Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN INDUSTRI PERKEBUNAN

TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN KAYU MANIS

Disusun Oleh :
Muhammad Atha Arkan Satriawan
134190087

AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang.
Indonesia sudah lama mengembangkan tanaman kayumanis
(Cinnamomum burmanii) dan merupakan salah satu komoditi
rempah yang diperdagangkan. Sampai saat ini kayu manis masih
diperdagangkan di pasar regional dan internasional, yang di ekspor
melalui Penang Malaysia dan Singapura. Sumatera Barat dan Jambi
merupkan daerah sentra produksi kayu manis, dan merupakan salah
satu komoditi unggulan. Di daerah ini pendapatan petani yang berasal
dari hasil kayumanis sebesar 26,93% dari hasil usaha taninya, atau
16,03% dari total pendapatan petani (Sudjatmoko dan Ferry, 2007).
Walaupun bukan pendapatan utama, namun perannya sangat penting
untuk memenuhi sebagian kebutuhan biaya hidup petani.
Jenis-jenis kayu manis dapat diperbanyak melalui biji, tunas,
akar, stek, dan cangkokan. Untuk membentuk tanaman yang lebih
banyak di tanah yang luas, bibit tanaman yang biasa dipakai untuk
memperbanyak tanaman kayu manis adalah dari biji dan dari tunas
berakar, cara yang terbaik adalah menggunakan bibit yang berasal
dari pohon induk yang telah dikenal baik (Rismunandar, 1995).
Usaha budi daya tanaman mengandalkan penggunaan tanah
atau media lainnya di suatu lahan untuk membesarkan tanaman dan
lalu memanen bagiannya yang bernilai ekonomi. Bagian ini dapat
berupa biji, buah/bulir, daun, bunga, batang, tunas, serta semua
bagian lain yang bernilai ekonomi. Kegiatan budi daya tanaman yang
dilakukan dengan media tanah dikenal pula sebagai bercocok tanam.
Fokus penting dari budidaya adalah menambah nilai kualitas
tananman yang dikaitkan dengan tanaman kayu manis sehingga dapat
di jadikan sebuah sumber ekonomi masyarakat. Dengan upaya
membudidaya kayu manis dapat menjadikan pertumbuhan
perekonomian masyarakat menjadi terarah pada pembangunan.
2. Tujuan
Mengetahui lebih banyak tentang kayu manis dan teknologi
budidaya tanaman kayu manis.
3. Rumusan masalah
a. Apa saja yang harus diperhatikan tentang teknologi budidaya
tanaman kayu manis?
BAB II
ISI
2.1Syarat Tumbuh
Kayu manis adalah salah satu rempah-rempah yang punya rasa
manis dan bisa dipakai dengan cara yang serbaguna. Kayu manis bisa
dimanfaatkan sebagai penguat rasa maupun sebatas hiasan demi
mempercantik tampilan hidangan. Penyebaran kayu manis di
Indonesia ada di beberapa provinsi seperti di Jawa, Sumatera,
Kalimantan, Maluku, Nusa Tenggara dan Papua. Mengingat kayu
manis salah satu komoditi yang mempunyai nilai ekonomi dan
merupakan komoditas unggulan ekspor Indonesia di sektor
perkebunan setelah lada dan pala.
Kayu manis dapat tumbuh pada ketinggian 2000 meter diatas
permukaan laut, akan tetapi akan berproduksi secara optimal pada
ketinggian 500-900 dpl dan ratarata produksi 2,78 kg batang-1 pada
umur panen 6-8 tahun dengan kadar minyak 2- 2,5%. Sedangkan pada
ketinggian tempat 300-400 dpl produksi kulitnya rendah dengan
ketebalan kulit 1,76 -2 mm (Daswir dan Suherdi, 1994). Jenis tanah
yang sesuai untuk pertumbuhan kayu manis adalah yang mempunyai
humus, remah, berpasir dan mudah menyerap air seperti tanah
latosol, andosol dan juga tumbuh tanah ultisol dengan pH 5,0-6,5.
2.2Persiapan Benih Kayu Manis
Benih kayu manis yang sudah memenuhi keriteria, sebaiknya
dilakukan penyemaian di lapang ataupun pada polibeg. Penyemaian
