TUGAS AKHIR
OLEH
EDY NASUTION
12 22 202
2015
HALAMAN PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
OLEH:
EDY NASUTION
12 22 202
Diketahui Oleh:
i
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI
Tanggal lulus :
Disahkan Oleh:
Tim Penguji
ii
RINGKASAN
EDY NASUTION (12 22 202). Proses pembekuan gurita( octopus sp) beku.
Dibimbimg oleh SYAMSUAR dan A.RIDWAN MAKKULAU
Gurita adalah hewan moluska dari kelas cephalopoda (kaki hewan terletak
di kepala), ordo octopoda dengan terumbu karang disamudera sebagai habitat
utama. Gurita terdiri dari 289 spesies yang mencakup sepertiga dari total spesiaes
kelas Cephalopoda. Gurita dalam bahasa Inggris disebut Octopus yang sering
hanya mengacu pada hewan dari genus Octopus. Gurita merupakan makanan laut
bagi penduduk di Negara-negara Mediterania, Meksiko, dan bahan utama
berbagai makan seperti sushi, tempura, takoyaki dan akashiyaki
Pembekuan (cold storing) adalah cara paling baik untuk penyimpanan
jangka panjang. Apabila bahan mentah yang digunakan masih segar dan cara
penanganan serta pengolahannya yang baik, maka dapat dihasilkan maka akan
diperoleh ikan beku yang masih mendekati sifta-sifat ikan segar pada saat ikan
dicairkan (thawing). Pembekuan merupakan suatu cara pengawetan bahan pangan
dengan cara membekukan bahan pada suhu di bawah titik beku pangan tersebut.
Dengan membekunya sebagian kandungan air bahan atau dengan terbentuknya es
(ketersediaan air menurun), maka kegiatan enzim dan jasad renik dapat dihambat
atau dihentikan sehingga dapat mempertahankan mutu bahan pangan. Prinsip
dasar pembekuan ikan adalah mengenyahkan panas dari ikan dengan kelajuan
tinggi artinya dalam waktu yang lebih singkat, sehingga ikan tidak mengalami
perubahan mutu yang berarti dalam mencapai suhu rendah penyimpanan dan
mengawetkan ikan dalam jangka waktu panjang selama penyimpanan beku dan
distribusi
Hasil yang di peroleh pada PT. Sultratuna samudra, dalam proses
pembekuan gurita utuh beku yaitu bahwa pada PT. Sultratuna Samudra Kendari
menggunakan metode mulai dari proses penerimaan, pencucian dan sortasi,
penimbangan, penyiangan, pengupasan, penyikatan, pembungkusan, metel
detektor, pengemasan dan pelabelan, cold storage yang sesui dengan Standar
Nasional Indonesia (SNI) tahun 2011.
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI................................................................................................ vi
I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
v
B. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 21
C. Alat dan Bahan ........................................................................... 22
D. Prosedur Analisa ....................................................................... 23
vi
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
vii
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
viii
DAFTAR LAMPIRAN
No Teks Halaman
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kekayaan sumber daya laut indonesia sangat berlimpah, menyusul dua per
tiga wilayah indonesia terdiri dari laut, potensi perikanan sebesar 6,26 juta
ton/tahun dengan keragaman jenis ikan namun belum seluruhnya dimanfaatkan
secara optimal. Pada tahun 2005, total produksi perikanan 4,71 juta ton, dimana
75 % (3,5 juta ton) berasal dari tangkapan laut. Apabila dilihat tingkat
pemanfaatannya, terutama untuk ikan-ikan non ekonomis belum optimal. Hal ini
disebabkan pemanfaatannya masih terbatas dalam bentuk olahan tradisional dan
konsumsi segar. Akibatnya ikan-ikan tidak ditangani dengan baik dikapal,
sehingga ikan yang didaratkan bermutu rendah (20-30%), sehingga berdampak
pada tingginya tingkat kehilangan (losses) sekitar 30-40%. Lebih jauh lagi, ekspor
hasil perikanan Indonesia hingga saat ini masih didominasi oleh ikan dalam
bentuk gelondongan dan belum diolah. Sebelum konsekuensinya, usaha
pengolahan produk hasil perikanan di Indonesia belum bergairah (Ditjend P2HP,
2007).
