Anda di halaman 1dari 29

PENELITIAN PRAKTEK PENGELOLAAN ZISWAF

“UPAYA PROGRAM MADRASAH AMIL DALAM PEMBERDAYAAN


CALON AMIL NU CARE LAZISNU KABUPATEN KEDIRI”
(Studi Kasus : MWC NU Pare)
Diajukan Guna Memenuhi Salah Tugas Kegiatan Intrakurikuler
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Kediri

DISUSUN OLEH :
1. Kristin Novitasari (931303817)
2. Alvy Zainuna Aflaha (931305017)
3. Lu’luin Nuril Hidayatul Ummah (931305417)
4. Dini Damayanti (931305717)
5. Zainu Salma Miranina (931307217)
6. Selvia Nola Resita (931314217)

Dosen Pembimbing Lapangan


Sri Anugrah Natalina, MM.

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap rasa puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan Praktek Pengelolaan ZISWAF yang dilaksanakan di NU
CARE LAZISNU Kabupaten Kediri.
Penyusun laporan penelitian Praktek Pengelolaan ZISWAF ini sebagai
bukti dalam pelaksanaan Praktek Pengelolaan ZISWAF dan untuk memenuhi
salah tugas kegiatan intrakurikuler Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Program
Strata 1 (S1) Ekonomi Syariah Institut Agama Islam Negeri Kediri.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini tidak
sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami penulis, baik dalam segi isi,
penulisan maupun kata-katanya yang tidak yang tidak tersusun secara baik.
Namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya laporan
Praktek Pengelolaan ZISWAF ini dapat diselesaikan.
Dengan hati yang tulus dan ikhlas, penulis ingin menyampaikan rasa
syukur dan terima kasih serta penghargaan yang tak terhingga sedalam-dalamnya
kepada :
1. Yth. Bapak Dr. Imam Annas Mushlihin, M.HI selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Kediri.
2. Yth. Bapak Dr. H. Ahmad Syakur, Lc, M.EI selaku Ketua Jurusan
Ekonomi Syariah.
3. Yth. Ibu Dr. Naning Fatmawatie, MM selaku Dosen Wali Ekonomi
Syariah.
4. Yth. Ibu Sri Anugrah Natalina, SE, MM selaku Dosen Pembimbing
Lapangan.
5. Yth. Bapak M. Badrul Munir selaku Dosen Pamong NU CARE LAZISNU
Kab. Kediri
6. Seluruh anggota NU CARE LAZISNU Kab. Kediri yang telah banyak
memberikan bantuan selama melakukan Praktek Pengelolaan ZISWAF
serta dalam penyelesaian laporan penelitian ini.

ii
7. Yth. Bapak dan Ibu yang telah memberikan begitu banyak dorongan dan
dukungan yang begitu besar, karena doa dan dukungan kalian selalu
menyertai langkahku.
8. Rekan-rekan mahasiswi IAIN Kediri Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam,
khususnya yang satu lembaga di NU CARE LAZISNU Kabupaten Kediri
jangan sampai tali silaturrahmi kita putus.
Akhir kata penulis mengucapkan Alhamdulillah, semoga Allah SWT
selalu menyertai langkah penulis.Mudah-mudahan laporan penelitian Praktek
Pengelolaan ZISWAF ini dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan
berfikir serta sebagai bahan referensi dan informasi yang bermafaat bagi
pengetahuan, khususnya Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.

Kediri, 17 Februari 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL....................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iv
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................3
C. Tujuan Penelitian..................................................................................3
D. Kegunaan Penelitian.............................................................................3
E. Telaah Pustaka......................................................................................3
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Program.................................................................................................5
B. Pemberdayaan.......................................................................................5
C. Amil......................................................................................................8
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian.......................................................13
B. Kehadiran Penelitian..........................................................................14
C. Lokasi Penelitian.................................................................................14
D. Sumber Data........................................................................................15
E. Metode Pengumpulan Data...............................................................16
F. Analisis Data........................................................................................18
G. Pengecekan Keabsahan Data.............................................................19
H. Tahap-tahap Penelitian......................................................................19
BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................21
B. Saran....................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................23
LAMPIRAN....................................................................................................25

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diantara lembaga yang dimiliki NU, terdapat Lembaga Amil
Zakat, Infaq, Shadaqah Nahdlatul Ulama (LAZISNU). Lembaga yang
bertugas melakukan pemungutan zakat, infaq, dan shadaqah kepada umat.
Pemungutan ini bertujuan untuk berkhidmat dalam hal mensejahterakan
umat serta mendayagunakan dana zakat, infaq, dan shadaqah.
Zakat tidak hanya dilakukan oleh pemilik harta, melainkan
dilakukan secara kolektif dalam hal pengelolaannya. Maka dari itu,
LAZISNU sebagai salah satu lembaga ormas Islam terbesar membutuhkan
banyak calon anggota Amil zakat yang akan dididik agar dapat
melaksanakan tugas-tugas keamilan. Untuk itu, sejak bulan Oktober 2019
PC LAZISNU Kabupaten Kediri sudah menyelenggarakan Madrasah Amil
yang dilaksanakan setiap hari Ahad diberbagai Kecamatan atau wilayah
MWC yang ada di Kabupaten Kediri.
Madrasah Amil yang diberikan untuk para calon Amil sangat
berpengaruh sekali. Hal ini dapat dilihat dari kepahaman para calon Amil
terhadap pengelolaan zakat. Tidak hanya itu saja, ada beberapa hal lain
juga yang harus dipahami oleh calon Amil ini, mulai dari kepahamannya
tentang keislaman, NU, ASWAJA, LAZISNU.
Madrasah Amil ini diselenggarakan untuk mewujudkan Amil yang
profesional. Profesional dalam hal mengurus, mengelola, mengumpulkan,
menyalurkan serta memberdayakan para penerima zakat. Karena Amil
yang berkualitas menjadi salah satu pengaruh dan pendukung dalam hal
pengelolaan dana zakat secara sosial ekonomi.
Selain mewujudkan Amil yang profesional, Madrasah Amil ini
juga dilaksanakan untuk mendidik para calon Amil yang berakhlak, jujur,
dan amanah. Dengan diadakannya Madrasah Amil ini menjadi media
dakwah atau mempublikasikan syair Islam serta bersosialisasi tentang
zakat.

