Anda di halaman 1dari 4

RESEP THEO LATUKOMPESSY “SEMBUHKAN” LUKA HUMPUSS

Jakarta, eMaritim.com – Terlahir dari keluarga Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang
sederhana, Theo Lekatompessy mengawali karirnya di dunia bisnis dengan
berjualan kopi di Surabaya pada tahun 1978, yang kala itu dirinya masih duduk di
bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Theo memilih berjualan kopi lantaran saat
itu penghasilan orang tuanya yang berprofesi sebagai PNS tidak mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.

Pada tahun 1980, sambil berdagang kopi, Theo melanjutkan pendidikannya di


Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga jurusan Manajemen. Lalu di tahun 1982,
Theo mengawali karirnya di dunia corporate, yakni menjadi Senior Consultant di
bidang Manajemen Services di Kantor Akuntan Publik Hadori & Co, Surabaya.
Anak bungsu dari dua bersaudara ini kemudian hengkang dari Surabaya ke Jakarta
untuk melanjutkan studinya di IPMI, bidang Strategic Finance. Usai merampungkan
studinya di Jakarta, Theo terbang ke Amerika untuk mendapatkan gelar S2 di
Masschutes Institute of Technology-Boston (Sloan School) dengan konsentrasi di
Corporate Strategy and Restructuring.

“Sejak SMA saya sudah belajar mandiri. Saya cari duit sendiri untuk biaya sekolah
dengan mulai berdagang hingga bekerja sambil kuliah,” ungkap Theo saat
diwawancara langsung eMaritim.com dan Buletin INSA.

Setelah menyelesaikan studinya di Amerika, Theo kembali ke Indonesia. Setibanya


di Indonesia, Theo bekerja di perusahaan joint venture (JV) dengan Jepang
bernama Marubeni yang bergerak di bidang bisnis kayu. Theo memetik pengalaman
ketika bekerja di Marubeni. Menurutnya, sebuah perusahaan harus mempunyai alat
transportasi untuk mendistribusikan produknya. Jika tidak, maka hal tersebut akan
mempengaruhi kehidupan industri itu sendiri, baik pengembangan maupun
kehidupan. Alat transportasi yang dimaksud Theo adalah kapal laut.
Karena kapal itu nadinya cash flow perusahaan. Kalau tidak ada kapal, barangnya
tidak bisa naik, kalau barangnya tidak bisa naik tidak ada namanya *bill of lading,
kalau tidak ada bill of lading maka LC tidak bisa di negoisasi, kalau tidak ada yang di
negoisasi tidak bisa bayar gaji,” ujarnya. (*Bill of Lading adalah dokumen
pengangkutan barang yang di dalamnya memuat informasi lengkap mengenai nama
pengirim, nama kapal, data muatan, pelabuhan muat dan pelabuhan bongkar, rincian freight
dan cara pembayarannya, nama consignee atau pemesan, jumlah B/L original yang
dikeluarkan dan tanggal dari penandatanganan.)

Ketika Hong Kong dikembalikan kepada China oleh Inggris, Marubeni yang dulunya
raksasa dalam bidang kayu, dituntut berubah menjadi perusahaan properti. Sebab,
pada saat itu orang Hong Kong mencari tempat hunian baru, meraka pun hijrah ke
Australia, Singapura, Kanada, bahkan San Franssico.

“Saya mendapat penugasan membangun rumah. Rumahnya kebanyakan di San


Fransisco. Jadi banyak orang Hong Kong yang lari ninggalin Hong Kong, mereka
mencari tempat untuk mendapatkan kewarganegaraan. Jadi waktu itu, ruko yang
dibangun di situ laku keras. Mereka lari juga ke Singapura dan kita bangun
apartement,” tuturnya.
Kemudian pada tahun 1991, Theo hijrah ke Djayanti Group. Di Djayanti Group ini
Theo dipercaya untuk menangani Hak Pengusahaan Hutan (HPH) seluas 1 juta
hektar dan juga menangani industri perikanan. Namun, perusahaan mulai terpuruk
saat badai krisis menerpa Indonesia pada tahun 1998.