sebaiknya dilakukan di lokasi yang dekat dengan sumber air dan
tanah yang relatif subur. Bila benih disemai di lapang tanah sebaiknya
dipacul dua kali dengan kedalaman 20-30 cm, digaru, dihaluskan,
serta dibersihkan dari sisa tanaman yang ada. Kemudian dicampur
dengan pupuk kandang yang sudah matang sebanyak 2 kaleng minyak
tanah/m 2, bagian atas diberi pasir setebal 5 cm dan dibuat bedeng
memanjang ke arah utaraselatan dengan ukuran lebar 1-1,20 m dan
panjang sesuai kondisi dilapangan dan diberi drainase. Jarak tanam
benih 5 x 5 cm. penyiraman dilakukan secara rutin.
Lama perkecambahan benih lebih kurang 15 hari. Untuk
memperkecil kematian benih selama di persemaian sebaiknya
persemaian diberi naungan. Umur benih 3 bulan sudah dapat
dipindahkan ke polibeg dengan ukuran 10 x 12 cm, pada umur 8-12
bulan sudah dapat dipindahkan ke lapang (Firdaus, 2015).
Penyemaian benih dapat juga dilakukan pada polibeg ukuran 10 x 15
cm dengan media sama dengan yang dipakai di persemaian, lama dan
masa perkecambahan serta cara pemeliharaannya sama dengan di
persemaian.
Selain benih berasal dari biji, dapat juga diperbanyak dari tunas
atau cabang yang dihasilkan dari pohon yang telah ditebang,
kemudian tunasnya dibiarkan tumbuh sebanyak 3-5 tunas, setelah
berumur 1 tahun atau telah mempunyai tinggi 50-60 cm dan telah
memiliki perakaran, dapat dipisahkan dengan batang induknya,
dengan membungkus bagian akar dengan tanah.
2.3Pengolahan Lahan untuk Tanaman Kayu Manis
Lahan untuk penanaman kayu manis bersih dari gulma dan
tunggul pohon, selanjutnya lahan dicangkul agar tekstur tanah
gembur. Untuk sistim penanaman monokultur jarak tanam 1,5 x 1,5
m, bisa agak rapat, sedangkan pada penanaman tumpangsari jarak
tanam 4 x 4 m. pada lahan yang miring dibuat kontur atau teras. Teras
dibuat sesuai jarak tanam dengan lebar 1,5- 2,0 m. Setelah ditentukan
jarak tanam dilakukan pembuatan ajir untuk menandakan letak
lubang tanam, dengan ukuran lubang tanam 50 x 50 x 50 cm, dan
biarkan terbuka selama 1-2 bulan kemudian masukkan pupuk
kandang 2-3 kg/lubang.
2.4Penanaman
Waktu tanam yang tepat adalah saat musim hujan. Sebelum benih
ditanam, lubang tanam diberikan pupuk kandang 5 kg lubang-1 .
Benih ditanam di ditengahtengah lubang tanam lalu ditimbun dengan
tanah kemudian dipadatkan agar kuat menahan angin dan hujan.
Sedangkan benih yang berasal dari tunas ditanam miring dan daun
dikurangi untuk mengurangi penguapan. Tanaman muda sebaiknya
diberi naungan (Daswir., et al 1995).
2.5Pemeliharaan pada Tanaman Kayu Manis
Untuk mengoptimalkan pertumbuhan perlu dilakukan pemeliharaan
secara intensif antara lain penyiangan gulma, pemupukan,
pemangkasan ranting terutama 1/3 bagian bawah agar batang
tumbuh lurus. Hasil penelitian Daswir et al (1995) menunjukkan
bahwa perlakuan pemangkasan memberikan pertumbuhan yang
cukup baik disertai dengan pemberian pupuk NPK (16:16:16) dosis
250 g pohon−1 tahun−1 dengan perbandingan berat kulit basah : berat
kulit kering 2,5:1.
 Pemupukan
Tanaman Kayu manis dalam pertumbuhannya memerlukan
nutrisi dan dapat dipenuhi dengan pemberian pupuk seperti Urea,
TSP dan KCl atau pupuk majemuk NPK. Bila menggunakan pupuk
tunggal maka dengan perbandingan Urea : TSP : KCl 2 : 1: 1 pada
umur 3-4 bulan setelah tanam dengan frekuensi pemberian dua
kali dalam setahun yaitu saat awal dan akhir musim hujan
sebanyak 150 g−1 lubang. Dengan bertambahnya umur tanaman