Pengembangan sektor perikanan merupakan kebijakan yang diharapkan
akan dapat : (a) meningkatkan produksi ikan, (b) meningkatkan pendapatan
nelayan, (c) meningkatkan konsumsi ikan, (d) meningkatkan pendapatn
daerah/negara (DKP Propinsi Bengkulu, 2002 dalam Evayani, 2004). Namun
hingga saat ini perikanan cephalopoda khususnya gurita belum begitu berhasil
karena kurang mendapat perhatian baik di bidang produksi maupun faktor-faktor
yang akan mempengaruhi tumbuh kembangnya usaha penangkapan dan
pengelolaan perikanan gurita.
Kurangnya informasi tentang berbagai jenis gurita yang mungkin
menyebabkan kurang berkembangnya volume ekspor gurita sehingga perlu dibina
pengetahuan tentang jenis-jenis cephalopoda di kalangan para nelayan agar lebih
di ketahui syarat-syarat permintaan dan musim yang ada di
Indonesia.Cephalopoda adalah komoditas yang paling digemari.Hal ini karena
dagingnya yang putih, aroma yang khas dan memiliki nilai gizi yang cukup
1
baik.Mengingat prospek pengembangannya yang besar, maka perlu mencurahkan
perhatian dan meningkatkan pendayagunaan sumberdaya cephalopoda. Hal ini
bisa dilakukan dengan melakukan penelitian daerah perikanan baru, peningkatan
pemasaran di dalam dan di luar negri, pengembangan infrastruktur dan
peningkatan teknologi pasca panen (Sudjoko, 1995 dalam Evayani,2004).
Gurita beku adalah produk perikanan dengan bahan baku gurita utuh segar
yang mengalami perlakuan pembekuan (SNI 6941.1-2011). Bahan baku yang
didapatkan adalah gurita (octopus sp.) segar yang belum mengalami pengolahan.
Asal bahan baku yang diterima dari perairan yang tidak tercemar. Mutu bahan
baku dalam keadaan bersih, bebas dari setiap bau yang menandakan pembusukan,
bebas dari tanda dekomposisi dan pemalsuan, bebas dari sifat-sifat alamiah lain
yang dapat menurunkan mutu serta tidak membahayakan kesehatan (SNI 6941.2-
2011).
PT. SULTRA TUNA SAMUDERA adalah salah satu perusahaan yang
bergerak dibidang pengolahan produk ikan beku dan juga menghasilkan produk
sampingan yaitu gurita dan sotong. Perusahaan ini berada di kompleks
Pelabuhan Perikanan Samudra Kendari Jl. Samudra No.1 Pudai, Kendari Sulawesi
Tenggara.
B. Tujuan kegunaan
Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk mempelajari teknik
proses pembekuan gurita utuh yang baik. Sedangkan kegunaan adalah sebagai
bahan informasi kepada masyarakat.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
B. Marfologi Gurita
Bagian tubuh gurita dapat dibagi menjadi lima bagian yaitu : badan, mata,
selaput renang, kantong penghisap dan tangan. Umumnya bentuk tubuh gurita
agak bulat atau bulat pendek, tidak mempunyai sirip. Pada tubuh bulat ini terdapat
tonjolan-tonjolan seperti kutil. Bagian utama dari tubuh gurita menyerupai
gelembung dan diliputi oleh selubung, kemudian mengecil membentuk “leher”
pada bagian pertemuan dengan kepala. Bentuk kepala dari gurita ini sangat jelas
dengan sepasang mata yang sangat kompleks sehingga gurita mempunyai
penglihatan yang sempurna dan dikelilingi pada bagian depannya (anterior) oleh
lengan-lengan. Lengan gurita berjumlah delapan dan dilengkapi dengan selaput
renang (membran) yang terletak dicelah-celah pangkal lengan. Pada masing-
masing lengan dijumpai dua baris kantong penghisap yang tersusun memanjang
mulai dari pangkal lengan sampai ujung lengan dan tidakmemiliki tepian yang
menyerupai tanduk. Mulut terletak dibagian kepala yang dikelilingi oleh lengan-
lengan. Di bawah bagian dari tubuhnya terdapat lubang-lubang seperti corong
yang dinamakan siphon. Siphon ini berguna untuk mengeluarkan air dari dalam
tubuhnya (Agus dan Herri, 1997).