1
Dalam Al-Qur’an sudah disebutkan bahwa Amil zakat adalah
sebagai pihak yang berhak untuk menerima harta zakat setelah fakir dan
miskin. Imam Syafi’i juga pernah berkata : “Amil zakat adalah orang yang
diangkat oleh wali atau penguasa untuk mengumpulkan zakat.1
Sehingga Amil zakat sangatlah dibutuhkan untuk memudahkan
cara kerja di masing-masing organisasi yang sudah dibentuk dan disahkan
oleh Pemerintah. Organisasi tersebut adalah Badan Amil Zakat (BAZ)
yang dibentuk oleh Pemerintah dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang
dibentuk oleh masyarakat. Di mana organisasi tersebut bertugas untuk
mengurus, mengelola, mengumpulkan, menyalurkan, dan memberdayakan
para penerima zakat.
Widoyoko menjelaskan, bahwa program ialah beberapa kegiatan
yang sudah direncanakan dengan seksama dan pelaksanaannya
berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, di mana suatu
program tersebut terjadi dalam suatu organisasi dan melibatkan banyak
orang.2
Dalam suatu organisasi harus ada program yang akan dilaksanakan
sesuai dengan kriteria didirikannya organisasi. Karena dari program yang
sudah tercapai tersebut juga akan membawa nama organisasi, dan
organisasi tersebut juga akan lebih dikenal lagi oleh masyarakat luas.
Oleh karena itu, salah satu organisasi yang dimiliki NU pun juga
harus memiliki program yang jelas dan pantas untuk dilaksanakan.
Organisasi yang bernama NU CARE LAZISNU ini memiliki banyak
program yang direncanakan bahkan sudah dilaksanakan, salah satunya
yaitu Madrasah Amil.
Profesionalisme yang dimiliki seorang Amil juga harus dijaga agar
seorang Muzakki mau berkonsisten untuk menyalurkan dana zakatnya
dengan perantara LAZISNU ini. Jika tidak ada keprofesionalan, muzakki
pun juga tidak akan mau dan percaya terhadap organisasi tersebut.

1
Hadi Luthfi, Siapakah Amil Zakat?, (Jakarta Selatan : Rumah Fiqih Publishing, 2018), hlm. 7-8.
2
Ashiong P. Munthe, Pentingnya Evaluasi Program di Institusi Pendidikan, (Scholaria, Vol. 5,
No. 2, 2015), hlm. 5.

2
Madrasah Amil yang memiliki tujuan yang jelas dan berharap juga
dapat memberikan manfaat bagi calon Amil. Sehingga penulis ingin
meneliti sebuah permasalahan mengenai “UPAYA PROGRAM
MADRASAH AMIL DALAM PEMBERDAYAAN CALON AMIL
NU CARE LAZISNU KABUPATEN KEDIRI”

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apa saja dampak dari adanya program Madrasah Amil untuk calon
Amil?
2. Apa saja upaya dalam menjalankan program Madrasah Amil untuk
calon Amil?
3. Bagaimana perkembangan calon Amil setelah diadakannya Madrasah
Amil?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini berdasarkan rumusan masalah, yaitu :
1. Untuk mengetahui dampak dari adanya program Madrasah Amil untuk
calon Amil.
2. Untuk mengetahui upaya dalam menjalankan program Madrasah Amil
untuk calon Amil.
3. Untuk mengetahui perkembangan calon Amil setelah diadakannya
Madrasah Amil.

D. Kegunaan Penelitian
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan
penelitian selanjutnya sekaligus khasanah akademik, sehingga penelitian
ini dapat berguna sekaligus bermanfaat dalam hal mengembangkan ilmu.

E. Telaah Pustaka
Pertama, Teguh Ansori yang berjudul “Pengelolaan Dana Zakat
Produktif Untuk Pemberdayaan Mustahik Pada LAZISNU Ponorogo”

3
dijelaskan bahwa “Amil memiliki peranan yang besar dan pendukung
untuk mengelola dana zakat agar bisa maksimal dalam memberdayakan
ekonomi umat. Profesionalisme Amil juga sangat dituntut dalam
pengelolaan zakat. Karena tanpa keberadaan Amil yang profesional, maka
optimalisasi dana zakat akan berkurang”.3
Kedua, Ahmad Mukri Aji yang berjudul “Peranan Amil zakat
sangat penting sekaligus mengoptimalkan keberadaannya di tengah-tengah
umat yang semakin sejahtera mulai dari lahir batin dan semakin kuat iman
serta akidahnya dan kehidupan ekonominya”.4
Sehingga penulis ingin melanjutkan sebuah penelitian kembali dari
hasil penelitian-penelitian yang sudah pernah dilakukan. Penelitian
sebelumnya menjadi manfaat bagi penulis, karena penelitian sebelumnya
dapat menambah ilmu dan teori untuk penelitian selanjutnya yang ingin
dikaji oleh penulis mengenai upaya program Madrasah Amil dalam
pemberdayaan calon Amil.

3
Teguh Ansori, Pengelolaan Dana Zakat Produktif Untuk Pemberdayaan Mustahik pada
LAZISNU Ponorogo, Institut Agama Islam Sunan Giri Ponorogo, hlm. 169.
4
Ahmad Mukri Aji, Optimalisasi Peran Strategis Amil Zakat dalam Perspektif Hukum Islam dan
Hukum Positif Indonesia, https://www.academia.edu/9964076.