maka kebutuhan akan nutrisi akan bertambah pula, pada tanaman
yang ber umur 3 tahun jumlah pupuk yang diberikan 1 kg
tanaman−1 . Pemupukan dengan NPK sebaiknya diberikan pada
tanaman berumur 6 minggu setelah tanam (20 g pohon−1),
selanjutnya pada umur 1 tahun (50 g pohon−1 ). Pemberian pupuk
dapat diberikan dengan cara dibenamkan dalam lubang tugalan
atau pada alur sekeliling tanaman. Sebelum pemupukan harus
bersih dari gulma dan tanahnya digemburkan.
 Penyiangan
Penyiangan gulma sangat diperlukan agar tidak bersaing
dalam pengambilan nutrisi. Sebaiknya gulma dibersihkan setiap
bulan sampai tanaman umur 2-4 tahun, setelah itu penyiangaan
dapat dilaksanakan dengan interval waktu 4-6 bulan. Bersamaan
dengan penyiangan gulma maka sebaiknya dilakukan
penggemburan. Perlunya dilakukan penggemburan agar
penyerapan nutrisi oleh tanaman lebih optimal.
2.6Pola Tanaman
Tanaman kayu manis sampai umur 1-3 tahun saat tanam dapat
ditumpang sari kan dengan tanaman palawija ataupun tanaman
semusim, dengan jarak tanam 5 x 5m. Dan ada pula yang ditanam
secara monokultur dengan jarak tanam 1,5 x 1,5 m dengan populasi
tanaman 4400/ ha.
2.7Pengendalain OPT Pada Tanaman Kayu Manis
Kulit Kayu manis (Cinnamomum zeylanicum) merupakan salah
satu komoditi perkebunan yang dibutuhkan banyak negara untuk
keperluan bahan industri farmasi, kosmetika, pengawet dan bumbu
penyedap makanan dan minuman. Untuk memperoleh produk kayu
manis dengan kualitas tinggi dan memenuhi standar mutu baik
nasional maupun internasioanal, diperlukan pemeliharaan tanaman
yang baik dan intensif. Salah satu faktor penyebab turunnya mutu
kulit kayu manis antara lain adanya serangan hama tanaman.
Dimanapun lokasi penanamannya, kayu manis tidak akan luput dari
serangan hama, karena hama dapat munurnkan mutu hasil produk
yang sebagian besar digunakan untuk pasar ekspor. Untuk itu, perlu
dilakukan upaya pencegahan serangan hama-hama tersebut.
Beberapa jenis hama yang menyerang kayu manis antara lain: ulat
sikat, ulat sikat rambut kuning, ulat kenari, kutu loncat, dan kumbang
moncong dan kutu perisai.
a.Ulat Sikat
Ulat sikat merupakan larva dari kupu-kupu Dasychira mendosa,
yang berasal dari Asia Timur, Asia Selatan dan Australia. Disebut ulat
sikat karena di sekeliling tubuhnya dihiasi rambut yang relatif
panjang sehingga tampak seperti sikat. Kepala berwana merah,
dengan ukuran tubuh sekitar 3-4 cm. Ulat ini menyerang daun, kalau
serangan dalam populasi banyak, tanaman bisa mati karena seluruh
dau rusak. Tanaman inang hama ini adalah, kayu manis, kopi, juwet,
rambutan, kedondong, jarak, ubi kayu, kapuk, jambu air, kemiri,
ketapang dan gambir. Gejala,daun yang terserang ulat sikat tampak
rusak karena digerogoti. Di tanah bagian bawah, tanaman banyak
terdapat kotoran ulat dan bekas sobekan daun. Pengendalian, hama
ini dapat dikendalikan secara fisik maupun kimiawi. Cara fisik dengan
menangkap ulat yang menempel pada daun, dibuang dan
dimusnahkan. Selanjutnya daun dan bagian tanaman bekas serangan
ulat dipotong dan dibuang untuk mengantisipasi adanya telur yang
masih menempel pada bagian tersebut. Pengendalian secara kimiawi,
dilakukan dengan penyemprotan insektisida kontak.
b.Ulat Sikat Kuning
Ulat sikat rambut kuning merupakan larva dari kupu-kupu
Orgyia postica, yang betinanya tidak bersayap. Ulat ini mudah dikenali
dari gugusan rambut kuning dibagian atas depan tubuhnya. Tanaman
inang ulat ini adalah kakao, kopi, kina, teh, jeruk, mangga, jarak,
