Anda di halaman 1dari 15

TUGAS SISTEM PERENCANAAN FAKULTAS TEKNIK

SOSIAL WILAYAH DAN SIPIL DAN INSTITUT TEKNOLOGI


KOTA PERENCANAAN SEPULUH NOPEMBER

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Review
Jurnal: Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri di
Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
sumber data kependudukan ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya
untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Surabaya, 22 April 2016

Penyusun

1
TUGAS SISTEM PERENCANAAN FAKULTAS TEKNIK
SOSIAL WILAYAH DAN SIPIL DAN INSTITUT TEKNOLOGI
KOTA PERENCANAAN SEPULUH NOPEMBER

Daftar Isi
Kata Pengantar...............................................................................................1
Daftar Isi.........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................3
1.2 Tujuan dan Sasaran..............................................................................3
1.3 Metode Penelitian................................................................................4
1.4 Ruang Lingkup Penelitian...................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perubahan Sosial..................................................................................5
2.1.1 Teori Perubahan Sosial................................................................5
2.1.2 Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial................................................6
2.1.3 Faktor Perubahan Sosial..............................................................7
2.1.4 Faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial.................8
2.2 Mobilitas Sosial...................................................................................8
2.2.1 Bentuk Mobilitas Sosial...............................................................9
BAB III Analisis dan Pembahasan
3.1 Gambaran Umum.................................................................................10
3.2 Analisis dan Pembahasan....................................................................10
BAB IV Kesimpulan
4.1 Kesimpulan..........................................................................................13
4.2 Rekomendasi........................................................................................13
Daftar Pustaka

2
TUGAS SISTEM PERENCANAAN FAKULTAS TEKNIK
SOSIAL WILAYAH DAN SIPIL DAN INSTITUT TEKNOLOGI
KOTA PERENCANAAN SEPULUH NOPEMBER

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemiskinan merupakan salah satu permasalahan sosial yang mendasar di suatu
Negara. Jika dilihat dari definisi kemiskinan itu sendiri, kemiskinan adalah
ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, tempat berlindung,
pakaian, kesehatan dan pendidikan. Definisi kemiskinan menurut Bank Dunia adalah suatu
fenomena yang multidimensional, namun masih meliputi pendapatan yang rendah dan
ketidakmampuan untuk memenuhi barang-barang pokok seperti yang disebutkan diatas
(World Bank, 1990).
Lalu, ukuran kemiskinan itu sendiri bukan sesuatu yang mudah untuk ditetapkan.
Pada umumnya, jika negara menjadi lebih sejahtera, negara tersebut cenderung menaikkan
standar atau ukuran kemiskinannya. Hal itu mempengaruhi angka dan garis kemiskinan
negara tersebut. Di Indonesia sendiri, BPS dan Kementrian Sosial menetapkan ukuran
kemiskinan dengan melihat konsumsi makanan dan konsumsi non makanan, yang mana
konsumsi makanan kurang dari 2100 kilokalori per orang. Dengan kata lain, kemiskinan di
Indonesia diukur dari kemampuan penduduk untuk memenuhi kebutuhan minimum
pangan dan non-pangan esensial.
Kemiskinan sering kali dikaitkan dengan kondisi perekonomian suatu negara,
dimana selalu ada anggapan jika perekonomian negara tersebut maju, maka angka
kemiskinan di negara tersebut kecil. Namun, faktor-faktor penyebab kemiskinan tidak
selalu dipengaruhi oleh perekonomian. Dalam konteks makalah ini, pembangunan
infrastruktur dan pembangunan manusia memiliki peran besar dalam masalah kemiskinan
di suatu negara. Ketika penduduk mendapatkan pendidikan yang layak, kualitas sumber
daya manusia akan meningkat dan perekonomian penduduk akan terjamin, apabila
dibarengi dengan ketersediaan infrastruktur yang mumpuni.
Sejauh ini, pemerintah berusaha untuk mengentaskan kemiskinan, baik di tingkat
provinsi maupun nasional. Contohnya, melalui program PNPM Mandiri yang diluncurkan
pada tahun 2009 di Kecamatan Sesayap Hilir, Kabupaten Tana Tidung. Melalui program
PNPM ini, masyarakat di suatu daerah yang masih di bawah garis kemiskinan dibantu
untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak, dari segi kebutuhan dasar. Implementasi
dari PNPM ini melatarbelakangi penyusunan makalah ini, yang bertujuan untuk
menganalisis implementasi program PNPM, yang ditinjau dari sudut pandang perubahan
sosial dan mobilitas sosial.
1.2 Tujuan dan Sasaran
 Tujuan dari penyusunan makalah review jurnal penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui teori yang ada di pengimplementasian program PNPM Mandiri di
Kecamatan Sesayap Hilir, Kabupaten Tana Tidung.
2. Mengetahui bentuk perubahan sosial dan mobilitas sosial yang ada dalam
pengimplementasian program PNPM Mandiri.