4
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Program
Program merupakan pernyataan yang berisi kesimpulan dari
beberapa harapan atau tujuan yang saling bergantung dan saling terkait,
untuk mencapai suatu sasaran yang sama.Biasanya suatu program
mencakup seluruh kegiatan yang berada di bawah unit administrasi yang
sama, atau sasaran-sasaran yang saling bergantung dan saling melengkapi,
yang semuanya harus dilaksanakan secara bersamaan atau
berurutan.5Program sering dikaitkan dengan perencanaan, persiapan, dan
desain atau rancangan.6
Dalam kaitannya program merupakan bagian kesimpulan untuk
menjadikan suatu tujuan yang saling berkaitan untuk mencapai suatu hal.
Program seperti bersangkutan dengan halnya sebelum adanya organisasi,
rapat, acara ataupun berbagai hal untuk mencapai tujuan yang
diinginkannya. Jadi, program tersebut juga berkaitan dengan planning atau
perencanaan karena suatu hal apapun selalu ada perencanaan terlebih
dahulu atau program yang diinginkan agar apa yang ingin diinginkan
kedepannya bisa berjalan dengan baik dan sesuai dengan program.

B. Pemberdayaan
Pemberdayaan menurut bahasa berasal dari kata daya yang berarti
tenaga atau kekuatan. Pemberdayan adalah upaya yang membangun daya
masyarakat dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan
kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk
mengembangkannya (Mubyarto, 2000: 263).
Dalam pemberdayaan sendiri kekuatan ataupun hal yang berkaitan
dengan membangun dalam suatu hal. Pemberdayaan ini merupakan salah
satu hal yang tujuannya membangun suatu program atau apapun yang
5
Muhaimin, Suti’ah, dan Sugeng Listyo Prabowo, Manajemen Pendidikan, (Jakarta :.Kencana,
2009), hal 349.
6
Mudasir, Desain Pembelajaran, (Indragiri Hulu : STAIN Nurul Falah,2012), hal 7.

5
hasilnya akan membangkitkan program tersebut agar program tersebut
bisa dapat berjalan dengan baik dan lebih berkembang. Dengan adanya
kata pemberdayaan ini suatu program akan lebih memotivasi suatu diri
sendiri agar lebih membangun untuk tujuan yang lebih baik daripada
sebelumnya.
Menurut Person dalam Suharto (2005: 58) pemberdayaan adalah
sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi
dalam berbagai pengontrolan atas dan mempengaruhi terhadap kejadian-
kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya.
Pemberdayaan menekankan bahwa orang yang memperoleh pengetahuan,
keterampilan dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruh
kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.
Pemberdayaan kali ini menurut ahli diatas bahwa halnya saling
berkaitan karena bahwasanya pemberdayaan ini juga mencakup kata
berpartisipasi dengan program tersebut jadi sama-sama membangun atau
berparsipasi dalam program yang dibuat. Dalam pemberdayaan kali ini
tujuannya menekankan seseorang agar lebih mengetahui pengetahuan,
skill atau yang lainnya yang dapat mengubah kehidupannya atau pola pikir
seseorang tersebut.
Pemberdayaan adalah suatu proses yang berkelanjutan untuk
meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam
meningkatkan taraf hidupnya, upaya itu hanya bisa dilakukan dengan
membangkitkan keberdayaan mereka, untuk memperbaiki kehidupan
diatas kekuatan sendiri (Hasan, 2002: 56-57).7
Pemberdayaan menurut para ahli ini juga berkaitan dengan yang
diatas karena proses pemberdayaan ini juga berkelanjutan jadi
pemberdayaannya akan berlanjut untuk meningkatkan suatu taraf dalam
kehidupannya. Tidak hanya itu, seseorang pun akan lebih bangkit dalam
kehidupannya dan memperbaiki diri sendiri dari kesalahan sebelumnya
yang sengaja maupun tidak disengaja.

7
Wardanti Murni Saputri, “Analisa Pemberdayaan Ekonomi Mustahiq Melalui Zakat Produktif
Studi Kasus Badan Amil Zakat”, (Surakarta: IAIN Surakarta, 2018).

6
Menurut (Sulistyani, 2004: 76) tujuan yang ingin dicapai dari
pemberdayaan adalah untuk membentuk individu dan masyarakat
kemandirian tersebut meliputi kemandirian berfikir, bertindak, dan
mengendalikan apa yang mereka lakukan tersebut. Pemberdayaan
masyarakat hendaknya mengarah pada pembentukan kognitif masyarakat
yang lebih baik, untuk mencapai kemandirian masyarakat diperlukan
sebuah proses.
Lalu untuk teori tentang ahli yang terakhir ini adalah tujuan
pemberdayaan untuk memperbaiki seseorang lebih baik dalam hal
memotivasi, membangun atau membentuk diri sendiri yang lebih baik
karena perlu adanya hal seperti ini guna untuk pembentuka hal positif
untuk diri sendiri meskipun semua hanya membutuhkan proses agar
menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Jadi, bisa disimpulkan bahwa
pemberdayaan adalah suatu upaya untuk membangun, memotivasi,
membangkitkan diri sendiri menjadi lebih baik. Untuk itu lebih terkontrol
lagi dalam hal apapun dan gunanya untuk menjadikan seseorang tersebut
menjadi lebih baik lagi.
Pendayagunaan berasal dari kata “guna” yang berarti manfaat.
Adapun pengertian pendayagunaan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia: (a) pengusahaan agar mampu mendatangkan hasil dan manfaat,
(b) pengusahaan agar mampu menjalankan tugas dengan baik. Maka
pendayagunaan adalah cara atau usaha dalam mendatangkan hasil dan
manfaat lebih besar dan lebih baik.
Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian
serta pendayagunaan zakat. Bagian yang tak terpisahkan dari pengelolaan
zakat adalah muzakki dan harta yang dizakati, mustahik, dan amil
(Soemitra, 2009: 408).8
Sebelum menjelaskan atau memparkan tentang amil zakat,
pendayagunaan zakat juga perlu adanya pendistribusiannya, bilamana

8
Wardanti Murni Saputri, “Analisa Pemberdayaan Ekonomi Mustahiq Melalui Zakat Produktif
Studi Kasus Badan Amil Zakat”, (Surakarta: IAIN Surakarta, 2018).

7
pendistribusiannya tepat sasaran dan tepat guna maka, pendayagunaan
zakat akan lebih optimal lagi. Karena zakat memilik salah satu fungsi yaitu
fungsi sosial yaitu sarana bersosialisasi. Maka dari itu, amil disini sangat
dibutuhkan untuk mengelola zakat baik yang mengerjakan apapun yang
berkaitan dengan zakat.

C. Amil
1. Pengertian Amil
Amil zakat dalam kitab-kitab fiqh dan perundang-undangan
amil adalah berasal dari kata bahasa arab ‘amila ya’malu yang berarti
bekerja. Berarti amil adalah orang yang bekerja. Dalam konteks zakat,
menurut qardhawi yang dimaksudkan amil zakat dipahami sebagai
pihak yang bekerja dan terlibat secara langsung maupun tidak
langsung dalam hal pengelolaan zakat.9
Pengertian amil menurut empat Mazhab :
a. Mazhab Hanafi
Menurut mazhab Hanafi, amil adalah orang-orang yang
dipekerjakan oleh imam untuk mengumpulkan zakat. Amil
merupakan sinonim dari al-sa’i. Lafat ini bermakna orang yang
ditugaskan oleh imam pada kabilah-kabilah untuk mengambil
zakat dari mereka. Mazhab Hanafi hanya menggambarkan bahwa
amil adalah petugas yang diangkat oleh imam untuk
mengumpulkan zakat sari muzzaki (wajib zakat) saja.10

b. Mazhab As Syafi’i

9
Aang Anwar Mujahid, Perencanaan Sumber Daya Manusia (Amil) Pada Badan Amil Zakat,
Infaq dan Shodaqoh”, (Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah, 2016), hal 27.
10
http://baitulmal.acehprov.go.id/?p=2080 diakses pada tanggal 14 maret 2020 pukul 20.25 WIB.

8
Amil adalah orang yang diangkat untuk mengumpulkan zakat
dan mendistribusikannya. Mereka dibayar dari zakat itu sesuai
dengan kadar upah orang-orang yang sepadan dengan mereka.11
c. Mazhab Malik
Sedangkan pengertian Amil menurut Imam Maliki lebih
spesifik yaitu pengurus zakat, penulis, pembagi, penasihat, dsb.
Syarat amil harus adil dan mengetahui segala hukum yang
bersangkutan dengan zakat.
d. Mazhab Hambali
Amil adalah pengurus zakat dan diberi zakat yang sekedar upah
pekerjaannya. (Sesuai dengan upah pekerjaannya).12
Al-‘amil adalah orang-orang yang bekerja memnungut zakat yang
harus memiliki sifat kejujuran dan menguasai hukum zakat. Adapun
bagian yang diberikan kepada amil dikategorikan sebagai upah atas kerja
yang dilakukannya. Panitia masih tetap diberi bagian zakat, meskipun dia
orang kaya, karena jika hal itu dikategorikan sebagai zakat atau sedekah,
dia tidak boleh mendapatkannya.13
Berdasarkan pengertian amil diatas bahwasanya dapat disimpulkan
bahwa amil merupakan seseorang yang memiliki beban tugas dalam
pengelolaan dana zakat mulai pengumpulan dana zakat, pengelolaan,
pendayagunaan dan pemberdayaan dana zakat dalam rangka
mengoptimalkan potensi dana zakat untuk kebermanfaatan umat.

2. Hak dan Kewajiban Amil

11
Hamidy Thalib dkk, “Peran Amil Sebagai Pengelola Zakat Untuk Kesejahteraan Umat di Kota
Bima”, (Iqtishadia, Vol 3 No.2, Edisi 2 Desember 2016), hal 294.
12
http://www.slideshare.net/Ardhacom/zakat-melalui-badan-amil diakses pada tanggal 14 maret
2020 pukul 20.25 WIB.
13
Wahbah Al-Zuhayly, Zakat Kajian Berbagai Madzab”, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2005),
hal 282.

9
a. Hak Amil : Selain menjalankan tugas sebagai pengelola dan zakat
amil memiliki haknya mendapatkan bagian seperlapan persen. Hak
amil terdapat didalam surat At-Tubah Ayat 60 :

ِ ‫ُمْوفِيالرِّ َق ِاب َو ْال َغ‬


‫ار‬ َ ‫إِ َّن َماالصَّدَ َقا ُتل ِْلفُ َق َرا ِء َو ْال َم َساكِين َِو ْال َعا ِملِي َن َع َل ْي َه َاو ْالم َُؤلَّ َف ِةقُلُو ُبه‬
‫يض ًة ِم َناللَّ ۗ ِه َواللَّ ُه َعلِيم ٌَحكِي ٌم‬ َ ‫مِي َن َوفِي َس ِبياِل للَّ ِه َوا ْبنِالس َِّبي ۖلِ َف ِر‬
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-
orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para
mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak,
orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka
yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang
diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana”.14
Berdasarkan undang-undangNomor 21 Tahun 2011 tentang
pengelolaan dana zakat bahwa amil zakat yang terdiri dari Badan
Amil Zakat Nasional dan Lembaga Amil Zakat Nasional dalam
melaksanakan tugas mengumpulkan, mendistribusikan, dan
mendayagunakan zakat berhak mendapat pembinaan, perlindungan
dan dukungan fasilitas15
Dalam pembinaan amil zakat meliputi pengembangan SDM
amil zakat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan serta pengembangan manajemen pengelolaan zakat
yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
serta pengembangan manajemen pengeolaan zakat yang bertujuan
untuk pengadministrasian pengelolaan zakat lebih rapi dan
transparan.
b. Kewajiban Amil : Agar dapat melaksanakan kewajiban sebagai
amil zakat, maka amil zakat harus memenuhi ketentuan dan syarat-
syarat yaitu Islam, jujur mengetahui hukum zakat, dan persyaratan

14
Q.S At-Taubah/9:60.
15
KEMENAG RI Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan
Zakat. Modul Penyuluhan Zakat 2012, hal 71.

