Anda di halaman 1dari 9

I.

PENDAHULUAN

A. Pengertian
Percobaan adalah penyelidikan yang direncanakan dengan
baik untuk mendapatkan fakta baru, menolak atau menerima hasil
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Berdasarkan difinisi
tersebut maka percobaan dapat berarti belum pernah dilakukan
sebelum percobaan tersebut di lakukan dan percobaan lain pernah
dilakukan. Percobaan untuk membuktikan percobaan terdahulu,
dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan dan prosedur yang
sama sehingga hasil penelitian dapat digunakan untuk menerima atau
menolak fakta yang sudah ada.
Penelitian dapat dikatagorikan menjadi penelitian pendahuluan
(Preliminary), penelitian kritis/percobaan dengan ketelitian yang
tinggi (critical experimental) dan demonstrasi (demonstrational
experimental). Penelitian pendahuluan dilakukan dengan jumlah
perlakuan yang banyak, biasanya tanpa ulangan dan pada percobaan
jenis ini tidak diperlukan ketepatan yang tinggi. Percobaan kritis
dilakukan dengan perlakuan yang terbatas, menggunakan ulangan,
dan kesimpulan yang ditarik dapat dipertangungjawabkan secara
statistik. Kesimpulan yang dapat dipertangung jawabkan adalah
bahwa penelitian tersebut dapat menekan galat atau dapat dibatasi
dengan jumlah derajat bebas galat lebih besar dari lima belas.
Demonstrasi atau dikenal dengan demonstrasi plot dilakukan pada
petak-petak yang besar tanpa ulangan dan perlakuan tidak banyak
biasanya 2-3 perlakuan.
B. Istilah-istilah yang Sering Digunakan.
1. Experimental unit
Unit material yang diberi satu aplikasi dari perlakuan. Contoh :
tanaman, bagian tanaman, petakan tanah, dll.
2. Perlakuan
Prosedur yang pengaruhnya akan diamati dan dibandingkan
dengan pengaruh yang lain. Contoh : Dosis pupuk, macam zat
pengatur tumbuh, macam pupuk dll.
Pendahuluan
3. Sampling unit
Contoh acak dari experimental unit dimana pengamatan akan
dilakukan. Pengambilan contoh dari experimental unit dapat
dilakukan secara acak (random sampling), sistematik (sistematic
random sampling) dan acak berimbang (stratified random
sampling).
4. Galat Percobaan (Galat percobaan)
Ukuran keragaman diantara pengamatan atau ulangan pada
experimental unit pada perlakuan yang serupa. Keragaman
disebabkan oleh Experimental material dan pelaksanaan dalam
penelitian
C. Prinsip Dasar Dalam Percobaan
Penelitian yang baik harus memenuhi tiga prinsip dasar yaitu
mempunyai ulangan, adanya pengacakan (randomisasi) dan dapat
mengendalikan Galat (local control)
1. Pengacakan (Randomisasi)
Penepatan perlakuan secara acak pada experimental unit
sedemikian rupa sehingga pada penempatan tersebut tiap
perlakuan mempunyai kesempatan yang sama untuk jatuh atau
menempati pada setiap eksperimental unit. Dalam pengacakan
subjektifitas peneliti tidak dimasukkan dan tergantung design
yang digunakan
2. Ulangan (Replication)
Banyaknya kali/frekuensi suatu macam perlakuan dicobakan.
Kegunaannya :
a. Menduga galat percobaan
n

 X i X 2
Varians = i 1
n 1
Apabila n = 0, maka varians = 0 dengan demikian Galat
percobaan tidak dapat diduga.

Pendahuluan 2
b. Mempertinggi ketepatan percobaan
2
x 
n
Ketepatan percobaan dapat diketahui dengan menghitung
standar deviasi. Apabila standart deviasi meningkat maka
banyaknya informasi (ketepatan) menurun, dan sebaliknya.
Besarnya standart deviasi berbanding terbalik dengan
ulangan, sehingga apabila ulangan semakin besar maka
standart deviasi semakin kecil, ketepatan percobaan
meningkat dan sebaliknya.
c. Memperluas lingkup kesimpulan
Apabila suatu penelitian dilakukan di Yogyakarta, maka
kesimpulan yang ditarik hanya berlaku untuk daerah
Yogyakarta dan apabila perlakuan yang dilakukan diulang
di berbagai daerah di Indonesia maka kesimpulan penelitian
akan semakin luas yaitu berlaku di Indonesia.
Ketepatan dari suatu percobaan dipengaruhi oleh 1)
banyaknya ulangan, semakin tinggi ketepatan yang
diinginkan makin banyak ulangan yang harus digunakan, 2)
banyaknya perlakuan yang dicobakan, semakin sedikit
perlakuan yang diuji semakin banyak ulangan yang harus
digunakan, 3) keragaman dari bahan percobaan
(exsperimetal material), makin heterogen material
penelitian yang digunakan makin banyak ulangan, 4)
rancangan percobaan, dan 5) Fasilitas yang tersedia.
3. Galat percobaan (Local control)
Untuk mengendalikan galat percobaan dapat dilakukan dengan
merancang design, pengukuran variabel tambahan, dan mengatur
ukuran serta bentuk eksperimental unit
D. Keragaman Antar Perlakuan
1. Keragaman dua perlakuan
Suatu penelitian untuk membandingkan hasil kedelai kultivar
Willis dengan Galunggung disajikan seagai berikut.