3
TUGAS SISTEM PERENCANAAN FAKULTAS TEKNIK
SOSIAL WILAYAH DAN SIPIL DAN INSTITUT TEKNOLOGI
KOTA PERENCANAAN SEPULUH NOPEMBER

 Sementara itu, sasaran yang ingin dicapai dalam penyusunan makalah ini adalah:
1. Dapat memahami teori yang ada di pengimplementasian program PNPM Mandiri
di Kecamatan Sesayap Hilir, Kabupaten Tana Tidung
2. Dapat memahami hubungan antara pengimplementasian program PNPM Mandiri
dengan sistem sosial yang berlaku di dalam masyarakat.

1.3 Metode Penelitian


Metode penelitian yang digunakan dalam menyusun review jurnal ini adalah
paradigma interpretative, yaitu menjelaskan penggambaran peristiwa-peristiwa yang ada
dan membandingkannya dengan teori terkait dengan metode kualitatif deskriptif. Untuk
proses pengumpulan data dilakukan dengan cara studi pustaka dari jurnal penelitian
tersebut, serta sumber-sumber pustaka lainnya yang memberikan informasi mengenai
implementasi program PNPM Mandiri di Kecamatan Sesayap Hilir, Kabupaten Tana
Tidung.
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Untuk memudahkan dalam mengadakan penelitian, dibutuhkan batas berupa ruang
lingkup penelitian. Adapun ruang lingkup penelitian dalam jurnal ini adalah masyarakat
miskin di Desa Sepala Dalung dan Desa Sesayap Kecamatan Sesayap Hilir, Kabupaten
Tana Tidung.

4
TUGAS SISTEM PERENCANAAN FAKULTAS TEKNIK
SOSIAL WILAYAH DAN SIPIL DAN INSTITUT TEKNOLOGI
KOTA PERENCANAAN SEPULUH NOPEMBER

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perubahan Sosial


Perubahan sosial merupakan perubahan kehidupan masyarakat yang berlangsung
terus-menerus dan tidak akan pernah berhenti, karena tidak ada satu masyarakatpun yang
berhenti pada suatu titik tertentu sepanjang masa. Manusia memiliki peran sangat penting
terhadap terjadinya perubahan masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat
dan sifat dasar manusia yang selalu ingin melakukan perubahan, karena manusia
memiliki sifat selalu tidak puas terhadap apa yang telah dicapainya, ingin mencari
sesuatu yang baru untuk mengubah keadaan agar menjadi lebih baik sesuai dengan
kebutuhannya. Beberapa definisi perubahan menurut para ahli diantaranya:
2.1.1 Teori Perubahan Sosial
Dalam menjelaskan fenomena perubahan sosial terdapat beberapa teori yang
dapat menjadi landasan bagi kita dalam memahami perubahan sosial yang
berkembang di masyarakat. Teori perubahan sosial tersebut di antaranya adalah:
1) Teori Evolusi (Evolutionary Theory)
Menurut James M. Henslin (2007), terdapat dua tipe teori evolusi
mengenai cara masyarakat berubah, yakni teori unilinier dan teori multilinier:
Pandangan teori unilinier mengamsusikan bahwa semua masyarakat mengikuti
jalur evolusi yang sama. Setiap masyarakat berasal dari bentuk yang sederhana
ke bentuk yang lebih kompleks (sempurna), dan masing-masing melewati
proses perkembangan yang seragam. Pandangan teori multilinier
menggantikan teori unilinier dengan tidak mengamsusikan bahwa semua
masyarakat mengikuti urutan yang sama, artinya meskipun jalurnya mengarah
ke industrialisasi, masyarakat tidak perlu melewati urutan tahapan yang sama
seperti masyarakat yang lain.
2) Teori Siklus (Cyclical Theory)
Menurut PB Horton dan CL Hunt (1992) dalam bukunya “Sociology”,
para penganut teori siklus juga melihat adanya sejumlah tahapan yang harus
dilalui oleh masyarakat, tetapi mereka berpandangan bahwa proses perubahan
masyarakat bukannya berakhir pada tahap “terakhir” yang sempurna, tetapi
berlanjut menuju tahap kepunahan dan berputar kembali ke tahap awal untuk
peralihan selanjutnya.
3) Teori Fungsionalis (Functionalist Theory)
Penganut teori ini memandang setiap elemen masyarakat memberikan
fungsi terhadap elemen masyarakat lainnya. Perubahan yang muncul di suatu
bagian masyarakat akan menimbulkan perubahan pada bagian yang lain pula.
Perubahan dianggap mengacaukan keseimbangan masyarakat. Proses
pengacauan itu berhenti pada saat perubahan tersebut telah diintegrasikan ke
dalam kebudayaan (menjadi cara hidup masyarakat). Oleh sebab itu menurut
teori ini unsur kebudayaan baru yang memiliki fungsi bagi masyarakat akan
diterima, sebaliknya yang disfungsional akan ditolak.

