KLP 2 ASKEP Hipertensi
KLP 2 ASKEP Hipertensi
KEPERAWATAN KOMUNITAS
Kelompok II
Puji syukur ke hadirat Allah yang maha kuasa atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas berjudul “Asuhan
Keperawatan pada Hipertensi Dalam Keperawatan Komunitas“ dengan baik
dan tepat pada waktunya. Adapun tujuan penyusunan tugas ini adalah untuk
memenuhi tugas kelompk keperawatan komunitas.
Dengan segala kerendahan hati Penulis selaku penyusun tugas ini menyadari
bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis senantiasa
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi
kesempurnaan tugas yang serupa dimasa yang akan datang.
Kata pengantar
Daftar Isi
BAB I_PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Tujuan Makalah
BAB II_PEMBAHASAN
A. Pengertian
B. Epidemiologi
C. Etiologi
D. Faktor Predisposisi
E. Patofisiologi
F. Manifestasi Klinis
G. Klasifikasi
H. Komplikasi
I. Pemeriksaan Penunjang
J. Penatalaksanaan
BAB III_ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
B. Klafikasi data
C. Analisa data
D. Diagnosis nanda nic noc
E. Rencana intervensi
BAB IV _PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
B. Tujuan
1. Memahami dan menjelaskan definisi hipertensi.
2. Memahami dan menjelaskan gejala hipertensi.
3. Memahami dan menjelaskan penyebab hipertensi.
4. Memahami dan menjelaskan pemeriksaan penunjang untuk hipertensi.
5. Memahami dan menjelaskan Pengobatan hipertensi.
6. Memahami Asuhan Keperawatan bagi pasien hipertensi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90
mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
sistolik 160 mmhg dan tekanan diastolic 90 mmHg. (Suzanne C. Smeltzer,
2001)
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana
terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu
lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan
tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan
mempunyai keadaan darah tinggi.
Secara sederhana, seseorang dikatakan menderita Tekanan Darah
Tinggi jika tekanan Sistolik lebih besar daripada 140 mmHg atau tekanan
Diastolik lebih besar dari 90 mmHg. Tekanan darah ideal adalah 120
mmHg untuk sistolik dan 80 mmHg untuk Diastolik.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang
lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang
lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan
darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai “normal”. Pada
tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan
diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg
atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa
minggu.
B. Epidemiologi
Hipertensi dikenal sebagai salah satu penyebab utama kematian di
Amerika Serikat. Sekitar seperempat jumlah pendududk dewasa menderita
hipertensi, dan insidennya lebih tinggi dikalangan Afro-Amerika setelah
usia remaja.
Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi essensial dan
sisanya mengalami kenaikan tekanan darah dengan penyebab tertentu.
C. Etiologi
Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi, lebih dari 90%
diantara mereka menderita hipertensi essensial (primer), dimana tidak
dapat ditentukan penyebab medisnya.Sisanya mengalami kenaikan tekanan
darah dengan penyebab tertentu (hipertensi sekunder). Hipertensi
berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :
1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum
diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh
hipertensi).
2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai
akibat dari adanya penyakit lain.
Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa
perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama
menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder.
Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit
ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau
pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma,
yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin
(adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin). Beberapa penyebab terjadinya
hipertensi sekunder:
1. Penyakit Ginjal
a. Stenosis arteri renalis
b. Pielonefritis
c. Glomerulonefritis
d. Tumor-tumor ginjal
e. Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
f. Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
g. Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
2. Kelainan Hormonal
a. Hiperaldosteronism
b. Sindroma Cushing
c. Feokromositoma
3. Obat-obatan
a. Pil KB
b. Kortikosteroid
c. Siklosporin
d. Eritropoietin
e. Kokain
f. Penyalahgunaan alcohol
g. Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
4. Penyebab Lainnya
a. Koartasio aorta
b. Preeklamsi pada kehamilan
c. Porfiria intermiten akut
d. Keracunan timbal akut
Adapun penyebab lain dari hipertensi yaitu :
a. Peningkatan kecepatan denyut jantung
b. Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama
c. Peningkatan TPR yang berlangsung lama
D. Faktor Predisposisi
Berdasarkan faktor pemicu, Hipertensi dapat disebabkan oleh
beberapa hal seperti umur, jenis kelamin, dan keturunan. Hipertensi juga
banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu telur), apabila
salah satunya menderita Hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor
genetik mempunyai peran didalam terjadinya Hipertensi.