Pendahuluan 3
Galung-
Willis Willis Willis
gung
2 ton/ha 2 ton/ha 1,9 ton/ha
1,8 ton/ha

Apakah kultivar Willis mempunyai hasil lebih tinggi daripada


kultivar Galunggung ?. Untuk memecahkan masalah ini secara
statistik, dilakukan dengan membuat hipotesis sebagai berikut :
Ho = Willis > Galunggung, Ha = Willis < Galunggung
Sedangkan tujuan melaksanakan percobaan adalah untuk menguji
hipotesis nol (Ho)
Perbedaan antara Wilis dan Galunggung sebesar (2 ton/ha-1,8
ton/ha) =0,2 ton/ha disebabkan oleh :
a. Potensi hasil kultivar masing-masing
b. Lain-lain yang meliputi : kesuburan tanah, kelembaban, suhu
dll.
Perbedaan antara Wilis (2ton/ha) dan Willis (1,9 ton/ha)
disebabkan oleh lain-lain yang meliputi : kesuburan tanah,
kelembaban, suhu dll.
Dengan demikian harus dibedakan antara perbedaan karena
pengaruh kultivar dengan perbedaan pengaruh lain-lain.
Willis (2 ton/ha) - Galunggung (1,8 ton/ha) = (0,2 ton/ha)
Perbedaan perlakuan yang teramati (Observed treatment
diffrent) ............................................................................... A
Willis ( 2ton/ha) - Willis (1,9 ton/ha) = (0,1 ton/ha)
Perbedaan faktor kebetulan (Galat percobaan) ................... B
Dari potensi hasil dua kultivar di atas hasil kultivar Willis
lebih besar daripada Galunggung
A - B = (0,1 ton/ha) perbedaan perlakuan yang
sesungguhnya (Real Treatmen Different)
2. Keragaman lebih dari dua perlakukan
Apabila jumlah perlakuan = 2 maka yang dilihat adalah
perbedaannya, tetapi apabila jumlah perlakuan > 2 maka yang
dilihat adalah variansi/keragaman bukan perbedaannya.

Pendahuluan 4
Contoh : Percobaan untuk membedakan macam pupuk (Kontrol,
Pupuk A, Pupuk B dan Pupuk C) terhadap hasil tanaman padi
diperoleh hasil sebagai berikut :
Ulangan Kontrol PupukA Pupuk B Pupuk C
1 5 8 8 12 Sumber
Keragaman
2 4 7 5 8
8 disebabkan
3 6 9 7 7 4 oleh
4 4 6 4 6 Galat
Total 19 30 24 32 percobaan
Rata-2 4,7 7,5 5,8 8 (faktor
Sumber keragaman adalah : kebetulan)
1. Perlakuan
2. Galat percobaan (Faktor kebetulan)
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa Galat percobaan = 8,
perbedaaan perlakuan yang teramati adalah 7 sehingga kita tidak
berani mengatakan bahwa pupuk C lebih baik daripada kontrol,
dikarenakan penyebab terjadinya perbedaan itu bukan karena
perlakuan tetapi lebih disebabkan oleh galat percobaan (faktor
kebetulan )
Galat percobaan pada setiap percobaan, tidak dapat dihilangkan
tetapi dapat diperkecil. Kemampuan untuk dapat mendeteksi
perbedaan yang teramati tergantung dari kemampuan untuk
memperkecil galat percobaan.
Contoh : Peneliti X dan peneliti Y menguji perlakuan yang sama
dan diperoleh

IR54 Cisadane IR 54 Cisadane


4,0 3,5 4,0 3,9
ton/ha ton/ha ton/ha ton/ha

A = 0,5 ton/ha A = 0,1 ton/ha


IR54 IR54 IR 54 IR 54
4,0 3,0 4,1 4,15
ton/ha ton/ha ton/ha ton/ha
EEB = 1 ton/ha EEB = 0,05

Pendahuluan 5
Kesimpulan :
Peneliti X Peneliti Y
Ir 54 tidak lebih baik daripada Ir54 > Cisadane
Cisadane (Perbedaan perlakuan Perbedaanperlakuan teramati
teramati = -0,5 ton/ha) = 0,05 to/ha
Dua orang melakukan percobaan dengan perlakuan yang sama
bisa menghasilkan kesimpulan yang berbeda, tergantung
kemampuannya untuk mengukur dan mengendalikan galat
percobaan.
E. Lambang Standar Deviasi
Suatu populasi dicirikan oleh banyaknya anggota populasi, rata-
rata dan standar deviasi. Untuk memahami macam-macam
populasi dan ciri-ciri dapat dilihat berikut ini.
1. Populasi X

X1
X2
sampel
.
sampel 1 Jumlah anggota = n1
. Rerata = X1
Xn Standart deviasi =

X1
n

 Xi  X 2
sampel 2 x1  i 1
. n
Xn
sampel X
.
.
X

Oleh karena anggota populasi tak terhingga maka standart deviasi


tidak dapat dihitung tetapi dapat ditaksir.

Pendahuluan 6
x  x 
n1
ˆ x 
n1 Xi  X 2
n1  1 n1  1 n


Xi  X 2
n 1
2. Populasi Rata-rata Sampel
X1 anggota =n
X2 Rata-rata = mx
X3 Standar deviasi = x
x
. Best Estimate Sd= x   x 
n
Xn
3. Populasi Selisih Rata-rata Sampel
Populasi Y Populasi X Populasi X-Y

n1, Y1 n1, X1
Y1 X1
. .
Yn Xn X1  Y1
Y1 X1 X2  Y2
. n2, Y 2 . n2, X 2
. .
Yn Xn
. . .
Y1 X1 Xn  Yn
. .
Yn Xn
nn, Y n nn, X n

anggota = n
Rata-rata = m x  y
Standart deviasi =  x y

Best Estimate Sd =  x  y   x 2   y 2  2r x  y

Pendahuluan 7
F. Tanda Sigma (  )
Untuk mempermudah melakukan penghitungan dalam
mempelajari perancangan percobaan maka kunci yang yang harus
dipegang adalah mahir dalam mengoperasikan penjumlahan
dengan menggunakan tanda sigma. Notasi penjumlahan
n
disimbulkan dengan  X i merupakan jumlah n bilangan X1, X2,
i 1
X3, …Xn atau jumlah semua bilangan Xi dimana i bernilai dari 1
n
sampai n sehingga  X i = X1 + X2 + ……+ Xn
i 1
Aturan-aturan yang berlaku dalam penjumlahan dengan tanda
sigma adalah sebagai berikut :
Aturan I
n n
 X1   k  k  k  k  ...  k  nk
i 1 i 1
Aturan II
Jika k merupakan suatu konstanta
n
 kX i  kX1  kX 2  ...  kX n
i 1
n
= k (X1 + X2 + … + Xn) = k  X i
i 1
Aturan III
n
 ( X i  Yi ) = (X1 + Y1) + (X2 + Y2) + … + (Xn + Yn)
i 1
= (X1 + X2 + …+ Xn) + (Y1 + Y2 + … + Yn)
n n
=  X i   Yi
i 1 i 1
Dalam perancangan percobaan kecuali tanda sigma maka kunci
yang harus dikuasai adalah transformasi ke tanda titik (.) yang
digunakan untuk menjabarkan rumus-rumus jumlah kuadrat (Sum of
Square) dari bentuk derajat bebas (Degree of freedom) dengan
memanfaatkan tanda titik

Pendahuluan 8
Suatu penerapan
Ulang- Perlakuan Total
an 1 2 j . p
1 X11 X12 X1p p
2 X21 X22 X2p  X ij  X1.
j1
3 X31 X33 X3p p
. . . .  X 2 j  X 2.
i Xi1 Xi2 Xij Xip j 1
. p
 X uj  X uj.
u Xu1 Xu2 Xup j1

u u u p
 X i1  X.1  Xi2  X.2   X ij  X..
j1 j1 i 1 j1

Baris kolom
Bila tanda  diganti dengan notasi titik
u p u p
 X i1  X.1  X1 j  X1.   X ij  X..
i 1 j1 i 1j1

Dengan demikian
p
X1.   X1 j / p
j 1
u
X.1   X i1 / u
j1
u p
X..    X ij /( up )
i 1 j1

Pendahuluan 9

Anda mungkin juga menyukai