kacang-kacangan, lamtoro, pinus dan kayu manis. Ulat berkembang
biak secara eksplosif, sebatang pohon katu manis dapat dihinggapi
banyak ulat, serangan berlangsung malam hari. Gejala, ulat sikat
rambut kuning menyerang tanaman dengan cara memakan daun.
Dalam waktu singkat, biasanya sebatang pohon bisa gundul akibat
serangannya. Pengendalian, dilakukan secara mekanis dan
insektisida.
c.Ulat Kenari
Ulat kenari merupakan larva dari kupu-kupu Cricula
trifenestrata, hama ini menyerang tanaman muda maupun tanaman
tua. Serangan pada tanaman muda dapat menyebabkan kematian
tanaman dan pada tanaman tua dapat menyebabkan turunya
produksi dan mutu kulit kayu manis karena kulit sulit dikupas. Hama
berwarna hitam berbintik dan berambut putih diseluruh
tubuhnya.Kepala dan bagian abdomen berwarna merah dengan
panjang tubuh mencapai 6 cm dengan fase larva selama 25-30 hari.
Gejala, kulit kayu sulit dikupas karena lengket. Pada daun dan cabang
tanaman banyak terdapat telur yang menempel. Ulat menyerang pada
tanaman muda atau berumur kurang dari satu tahun. Pengendalian,
pengendalian secara fisik dilakukan dengan cara mengumpulkan
hama tersebut, sekaligus larva dan kempompongnya dan
membakarnya. Pengendalian kimiawi dapat dilakukan dengan
insektisida berbahan aktif fenvalerat (Sumicidin 5 EC) dengan dosis 1
ml/ 1 liter air atau sipermetrin (Cymbush 50 EC) dengan dosis 1,5 ml/
1 liter air yang mampu membunuh larva hingga 80-90%. Untuk
pengendalian secara biologis, dilakukan dengan memanfaatkan
musuh-musuh alami hama yang menyerang telur dan larva yaitu jenis
ngengat (Telenomus sp, Agiommatus sp, Xantopimpla sp dan Excorita
sp).
d. Kutu Loncat
Kutu loncat atau psylid merupakan keluarga psyllidae yang
kebanyakan merupakan kutu pinjal atau kutu anjing. Kutu ini kecil,
panjangnya hanya sekitar 2 mm. Bentuk tubuh menyerupai aphid,
memiliki kaki peloncat dan sungut panjang. Kutu dewasa memiliki
sayap. Hama menyerang daun dengan cara mengisap cairan daun.
Gejala, tanaman yang diserang menampakkan gejala seperti adanya
gelembung-gelembung berbentuk tidak menentu pada permukaan
daun sebgai akibat sengatan moncong kutu yang berfungsi sebagai
alat pengisap. Pengendalian, dilakukan dengan insektisida berbahan
aktif sipermetrin (Cymbush 50 EC)
e. Kumbang Moncong
Kumbang moncong (Rhynchites lauraceae) yang bertubuh
warna hitam ini sangat dikenal didataran tinggi Jawa. Panjang
tubuhnya hanya 5-6 mm. Disebut kumbang moncong karena bagian
mulutnya terdapat moncong halus sepanjang 1,5 mm. Bagian tanaman
yang diserang adalah ranting muda dengan tanaman inang kayu
manis dan alpukat. Gejala, tanaman yang terserang tampak memiliki
ranting yang mengering dan didalam ranting tersebut terdapat alur
atau lubang berbentuk spiral melingkari ranting. Pengendalian secara
mekanis dengan menangkap dan membuang hama, serta selalu
menjaga kebersihan lahan dari gulma dan menanam bibit yang sehat.
f.Kutu perisai
Kutu perisai (Parlatoria sp) yang bertubuh warna hitam ini biasanya
melekat pada daun dan ranting dalam kelompok dan berkembang
biak sangat cepat. Bagian tanaman yang diserang adalah jaringan
daun dan ranting. Tanaman inang kayu manis, jeruk dan kapuk.
Gejala, tanaman yang terserang pada permukaan daun-daun muda
tampak ada bercak kuning dan lama-lama daun mengering.
Pengendalian, dilakukan dengan menyemprot insektisida berbahan
aktif bifetrin seperti Talstar 25 EC dengan dosis sesuai anjuran yang
tertera dalam kemasan.

BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
Kayu manis adalah salah satu rempah-rempah yang punya
rasa manis dan bisa dipakai dengan cara yang serbaguna. Kayu
manis bisa dimanfaatkan sebagai penguat rasa maupun sebatas
hiasan demi mempercantik tampilan hidangan. Penyebaran kayu
manis di Indonesia ada di beberapa provinsi seperti di Jawa,
Sumatera, Kalimantan, Maluku, Nusa Tenggara dan Papua.
Mengingat kayu manis salah satu komoditi yang mempunyai nilai
ekonomi dan merupakan komoditas unggulan ekspor Indonesia di
sektor perkebunan setelah lada dan pala. Peningkatan hasil
tanaman kayu manis dapat dilakukan dengan memperhatikan
penggunaan varietas unggul, pembibitan, pengolahan lahan,
penanaman, pemupukan , pengendalian OPT, panen, dan pasca
panen.
DAFTAR PUSTAKA

Sudjatmoko. B dan Y. Ferry. 2007. Peranan Tanaman Kayumanis Terhadap


Pendapatan Petani di Sumatera Barat. Prosiding Seminar Nasional
Rempah. Bogor 21 Agustus 2007.

Rismunandar dan F.B. Paimin. 2009. Kayu Manis : Budidaya dan Pengolahan.
Penebar Swadaya. Jakarta.

Firdaus. 2015. Perbenihan Kayu manis. BPTP Jambi, 1–3.

Daswir, H. Idris. D. Manohara. dan Taryono. 2004. Peningkatan Produktifitas


Tanaman Kayu manis Melalui Teknik Budidaya. Prosiding Seminar
Ekspose Teknologi Gambir dan Kayu manis, Solok,30–37.

Wikardi. E A, dan TE Wahyono. 1991. Serangga Serangga Perusak Tanaman Kayu


manis (Cinnamomum spp) . Bul.littro 6(1): 20-26.

Daswir, Z Hasan dan Imran. 1995. Pengaruh Pupuk dan Penjarangan terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Kayu manis. Prosiding Seminar Tanaman
Rempah dan Obat, Solok.06, 61–67.

Anda mungkin juga menyukai