Anda di halaman 1dari 21

RESIKO DAN HAZARD K3 PADA PASIEN DAN KEPERAWATAN

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keselamatan Pasien dan Keselamatan
Kesehatan Kerja dalam Keperawatan

Dosen: Melisa Frisilia,S.Kep.,M.Kes

Disusun oleh :

Arista Benu : 2020-01-14201- 004


Aulia Wati : 2020-01-14201- 006
Rahmad Nurhuda : 2020-01-14201-029
Stevanie Anjelie : 2020-01-14201-036
Syalvira Rossi M : 2020-01-14201- 037
Tania Kulansi K : 2020-01-14201-039

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, karena atas ijinya penyusunan makalah ini
dapat terselesaikan sesuai dengan rencana.

Penulisan makalah ini berjudul “Resiko dan Hazard K3 pada pasien dan
perawat“ dapat di selesaikan dengan bantuan banyak pihak. Kami berharap makalah ini
dapat menjadi referensi bagi banyak pihak. Selain itu, kami juga berharap agar pembaca
mendapatkan sudut pandang baru setelah membaca makalah ini.

Kelompok kami menyadari bahwa di dalam penyusunan makalah ini masih jauh


dari sempurna, untuk itulah kami menerima kritik dan saran yang membangun agar
makalah ini dapat lebih baik untuk kedepannya. Apabila terdapat banyak kesalahan
pada makalah ini kami memohon maaf.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Kami mengucapkan Terima kasih.

Palangkaraya, 14 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG............................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................2

C. TUJUAN PENULISAN..........................................................................................2

D. METODE PENULISAN.........................................................................................2

F. SISTEMATIKA PENULISAN...............................................................................2

BAB II RUMUSAN MASALAH.........................................................................................5

A. Penyebab Terjadinya Adverse Events Terkait Prosedur Invasif.............................3

B. Pentingnya K3 Dalam Keperawatan.......................................................................3

C. Tujuan K3, Manfaat Dan Etika Dalam Keperawatan .............................................4

D. Ruang Lingkup K3 Dalam Keperawatan................................................................4

E. Kebijakan K3 Yang Berkaitan Dalam Keperawatan Di Indonesia........................6

BAB III PENUTUP............................................................................................................14

A. KESIMPULAN.....................................................................................................14

B. SARAN.................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Setiap pekerjaan di dunia ini pasti masing-masing memiliki tingkat
risikobahaya. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu
upaya untukmenciptakan suasana bekerja yang aman, nyaman, dan tujuan
akhirnya adalahmencapai produktivitas setinggi-tingginya. Maka dari itu K3
mutlak untukdilaksanakan pada setiap jenis bidang pekerjaan tanpa kecuali.
Upaya K3 diharapkandapat mencegah dan mengurangi risiko terjadinya
kecelakaan maupun penyakitakibat melakukan pekerjaan. Dalam
pelaksanaan K3 sangat dipengaruhi oleh tigafaktor utama yaitu manusia,
bahan, dan metode yang digunakan. Ketiga unsurtersebut tidak dapat
dipisahkan dalam mencapai penerapan K3 yang efektif danefisien.Untuk
mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja maka disetiap
perusahaan yang memiliki tenaga kerja lebih dari 100 orang dan
memilikirisiko besar terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja wajib
menerapkanprogram Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Permenaker No. 5
Tahun 1996).Menurut ILO, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah
menjaga danmeningkatkan kesejahteraan fisik, mental dan sosial seluruh
para pekerja dan padasemua sektor pekerjaan, mencegah pekerja terjangkit
penyakit yang disebabkan olehkondisi pekerjaan, melindungi pekerja dari
risiko yang berdampak buruk padakesehatan, menempatkan dan menjaga
pekerja dalam lingkungan yang sesuai dengankondisi fisiologi dan psikologi,
menyesuaikan pekerjaan dengan pekerja serta pekerjadengan pekerjaannya

1
2
A. Rumusan Masalah
A. Penyebab Terjadinya Adverse Events terkait Prosedur Invasif
B. Pentingnya K3 dalam Keperawatan

C. Tujuan K3, Manfaat dan Etika K3 dalam Keperawatan


D. Ruang Lingkup K3 dalam Keperawatan
E. Kebijakan K3 yang Berkaitan dalam Keperawatan di Indonesia

B. Tujuan Penulisan
Tujuan ditulisnya makalah ini adalah :

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui peran tenaga


kesehatan dalam menangani korban kecelakaan kerja dan mencegah kecelakaan
kerja guna meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja.

C. Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ini saya susun secara deskritif dengan cara
mengumpulkan data atau bahan dari beberapa Referensi dan internet terpercaya
pada pokok bahasan “Resiko dan Hazard K3 pada Pasien dan Perawat” yang
kemudian memilah bagian yang terpenting.

D. Sistematik Penulisan

Untuk memudahkan pembaca dalam memahami makalah ini, kami


menyusun dengan membagi berdasarkan pokok bahasan.

BAB II

3
PEMBAHASAN

A. Penyebab terjadinya Adverse Events terkait Prosedur Invasif

1). Pengertian Adverse Event dan Tindakan Invasif


Advers event atau yang disebut juga kejadian tidak diinginkan adalah suatu
kejadian yang mengakibatkan cidera yang tidak diharapkan pada pasien karena
suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil (omission). (Komalawati,Veronica. 2010) Kesalahan tersebut bisa terjadi
dalam tahap diagnostic seperti kesalahan atau keterlambatan diagnose, tidak
menerapkan pemeriksaan yang sesuai menggunakan cara pemeriksaan yang sudah
tidak dipakai atau tidak bertindak atas hasil pemeriksaan atau observasi, tahap
pengobatan seperti kesalahan pada prosedur pengobatan, pelaksanaan terapi, metode
penggunaan obat, dan keterlambatan merespon hasil pemerisaan asuhan yang tidak
layak, tahap preventive seperti tidak memberi terapi provilaktik serta monitor dan
follow up yang tidak adekuat, atau pada pada hal teknis yang lain seperti kegagalan
alat atau sistem. (Komalawati,Veronica. 2010) Advers event juga diartikan sebagai
suatu peristiwa yang menyebabkan, atau memiliki potensi yang dpat menyebabkan
hal tidak terduga atau tidak diinginkan sehingga membahayakan keselamatan
pengguna alat (termasuk pasien) atau orang lain. Kejadian tidak terduga atau tidak
diinginkan sebagai akibat negative dari manajemen dibidang kesehatan, tidak terkait
dengan perkembangan alamiah penyakit atau komplikasi penyakit yang mungkin
terjadi. (Komalawati,Veronica. 2010) Tindakan invasive adalah tindakan medik
langsung yang dipengaruhi oleh keutuhan tubuh yang memiliki banyak resiko yang
membahayakan pasien salah satunya infeksi yang disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu petugas kesehatan, alat-alat kesehatan,kondisi pasien, dan lingkungan.
(Komalawati,Veronica. 2010)
Penyebab Kejadian Tidak Diharapkan
Kejadian yang tidak diharapkan terjadi karena beberapa penyebab yaitu
1. Hasil dari suatu perjalanan penyakitnya sendiri atau komplikasi penyakit, tidak
berhubungan dengan tindakan medis yang dilakukan dokter.
2. Hasil dari suatu resiko yang tidak dapat dihindari.
 Resiko yang tidak dapat diketahui sebelumnya.
 Resiko yang mungkin telah diketahui sebelumnya tetapi dianggap dapat
diterima dan telah diinformasikan kepada pasien dan telah disetujui oleh
pasiren untuk dilakukan tindakan.

4
3. Hasil dari suatu kelalaian medis, yang dimaksud dengan kelalian medis adalah
melakukan yang seharusnya tidak dilakukan, atau tidak melakukan yang seharusnya
dilakukan hal ini akan menyebabkan cedera, kerugian pada pasien, atau bahkan
meninggal.
4. Hasil dari suatu kesengajaan, untuk mengetahui penyebab suatu hasil yang tidak
diharapkan perlu dilakukan penelitian mendalam, bahkan bila diperlukan dapat
dlakukan pada pemeriksaan mendalam terhadap pasien. ( Pubati, Aumas. 2011)
Alat Kesehatan Dalam undang-undang kesehatan No 23 tahun 1992 Alat kesehatan
adalah instrument,apparatus,mesin,implant yang tidak mengandung obat yang
digunakan untuk mencegah,mendiagnosis,menyembuhkan dan meringankan
penyakit,merwat orang sakit serta memulihkan kesehtaan pada manusia dan atau
untuk membentuk struktur dan perbaiki fungsi tubuh.Meenurut Permenkes RI No.
220/Men.Kes/Per/IX/1976 ,Alkes adalah barang, instrumen, aparat atau alat
termasuk tiap komponen, bagian atau perlengkapannya yang diproduksi, dijual atau
dimaksud untuk digunakan dalam:
a. Pemeliharaan dan perawatan kesehatan, diagnosa, penyembuhan, peringan/
pencegah penyakit, kelainan keadaan badan atau gejalanya pada manusia.
b.Pemulihan, perbaikan atau perubahan fungsi badan atau struktur badan manusia.
c.Diagnosa kehamilan pada manusia/ pemeliharaan selama hamil dan setelah
melahirkan termasuk pemeliharaan bayi.
d.Usaha mencegah kehamilan pada manusia dan yang tidak termasuk golongan obat.
Sedangkan dalam UU RI no 36 Tahun 2009 tentang kesehatan Alat adalah
instrumen, aparatus, mesin, implant yang mengandung obat, yang digunakan untuk
mencegah, mendiagnosa, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat
orang sakit serta memulihkan kesehatan pada manusia dan atau untuk membentuk
struktur dan memperbaiki fungsi tubuh. Adapun yang terrmasuk dalam alat
kesehatan dalam adverse event yaitu :
1. Defect (bawaan Pabrik)
2. Pemeliharaan yang tidak memadai
3. Alat kesehatan dimodifikasi sendiri
4. Penyimpanan alat kesehatan yang tidak memadai
5. Penggunaan yang tidak sesuai prosedur
6. Tidak mengacu SOP alat kesehatan
7. Minimnya buku manual dan kurangnya pelatihan

5
Jenis-Jenis Advers Events
1. Kejadian sentinel Kejadian sentinel dalah suatu KTD yang mengakibatkan
kematian atau cidera serius biasanya dipakai untuk kejadian yang tidak diharapkan
atau tidak dapat diterima seperti operasi pada bagian tubuh yang salah.

Pemilihan kata ‘sentinel’


terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi (misalnya amputasi kaki yang salah)
sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengugkapkan adanya yang serius
pada kebijakan dan prosedur yang berlaku. (Abib, A.Yahya.2014)
2. KTD yang tidak dapat dicegah (Unprevwentabel advers event)
Merupakan salah satu jenis KTD akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan
pengetahuan yang muktahir. (Abib, A.Yahya.2014)
3. Kejadian Nyaris Cedera (KNC)
Merupakan suatu insiden yang tidak menyebabkan cedera pada pasien akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diiambil. (Abib, A.Yahya.2014)
4. Kondisi Potensial cideraKondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan
cidera tetapi belum terjadi insiden. (Abib, A.Yahya.2014)
5. Kejadian tidak cidera Merupakan insiden yang sudah terpapar pada pasien, tetapi
tidak menimbulkan cedera, dapat terjadi karena ‘keberuntungan’ (misalnya pasien
terima obat kontraindikasi tetapi tidak timbul reaksi obat) atau ‘peringanan’ (suatu
obat dengan reaksi alergi diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan
antidotumnya). (Abib, A.Yahya.2014)

Jenis-Jenis Tindakan Invasif


Tindakan invasif sebenarnya merupakan bagian dari terapi. Menurut kamus besar
Bahasa Indonesia adalah segala tindakan yang berhubungan dengan suatu teknik
yang dimasukkan di dalam tubuh melalui kebocoran atau pengirisan. Adverse event
atau kejadian tidak diharapkan berdampak secara langsung kepada pasien.
Pelayanan kesehatan yang didampingidengan kejadian tidak diharapkan dapat
mempengaruhi kesehatan pasien seperti menyebabkan cedera/kecatatan dan
merugikan pasien. KTD disebabkan oleh beberapa faktor ketidaktahuan
pengetahuan pasien safety, tidak menerapkan prosedur secara tepat, fasilitas
kesehatan kurang memadai, dan kurang teliti dalam mengerjakan sesuatu.