5
TUGAS SISTEM PERENCANAAN FAKULTAS TEKNIK
SOSIAL WILAYAH DAN SIPIL DAN INSTITUT TEKNOLOGI
KOTA PERENCANAAN SEPULUH NOPEMBER

4) Teori Konflik (Conflict Theory)


Menurut pengikut teori ini, yang konstan (tetap terjadi) dalam
kehidupan masyarakat adalah konflik sosial, bukannya perubahan. Perubahan
hanyalah merupakann akibat dari adanya konflik dalam masyarakat, yakni
terjadinya pertentangan antara kelas kelompok penguasa dan kelas kelompok
tertindas. Oleh karena konflik sosial berlangsung secara terus menerus, maka
perubahanpun juga demikian adanya.
2.1.2 Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial
Di dalam kehidupan masyarakat dapat kita jumpai berbagai bentuk perubahan
sosial yang dapat digambarkan sebagai berikut: (Henslin, 2007; PB Horton dan CL
Hunt, 1992; Soerjono Soekanto, 2000)
1. Perubahan Sosial secara Lambat.
Perubahan sosial secara lambat dikenal dengan istilah evolusi,
merupakan perubahan-perubahan yang memerlukan waktu lama, dan rentetan-
rentetan perubahan kecil yang saling mengikuti. Ciri perubahan secara evolusi
ini seakan perubahan itu tidak terjadi di masyarakat, berlangsung secara
lambat dan umumnya tidak mengakibatkan disintegrasi kehidupan. Perubahan
secara lambat terjadi karena masyarakat berusaha menyesuaikan diri dengan
keperluan, keadaan dan kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan
masyarakat. Oleh sebab itu perubahan yang terjadi melalui evolusi terjadi
dengan sendirinya secara alami, tanpa rencana atau kehendak tertentu.
2. Perubahan Sosial secara Cepat
Perubahan sosial yang berjalan cepat disebut revolusi. Selain terjadi
secara cepat, juga menyangkut hal-hal yang mendasar bagi kehidupan
masyarakat serta lembaga-lembaga kemasyarakatan, dan sering menimbulkan
disintegrasi dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik.
3. Perubahan Sosial Kecil
Perubahan sosial kecil merupakan perubahan yang terjadi pada unsur-
unsur struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung / berarti bagi
masyarakat karena tdak berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan dan
lembaga kemasyarakatan.
4. Perubahan Sosial Besar
Perubahan sosial besar merupakan perubahan yang dapat membawa
pengaruh besar dalam berbagai aspek kehidupan serta menimbulkan
perubahan pada lembaga kemasyarakatan seperti yang terjadi pada masyarakat
yang mengalami proses modernisasi - industrialisasi.
5. Perubahan Sosial yang Direncanakan (Dikehendaki)
Perubahan Sosial yang dikehendaki atau direncanakan merupakan
perubahan yang diperkirakan atau direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-
pihak yang akan mengadakan perubahan di dalam masyarakat. Pihak pembawa
perubahan yaitu seseorang atau sekelompok orang yang telah mendapat
kepercayaan masyarakat sebagai pemimpin dari satu atau lebih lembaga -
lembaga kemasyarakatan, serta memimpin masyarakat dalam mengubah sistem
sosial.

6
TUGAS SISTEM PERENCANAAN FAKULTAS TEKNIK
SOSIAL WILAYAH DAN SIPIL DAN INSTITUT TEKNOLOGI
KOTA PERENCANAAN SEPULUH NOPEMBER

6. Perubahan Sosial yang Tidak Direncanakan (Tidak Dikehendaki)


Perubahan sosial yang tidak direncanakan merupakan perubahan yang
berlangsung tanpa direncanakan atau dikehendaki oleh masyarakat dan di luar
jangkauan pengawasan masyarakat. Konsep perubahan yang dikehendaki dan
tidak dikehendaki tidak mencakup pengertian apakah perubahan-perubahan
tadi diharapkan atau tidak diharapkan oleh masyarakat. Karena bisa terjadi,
perubahan yang tidak direncanakan/tidak dikehendaki ternyata diharapkan dan
diterima oleh masyarakat, seperti reformasi yang terjadi di Indonesia.