10
lainnya. Sseorang amil zakat harus mempunyai etika keislaman
secara umum.
Dalam hal ini contohnya dalam penjelasan diatas adalah
seperti penyantun dan ramah kepada para wajib zakat dan selalu
mendoakan mereka begitu juga terhadap para mustahik dapat
menjelaskan permasalahan zakat dan urgensinya dalam masyarakat
islam. Menyalurkan zakat sesegera mungkin, kemudian seorang
amil zakat harus jujur dan bertanggung jawab terhadap dana zakat
yang dikelolanya dan bertanggung jawab dan mengganti
kehilangan dana zakat yang terjadi akibat kecerobohan dan
kelalainnya.
Seperti dalam Surah At-Taubah Ayat 103 :

L‫ ٌم‬L‫ ي‬Lِ‫ ل‬L‫ َع‬L‫ ٌع‬L‫ ي‬L‫ ِم‬L‫ َس‬Lُ‫ه‬Lَّ‫ل‬L‫ل‬L‫ ا‬L‫ َو‬L‫ ْم‬Lۗ Lُ‫ ه‬Lَ‫ل‬Lٌ‫ ن‬L‫ َك‬L‫ َس‬L‫ َك‬Lَ‫ اَل ت‬L‫ص‬
َ Lَّ‫ن‬Lِ‫ إ‬L‫ ْم‬Lۖ L‫ ِه‬L‫ ْي‬Lَ‫ ل‬L‫ َع‬Lِّ‫ ل‬L‫ص‬
َ L‫ َو‬L‫ ا‬Lَ‫ ه‬Lِ‫ ب‬L‫ ْم‬L‫ ِه‬L‫ ي‬L‫ ِّك‬L‫ز‬Lَ Lُ‫ ت‬L‫و‬Lَ
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat
itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah
untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman
jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahu.”16
c. Syarat Amil
Yususf Qaradhawi dalam bukunya Fiqhu Az-Zakat
menyatakan bahwa seseorang yang ditunjuk sebagai amil zakat
atau pengelola zakat, harus memiliki beberapa persyaratan sebagai
berikut :
1) Beraga Islam : Zakat merupakan kewajiban penting yang
dilakukan oleh kaum muslimin maka sudah seharusnya yang
zakat juga dikelola oleh kaum muslimin juga.
2) Mukalaf : Yaitu orang dewasa yang sehat akal pikirannya dan
siap menerima tanggung jawab mengurus urusan umat.
3) Memiliki Sifat Amanah dan Jujur : Sifat ini sangat penting
karena berkaitan dengan kepercayaan umat. Artinya, para

16
Q.S At-Taubah/9:103.

11
muzzaki akan dengan rela menyerahkan zakatnya melalui amil
zakat jika lembaga ini memang patut dan layak dipercaya.
4) Mengerti dan Memahami Hukum Zakat : Dengan pengetahuan
tentang zakat yang relatif, para amil zakat diharapkan terbebas
dari kesalahan dari kekeliruan yang diakibatkan dari kesalahan
yang disengaja maupun tidak.
5) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan tugas sebaik-
baiknya.
6) Kesungguhan amil zakat dalam melaksanakan tugasnya.17
Dalam persyaratan amil zakat ini memang harus sesuai
dengan kriteria yang dituju pada seseorang yang menjadi calon
amil. Amil zakat yang baik dan benar adalah amil zakat yang
memiliki sifat-sifat seperti Nabi Muhammad Saw seperti shiddiq,
amanah, tabligh dan fathonah. Amil zakat juga yang baik adalah
amil zakat yang memiliki waktu yang cukup dalam melaksanakan
tugasnya, tidak asal-asalan dan tidak pula semena-mena.

17
Didin Hafiduddin dan Ahmad Juwani, “Membangun Peradaban Zakat Meniti Jalan
Kegemilangan Zakat”, (Ciputat: Divisi Publikasi Institut Manajemen Zakat, 2007), hal 80.

12
BAB III
METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan suatu cara memperoleh pengetahuan atau


memecahkan suatu permasalahan yang dilakukan secara ilmiah, sitematis dan
logis dengan menerapkan metode-metode yang lazimnya digunakan metode
penelitian, metode tersebut sangat diperlukan untuk mengetahui adanya masalah-
masalah yang menghambat tercapainya serta untuk mengatasinya.
Menurut Nana Sudjana yairtu metode mendukung makna yang lebih luas,
menyangkut proses dan cara melakukan verifikasi data yang diperlukan untuk
mencegah dan menjawab masalah penelitian termasuk menguji hipotesis.18

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian


Pendekatan yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor sebagaimana yang dikutip
Bsrowi dan Suwandi, Metodelogi kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar
dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh
mengisolasi individu atau organisasi dalam variabel atau hipotesis, tetapi
perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.19
Maka dari itu penulis menggunakan pendekatan kualitatif disertai
dengan Jenis penelitian yang menggunakan Field Research, yaitu terjun
langsung ke lapangan guna mengadakan penelitian pada obyek yang
dibahas.20
Menurut Lincon dan Guba, bahwa terdapat beberapa ciri-ciri penelitian
kualitatif, sebagaimana dikutip oleh Lexy J. Moelong yaitu :
1. Latar Ilmiah, menghendaki adanya kenyataan-kenyataan sebagai keutuhan
yang tidak dapat dipahami jika dipisahkan dari konteksnya.