6
Kejadian tidak diharapkan perlu ditangani dan diselesaikan untuk tercapainya
keamanan pada pasien. Ada bebarapa upaya yang dapat diterapkan sebagai solisi
untuk mengurangi kejadian yang tidak diharapkan di RS. Sebagai upaya untuk
mengurangi adverse event diperlukan pendidikan khususnya kepada tenaga medis
dalam melakukan tidakan invasif kepada pasien serta melakukan tindakan sesuai
dengan prosedur yang ada. Salah satu peran penting perawat adalah sebagai pemberi
asuhan keperawatan pada klien yang bertujuan untuk mengembalikan fungsi
optimal tubuh. Untuk melaksanakan perannya tersebut, perawat melakukan berbagai
tindakan keperawatan, baik tindakan invasif maupun non-invasif (Nurachman dan
Sudarsono, 2010). Tindakan invasif memiliki resiiko lebih besar dibandingkan
tindakan non-invasif.
Kebijakan Tindakan Invasif
1.Setiap tindakan invasif yang dilakukan harus ada surat persetujuan tindakan
kedokteran agar tidak muncul gugatan atau tuntutan malpraktik medik.
2. Setiap tindakan invasif yang dilakukan harus dicatat dalam rekam medis pasien.
3. Setiap hasil tindakan invasif harus dicatat dalam rekam medis pasien.
4. Tidak semua tindakan invasif dilakukan oleh dokter, terdapat daftar tindakan
invasif yang didelegasikan kepada tenaga kesehatan yang lain seperti perawat.
5. Ada tindakan invasive yang sifatnya didelegasikan kepeda tenaga kesehatan yang
lain.
6. Setiap pendelegasian yang dilakukan oleh dokter di tulid di catatan terintegrasi.
7. Tindakan invasive yang bisa didelegasikan kepada perawat antara lain :
a. Pasang IV kateter.
b. Lepas IV kateter.
c. Pasang urine kateter.
d. Lepas urine kateter.
e. Pasang NGT.
f. Lepas NGT.
g. Injeksi IM, IC, dan IC.
h. Kumbah Lambung.
i. Tindakan hecting dan lepas hecting.
j. Ekterpasi kuku.
k. Isisi Abses.

7
l. Cross Insisi.
m. Pengambilan corpus alenum tanpa penyulit.
n. Irigasi telinga dan mata.

Hal diatas sangatlah penting untuk dilakukan dengan benar karna tindakan
tersebut sangat berpanguh pada kesehatan pasien. Tetapi masih banyak saja
perawat yang melakukan kesalahan atau lalai dalam mengerjakan tugasnya
akibat kecemasan dan kurangnya pengalaman yang pernah dilakukan dan hal-hal
diatas walaupun dianggap sepele sangat sering sekali terdapat kesalahan
pelaksanaan tindakan tersebut.
Oleh karena itu sangat diharuskan atau dianjurkan untuk melakukan tindakan
invansif ini sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) yang telah
ditentukan.

B. Pentingnya K3 dalam Keperawatan


Keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja di rumahsakit dan fasilitas medis
lainnya
perlu di perhatikan. Demikian pula penanganan faktor potensi berbahaya yang
ada di rumah sakit
serta metode pengembangan program keselamatan dan kesehatan kerja disana
perlu dilaksanakan,
seperti misalnya perlindungan baik terhadap penyakit infeksi maupun non-
infeksi, penanganan
limbah medis, penggunaan alat pelindung diri dan lain sebagainya. Selain
terhadap pekerja di
fasilitas medis/klinik maupun rumah sakit, Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
rumah sakit juga
“concern” keselamatan dan hak-hak pasien, yang masuk kedalam program
patient safety.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk
upaya untuk

8
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat
mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang
pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan
kerja tidak saja menimbulkan
korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga
dapat mengganggu
proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya
akan berdampak pada
masyarakat luas. Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di
kalangan petugas
kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan
baik. Jika kita pelajari
angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari
beberapa pengamatan)
menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab,
sering terjadi karena
kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang
kurang memadai. Dalam
pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh
mempunyai hak untuk
memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan
kesusilaan dan
perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai agama.
Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya.
Dalam bekerja
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat penting
untuk diperhatikan
karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan
berdampak pada diri,

9
keluarga dan lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat meminimalisir
Kecelakaan dalam
kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai kemampuan untuk
menangani korban
dalam kecelakaan kerja dan dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat
untuk menyadari
pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2003
tentang Kesehatan, Pasa 23 dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) harus
diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang
mempunyai risiko bahaya
kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit
10 orang. Jika
memperhatikan isi dari pasal di atas maka jelaslah bahwa Rumah Sakit (RS)
termasuk ke dalam
kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan
dampak kesehatan,
tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di RS, tapi juga
terhadap pasien maupun pengunjung.
C. Tujuan K3, Manfaat dan Etika dalam Keperawatan