2.1.3 Faktor Perubahan Sosial


Faktor Perubahan sosial Pada umumnya terdapat beberapa faktor yang
mendorong terjadinya perubahan sosial, yaitu faktor yang bersumber dari
dalam (faktor internal) dan faktor yang datang dari luar (faktor eksternal)
masyarakat. Beberapa faktor penyebab perubahan sosial yang bersumber dari
dalam masyarakat, di antaranya adalah:
1. Perubahan komposisi penduduk.
Bertambah atau berkurangnya jumlah penduduk merupakan keadaan
yang menunjukkan terjadinya perubahan komposisi penduduk.
Pertambahan jumlah penduduk yang cepat yang tidak diimbangi dengan
meningkatnya produksi dapat menimbulkan perubahan sosial. Misalnya
kemiskinan, pengangguran dan kejahatan.
2. Penemuan baru
Inovasi (innovation) yaitu penemuan yang dihasilkan diadopsi oleh
anggota masyarakat dapat menimbulkan perubahan sosial. Penemuan alat
komunikasi telah membawa perubahan sosial secara luas, penemuan dan
penggunaan alat-alat mekanik dalam bidang pertanian telah mendorong
terjadinya perubahan sosial dari masyarakat agraris ke masyarakat industri.
3. Konflik sosial
Konflik sosial yaitu pertentangan yang terjadi dalam masyarakat, baik
secara perorangan maupun kelompok.
4. Pemberontakan
Pemberontakan atau revolusi yang berasal dari anggota masyarakat,
misalnya pemberontakan terhadap penjajah atau pemimpin yang otoriter.
Sedangkan perubahan sosial yang disebabkan oleh faktor eksternal dapat
berasal dari lingkungan alam maupun pengaruh dari pihak masyarakat
luar. Lingkungan alam yang bersifat alamiah dan yang berubah karena
adanya campur tangan manusia dapat menjadi faktor penyebab terjadinya
perubahan sosial. Lingkungan alam yang bersifat alamiah, misalnya terjadi
bencana alam (banjir, longsor, kekeringan, dan gempa bumi atau gunung
api meletus). Sedangkan lingkungan alam yang mengalami campur tangan
manusia sehingga menjadi bentang budaya, misalnya: dibangunnya
bendungan, jalan raya, alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian atau
pemukiman penduduk. Faktor eksternal yang disebabkan oleh pengaruh
pihak luar, misalnya peperangan akibat intervensi pihak luar dan pengaruh
kebudayaan masyarakat lain. Masuknya kebudayaan asing, baik secara
langsung dibawa oleh salah seorang anggota masyarakat maupun secara

7
TUGAS SISTEM PERENCANAAN FAKULTAS TEKNIK
SOSIAL WILAYAH DAN SIPIL DAN INSTITUT TEKNOLOGI
KOTA PERENCANAAN SEPULUH NOPEMBER

tidak langsung (melalui media televisi, film, surat kabar atau majalah),
dapat menimbulkan perubahan sosial. Jika unsure kebudayaan yang masuk
tersebut dipandang lebih maju dan tidak bertentang dengan kaidah yang
telah ada, maka akan terjadi proses adopsi oleh anggota masyarakat,
sehingga terjadi perubahan sosial.