18
Nana Sudjana, Penelitian Dan Penilaian Pendidikan. (Bandung : Sinar Baru, 1989), hlm 16
19
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rinekacipta, 2008), 21
20
Limas, Dodi, Metodologi Penelitian science methods, metode tradisional dan Natural setting,
(Yogyakarta:Pustaka Ilmu,2015), hlm 174.

13
2. Manusia sebagai alat (instrument) yakni penelitian sendiri atau dengan
bantuan orang lain yang merupakan alat pengumpul data utama.
3. Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif.
4. Analisis data secara induksi.
5. Penelitian kualitatif lebih menghendaki arah bimbingan penyusunan teori
substantif yang berasal dari kata.
6. Penelitian bersikap deskriptif.
7. Lebih mementingkan proses daripada hasil.21
Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu
suatu pengujian secara rinci terhadap suatu latar atau satu orang subjek, satu
keadaan, tempat penyimpanan dokumen atau peristiwa.5 Dalam penelitian
ini, studi kasus dilakukan untuk meneliti upaya progam MDA dalam
pemberdayaan calon amil NU CARE LAZISNU Kab. Kediri ( Studi kasus:
MWC NU Pare)

B. Kehadiran Peneliti
Berdasarkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini,
yaitu pendekatan kualitatif, maka kehadiran peneliti dilapangan sangat
penting dan sangat diperlukan secara optimal. Karena peneliti merupakan
instrument kecil dalam menangkap makna sekaligus sebagai alat pengumpul
data, melakukan analisis, pencataan, penafsiran data dan membuat laporan
penelitian dari obyek-obyek yang diamati dilapangan.
Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan tehnik observasi,
wawancara, hingga dokumentasi. Karena itu, dalam penelitian ini peneliti
bertindak sebagai pengamat serta kehadiran peneliti dilokasi peneliti
diketahui statusnya oleh subyek atau informan. Sehingga peneliti memperoleh
berbagai sumber data yang diperlukan untuk menyelesaikan penelitian.

C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian tersebut
dilaksanakan. Penelitian ini dilakukan di NU CARE LAZIS NU Kabupaten

21
Lexy J. Moelong, Metode Penelitian Kualitatif , (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2002), hlm 37.

14
Kediri MWC NU Pare yang terletak di Jalan Gajah Mada, Semanding, Pare,
Kediri.

D. Sumber Data
Sesuai dengan jenis penelitian ini, maka sumber data yang
terpenting dan utama adalah kata-kata dan tindakan, sedangkan data yang lain
seperti dokumentasi, foto dan lain-lain adalah sebagai data tambahan. Hal ini
sejalan dengan yang dikatakan oleh Lofland seperti yang dikutip oleh Lexy J.
Moleong, bahwa “sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata
dan tindakan selebihnya merupakan data tambahan seperti dokumen dan lain-
lain.22 Sumber data utama ini diperoleh dari hasil pengamatan dan
wawancara, sedangkan sumber tambahan diperoleh dari sumber-sumber
tertulis seperti buku-buku, arsip, dokumen resmi dan data-data lainnya yang
menunjang penelitian.
Oleh karena itu sumber data dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1. Sumber data primer atau data tangan pertama. adalah data yang diperoleh
langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukur atau
alat pengambilan data langsung dari subjek sebagai sumber informasi yang
dicari. Selanjutnya dalam penelitian ini yang termasuk data primer yaitu
peserta MDA di wilayah MWC Pare dan pengurus dari NU CARE
LAZISNU Kabupaten Kediri yang menangani masalah tentang progam
MDA dalam pemberdayaan calon amil NU CARE LAZISNU Kab. Kediri.
Peneliti dapat memperoleh data informan mengenai peranan progam dari
MDA dalam pemberdayaan calon amil NU CARE LAZISNU Kab. Kediri
melalui data primer yang telah didapatkan.
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi, sudah
dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk
publikasi. Data ini umumnya berupa bukti, catatan atau laporan terkait
dengan penelitian, data ini diperoleh dari buku-buku dan refrensi lain yang
membahas tentang penelitian sejenis.

22
Ibid 175

15
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan sesuatu yang penting dalam
penelitian, karena metode ini merupakan strategi untuk mendapatkan data
yang diperlukan. Keberhasilan penelitian sebagian tergantung pada teknik-
teknik pengumpulan data yang digunakan. Dalam penelitian ini, metode
pengumpulan data yang digunakan adalah:
1. Metode Pengamatan (Observasi)
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang dilakukan
secara sistematis terhadap suatu gejala yang diselidiki. Observasi ilmiah
dilakukan pada kondisi yang sudah didefinisikan secara tepat, dengan cara
yang sistematis dan objektif, serta pelaksanaan pencatatanya dilakukan
dengan hati-hati. Jadi, observasi yang dimasudkan pada metodologi
penelitian adalah pengamatan atas suatu variable yang dilakukan secara
sistematis dan objektif dalam kondisi yang didefiniskan secara tepat.23
Metode ini menggunakan pengumpulan data dengan cara
mengamati langsung pada sumber-sumber terkait. Teknik Observasi
sangat bermanfaat bagi peneliti apabila informasi yang diperoleh kurang
meyakinkan maka peneliti dapat melakukan pengamatan sendiri secara
langsung untuk mengecek kebenaran informasi tersebut. Metode ini
digunakan untuk memperoleh data mengenai kegiatan peranan progam
dari MDA dalam pemberdayaan calon amil NU CARE LAZISNU Kab.
Kediri wilayah MWC Pare. Data didapatkan dari mengamati cara kerja
pengurus NU CARE LAZISNU Kabupaten Kediri dalam menjalankan
progam kegiatan MDA di wialayah MWC Pare. Dan memgamati kegiatan
yang dilakukan oleh peserta MDA di MWC Pare.
2. Metode Wawancara (Interview)
Wawancara atau interview adalah suatu komunikasi verbal atau
percakapan yang memerlukan kemampuan responden untuk merumuskan
buah pikiran serta perasaan yang tepat atau proses Tanya jawab dalam
penelitian yang berlangsung secara lisan, dimana dua orang atau lebih