C. Habitat Gurita
4
Menurut Fitday (2010), Gurita adalah sumber kalori rendah dengan
bentuk ramping. Ada sekitar 140 kalori per 3 ons (85 g) Gurita, dengankandungan
lemak hanya 1.8 g . Gurita merupakan sumber zat besi yang sangat baik untuk
mengatasi kelemahan, kelelahan dan anemia.
Gurita juga merupakan sumber kalsium, fosfor, kalium dan
selenium jugamenyediakan vitamin yang penting termasuk vitamin C, vitamin A
dan beberapa vitamin B, serta beberapa omega-3 asam lemak. Omega-3 adalah
nutrisi penting yang dapat menurunkan kemungkinan penyakit jantung, serta
kanker dan depresi juga dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan
membantu perkembangan otak pada anak-a
Persyaratan mutu dan keamanan pangan pada pengolahan gurita utuh beku
menurut SNI 6941.3 2011 dapat dilihat pada tabel berikut :
5
D. Pembekuan
6
dicairkan (thawing). Pengawetan ikan dengan menggunakan pembekuan (suhu
mencapai -50°C) dapat menghentikan aktivitas mikroorganisme, meskipu belum
diketahui secara pasti pada suhu berapa bakteri dapat mati semua.
Dapat dikatakan bahwa pada suhu di bawah -10°C proses pembusukan pada
bakteri terhenti. Akan tetapi, proses seperti biokimia, kimia, dan fisis, masih
berlangsung terus-menerus. Proses-proses tersebut dapat menyebabkan
kemunduran mutu. Proses yang perlu mendapat perhatian utama adalah kegiatan
enzim. Pembusukan untuk mencegah ketengikan atau glazing (penambahan
lapisan es untuk menghindari proses pengeringan merupakan salah satu cara untuk
menghambat kegiatan enzim.
Proses pembekuan akan berpengaruh terhadap mikroba, protein, enzim,
vitamin, dan parasit. Pengaruh pembekuan terhadap mikroba terutama dalam
bentuk mikroba yang sangat peka yaitu sel-sel vegetatif. Akan tetapi spora
biasanya tidak rusak dalam proses pembekuan. Aktivitas enzim atau sistem enzim
dapat rusak pada suhu mendekati 93,3°C.
Pembekuan adalah proses penurunan suhu bahan pangan sampai bahan
pangan membeku, yaitu jika suhu pada bagian dalamnya paling tinggi sekitar –
180C, meskipun umumnya produk beku mempunyai suhu lebih rendah dari ini.
Pada kondisi suhu beku ini bahan pangan menjadi awet karena mikroba tidak
dapat tumbuh dan enzim tidak aktif. Sayuran dan buah-buahan umumnya
diblansir dahulu untuk menginaktifkan enzim sebelum dibekukan. Bahan pangan
seperti daging dapat disimpan antara 12 sampai 18 bulan, ikan dapat disimpan
selama 8 sampai 12 bulan dan buncis dapat disimpan antara 12 sampai 18 bulan.
Pembekuan merupakan suatu cara pengawetan bahan pangan dengan cara
membekukan bahan pada suhu di bawah titik beku pangan tersebut. Dengan
membekunya sebagian kandungan air bahan atau dengan terbentuknya es
(ketersediaan air menurun), maka kegiatan enzim dan jasad renik dapat dihambat
atau dihentikan sehingga dapat mempertahankan mutu bahan pangan. Mutu hasil
pembekuan masih mendekati buah segar walaupun tidak dapat dibandingkan
dengan mutu hasil pendinginan.