2.1.4 Faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial


Berlangsungnya proses perubahan sosial karena terdapat daya pendorong
yang terdapat pada masyarakat yang mengalami perubahan, di samping
memiliki faktor penghambat. Beberapa faktor pendorong terjadinya perubahan
sosial adalah: sistem pendidikan yang maju, sikap mengahargai hasil karya
orang lain, keinginan untuk maju, adanya toleransi terhadap perubahan yang
menyimpang, sistem kemasyarakatan terbuka, penduduk heterogen,
ketidakpuasan terhadap bidang kehidupan tertentu, disorganisasi dalam
masyarakat, sikap mudah menerima inovasi, adanya kontak dengan pihak lain,
difusi intra-inter masyarakat, orientasi ke masa depan, dan nilai sosial yang
mendukung upaya perbaikan nasib. Selain faktor pendukung di atas, suatu
masyarakat akan mengalami hambatan dalam proses perubahan sosial. Hal ini
dapat terjadi karena terdapatnya beberapa hambatan, diantaranya adalah:
perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat, sikap masyarakat tradisional,
kepentingan yang telah tertanam dengan kuat, prasangka buruk terhadap pihak
luar, rasa takut terjadinya kegoyahan dalam integrasi masyarakat
(disintegrasi), sikap tertutup terhadap unsurunsur perubahan yang dating dari
luar, kurangnya hubungan atau komunikasi dengan masyarakat lain, dan faktor
lokasi yang terisolir. Faktor pendorong dan penghambat terjadinya perubahan
senantiasa ada di setiap masyarakat. Perubahan sosial akan terjadi manakala
faktor pendorong lebih kuat dari pada faktor penghambat. Sebaliknya, jika
faktor penghambat lebih besar dari pada faktor pendorong maka perubahan
sosial akan terhambat bahkan tidak terjadi.
2.2 Mobilitas Sosial
Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt (Bagong Suyatno, 2004:202)
mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial
lainnya atau gerak pindah dari strata yang satu ke strata yang lainnya baik itu berupa
peningkatan atau penurunan dalam segi status sosial dan (biasanya) termasuk pula
segi penghasilan, yang dapat dialami oleh beberapa individu atau oleh keseluruhan
anggota kelompok. Salah satu contoh dari mobilitas sosial misalnya, seorang ibu
rumah tangga yang tidak bekerja beralih menjadi seorang pedagang kaki lima dan
berhasil menambah penghasilan keluarga.
Tingkat mobilitas sosial pada masing-masing masyarakat berbeda-beda. Pada
masyarakat yang bersistem sosial terbuka maka mobilitas sosial warga masyarakatnya
akan cenderung tinggi. Tetapi, sebaliknya, pada sistem sosial tertutup seperti
masyarakat feodal atau masyarakat bersistem kasta maka mobilitas sosial warga
masyarakatnya akan cenderung sangat rendah dan sangat sulit diubah atau bahkan
sama sekali tidak ada.

8
TUGAS SISTEM PERENCANAAN FAKULTAS TEKNIK
SOSIAL WILAYAH DAN SIPIL DAN INSTITUT TEKNOLOGI
KOTA PERENCANAAN SEPULUH NOPEMBER

2.2.1 Bentuk-bentuk mobilitas sosial


Mobilitas sosial mempunyai beberapa bentuk (dalam Narwoko, 2010: 208-209)
yaitu:
1. Mobilitas Sosial Horizontal
Mobilitas horizontal merupakan peralihan individu atau objek-objek
sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang
sederajat. Tidak terjadi perubahan dalam derajat status seseorang ataupun
objek sosial lainnya dalam mobilitas sosial yang horizontal. Mobilitas sosial
horizontal bisa terjadi secara sukarela tetapi bisa pula terjadi karena terpaksa
karena ancaman
2. Mobilitas sosial vertikal
Mobilitas sosial vertikal adalah perpindahan individu atau objek-objek
sosial dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya yang tidak
sederajat. Sesuai dengan arahnya, karena itu dikenal dua jenis mobilitas
vertikal yaitu yang pertama, gerakan sosial yang meningkat (sosial climbing),
yakni gerak perpindahan anggota masyarakat dari kelas sosial yang rendah ke
kelas sosial yang lebih tinggi. Dan yang kedua, gerak sosial yang menurun
(sosial sinking), yakni gerak perpindahan anggota masyarakat dari kelas sosial
tertentu ke kelas sosial lain yang lebih rendah posisinya. Menurut
Soedjatmoko (dalam Narwoko, 2010: 209) mudah tidaknya seseorang
melakukan mobilitas vertikal salah satunya ditentukan oleh kekakuan dan
keluwesan struktur sosial di mana orang itu hidup.
3. Mobilitas antargenerasi
Mobilitas antargenerasi secara umum berarti mobilitas dua generasi
atau lebih, Mobilitas ini ditandai dengan perkembangan taraf hidup, baik naik
atau turun dalam suatu generasi. Penekanannya bukan pada perkembangan
keturunan itu sendiri, melainkan pada perpindahan status sosial suatu generasi
ke generasi lainnya.
4. Mobilitas intragenerasi
Mobilitas sosial intragenerasi adalah mobilitas yang dialami oleh
seseorang atau sekelompok orang dalam satu generasi yang sama. Mobilitas
intragenerasi dapat mengacu pada mobilitas sosial yang dialami seseorang
dalam masa hidupnya