Setiap tindakan yang dilakukan oleh perawat mempunyai potensi bahaya


berupa bahaya fisik, biologi, dan ergonomi. Bahaya fisik didapatkan pada
pekerjaan yang menggunakan alat yang tajam, seperti memasang infus dan
menjahit luka. Bahaya biologi terdapat pada tindakan invasif, merawat luka,
memasang infuse, dan memberikan obat melalui rektal. Sedangkan postur
janggal ketika membungkuk merupakan bahaya pekerjaan karena faktor
ergonomi. Paparan hazard biologis terdiri dari tertusuk jarum, luka gores,
terpapar spesimen atau materi biologis lainnya, terkena penyakit yang ditularkan

10
lewat udara, penyakit infeksi, penyakit yang ditularkan melalui darah, dan
vektor penyakit. Sementara itu hazard nonbiologis terdiri dari stress; kekerasan
fisik, psikologis, seksual, dan kekerasan verbal; gangguan muskuloskeletal,
terjatuh atau terpeleset, patah tulang; dan terpapar bahan kimia berbahaya.
[ CITATION Ram17 \l 1057 ]

Sebagai badan kesehatan dunia WHO menjelaskan mengenai K3. WHO


mengartikan K3 sebagai upaya yang dilakukan guna memelihara dan
meningkatkan kesehatan mental, fisik, dan sosial pekerja. Pekerja yang
dimaksudkan adalah semua pekerja di perusahaan apapun. K3 tidak hanya
memelihara saja tapi juga mencegah terjadinya gangguan kesehatan akibat
pekerjaan. Perusahaan juga harus memberikan perlindungan kepada pekerja agar
terhindar dari resiko yang menyebabkan kesehatan pekerja menurun [ CITATION
Ibu20 \l 1057 ]. Seorang perawat dalam melaksanakan manajemen K3 harus
memiliki sikap yang sesuai dengan nilai-nilai kesehatan dimana seluruh nilai
positif yang ada dalam dirinya menjadi pendorong perilaku sehat dan menjadi
upaya dalam meningkatkan kesehatan dan keselamatan selama bekerja
[ CITATION Naz17 \l 1057 ].

Tujuan Penerapan K3 pada dasarnya adalah untuk mencari dan mengungkapkan


kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi ini dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu mengungkapkan sebab-akibat suatu kecelakaan dan meneliti
apakah pengendalian secara cermat dilakukan atau tidak. Menurut Mangkunegara
(2000), tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut: 

a) Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik
secara fisik, sosial, dan psikologis.
b) Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif
mungkin.
c) Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d)  Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.

11
e) Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
f) Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau
kondisi kerja. 
g) Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja. [ CITATION
Sel17 \l 1057 ] 

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya perlindungan kepada
tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja terhadap bahaya dari akibat
kecelakaan kerja. Tujuan K3 adalah mencegah, megurangi, bahkan menihilkan resiko
penyakit dan kecelakaan akibat kerja (KAK) serta meningkatkan derajat kesehatan para
pekerja sehingga produktivitas kerja meningkat.

Adapun manfaat atau fungsi Keselamatan dan kesehatan kerja untuk perawat antara
lain:

 Perawat mamahami bahaya dan risiko dari pekerjaannya

 Perawat memahami tindakan pencegahan agar tidak terjadi kecelakaan

 Perawat memahami hak dan kewajibannya khususnya dalam peraturan terkait


dengan Keselamatan dan kesehatan kerja

 Perawat mengetahui bagaimana bertindak dalam keadaan darurat seperti


kebakaran, gempa, kecelakaan, dan sebagainya

 Perawat mampu berpartisipasi untuk membuat tempat kerjanya lebih aman

D. Ruang Lingkup K3 dalam Keperawatan


Pengertian Keamanan dalam K3
Arti kata keamanan adalah kondisi yang dapat dikendalikan sehingga
tidak terjadi bahaya. Dalam K3 keamanan mempunyai arti bahwa setiap
pekerjaan harus dikerjakan dengan aman agar tidak menimbulkan
bahaya. Keamanan ini sangat penting dalam melakukan segala pekerjaan.
Pengertian Keselamatan dalam K3