23
Lerbin R. Aritonang, Riset Pemasaran : Teori dan Praktik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2007), hlm
147

16
bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi atau keterangan-
keterangan.24
Metode wawancara ini merupakan metode efektif untuk
pengumpulan sebuah data yang di dapat dari narasumber tentang upaya
progam MDA dalam pemberdayaan calon amil NU CARE LAZISNU
Kab. Kediri ( Studi kasus: MWC NU Pare). Metode ini memudahkan
penulis untuk mendapatkan data berupa Sejarah NU CARE LAZISNU
Kab. Kediri, Visi dan Misi NU CARE LAZISNU Kab. Kediri, dan
Struktur Organisasi NU CARE LAZISNU Kab. Kediri, dengan tepat
karena penulis melakukan percakapan langsung kepada pihak yang
bersangkutan, yaitu dengan pengurus dari NU CARE LAZISNU
Kabupaten Kediri, dan peserta MDA di wilayah MWC Pare. Maka metode
ini penulis melakukan wawancara secara jelas yang tersusun sebelumnya
untuk melengkapi dari hasil pengumpulan data observasi dan
dokumentasi.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu yang
berbentuk tulisan, gambar, atau karya monumental dari seseorang. Studi
dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara. Hasil penelitian akan dapat dipercaya bila didukung oleh
dokumentasi. Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data
dari sumber non insani. Sumber ini terdiri dari foto, dokumen, dan lain
sebagainaya.25
Metode ini penulis gunakan untuk menggali catatan-catatan tertulis
atau dokumen NU CARE LAZISNU Kabupaten Kediri. Yaitu untuk
memperoleh data mengenai jumlah pengurus, jumlah peserta MDA
wilayah MWC pare, sebagai penunjang data dalam penelitian ini.

F. Analisis Data
24
Cholid Nurbuko dan Abu Ahmad, Metode Penelitian, (Jakarta : Bumi Aksara, 2002), hlm 83
25
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Jakarta: Alfabeta, 2007), hlm 83

17
Analisis data disini merupakan upaya mencari data dan menata catatan
hasil observasi dan wawancara serta data lainya, untuk meningkatkan
pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai
temuan bagi orang lain. Untuk meningkatkan pemahaman tersebut analisis
perlu dilanjutkan dengan mencari makna.
Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
teknik deskriptif dengan membuat gambaran yang sistematis dan aktual.
Analisis dilakukan dengan tiga cara:
1. Reduksi data atau penyederhanaannya (data reduction)
Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan tranformasi data mentah atau data
kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data
dapat dilakukan dengan membuat ringkasan, mengembangkan sistem
perkodean, menelusuri tema, membuat gugus-gugus dan menuliskan
memo.
2. Paparan atau sajian data (data display)
Penyajian data adalah proses penyusunan informasi yang kompleks
ke dalam bentuk sistematis, sehingga menjadi bentuk yang sederhana dan
selektif serta dapat dipahami maknanya. Penyajian data dimaksudkan
untuk menentukan pola-pola yang bermakna, serta memberikan
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
3. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan adalah kegiatan penyimpulan makna makna
yang muncul dari data yang harus diuji kebenarannya, kekokohanya dan
kecocokannya.26 Penarikan kesimpulan adalah langkah terakhir yang
dilakukan peneliti dalam menganalisis data secara terus menerus baik pada
saat pengumpulan data atau setelah pengumpulan data. Pada awalnya
kesimpulan bisa dibuat longgar dan terbuka kemudian meningkat menjadi
lebih rinci dan mengakar pada pokok temuan. Kesimpulan akhir
dirumuskan setelah pengumpulan data tergantung pada kesimpulan-

26
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Yogyakarta: Rake Sarikin, 1996), hlm 104.

18
kesimpulan catatan lapangan, pengkodean, penyimpanan data dan metode
pencarian ulang yang dilakukan.

G. Pengecekan Keabsahan Data


Langkah-langkah peneliti agar data yang diperoleh dapat
dipertanggungjawabkan adalah:
1. Perpanjangan Keikutsertaan peneliti
Keikutsertaan peneliti sangat menenyukan dalam pengumpulan
data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat,
akan tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan penelitian. Hal ini
dilakukan demi tercapainya peningkatan terhadap derajat kepercayaan data
yang didapatkan.
2. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dari unsur-
unsur yang relevan dengan persoalan yang sedang diteliti. Hal ini
dilakukan tidak lain adalah untuk lebih memahami dan mendalami
terhadap apa yang sedang diteliti.
3. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan
atau sebagai perbandingan terhadap data. Maka, dalam penelitian ini,
teknik triangulasi yang dilakukan peneliti yaitu dengan membandingkan
data yang diperoleh dari lapangan dengan data pustaka, dokumen-
dokumen serta refrensi buku-buku yang membahas hal yang sama.

H. Tahap-tahap Penelitian
Menurut Bogdan menyajikan tiga tahapan dalam tahap-tahap
penelitian, yaitu: 1) tahap pra lapangan, 2) kegiatan lapangan, 3) analisis
intensif, kemudian oleh Lexy J. Moleong ditambahkan empat tahapan
penulisan lapangan.27 Dalam peneliti mengikuti tahapan-tahapan tersebut:

27
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif , (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 1998),
hlm 85

19
1. Tahap pra lapangan, meliputi penyusunan rancangan penelitian, memilih
lapangan penelitian dan mengurus perizinan.
2. Tahap kegiatan lapangan, memahami latar penelitian, memasuki lapangan
dan berperan serta sambil mengumpulkan data.
3. Tahap analisis data, meliputi menelaah seluruh data lapangan, reduksi data
menyusun dalam satuan, satuan kategorisasi dan pemeriksaan keabsahan
data.
4. Tahap penulisan laporan, meliputi penyusunan hasil penelitian dan hasil
konsultasi penelitian.