Waktu pembekuan adalah waktu yang dibutuhkan untuk menurunkan suhu
produk dari suhu awal hingga mencapai suhu tertentu pada bagian tengah produk.
7
Kebanyakan tata cara pembekuan menetapkan bahwa rata-rata atau keseimbangan
suhu ikan, setara dengan suhu penyimpanan di dalam cold storage. Oleh karena
itu suhu final bagian tengah ikan harus dipilih sebagai acuan dalam menetapkan
agar rata-rata suhu ikan sama dengan suhu penyimpanan.
Faktor-faktor berikut menentukan koelisien transfer panas keseluruhan, dan
dengan demikian, juga waktu pembekuan. Jenis freezer: Jenis freezer sangat
mempengaruhi waktu pembekuan. Umpamanya, karena pemindahan panas yang
lebih baik, produk akan membeku lebih cepat di dalam freezer air garam daripada
di dalam air blast freezer pada suhu kerja yang sama.
Suhu dalam pembekuan bekerja yaitu makin rendah suhu freezer, makin
cepat ikan membeku. Tetapi biaya pembekuan meningkat jika suhu kerja freezer
diturunkan. Dalam praktek, freezer dirancang untuk bekerja pada suhu beberapa
derajat di bawah suhu cold storage. Misalnya, jika suhu cold storage -30°C, maka
plate freezer umumnya bekerja pada -40°C dan air blast freezer pada -35°C.
Kecepatan udara di dalam air blast freezer yaitu hubungan antara kecepatan
udara dan waktu pembekuan ditunjukkan pada gambar itu menunjukkan bahwa
waktu pembekuan berkurang jika kecepatan udara ditingkatkan. Namun ini agak
rumil dan tergantung pada banyak faktor. Jika hambatan pemindahan panas oleh
lapisan udara diam itu penting, peningkatan kecepatan udara akan sangat nyata
memperpendek waktu pembekuan. Apabila ukuran pengepaknya besar dan
hambatan dari ikan sendiri merupakan faktor penting, maka perubahan kecepatan
udara akan kurang berpengaruh. Suhu udara, berat jenis udara, kelem-baban
udara, dan turbulensi udara adalah faktor lain yang harus diperhi-tungkanjika
pengaruh kondisi udara terhadap waktu pembekuan diper-masalahkan. Beberapa
faktor tadi pengaruhnya mungkin hanya sangat kecil. Suhu produk sebelum
pembekuan adalah makin rendah suhu produk, makin pendek waktu pembekuan.
Oleh karena itu ikan harus didinginkan sebelum pembekuan dilakukan di samping
untuk mempertahankan mutu, juga untuk mengurangi waktu pembekuan dan
beban pendinginan. Misalnya, ikan tuna tunggal berdiameter 150 mm akan beku
di dalam air blast freezer dalam waktu 7 jam jika suhu awalnya 35°C, tetapi hanya
perlu 5 jam jika suhu awalnya 5°C. Oleh karena itu suhu awal harus disebut ketika
menyatakan waktu pembekuan.
8
Tebal produk juga berpengaruh yaitu makin tebal produk makin panjang
waktu pembekuan. Untuk produk yang tebalnya kurang dari 50 mm, bila tebalnya
dilipat-duakan, waktu pembekuannya akan lebih dari dua kali. Melipat-duakan
tebal ikan dari 100 mm. waktu pembekuannya akan berlipat empat kali.
Bentuk produk memiliki tujuan yaitu ketika di dalam freezer bentuk produk
diraneang untuk membekukan ikan tunggal, ikan berpenampang bulat akan
membeku dalam V waktu yang dibutuhkan oleh ikan pipih dengan tebal yang
sama. Oleh karena itu. bentuk ikan atau pengepak mempunyai pengaruh yang
nyata terhadap waktu pembekuan.
Luas permukaan persinggungan dan kepadatan produk yaitu di dalam plate
freezer, persinggungan yang buruk antara produk dengan pelat pembeku akan
meningkatkan waktu pembekuan. Buruknya kontak itu terjadi karena adanya es di
permukaan pelat, pak-pak yang tidak seragam tebalnya, pak yang tidak terisi
penuh, atau rongga udara pada permukaan blok. Rongga udara di permukaan blok
umumnya disertai juga dengan rongga di dalam blok, yang juga menghambat
transfer panas. Pengepakan produk adalah cara pengepakan, jenis dan tebal bahan
pengepak, dapat berpengaruh besar terhadap waktu pembekuan. Udara yang
terperangkap di ar.tara produk dan pembungkus sering menjadi peng-hambat
pemindahan panas yang lebih besar daripada bahan pembungkus itu sendiri. Ikan
asap di dalam kotak kayu bertutup perlu waktu 1 5 jam untuk beku di dalam air
blast freezer. Ikan asap di dalam kotak aluminium berbentuk dan berukuran sama
serta bertutup, perlu waktu 12 jam, tetapi jika tutup dibuka dari kotak kayu,
waktunya hanya 8 jam karena tidak ada udara yang terperangkap.
Jenis ikan berpengaruh yaitu makin tinggi kandungan minyak ikan, makin
rendah kan-dungan airnya. Sebagian besar panas yang dikeluarkan dari ikan
dalam pembekuan adalah untuk mengubah air menjadi es. Oleh karena itu, jika
airnya makin sedikit, makin sedikit pula panas yang harus diambil untuk
membekukan ikan. Karena kandungan minyak ikan berubah-ubah me-
nurutmusim, akan lebihamanjikabeban panas diperhitungkan pada waktu
kandungan minyak ikan paling kecil.
9
Menurut Ilyas (1983), sejauh yang sudah diterapkan secara komersial di
seluruh dunia, maka pendinginan ikan dapat dikelompokkan menjadi 3 metode,
yaitu:
1) Metode pendinginan dengan es atau pengesan (chilling)
2) Metode pendinginan dengan udara dingin (chilling in cold air)
3) Metode pendinginan dengan dengan air yang didinginkan (chilling in water)
Di antara ketiga metode di atas, pengesan adalah metode yang paling luas
dan umum diterapkan pada lapangan perikanan.
E. Waktu Pembekuan
10
F. Cara-cara Pembekuan
G. Jenis-jenis Pembekuan
1. Air Blast Freezer
Menurut Purwaningsih, (1995) Air blast freezer adalah suatu ruangan atau
kamar pembeku dengan menggunakan sistem hembusan udara dingin.
Prinsip kerja dari alat pembeku ini adalah produk yang dibekukan disusun diatas
rak didalam kabinet atau kamar yang sisi-sisinya diinsulasi agar tidak dapat
ditembus oleh panas dari luar. Sistem pembekuan ReelFrez adalah rotary drum
yang freezer kompak terbuat dari stainless steel, terisolasi dan disegel untuk
mencegah infiltrasi udara high-density polimer dan. Produk pangan dirakit pada
sistem conveyor dan memasuki disegel berputar kantong gendang. Sebagai
produk yang diperkenalkan ke dalam kantong, akan segera kerak-beku dengan
cara merendamnya dalam mandi cair dengan agen pendingin. Ini kerak cairan
11
dalam produk adalah struktur kristal yang telah membentuk matriks untuk
melindungi bagian dalam yang rapuh, yang mengandung daging, bumbu dan
aroma jus.
Refrigeran cair dikeringkan sebagai drum berputar produk makanan yang
tersisa di kantong untuk pengeringan (evaporasi refrigeran). Siklus rotasi
waktunya dan disinkronisasi untuk menghasilkan tingkat pembekuan produk yang
diinginkan. Produk pangan dikeluarkan dari drum berputar ke sistem conveyor
untuk kemasan. The freezant cairan dan gas uap kembali dan daur ulang.
Bentuk produk yang diawetkan selama proses pembekuan cepat, mencegah
kerusakan selama penyimpanan beku dalam. Permukaan ini juga mencegah
mencuat, es kemasan, atau pembentukan gumpalan padat produk beku. Sistem ini
menyediakan metode untuk produk khusus beku yang sulit untuk membekukan
menggunakan sistem konvensional, termasuk kupas dan deveined udang (udang),
fillet ikan, saus (gravies) atau produk makanan lain yang rentan. Sistem ini
dipasarkan ke negara-negara tanpa larangan penggunaan refrigeran tertentu
Air blast freezer adalah alat pembekuan dengan cara menghembuskan
udara dingin secara terus-menerus (continues) ke permukaan produk/ikan yang
akan dibekukan dan biasanya dilakukan dalam suatu ruangan yang berinsulasi.
Udara dingin ini diperoleh dari pipa-pipa evaporator yang diletakkan pada dinding
atas dalam ruang pembekuan yang dihembuskan dengan bantuan fan/blower yang
dapat diatur kecepatannya (Sumardika, 2004).
12
makanan yang dibekukan itu bertindak/bersifat sebagai konduktor yang baik.
Dengan freezer jenis contact plate akan menyebabkan waktu pembekuan yang
relatif cepat, akan tetapi ketebalan produk yang dibekukan juga berpengaruh
terhadap waktu pembekuan dan ketebalan produk itu sebaiknya tidak melibihi 62
mm. Tekanan dari plat-plat pendingin akan mencegah kemasan menjadi
menggelembung, dehidrasi dapat dibatasi (karena dalam kemasan) dan unit
Contact Plate Freezer bentuknya kompak.
H. Prinsip Pembekuan
Prinsip dasar pembekuan ikan adalah mengenyahkan panas dari ikan dengan
kelajuan tinggi artinya dalam waktu yang lebih singkat, sehingga ikan tidak
mengalami perubahan mutu yang berarti dalam mencapai suhu rendah
penyimpanan dan mengawetkan ikan dalam jangka waktu panjang selama
penyimpanan beku dan distribusi (Ilyas, 1993).
13
I. Tujuan Pembekuan
14
Gurita (Octopus sp.), yang telah dicuci kemudian direndam selama 45 menit
dalam air garam dengan konsentrasi 3% - 8%, dengan tujuan membentuk
kekenyalan dan bentuk sesuai dengan bentuk pada saat didinginkan.
e. Sortasi
Gurita yang telah direndam kemudian ditiriskan dan diangkut ke meja sortir
untuk penyortiran ukuran dan mutu. Tujuan penyortiran ini adalah
memperoleh Gurita dalam bentuk atau kualitas yang baik dan ukuran yang
seragam.
f. Pencelupan dalam larutan chlor
Gurita dicuci dengan cara perendaman dalam larutan khlor 5 ppm dengan
suhu 5oC. Untuk memperoleh gurita bebas dari kontaminasi bakteri dan
dekomposisi.
g. Pembungkusan
Gurita yang sudah bersih kemudian dibungkus dengan kantong plastik yang
bersih seperti bola, proses berlangsung pada suhu maksimum.Untuk
menghindarkan produk dari kontaminasi bakteri dan oksidasi.
h. Penyusunan dalam pan
Gurita yang telah dibungkus disusun berjajar dan rapi dalam pan pembeku,
proses dilakukan dengan cepat dan saniter dengan mempertahankan suhu
maksimum 5OC.
i. Pembekuan
Gurita yang sudah tersusun dalam pan dibekukan dengan pembekuan cepat
sampai suhu pusat Gurita mencapai suhu pusat maksimum -18OC dalam waktu
maksimum 8 jam.Untuk membekukan produk maksimum suhu pusat -18OC dalam
waktu maksimum 8 jam.
j. Pengepakan
Gurita yang sudah beku dikemas dalam kotak karton yang berlapis yang
berlapis lilin dan bersih dari kontaminan mikroba serta filth.Untuk dapat
terhindarkan produk bebas dari kontaminasi bakteri dan produk sesuai label.
Gurita yang sering dijumpai mempunyai ukuran panjang tubuh berkisar
antara 1,5 cm sampai 3 meter. Biasanya hewan ini diukur mulai dari bagian ujung
lengan sampai bagian ujung belakang (posterior) dari tubuh dan yang diambil
15