Oleh:
Semester VI A
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga
makalah yang berjudul “Universal Precaution” ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa
kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah isi makalah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan......................................................................................................... 15
4.2 Saran................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan yang diperoleh dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai bahan referensi bagi
mahasiswa untuk penulisan makalah selanjutnya dan dapat menambah
pengetahuan mengenai universal precaution pada kasus HIV/AIDS.
2
BAB II
PEMBAHAHAN
2). Memastikan standar adekuat bagi mereka yang tidak didiagnosis atau tidak
terlihat seperti beresiko.
3
Universal precautions tersebut bertujuan tidak hanya melindungi petugas dari
resiko terpajan oleh infeksi HIV, HBV, HCV namun juga melindungi klien yang
mempunyai kecenderungan rentan terhadap segala infeksi yang mungkin terbawa
oleh petugas.
Universal precautions ini juga sangat diperlukan untuk mencegah infeksi lain
yang bersifat nosokomial terutama untuk infeksi yang ditularkan melalui darah
atau cairan tubuh.
a. Tinja
b. Nasal sekresi
c. Urine
d. Muntahan
e. Keringat
f. Dahak
g. Air liur.
a. Gaun
b. Sarung tangan
c. Eyewear (kacamata)
d. Perisai wajah
4
2. Tambahan Tindakan pencegahan
3. Standart Kewaspadaan
1. Cuci tangan
2. Pakai sarung tangan saat menyentuh cairan tubuh, kulittak utuh dan membrane
mukosa
3. Pakai masker, pelindung mata, gaun jika darah atau cairan tubuh mungkin
memercik
4. Tutup luka dan lecet dengan plester tahan air
5. Tangani jarum dan benda tajam dengan aman
6. Buang jarum dan benda tajam dalam kotak tahan tusukan dan tahan air (safety
boxs)
7. Proses instrument dengan benar
8. Bersihkan tumpahan darah dan cairan tubuh lainnya segera dan dengan
seksama
9. Buang sampah terkontaminasi dengan aman
1. Cuci tangan
5
Cuci tangan adalah cara pencegahan infeksi yang penting, cuci tangan harus
dilakukan dengan benar, sebelum melakukan Tindakan.
Sarana untuk cuci tangan:
a. Air mengalir
b. Sabun dan deterjen
c. Larutan antiseptic
2. Alat pelindung diri (APD)
APD adalah peralatan yang dirancang untuk melindungi pekerja dari
kecelakaan atau penyakit yang serius ditempat kerja akibat kontak dengan
potensibahay. Jenis pelindung diri (APD) antara lain : sarung tangan, masker
(pelindung wajah), kacamata (pelindung mata), penutup kepala (kap), gaun
pelindung, alas kaki (pelindung kaki).
3. Pengelolaan alat bekas pakai
Bertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi melalui alat Kesehatan, atau
untuk menjamin alat tersebut dalam kondisi steril dan siap pakai. Penatalaksanaan
pengelolaan alat bekas pakai melalui 4 tahapan kegiatan yaitu :
- Dekontaminasi
- Pencucian
- Sterilisasi atau DTT dan,
- Penyimpanan
4. Pengelolaan alat tajam
Penyebab utama HIV adalah terjadinya kecelakaan kerja seperti tertusuk
jarum atau alat tajam yang tercemar.
- Buang jarum dan spuit segera setelah digunakan diwadah benda tajam yang
tahan tusukan (safety boxs)
- Jangan isi wadah melebihi ketinggian tiga perempat penuh
- Insinerasi wadah pembuang benda tajam.
5. Pengelolaan limbah
Limbah rumah sakit atau dipelayanan Kesehatan adalah limbah yang
dihasilkan oleh seluruh kegiatan rumah sakit dan limbah yang terbanyak
adalahlimbah infeksium yang memerlukan memerlukan penerangan khusus.
6
6. Dalam Universal Precaution tidak direkomendasikan:
a. Sterilisasi panas kering karena tergantung listrik & waktu yang lama
1. Luka akibat jarum atau benda tajam yang sudah dipakai dan kulit terluka
a. Jangan dipijat atau digosok
b. Segera cuci dengan air dan sabun atau cairan chlorhexidine gluconate
c. Jangan gunakan caian yang keras. Pemutih atau yodium akan mengiritasi
luka
2. Percikan darah atau cairan tubuh pada kulit yang luka
a. Cuci segera. Jangan gunakan desinfektan yang kuat
3. Percikan pada mata
a. Air mata segera dengan air atau normal saline
7
b. Miringkan kepala ke belakang dan minta teman menuangkan air atau
normal saline
c. Jangan gunakan sabun atau desinfektan pada mata
4. Percikan pada mulut
a. Ludahkan segera
b. Basuh mulut dengan menyeluruh menggunakan air atau saline. Ulang
beberapa kali
c. Jangan gunakan sabun atau desinfektan pada mulut
d. Laporkan kejadian dan minum PEP jika ada indikasi.