Sedangkan yang dapat dikontrol seperti kegemukan/obesitas, stress,
kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam. Faktor
lingkungan ini juga berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial.
Hubungan antara stress dengan Hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf
simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita
beraktivitas, saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita
tidak beraktivitas.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan
darah secara intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan,
dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini
belum terbukti, akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih
tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan
pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota.
Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari
populasi Hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan
yang erat dengan terjadinya Hipertensi dikemudian hari. Walaupun belum
dapat dijelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi esensial, tetapi
penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi
volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingan
dengan penderita yang mempunyai berat badan normal.
E. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis
di torak dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin,
yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan
vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut
bias terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal
mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran darah ke ginjal, mengakibatnkan pelepasan rennin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, saat vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormone ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan
hipertensi.
F. Manifestasi Klinis
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan
dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal
sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala,
perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa
saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan
tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul
gejala berikut:
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Mual
4. Muntah
5. Sesak nafas
6. Gelisah
7. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada
otak, jantung da ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran
dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini
disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
G. Klasifikasi
Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 7 (2003) dapat dilihat pada
tabel berikut:
Klasifikasi Tekanan Sistolik (mmHg) Tekanan Diastolik (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi 140-150 90-99
stage I
Hipertensi >150 >100
stage II
(Arif Muttaqin, 2009).
H. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi
menurut TIM POKJA RS Harapan Kita (2003:64) dan Dr. Budhi Setianto
(Depkes, 2007) adalah diantaranya:
1. Penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak,
transient ischemic attack (TIA).
2. Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark
miocard acut (IMA).
3. Penyakit ginjal seperti gagal ginjal.
4. Penyakit mata seperti perdarahan retina, penebalan retina, oedema
pupil.
I. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut FKUI (2003:64) dan Dosen Fakultas
kedokteran USU, Abdul Madjid (2004), meliputi:
1. Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum
memulai terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan organ
dan factor resiko lain atau mencari penyebab hipertensi.
Biasanya diperiksa urin analisa, darah perifer lengkap, kimia
darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol
total, HDL, LDL.
2. Pemeriksaan EKG. EKG (pembesaran jantung, gangguan
konduksi), IVP (dapat mengidentifikasi hipertensi, sebagai
tambahan dapat dilakukan pemerisaan lain, seperti klirens
kreatinin, protein, asam urat, TSH dan ekordiografi.
3. Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN /creatinin (fungsi
ginjal), glucose (DM) kalium serum (meningkat menunjukkan
aldosteron yang meningkat), kalsium serum (peningkatan dapat
menyebabkan hipertensi: kolesterol dan tri gliserit (indikasi
pencetus hipertensi), pemeriksaan tiroid (menyebabkan
vasokonstrisi), urinanalisa protein, gula (menunjukkan
disfungsi ginjal), asam urat (factor penyebab hipertensi)
4. Pemeriksaan radiologi : Foto dada dan CT scan
J. Penatalaksanaan
Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan
hipertensi, karena olah raga isotonik (spt bersepeda, jogging, aerobic) yang
teratur dapat memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan
tekanan darah. Olah raga juga dapat digunakan untuk mengurangi/
mencegah obesitas dan mengurangi asupan garam ke dalam tubuh (tubuh
yang berkeringat akan mengeluarkan garam lewat kulit).
Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
1. Pengobatan non obat (non farmakologis)
2. Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)
Pengobatan non obat (non farmakologis)
Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat mengontrol
tekanan darah sehingga pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan
atau sekurang-kurangnya ditunda. Sedangkan pada keadaan dimana obat
anti hipertensi diperlukan, pengobatan non farmakologis dapat dipakai
sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan yang lebih baik.
Pengobatan non farmakologis diantaranya adalah :
1. Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh
2. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.
Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan
makan penderita. Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit
dilaksanakan. Cara pengobatan ini hendaknya tidak dipakai sebagai
pengobatan tunggal, tetapi lebih baik digunakan sebagai pelengkap
pada pengobatan farmakologis.
3. Ciptakan keadaan rileks
Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis
dapat mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan
tekanan darah.
4. Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-
45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu.
5. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol
Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)
Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat
antihipertensi yang beredar saat ini. Untuk pemilihan obat yang tepat
diharapkan menghubungi dokter.
1. Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan
cairan tubuh (lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh
berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih
ringan. Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid.
2. Penghambat Simpatetik
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf
simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas ). Contoh
obatnya adalah : Metildopa, Klonidin dan Reserpin.
3. Betabloker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui
penurunan daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada
penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti
asma bronkial. Contoh obatnya adalah : Metoprolol, Propranolol dan
Atenolol. Pada penderita diabetes melitus harus hati-hati, karena dapat
menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam darah
turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi
penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme
(penyempitan saluran pernapasan) sehingga pemberian obat harus hati-
hati.
4. Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah
dengan relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk
dalam golongan ini adalah : Prasosin, Hidralasin. Efek samping yang
kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini adalah : sakit kepala
dan pusing.
5. Penghambat ensim konversi Angiotensin
Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan
zat Angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan
darah). Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah Kaptopril.
Efek samping yang mungkin timbul adalah : batuk kering, pusing,
sakit kepala dan lemas.
6. Antagonis kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan
cara menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk
golongan obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek
samping yang mungkin timbul adalah : sembelit, pusing, sakit kepala
dan muntah.
7. Penghambat Reseptor Angiotensin II
Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat
Angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya
pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah
Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin timbul adalah : sakit
kepala, pusing, lemas dan mual.
Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari
faktor resiko terjadinya hipertensi, maka angka kematian akibat
penyakit ini bisa ditekan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Contoh Kasus
Ny.S (45th) istri dari Tn.A (50th) mempunyai dua orang anak An. Z (13
th) seorang laki-laki bersekolah di SMP dan anak kedua, An.D (6 th) laki-laki,
bersekolah di SD. Dalam keluarga Tn.A salah satu anggota keluarga, yaitu Ny.S
istri Tn.A menderita penyakit Hipertensi pasien nampak lemas dan mengeluh
pusing.2 tahun yang lalu asien pernah MRS karena pingsan dan di diagnosa
penyakit yang sama dan dulu ibu Ny.S juga memiliki riwayat penyakit yang sama.
Untuk mengatasi masalah tersebut, keluarga Tn.A hanya membiarkan saja di
rumah karena menurutnya masih bisa di tangani dirumah, dan keluarga merawat
Ny.S sendiri dengan berbekal pengetahuan seadanya, keluarga hanya membantu
dalam memenuhi aktifitas sehari-hari Ny.S keluarga Tn.A termasuk keluarga yang
kurang memperhatikan kesehatan, meskipun mereka mengaku pernah ke dokter
tapi jika hanya ada keadaan yang sangat berbahaya dan keluarga Tn.A juga jarang
memeriksakan tekanan darah Ny.S meskipun pernah ada riwayat MRS karena
Hipertensi sebelumnya.
I. Data Umum :
Genogram :
Keterangan :
6. Tipe Keluarga.
Keluarga inti terdiri dari Tn. A , Ny.S dan kedua anak kandung.
7. Suku bangsa.
8. Agama.
Semua isi keluarga menganut agama Islam. Tidak ada keyakinan yang
berdampak buruk pada status kesehatan keluarga Ny.S
Penghasilan keluarga kurang lebih 700.000/ bln itupun jika dagangan
Tn.A habis tepat waktu karena Tn. A adalah pedagang roti keliling yang tiap 2
minggu di kirim barang oleh pabrik roti, sedangkan Ny.S merupakan
pedagang toko kebutuhan sehari-haridipasar. Tn. A dan Ny. S mengatakan
penghasilan yang mereka dapat lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan
setiap hari dan untuk membiayai kedua orang anknya yang masih sekolah.
Keluarga berada pada tahap perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah.
III. Lingkungan
1. Karakteristik rumah :
Luas rumah 55 m2 dengan panjang 11 m dan lebar 5 m terdiri dari tiga kamar
tidur,satu ruang tamu, satu ruang keluarga, satu ruang untuk sholat,dua kamar
mandi,satu dapur dan gudang tempat penyimpanan roti dan motor box untuk
menjual Roti,merupakan rumah permanent dan milik sendiri. Setiap ruangan
memiliki cendela kecuali kamar mandi sehingga sirkulasi udaranya cukup baik.