12
Makna keselamatan dalam K3 adalah harus memperhatikan keselamatan.
Tidak hanya keselematan pekerja saja tapi juga keselamatan orang yang
ada di sekitarnya. Keselamatan sangat penting dan harus diutamakan
disemua pekerjaan.
Pengertian Kesehatan dalam K3
Kesehatan dalam K3 mempunyai makna setiap pekerja haruslah dalam
keadaan yang sehat selama bekerja. Dengan kondisi tubuh yang sehat,
maka keamanan dan keselamatan akan lebih terjamin. Pekerja akan lebih
fokus sehingga meminimalkan terjadinya kecelakaan.
Keamanan, keselamatan, dan kesehatan dalam K3 adalah satu rangkaian
kata yang saling berhubungan. Ketiganya tidak dapat dipisahkan secara
makna keseluruhan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa K3 ini merupakan
prinsip dalam melaksanakan pekerjaan.
Pengertian K3 dalam Undang-Undang
Indonesia mempunyai peraturan undang-undang tersendiri yang
membahas mengenai K3. Undang-undang ini yaitu UU 13 tahun 2003
dan keputusan menteri nomor 463/MEN/1993. Keduanya menjelaskan
secara lengkap mengenai K3.
Pengertian K3 menurut UU nomor 13 tahun 2003, K3 ialah suatu hal
yang sangat penting dan wajib diterapkan semua perusahaan. Hal ini
tertuang dalam pasal 87.
Sedangkan dalam keputusan menteri, dijelaskan bahwa K3 merupakan
upaya untuk melindungi semua pekerja dan orang lain yang masih ada di
tempat kerja atau perusahaan. K3 juga dapat diartikan setiap instansi
harus menjaga keselamatan dan kesehatan.
Pengertian K3 Menurut Ahli
Para ahli juga mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian dari
K3. Berikut ini beberapa pengertian K3 menurut para ahli:
K3 Menurut Flippo
Pengertian dari K3 menurut Flippo adalah penentuan kebijakan yang
dilakukan oleh pemerintah yang ditujukan kepada perusahaan. K3 juga

13
dapat diartikan sebagai pendekatan untuk menentukan standar secara
spesifik dan menyeluruh kepada perusahaan.
K3 Menurut Jackson & Mathis
Jackson & Mathis menjelaskan bajwa K3 merupakan kegiatan untuk
menjamin kondisi kerja yang aman dan terhindar dari gangguan.
Gangguan yang dimaksud bisa berupa gangguan mental ataupun
gangguan fisik. Untuk mewujudkan hal ini perusahaan wajib melakukan
pelatihan, pembinaan, kontrol, dan pengarahan.
Tidak hanya perusahaan saja, pemerintah juga harus ikut andil dalam
mewujudkan K3 di lingkungan kerja semua perusahaan. Jadi, K3 adalah
tanggung jawab semua pihak tidak hanya perusahaan saja.
K3 Menurut WHO
Sebagai badan kesehatan dunia WHO juga menjelaskan mengenai K3.
WHO mengartikan K3 sebagai upaya yang dilakukan guna memelihara
dan meningkatkan kesehatan mental, fisik, dan sosial pekerja. Pekerja
yang dimaksudkan adalah semua pekerja di perusahaan apapun.
K3 tidak hanya memelihara saja tapi juga mencegah terjadinya gangguan
kesehatan akibat pekerjaan. Perusahaan juga harus memberikan
perlindungan kepada pekerja agar terhindar dari resiko yang
menyebabkan kesehatan pekerja menurun.
K3 Menurut OHSAS
Secara singkat OHSAS menjelaskan bahwa K3 adalah keadaan atau
faktur yang berpengaruh terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja.
Tidak hanya pekerja K3 juga berhubungan dengan orang yang ada di
sekitar tempat kerja.
K3 Menurut Widodo
Beliau mengungkapkan bahwa K3 merupakan sebuah bidang yang
mengurus mengenai keselamatan, kesejahteraan, dan kesehatan pekerja
di sebuah perusahaan atau proyek. K3 menurut Widodo hanya lingkup
pekerja saja agar selamat dan aman selama melakukan pekerjaan.
K3 Menurut Hadiningrum

