugas kesehatan. Rendahnya pemahaman perawat dalam melaksanakan protocol
universal precaution untuk pencegahan HIV/AIDS setiap melakukan perawatan
pada semua pasien sehingga perlu meningkatkan motivasi dari partner kerja untuk
selalu melaksanakan universal precaution.

14
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Universal Precaution (Kewaspadaan universal) adalah langkah sederhana


pencegahan infeksi yang mengurangi resiko penularan dari pathogen yang
ditularkan melalui darah atau cairan tubuh diantara pasien dan pekerja Kesehatan.

4.2 Saran

Dengan selesainya makalah ini disarankan kepada para pembaca agar dapat
lebih memperdalam lagi pengetahuan tentang universal precaution (pencegahan
infeksi) dan dapat menjaga Kesehatan agar tidak terkena infeksi maupun penyakit
lain.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.unimus.ac.id/2604/2/BAB%20ll.pdf (Diakses tanggal 20 maret 2021)

Indonesia, M. K. (2019). Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Praktik Perawat


Dalam. 7, 88–95.

Latifah, E. (2016). No Title. 5(2), 275–297.

Noviana, N. (2017). UNIVERSAL PRECAUTION : PEMAHAMAN TENAGA KESEHATAN


TERHADAP PENCEGAHAN HIV / AIDS Universal Precaution : Understanding of
Health Workers toward HIV / AIDS Prevention

Anda mungkin juga menyukai