Kamar mandi terpisah dengan WC lantai rumah terbuat dari keramik sehingga
tampak bersih, sumber air adalah air tanah atau sumur. Sedangkan untuk
pembuangan saluran air dibuatkan pipa menuju belakang rumah yang berdekatan
dengan septitank kira-kira 10 m dari jarak belakang rumah.
Tidak ada nilai dan norma dalam keluarga yang dapat mempengaruhi penyakit
menurut mereka. Ny.S sakit memang karena disebabkan oleh suatu penyakit
bukan karena hal-hal tertentu.sehingga mereka lebih memilih untuk
memeriksakan kesehatannya ke dokter atau dengan obat-obat tradisional.
V. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif :
2. Fungsi Sosial :
4. Fungsi Reproduksi :
5. Fungsi Ekonomi :
Tidak pernah terdapat perselisihan antar anggota keluarga dalam mengambil suatu
keputusan
DO: ↓
Pasien mengatakan ↓
pusing dan lemas.
Penumpukan kolesterol dalam
Ny.S mengatakan pemb.darah
menderita penyakit
hipertensi sejak 2 th yang ↓
lalu dan sempat MRS d
RSUD selama 3 hari. Vasokontriksi vaskular
Karena merasa sudah ↓
sehat Ny.S jarang lagi
periksa ke dokter meskipun Tekanan darah meningkat
hanya sekedar periksa.
Ny.S bekerja
berdagang di pasar dari pagi
sampai hampir sore
sehingga kurang istirah
Ny.S mengatakan
jarang berolah raga
Ny.S suka
mengkonsumsi makanan
berlemak, seperti gorengan
dan bumbu santan.
Tn.A mengatakan
bahwa ibu sudah biasa
seperti ini.
DO:
TD : 160/100mmH, N :
100x/m, S : 36,50C
R: 20x/m
Diagnosa keperawatan.
1. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada Ny.S keluarga
Tn.A b.d kekurangefektifan keluarga dalam membantu memenuhi kebutuhan
nutrisi anggota keluarga yang sakit.
2. Hipertensi pada Ny.S keluarga Tn.A b.d ketidak mampuan keluarga dalam
mengenal karakteristik penyakit dan perawatannya.
B. Perencanaan
2. Hipertensi Setelah 1. setelah Verbal a. Pengertian hipertensi 1. Berrikan pengetahuan keluarga tentang
pada Ny.S dilakuka dilakukan Pasien dapat karakteristik penyakit hiprtensi dan
keluarga Tn.A n kunjungan menyebutkan b. Penyebab : perawatannya.
berhubungan kunjunga 2-3 hari dengan jelas
dengan n selama 30 dan benar Keturunan 2. Mendiskusikan bersama tentang
ketidakmampu keperawa menit karakteristik penyakit hipertensi dan
an keluarga tan, Keluarga Kelelahan perawatannya.
mengenal keadaan dapat
karakteristik penyakit mengenal Kurang olah raga 3. Memberikan bimbingan dengan ilustrasi
penyakit dan Ny.S ka- menggunakan brosur dan sebagainya.
perawatannya berangsu rakteristik Penyakit tekanan
r pen- darah tinggi 4. Mendengarkan dengan seksama sanggahan
membaik yakithiperte yang diajukan keluarga.
nsi Menjawab pertanyaan
dengan baik dan benar. 5. Menanggapi pertanyaan dengan sabar.
3. pada akhir Perilaku - melakukan olah raga 1. Menjelaskan manfaat evaluasi sewaktu-
pertemuan yang cukup waktu.
Keluarga sepakat Pasien
jika diadakan melaksanakn - makan teratur 2. Menjelaskan bahwa diskusi akan
evaluasi sewaktu- apa yang dilanjutkan jika hasil evaluasi tidak sesuai
waktu. sudah di - meluangkan waktu untuk dengan keputusan yang telah dibuat
ajarkan istirahat dan refreshing. keluarga.
dengan baik
No Diagnosa Implementasi Evaluasi Waktu
1. Gangguan Tgl 11-04-2012 Jam S: Tgl 11-04-2012
pemenuhan nutrisi 08.30-09.00 • Keluarga menjawab Jam 08.30-09.00
kurang dari • Mengucapkan salam salam Sampai
kebutuhan tubuh • Memvalidasi • Tn.A mengatakan Tgl. 12-04-2012
pada Ny.S keluarga keadaan keluarga Ny.S masih mual, jam 08.30-09.00
Tn.A b.d kekurang • Mengingatkan pahit di mulut, dan
efektifan keluarga kontrak belum bisa
dalam membantu • Menjelaskan tujuan sepenuhnya
memenuhi kebutuhan menghabiskan porsi
nutrisi keluarga yang TUK makannya.