9
TUGAS SISTEM PERENCANAAN FAKULTAS TEKNIK
SOSIAL WILAYAH DAN SIPIL DAN INSTITUT TEKNOLOGI
KOTA PERENCANAAN SEPULUH NOPEMBER

BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.1. Gambaran Umum


Jurnal yang penyusun ambil sebagai literatur membahas mengenai perubahan
sosial yang terjadi pada masyarakat Desa Sesayap dan Desa Sepala Dalung,
Kecamatan Sesayap Hilir, Kabupaten Tana Tidung terhadap implementasi program
PNPM Mandiri dari tahun 2009 hingga 2012 di daerah tersebut. Akan tetapi program
PNPM Mandiri di Desa Sesayap baru dapat dilaksanakan pada tahun 2010 karena
masyarakat di desa tersebut tidak tepat waktu dalam mengembalikan dana bergulir
atau pihak PNPM meminimalisir anggaran dana yang tersedia. Implementasi program
PNPM Mandiri di Desa Sesayap dan Desa Sepala Dalung dilakukan melalui tiga
tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Dalam tiga tahapan tersebut
dilibatkan partisipasi masyarakat kedua desa dan pengurus PNPM terkait. Penulis
mencatat bahwa program PNPM Mandiri di Desa Sesayap dan Desa Sepala Dalung
berupa dana bergulir atau simpan pinjam perempuan yang digunakan untuk kegiatan
bidang ekonomi. Dana yang diberikan sekitar 2 juta rupiah hingga 4 juta rupiah yang
dikembalikan per bulan dalam jangka waktu 1 tahun.
Dalam pelaksanaannya, setiap desa dibagi menjadi beberapa kelompok yang
beranggotakan masyarakat perempuan untuk pinjaman bergulir. Berdasarkan data
dalam jurnal penyusun mencatat bahwa jumlah kelompok masyarakat perempuan di
Desa Sepala Dalung dan Desa Sesayap dari tahun 2009 hingga 2012 meningkat,
walaupun jumlah kelompok pada Desa Sesayap sempat menurun pada tahun 2011.
Peningkatan jumlah kelompok masyarakat perempuan tersebut menunjukkan bahwa
minat akan perbaikan ekonomi semakin meningkat selain karena bertambahnya
jumlah masyarakat desa dan dana yang digulirkan.
Hasil yang didapatkan dari implementasi program PNPM Mandiri tercatat
bahwa masyarakat miskin di Desa Sesayap pada tahun 2009 berjumlah 150 KK dan
pada tahun 2012 berjumlah 78 KK. Sedangkan masyarakat miskin di Desa Sepala
Dalung pada tahun 2009 berjumlah 67 KK dan pada tahun 2012 berjumlah 79 KK.
Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa program PNPM Mandiri tidak berjalan
maksimal karena masyarakat miskin di Desa Sesayap menurun tapi masyarakat
miskin di Desa Sepala Dalung meningkat. Jumlah masyarakat miskin yang meningkat
dikarenakan sebagian masyarakat tidak memanfaatkan dana bergulir tersebut untuk
kegiatan ekonomi (seperti berdagang, dll) sebagai penunjang dalam memenuhi
kebutuhan hidup, melainkan hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari.

3.2. Analisis dan Pembahasan


Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh penyusun pada jurnal, penyusun
mengambil bahasan tentang perubahan sosial dan mobilitas sosial.
a. Perubahan Sosial

10
TUGAS SISTEM PERENCANAAN FAKULTAS TEKNIK
SOSIAL WILAYAH DAN SIPIL DAN INSTITUT TEKNOLOGI
KOTA PERENCANAAN SEPULUH NOPEMBER