“Disitu saya kenal Pak Soenarto (pemilik perusahaan pelayaran PT Gurita Lintas
Samudera dan PT Rimba Segara Lines). Beliau salah satu yang saya kagumi
sebagai pengusaha pribumi karena memang beliau bertangan dingin dan orang
yang beruntung karena apapun yang dipegang beliau itu pasti jadi. Beliau juga
sangat konsisten,” ungkapnya.

Selepas dari Djayanti Group, Theo lanjut kerja di Gajah Tunggal di bidang properti
dan petrochemical. “Kemudian saya pindah ke Bakrie. Lalu tahun 2003 saya
berhenti untuk meneruskan kuliah jurusan hukum. Balik lagi ke sini (Indonesia) 2006
mewakili perusahaan Hong Leong Group,” ujarnya.
Di tahun 2008, barulah Theo bergabung di Humpuss Group sebagai Direktur. Lalu,
menjabat sebagai Presiden Direktur PT Humpuss Intermoda Transportasi, Tbk
(HITS) pada 2012. Ini merupakan tugas yang sangat berat bagi Theo lantaran
perusahaan yang ia pimpin tersebut dalam kondisi merugi yang cukup besar.

“Waktu saya mulai, ekspektasi dari stakeholder tidak merata ada yang welcome, ada
yang masih takut-takut, ada yang ragu-ragu. Tapi kita buktikan. Kita menjelaskan
kepada publik bahwa saya pedagang biasa yang mencari untung, yang
membedakan adalah bagaimana cara mendapatkan untung,” tuturnya.

Theo menceritakan masalah di Humpuss terjadi pada tahun 2006. Saat itu
perusahaan dituntut untuk berkembang demi menghadapai persaingan. Perusahaan
pun membuat strategi yaitu terjun ke bisnis bulk carrier dan mendatangkan kapal-
kapal besar untuk menjadi perusahaan global yang melayani pelayaran antar
interkontinental.

Namun strategi yang dibuat tersebut bukan membawa untung malah membawa
petaka bagi Humpuss. Pasalnya, bisnis bulk carrier bukanlah bisnis utama Humpuss
dan kondisi pasar tidak sesuai harapan. Akibatnya kapal-kapal besar ini tidak bisa
beroperasi dengan maksimal ditambah lagi dengan biaya harga sewa kapal yang
melambung tiga kali lipat. 
“Terjadi kesalahan strategi saat itu. Timingnya salah, core bisnis keluar, paradigma
salah,” imbuhnya.
Kapal-kapal yang sudah terlanjur didatangkan ini dikembalikan lagi ke pemilik, dan
itu menimbulkan masalah baru berupa tuntutan hukum di London dimana si pemilik
kapal minta ganti rugi karena kontrak diterminasi sebelum berakhirnya kontrak. Theo
menghabiskan banyak energi untuk menyelesaikan permasalahan hukum tersebut.

Setelah masalah hukum selesai, secara bertahap Theo fokus melakukan


restrukturisasi untuk memperbaiki dan memaksimalkan kinerja perusahaan. Langkah
awal yang dilakukan adalah mengembalikan core bisnis perusahaan yaitu bisnis
tanker (LNG, minyak, dan Chemical). Langkah berikutnya adalah menjaga aliran kas
(cash flow) perusahan, menstabilkan rugi laba, menyeimbangkan neraca keuangan
perusahaan, dan meningkatkan kapitalisasi pasar.  
“Kita bereskan cash flow, rugi laba, seimbangkan neraca. Lalu kita mulai jalan pelan-
pelan, artinya sudah sehat dan mulai bisa gemuk. Artinya apa, kapitalisasi pasar
mulai naik. Setelah sehat, itu nama deviden,” terangnya.