14
Pengertian dari K3 menurut Hadiningrum adalah pengawasan yang
dilakukan kepada mesin, metode, material, dan sumber daya manusia
yang berada di lin…
E. Kebijakan K3 yang berkaitan dalam Keperawatan
Kebijakan K3 yang berkaitan dengan keperawatan di indonesia Relevansi kebijakan K3
Nasional dengan tugas perawat :

1. Pemberi asuhan keperawatan


2. Penyuluh dan konselor bagi klien
3. Pengelola pelayanan keperawatan
4. Peneliti keperawatan
5. Pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang

Pelaksanaan tugas dalam keterbatasan tertentu


Peran perawat dalam melaksanakan K3RS ( kesehatan dan keselamatan kerja )
American Association of Occupational Health Nurses mendefenisikan perawat
hiperkes sebagai
“Orang yang memberikan pelayanan medis kepada tenaga kerja”.
Sedangkan Departement of Labor (DOL) USA mendefenisikan sebagai Orang
yang memberikan pelayanan medis atas petunjuk umum kesehatan kepada si sakit atau
pekerja yang mendapat kecelakaan atau orang lain yang menjadi sakit atau menderita
kecelakaan di tempat kerja. Seorang perawat hiperkes adalah seseorang yang berijazah
perawat dan memiliki pengalaman/training keperawatan dalam hiperkes dan bekerja
melayani kesehatan tenaga kerja di perusahaan. Fungsi seorang perawat hiperkes sangat
tergantung kepada kebijaksanaan perusahaan dalam hal luasnya ruang lingkup usaha
kesehatan, susunan dan jumlah tenaga kesehatan yang dipekerjakan dalam perusahaan.
Perawat merupakan satu-satunya tenaga kesehatan yang full time di perusahaan, maka
fungsinya adalah :
1.Membantu dokter perusahaan dalam menyusun rencana kerja hiperkes di perusahaan.
2.Melaksanakan program kerja yang telah digariskan, termasuk administrasi kesehatan
kerja.
3.Memelihara dan mempertinggi mutu pelayanan dan pengobatan.
4.Memelihara alat perawatan, obat-obatan, dan fasilitas kesehatan perusahaan.

15
5.membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan sesuai dengan cara yang telah
disetujui.
6.ikut membantu menentukan kasus-kasus penderita, serta menindaklanjuti sesuai
wewenang yang diberikan kepadanya.
7.ikut menilai keadaan kesehatan tenaga kerja dihubungkan dengan faktor pekerjaan
dan melaporkan kepada dokter perusahaan.
8.ikut mengambil peranan dalam usaha-usaha kemasyarakatan(UKS)

16
BAB III
Penutup

A. Kesimpulan
 Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk
menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya
baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan,
masyarakat dan lingkungan. Jadi kesehatan dan keselamatan kerja tidak
melulu berkaitan dengan masalah fisik pekerja, tetapi juga mental, psikologis
dan emosional.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang penting
dalam ketenagakerjaan. Oleh karena itulah sangat banyak berbagai peraturan
perundang-undangan yang dibuat untuk mengatur nmasalah kesehatan dan
keselamatan kerja. Meskipun banyak ketentuan yang mengatur mengenai
kesehatan dan keselamatan kerja, tetapi masih banyak faktor di lapangan yang
mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja yang disebut sebagai bahaya
kerja dan bahaya nyata. Masih banyak pula perusahaan yang tidak memenuhi
standar keselamatan dan kesehatan kerja sehingga banyak terjadi kecelakaan
kerja.

A. Saran
Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting dalam pembangunan karena
sakit dan kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian ekonomi (lost
benefit) suatu perusahaan atau negara olehnya itu kesehatan dan keselamatan
kerja harus dikelola secara maksimal bukan saja oleh tenaga kesehatan tetapi
seluruh masyarakat.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/413263097/6-Kel-5-Penyebab-Adverse-Events-Terkait-
Prosedur-Invasif-Medication-Safety

https://voi.co.id/k3-adalah/

https://buletin.k-pin.org/index.php/arsip-artikel/202-pentingnya-k3-keselamatan-dan-
kesehatan-kerja-dalam-meningkatkan-produktivitas-kerja

file:///C:/Users/Asus/Downloads/PENTINGNYA%20K3%20DALAM
%20KEPERAWATAN%20(4).pdf

https://id.scribd.com/document/385624349/Kebijakan-K3-Yang-Berkaitan-Dengan-
Keperawatan-Di-Indonesia

18

Anda mungkin juga menyukai