Bentuk perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat miskin di Desa Sesayap
dan Desa Sepala Dalung adalah perubahan yang direncanakan. Perubahan
kehidupan masyarakat miskin dalam segi ekonomi pada kedua desa tersebut
menjadi lebih baik melalui program yang telah direncanakan dahulu oleh
pemerintah yaitu program PNPM Mandiri. Pemerintah tersebut terdiri dari
pemerintah pusat dan pemerintah daerah terkait. Masyarakat miskin pada kedua
desa tersebut memberikan kepercayaan kepada pemerintah sebagai pihak yang
mengatur tahapan-tahapan dalam program PNPM Mandiri.
Teori perubahan sosial yang sesuai dengan jurnal yang dipilih penyusun
adalah teori perkembangan. Perubahan yang terjadi pada masyarakat miskin di
Desa Sesayap dan Desa Sepala Dalung pada dasarnya akan bergerak dan
berkembang karena desakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sehingga pada
akhirnya, terjadi perubahan sosial yakni dari pekerjaan awal pengangguran menjadi
masyarakat yang mempunyai pekerjaan walaupun bentuknya hanya seperti
berdagang barang kebutuhan sehari-hari. Kekurangan dalam penerapan teori ini
adalah jangka waktu yang panjang. Karena perkembangan dari masyarakat
tradisional ke masyarakat yang lebih modern, yaitu dari pengangguran beralih
menjadi pekerja, membutuhkan waktu yang lama dan perlu didukung oleh aspek
tertentu misalnya aspek pendidikan. Sedangkan kelebihan dalam penerapan teori
ini adalah walaupun membutuhkan waktu yang lambat atau lama untuk
berkembang, hal tersebut pasti akan terjadi. Karena terdapat faktor pendorong
untuk berkembang. Dalam kasus masyarakat miskin di Desa Sesayap dan Desa
Sepala Dalung faktor pendorong berkembangnya masyarakat tersebut adalah faktor
ekonomi.
Faktor penyebab perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat miskin di
Desa Sesayap dan Desa Sepala Dalung berasal dari masyarakat itu sendiri dan dari
luar masyarakat. Faktor yang berasal dari masyarakat itu sendiri berupa
bertambahnya jumlah anggota keluarga yang menyebabkan kebutuhan hidup
semakin bertambah sedangkan pendapatan pada setiap keluarga miskin dapat
dikatakan tetap atau semakin berkurang. Hal tersebut yang mendesak masyarakat
miskin pada kedua desa tersebut untuk mencari jalan keluar agar kebutuhan hidup
dapat terpenuhi. Faktor yang berasal dari luar masyarakat berupa dorongan dari
pemerintah untuk memperbaiki keadaan ekonomi melalui program PNPM Mandiri.
Program tersebut memiliki pengertian sebagai bantuan alat pemberdayaan
masyarakat.
Faktor pendorong jalannya perubahan yang terjadi yaitu orientasi ke masa
depan. Masyarakat miskin di Desa Sesayap dan Desa Sepala Dalung mengharapkan
kehidupan yang lebih baik di masa depan. Sedangkan faktor penghambatnya yaitu
perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat dan sikap masyarakat yang
tradisional. Kedua faktor tersebut menghambat sistem berpikir masyarakat miskin
pada kedua desa tersebut untuk berinisiatif menjadi pedagang atau pekerjaan lain
dibanding menjadi pengangguran.

11
TUGAS SISTEM PERENCANAAN FAKULTAS TEKNIK
SOSIAL WILAYAH DAN SIPIL DAN INSTITUT TEKNOLOGI
KOTA PERENCANAAN SEPULUH NOPEMBER

b. Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial yang terjadi pada masyarakat miskin di Desa Sesayap dan
Desa Sepala Dalung merupakan mobilitas vertikal. Perpindahan yang terjadi
merupakan mobilitas vertikal naik, yakni perpindahan status ekonomi ke status
yang lebih tinggi. Hal tersebut ditandai oleh pekerjaan masyarakat miskin
perempuan yang semula hanya mengurus rumah tangga beralih memiliki
perkerjaan dalam bidang ekonomi mikro. Sehingga jelas jika faktor pendorong
terjadinya mobilitas sosial pada masyarakat miskin kedua desa tersebut adalah
faktor ekonomi.

12
TUGAS SISTEM PERENCANAAN FAKULTAS TEKNIK
SOSIAL WILAYAH DAN SIPIL DAN INSTITUT TEKNOLOGI
KOTA PERENCANAAN SEPULUH NOPEMBER

BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Program PNPM Mandiri merupakan salah satu program dalam mengatasi masalah
kemiskinan. Program tersebut mengatasi kemiskinan berbasis pemberdayaan
masyarakat miskin berupa bantuan dana bergulir. Salah contoh implementasi program
PNPM Mandiri yaitu di Desa Sesayap dan Desa Sepala Dalung, Kecamatan Sesayap
Hilir, Kabupaten Tana Tidung. Pelaksanaan PNPM Mandiri pada kedua desa tersebut
sudah dilaksanakan dengan baik oleh pihak PNPM Mandiri terkait. Akan tetapi
sebagian masyarakat miskin pada kedua desa tersebut tidak menggunakan dana yang
diberikan semaksimal mungkin sehingga jumlah masyarakat miskin pada salah satu
desa bertambah setelah adanya program PNPM Mandiri.
Implementasi program PNPM Mandiri di Desa Sesayap dan Desa Sepala Dalung
mengakibatkan adanya perubahan sosial dan mobilitas sosial pada masyarakat. bentuk
perubahan sosial yang terjadi berupa perubahan sosial yang direncanakan. Sedangkan
faktor perubahan sosial masyarakat pada kedua desa tersebut berasal dari masyarakat
itu sendiri berupa desakan ekonomi. Selain itu faktor pendorong perubahan sosial
berupa orientasi ke masa depan dan faktor penghambat perubahan sosial berupa
pengetahun masyarakat yang kurang serta sikap masyarakat yang tradisional. Bentuk
mobilitas sosial yang terjadi akibat implementasi program PNPM Mandiri terhadap
masyarakat miskin di Desa Sesayap dan Desa Sepala Dalung berupa mobilitas sosial
vertikal.