Pada umumnya manajemen mengambil langkah mem-PHK karyawannya disaat


perusahaan sedang krisis. Berbeda dengan Theo yang mengharamkan adanya
PHK. Ia lebih memilih mengalihkan sebagian besar karyawannya yang berada di
kantor pusat ke anak perusahaan yang menjadi sumber pendapatan.
“Sederhana saja, di tempat you buat duit taruh karyawan sebanyak-banyaknya, di
tempat you buang duit you tekan serendah-rendahnya. Ini namanya kerja cerdas,”
ungkapnya. 
Berbagai usaha yang dilakukan Theo pun berbuah manis. Humpuss perlahan-lahan
mulai bangkit dari keterpurukannya. Hal ini dapat dilihat kapaitalisasi pasar Humpuss
yang saat ini mencapai Rp5,2 triiliun dan pada tahun ini mulai membagikan deviden.

Pria kelahiran Surabaya, 1 September 1961 ini memang menyukai tantangan dalam
hidupnya. Menurutnya, tantangan merupakan kesempatan seseorang untuk berbuat
sesuatu untuk orang lain.

Riwayat President PT. Humpuss Intermoda Transportasi Tbk


THEO LEKATOMPESSY, S.E.,MBA., LL.M.,M.H.

Lahir di Surabaya tanggal 1 September 1961.


PENDIDIKAN
1.   Kuliah di  FE UA  jurusan Manajemen, 1980.
2.   Melanjutkan studinya di IPMI, Bidang Strategic Finance;
3.   Massachusetts Institute of Technology- Boston (Sloan School) dengan Konsentrasi
di Corporate Strategy and Restructuring dan,
4.   Erasmus Universiteit, Rotterdam, bidang International Business and Trade Law
(Orang Indonesia ke 2 yang memperoleh penghargaan Erasmus - setelah Bung
Hatta).
5.   Master of Trade Investment and Competition Law at Pelita Harapan University-
Jakarta
6.   Candidate PhD in WTO Law at Pelita Harapan University-Jakarta

PENGALAMAN
Memulai bekerja di tahun 1982 yang lalu di Kantor Akuntan Publik Hadori & Co
sebagai Senior Consultant di bidang Manajemen Services di Surabaya.

Meniti karier hampir 30 tahun bekerja di 6 Konglomerat, Top 20 sebagai Board


Member,  antara lain;
1. Tahun 1991 - 1994 di Djajanti Group - Group Corporate Planner/Secretary
2. Tahun 1994 - 1999 di Gajah Tunggal - CFO Divisi Petrokimia dan CEO
Properti
3. Tahun 1999 - 2004 di Bakrie Group - CFO Group Infrastructure
4. Tahun 2004 - 2007 di Hong Leong Malaysia - County Director Indonesia
5. Tahun 2008 di Humpuss Group sebagai Direktur yang juga merangkap
sebagai Preskom/Dekom di PT. Humpuss Aromatik-Aceh, PT. Humpuss
Pengolahan Minyak-Cepu, PT. Kaltim Methanol Industri, PT. Gatari Air
Service.
6. Tahun 2012 sampai saat ini menjabat sebagai President PT. Humpuss
Intermoda Transportasi Tbk, merangkap sebagai Preskom/Dekom di PT.
Humpuss Transportasi Kimia, PT. Humpuss Transportasi Curah, dan PT.
Maritime Crewing Services Internasional

Merangkap sebagai Board Member di beberapa perusahaan di ASEAN, Asia, Eropa


dan            Amerika Latin.

JABATAN SOSIAL/ORGANISASI
1.   Ketua IKA FE dan IKA UA Jakarta (hampir 20 tahun)
2.   Ketua Alumni Nederland (IKANED).
3.   Supervisory Board dari INA (Indonesian Netherlands Association).
4.   Sekretaris Komite Benelux KADIN.
5.   Wakil Ketua Umum Asosiasi Emiten Indonesia (AEI)
6.   Ketua Yayasan Indonesia National Shipowner's Association (INSA)

Anda mungkin juga menyukai