20
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar upaya
yang dilakukan oleh LAZISNU Kab Kediri dalam mengenalkan
pengelolaan zakat melalui lembaga zakat kepada para calon Amil yang
terdapat di tiap Kecamatan se Kabupaten Kediri. Dari rumusan masalah
penelitian yang diajukan, maka analisis data yang telah dikemukakan pada
bab sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Program Madrasah Amil (MDA) merupakan media pendukung yang
tepat untuk sistem pendidikan untuk para calon amil, dengan adanya
Madrasah Amil (MDA) ini dapat memudahkan Pihak Lembaga dalam
melakukan penilaian bagaimana karakter para calon amil guna
menumbuhkan sumber daya manusia sebagai pengelola zakat yang
profesional.
2. Upaya yang dilakukan dalam kegiatan Madrasah Amil (MDA)
diwajibkannya perwakilan calon amil pilihan dari setiap kecamatan,
pemberian materi tentang zakat kepada para calon amil, cara
mendesain program serta cara menyusun pelaporan keuangan. Hal ini
perlu dilakukan agar kelak dapat menjadi Amil yg mampu
melaksanakan tugas-tugasnya
3. Setelah dilaksanakannya program Madrasah Amil (MDA) oleh
LAZISNU kab Kediri terdapat beberapa perkembangan yaitu
Terbentuknya beberapa JPZIS di tiap kecamatan, sistem pelaporan
keuangan lebih terstruktur dan hasil Fundrising dapat disalurkan lebih
cepat pada yang membutuhkan, Munculnya Program-Program
pendukung lainnya yang bisa lebih mengenalkan LAZISNU kab.
Kediri kepada masyarakat umum sebagai media dakwah dalam
sosialisasi zakat.

21
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis dapat menyarankan
kepada semua pihak yaitu :
1. Diharapkan tempat penunjang program Madrasah Amil (MDA) lebih
ditekankan pada pemberian beberapa kriteria tempat yang dirasa lebih
nyaman dan memadahi agar dapat berjalan lebih efektif dan efisien.
2. Diharapkan dalam pemberian materi tentang Zakat tidak terlalu
monoton, pengenalan terhadap hal-hal baru tentang zakat di era
sekarang sangat diperlukan sesuai dengan perkembangan zaman.
3. Diharapkan seluruh pihak lembaga ikut serta dalam penyelenggaraan
program – program pendukung, keterbukaan dengan JPZIS perlu
ditanamkan agar dapat terjadi hubungan timbal balik di tiap
perseorangan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Aji, Ahmad Mukri. Optimalisasi Peran Strategis Amil Zakat dalam Perspektif
Hukum Islam dan Hukum Positif Indonesia.
https://www.academia.edu/9964076
Ansori, Teguh. Pengelolaan Dana Zakat Produktif Untuk Pemberdayaan
Mustahik pada LAZISNU Ponorogo. Institut Agama Islam Sunan Giri
Ponorogo. Diakses pada 25/01/2020 pukul 10:59.
Aritonang,Lerbin R. 2007. Riset Pemasaran : Teori dan Praktik. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Dodi, Limas. 2015. Metodologi Penelitian science methods, metode tradisional
dan Natural setting. Yogyakarta:Pustaka Ilmu.
Hafiduddin, Didin dkk. 2007. Membangun Peradaban Zakat Meniti Jalan
Kegemilangan Zakat. Ciputat: Divisi Publikasi Institut Manajemen Zakat.
http://baitulmal.acehprov.go.id/?p=2080 diakses pada tanggal 14 maret 2020
pukul 20.25 WIB.
http://www.slideshare.net/Ardhacom/zakat-melalui-badan-amil diakses pada
tanggal 14 maret 2020 pukul 20.25 WIB.
KEMENAG RI Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat
Pemberdayaan Zakat. Modul Penyuluhan Zakat 2012.
Lexy J. Moelong, Lexy J. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:Remaja
Rosdakarya.
Luthfi, Hadi. 2018. Siapakah Amil Zakat?. Jakarta Selatan : Rumah Fiqih
Publishing.
Mudasir. 2012. Desain Pembelajaran. Indragiri Hulu : STAIN Nurul Falah.
Mujahid Anwar Aang. 2016. Perencanaan Sumber Daya Manusia (Amil) Pada
Badan Amil Zakat, Infaq dan Shodaqoh. Jakarta : UIN Syarif
Hidayatullah.
Muhadjir, Noeng . 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake
Sarikin.
Muhaimin. dkk. 2009. Manajemen Pendidikan. Jakarta :.Kencana.
Munthe, Ashionh P. 2015. Pentingnya Evaluasi Program di Institut Pendidikan.

23
Scholaria Vol. 5 No. 2 (hlm. 5).
Nurbuko, Cholid, dkk. 2002. Metode Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara.
Q.S At-Taubah/9:60:103.
Sudjana, Nana . 1989. Penelitian Dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar
Baru.
Saputri Murni Wardanti. 2018.Analisa Pemberdayaan Ekonomi Mustahiq Melalui
Zakat Produktif Studi Kasus Badan Amil Zakat. Surakarta: IAIN
Surakarta.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.Jakarta:
Alfabeta.
Suwandi, Basrowi,. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rinekacipta.
Thalib, Hamidy dkk. 2016.Peran Amil Sebagai Pengelola Zakat Untuk
Kesejahteraan Umat di Kota Bima. Iqtishadia, Vol 3 No.2, Edisi 2
Desember.
Wahbah Al-Zuhayly, Zakat Kajian Berbagai Madzab”, (Bandung: Remaja
Rosdakarya,2005), hal 282.

24
LAMPIRAN

25

Anda mungkin juga menyukai