4.2 Rekomendasi
Beberapa rekomendasi yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Pihak Pemerintah
 Program PNPM mandiri terkendala pada perguliran dananya. Hal tersebut
dikarenakan banyak masyarakat yang terlambat dalam mengembalikan dana yang
mereka pinjam. Kebanyakan masyarakat menggunakan dana yang dipinjam untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari, tidak digunakan untuk kegiatan yang dapat
meningkatkan penghasilan seperti berjualan karena kurangnya keahlian. Maka dari
itu diharapkan pemerintah dapat memberikan pelatihan kepada masyarakat untuk
meningkatkan keahliannya.
 Kredit macet marak terjadi ditengarai karena kelemahan dalam desain
perencanaan program yang tidak mengatur tentang hukuman bagi masyarakat
yang tidak membayar pinjaman. Selain itu, hal ini terjadi karena kurang aktifnya
tenaga relawan dalam melakukan penagihan kepada masyarakat peminjam. Maka
dari itu diharapkan pemerintah dapat membuat peraturan yang ketat kepada
masyarakat yang telat mengembalikan uang pinjaman. Pemerintah juga harus
mencarikan relawan yang mau secara aktif melakukan penagihan kepada
masyarakat.

13
TUGAS SISTEM PERENCANAAN FAKULTAS TEKNIK
SOSIAL WILAYAH DAN SIPIL DAN INSTITUT TEKNOLOGI
KOTA PERENCANAAN SEPULUH NOPEMBER

2. Pihak Masyarakat
 Perlunya partisipasi masyarakat berupa swadaya murni dalam bentuk uang. Hal ini
untuk mengantisipasi faktor pendanaan apabila terjadi kemacetan dari pemerintah.
Partisipasi masyarakat setempat diharapkan dapat mempercepat laju pelaksanaan
pembangunan sekurang-kurangnya dapat mengurangi beban pemerintah daerah,
propinsi maupun pembangunan yang dianggarkan melalui dana APBN
 Perlu adanya kesadaran dari masyarakat agar menggunakan uang pinjaman untuk
kegiatan yang dapat meningkatkan pendapatan keluaraga.
 Perlunya kesadaran dan kemauan dari masyarakat untuk meningkatkan keahlian
agar pendapatan mereka meningkat.
 Perlunya meningkatkan kesadaran masyarakat agar mengembalikan uang
pinjaman tepat waktu sehingga tidak terjadi kredit macet yang dapat merugikan
masyarakat lainnya.

14
TUGAS SISTEM PERENCANAAN FAKULTAS TEKNIK
SOSIAL WILAYAH DAN SIPIL DAN INSTITUT TEKNOLOGI
KOTA PERENCANAAN SEPULUH NOPEMBER

DAFTAR PUSTAKA

Sumiyati, Intan. 2013. Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat


(PNPM) Mandiri di Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung.
http://ejournal.pin.or.id/site/wp-content/uploads/2013/02/E%20jurnal%20(02-09-13-01-
57-05).pdf diakses pada tanggal 16 April 2016

Murdiyatmoko, Janu. 2007. Sosiologi memahami dan mengkaji masyarakat. Bandung:


Grafindo Media Peratama

Sukmayani, Ratna. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial 3. Jakarta: Pusat Perbukuan


Depertemen Pendidikan Nasional

BAPPENAS. 2013. Evaluasi PNPM Mandiri. Jakarta. Kementrian PPN/ BAPPENAS.


http://www.bappenas.go.id/files/ekps/2013/3.Evaluasi%20PNPM%20Mandiri.pdf diakses
pada tanggal 20 April 2016

http://choirul_umam.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/42639/bab7_perubahan_sosial
.pdf diakses pada tanggal 19 April 2016

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41649/4/Chapter%20II.pdf diakses tanggal


19 April 2016

15

Anda mungkin juga menyukai