1. Mengumpulkan darah hanya dari Donor sukarela yang tidak dibayar dengan
risiko rendah terkena infeksi dan ditularkan lewat transfuse (TTI) dan kriteria
donor darah yang ketat
2. Memeriksa semua darah yang didonorkan untuk TTI, golongan darah dan
kompatibilitas
3. Pemakaian darah yang sesuai secara klinis dan pemakaian alternatif dan obat
untuk meminimalkan transfusi yang tidak perlu
4. Praktek transfusi aman di tempat tidur dang pembuangan kantung, jarum dan
tabung darah yang aman
8
BAB III
KRITISI JURNAL
3.1 Jurnal 1
Peneliti :
Judul :
Sampel :
130 perawat
Metode :
Kuisioner dan lembar observasi, Variabel bebas dalam penelitian ini adalah umur,
pendidikan, masa kerja, status kepegawaian, supervise kepala ruang, ketersediaan
sarana prasarana, pengetahuan, dan sikap. Variabel terikat praktik perawat dalam
pelaksanaan universal precaution pencegahan infeksi. Jenis penelitian yang
digunakan adalah observasional non eksperimental dengan pendekatan potong
lintang (cross sectional)
Output :
9
ada pengaruh signifikan antara pengetahuan dengan persepsi praktik perawat
dalam pelaksanaan universal precaution di RSUD Brebes.
Hasil analisis variabel sikap menunjukkan bahwa nilai Exp (B) adalah 6,835.
Hasil ini berarti perawat yang memiliki sikap baik akan memiliki persepsi praktik
6,835 kali lebih tinggi dibandingkan dengan perawat yang memiliki sikap kurang.
Sebaliknya pada perawat yang memiliki sikap kurang akan memiliki persepsi
praktik 6,835 kali lebih rendah dibandingkan perawat yang memiliki sikap baik.
Nilai P value variabel sikap 0,000 < 0,05, dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa
ada pengaruh signifikan antara sikap dengan persepsi praktik perawat dalam
pelaksanaan universal precaution di RSUD Brebes.
Kesimpulan :
10
3.2 Jurnal 2
KRITISI
Pendahuluan :
● Latar Belakang
Dalam artikel ini latar belakang sudah menjelaskan maksud dari penelitian yang
dilakukan yaitu mengeksplorasi bagaimana cara merumuskan dan apa saja yang
harus dipertimbangkan dalam merumuskan precautionary principle dalam
kebijakan publik agar menghasilkan kebijakan publik yang tepat dan efektif
Metode Penelitian :
Tulisan ini merupakan hasil dari penelitian hukum normatif, yang mengkaji asas
hukum , yaitu precautionary principle. Data yang digunakan adalah data sekunder,
yaitu berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum
tersier. Bahan hukum primer terdiri atas semua produk hukum, baik nasional
maupun internasional; bahan hukum sekunder terdiri atas jurnal-jurnal, baik jurnal
nasional maupun jurnal internasional yang berhubungan dengan tema yang dikaji,
sedangkan bahan hukum tersier berupa kamus. Semua data diperoleh melalui
studi pustaka. Penelitian terhadap asas hukum precautionary principle dianalisis
melalui penafsiran terhadap peraturan perundang-undangan dan melalui
sistematika hukum, dalam hal mempertanyakan apakah berbagai kaedah hukum
yang dikaji dalam peraturan perundang-undangan memang berasal dari asas
precautionary principle, melalui metode analogi dan penghalusan (Soerjono
Soekanto, 2008: 252).
11
berarti “foresight” (pandangan yang jauh ke depan), sementara “vorsorgeprinzip”
artinya “foresight principle” (prinsip mengenai pandangan jauh ke depan). Konsep
awal precautionary principle di Jerman ini memberi pengertian bahwa masyarakat
harus berusaha untuk menghindari kerusakan lingkungan melalui “sikap hati-hati”
dalam hal perencanaan yang bersifat “looking forward”, dan menghalangi
aktivitas yang memiliki potensi bahaya. “Vorsorgeprinzip” dijadikan landasan
dalam menyusun kebijakan untuk mengatasi pencemaran sungai, hujan asam,
pemanasan global dan polusi di Laut Utara (North Sea) (Raffensberger and
Tickner, 1999: 4).
Kesimpulan :
Disarankan untuk peneliti selanjutnya agar memaksimalkan apa saja yang harus
dipertimbangkan dalam merumuskan precautionary principle dalam kebijakan
publik agar menghasilkan kebijakan publik yang tepat dan efektif.
12
3. 3 Jurnal 3
Judul :
Pendahuluan :
● Latar Belakang
Dalam artikel ini latar belakang sudah menjelaskan maksud dari penelitian yang
dilakukan yaitu terkait pencegahan penyebaran infeksi terutama HIV/AIDS.
● Tujuan
Metode Penelitian :
13
Hasil Penelitian dan Pembahasan :
Kesimpulan :
14
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Dengan selesainya makalah ini disarankan kepada para pembaca agar dapat
lebih memperdalam lagi pengetahuan tentang universal precaution (pencegahan
infeksi) dan dapat menjaga Kesehatan agar tidak terkena infeksi maupun penyakit
lain.
15
DAFTAR PUSTAKA