sakit. 1. Memberitahu • Keluarga menyetujui
kepada pasien dan pertemuan saat ini
keluarga betapa selama 30 menit
pentingnya menjaga tentang pentingnya
keseimbangan nutrisi pemenuhan nutrisi dan
walaupun saat sakit. komposisi
2. Memberitahu seimbangnya.
pasien dan keluarga • Keluarga
tentang komposisi mengatakan sudah
nutrisi yang seimbang. faham tentang proses
3. Memberikan membantu pemenuhan
kesempatan pada nutrisi Ny.S.
keluarga untuk O:
bertanya dan • Keluarga kooperatif
mengulangi dan aktif saat
penjelasan apa yang dijelaskan.
sudah kita ajarkan. • Keluarga
4. Memberitahu mendengarkan
keluarga untuk lebih penjelasan yang
aktif dalam membantu diberikan.
pemenuhan kebutuhan • Keluarga membantu
nutrisi secara parsial. proses pemenuhan
5. Memberikan kebutuhan nutrisi
motivasi pasien dan Ny.S sampai akhirnya
membantu anggota bisa makan dan
keluarga untuk minum.
membantu Ny.S • Ny.S belum
perlahan-lahan menghabiskan seluruh
memenuhi kebutuhan porsi, tapi 2/3 porsi
nutrisi sampai tujuan dan minum kurang
tercapai lebih 5 gelas/hari.
A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Lanjutkan intervensi.
2. Hipertensi pada Ny.S Tgl 11-04-2012 Jam S: Tgl 13-04-2012
keluarga Tn.A 08.30-09.00 •Keluarga menjawab Jam 08.30-09.00
berhubungan dengan • Mengucapkan salam salam
ketidakmampuan • Memvalidasi •Tn.A mengatakan
keluarga mengenal keadaan keluarga Ny.S masih sedikit
karakteristik penyakit • Mengingatkan pusing dan belum bisa
dan perawatannya kontrak sepenuhnya
• Menjelaskan tujuan melakukan aktifitas.
TUK • Keluarga menyetujui
1 Memberikan pertemuan saat ini
pendidikan kesehatan selama 30 menit
tentang Hipertensi tentang pentingnya
yang meliputi: aktifitas sehari-hari.
- Pengertian hipertensi • Keluarga dan pasien
- Tanda dan gejala mengatakan belum
- Penyebab dan sepenuhnya
pencegahan memahami apa itu
2. Memeberikan yang berkaitan dengan
masukan /saran hipertensi.
kepada keluarga untuk • Keluarga sudah
membawa Ny.S untuk membawa Ny.S ke
berobat ke pelayan dokter yang biasa di
kesehatan sebagai kunjungi.
keputusan yang baik. O:
3. Mengajukan • Keluarga kooperatif
kontrak waktu pada dan aktif saat
akhir pertemuan untuk dijelaskan.
di lakukan evaluasi • Keluarga
keadaan Ny.S dan mendengarkan
keluarga. penjelasan yang
diberikan.
• Ny.S masih terlihat
sedikit lemas , tapi
sudah agak lebih baik.
• TD: 130/90mmHg
A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Lanjutkan intervensi.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah
yang abnormal dengan diastol > 90 mmHg dan sistol > 140 mmHg yang
dipengaruhi oleh banyak faktor risiko.Hipertensi dibagi menjadi dua golongan
besar, yaitu hipertensi primer (essensial) dan hipertensi sekunder.
Hipertensi primer merupakan penyebab kematian terbesar dengan
presentase 90% dibandingkan dengan hipertensi sekunder dengan presentase 10%
karena penyebab dari langsung (etiologi) dari hipertensi primer tidak diketahui
dan penderita yang mengalami hipertensi primer tidak mengalami gejala
(asimtomatik). Terapi hipertensi dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu terapi
medis dan non-medis. Kontrol pada penderita hipertensi sangat diperlukan untuk
mencegah komplikasi lebih lanjut.
4.2 Saran
Guyton, AC. & Hall, JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC