Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH KONSUMSI MAKANAN TINGGI SERAT TERHADAP KEJADIAN

KONSTIPASI PADA IBU NIFAS DI PUSKESMAS NGAMBON


KABUPATEN BOJONEGORO

Erma Tri Lestari1 Ruliati2 Lilis Majidah3


123
STIKes Insan Cendekia Medika Jombang
1
email : erma , email : nengruliati@gmail.com 3email : lilismajidah2@gmail.com
2

ABSTRAK

Pendahuluan Beberapa masalah yang terjadi pada ibu nifas salah satunya adalah kesulitan
saat buang air besar atau yang disebut konstipasi. Masalah penelitian ini masih banyak ibu
nifas yang mengalami konstipasi. Tujuan penelitian untuk menganalisis pengaruh konsumsi
makanan tinggi serat dengan kejadian konstipasi pada ibu nifas. Desain penelitian ini adalah
analitik yang menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi sejumlah 30 ibu nifas,
sampling yang digunakan adalah total sampling sehingga jumlah samplenya sejumlah 30 ibu
nifas. Variabel independen konsumsi makanan tinggi serat dan variabel dependen konstipasi.
Data dikumpulkan menggunakan kuesioner, kemudian ditabulasi dan dianalisis dengan uji
koefisien kontingensi, tingkat signifikan α = 0,05 (p<α). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa seluruh responden yang mengkonsumsi makanan tinggi serat kurang terjadi
konstipasi yaitu sejumlah 9 orang (100,0%), dan hampir seluruh responden yang
mengkonsumsi makanan tinggi serat cukup, tidak terjadi konstipasi yaitu sejumlah 13 orang
(92,9%), Hasil uji koefisien kontingensi didapatkan nilai P Value 0,000 dimana p value <
0,05. Sehingga H1 diterima, yang berarti ada pengaruh pemenuhan kebutuhan nutrisi tinggi
erat dengan kejadian konstipasi ibu nifas. Kesimpulan penelitian ini ada hubungan
pemenuhan kebutuhan nutrisi tinggi serat dengan kejadian konstipasi ibu nifas sehingga
diperlukan pemberian healht education yang efektif tentang nutrisi tinggi serat saat
memberikan asuhan kebidanan kunjungan nifas yang pertama.

Kata Kunci : Konsumsi Makanan Tinggi Serat, Konstipasi, Ibu Nifas.

ABSTRACT

Introduction Some of the problems that occur in postpartum mothers, one of which is
difficulty with defecating or what is called constipation. The problem of this research is that
there are still many postpartum mothers who experience constipation. The research
objective was to analyze the effect of consumption of high-fiber foods with the incidence of
constipation in postpartum mothers. This research design is analytic using cross sectional
approach. The population was 30 postpartum mothers, the sampling used was total sampling
so that the sample size was 30 postpartum mothers. The independent variable is consumption
of high-fiber foods and the dependent variable is constipation. Data were collected using
questionnaires, then tabulated and analyzed with the contingency coefficient test, significant
level α = 0.05 (p <α). The results showed that all respondents who consumed high-fiber
foods had less constipation, namely 9 people (100.0%), and almost all respondents who
consumed foods high in sufficient fiber, there was no constipation, namely 13 people
(92.9%), The results of the contingency coefficient test obtained a P value of 0,000 where p
value <0.05. So that H1 is accepted, which means is a relationship with the fulfillment of
high-fiber nutritional needs with the incidence of postpartum constipation.The conclusion of

1
this study is that there is a relationship between the fulfillment of high-fiber nutritional needs
with the incidence of constipation in post-partum mothers so it is necessary to provide
effective health education and to provide a high-fiber nutritional menu when providing
midwifery care for the first postpartum visit.

Key Word : High Fiber Food Consumption, Constipation, Postpartum Mother.

PENDAHULUAN penduduk Indonesia mempunyai keluhan


sering konstipasi, hingga prevelensinya
Masa nifas adalah masa setelah alat mencapai sekitar 2%. Konstipasi
kandungan kembali seperti keadaan diperkirakan menyebabkan 2,5 juta
sebelum hamil. Masa nifas berlangsung penderita berkunjung ke dokter setiap tiap
sekitar 6 minggu, pada masa nifas terjadi tahunnya. Menurut survey yang di lakukan
perubahan fisiologis yaitu perubahan fisik, di Puskesmas Ngambon Kabupaten
involusi uterus, pengeluaran lochea, laktasi Bojonegoro pada bulan Februari tahun
atau pengeluaran air susu ibu 2020 dari 10 orang ibu nifas didapatkan 6
(Prawirohardjo, 2014). Seringkali pada orang ibu nifas belum bisa buang air besar
masa nifas ini terjadi beberapa masalah >3 hari setelah pasca persalinan dengan
diantaranya ibu nifas mengeluh karena atau 60% ibu nifas belum bisa buang air
mengalami kesulitan buang air besar atau besar pascapersalian dan 4 orang ibu nifas
BAB dimana feses menjadi lebih padat yang pada hari ke 3 sudah bisa buang air
sehingga sulit untuk dikeluarkan yang besar 1-3 kali dengan konsistensi lunak.
disebut dengan konstipasi. Keadaan ini Dari hasil survey awal dapat dapat
bisa disebabkan karena tonus otot usus disimpulkan bahwa masih banyaknya ibu
menurun selama proses persalinan dan nifas yang belum bisa buangair besar ≥ 3
pada masa awal pascapartum, diare hari masa nifas.
sebelum persalinan, enema sebelum
melahirkan, kurang makan atau dehidrasi Hasil penelitian Muawanah tahun 2016,
(Walyani, 2015). Adanya pantang makan pada 33 ibu pasca melahirkan diketahui
makanan berserat berpengaruh besar dalam 97% ibu pasca melahirkan memiliki
kejadian konstipasi pada ibu nifas, karena asupan serat kurang dan hanya 3%
massa feses sangat ditentukan oleh asupan tergolong memiliki asupan serat baik.
serat. Diet yang mengandung serat dalam Terdapat 9,1% ibu dengan asupan cairan
jumlah besar akan menghasilkan feses tergolong kurang dan 90,9% tergolong
yang lunak dan akan cepat melalui usus. cukup. Terdapat 54,5% ibu pasca
Sebaliknya diet rendah serat akan melahirkan mengalami konstipasi,
menghasilkan feses yang kecil dan sedangkan 45,5% tidak konstipasi.
melewati usus secara perlahan Berdasarkan uji chi-square didapatkan
(Kusumaningrum, 2015). bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara asupan serat dan cairan dengan
Menurut hasil penelitian Health Study kejadian konstipasi (p > 0,05).
Kohort tahun 2017, dari 62.031 jumlah
wanita yang mengalami konstipasi Konstipasi yang terjadi pada masa nifas
sejumlah 35% sedangkan hasil National pada umumnya disebabkan kurangnya
Health Interview di Amerika Serikat makan berserat selama persalinan dan
ditemukan lebih dari 4 – 4,5 juta penduduk karena ibu nifas menahan defekasi
mempunyai keluhan sering konstipasi (Bahiyatun, 2016). Selain tiu beberapa
hingga prevalensi mencapai sekitar 2% faktor penyebab yang mempengaruhi
penderitanya yang mengeluh konstipasi ini kontipasi pada ibu nifas antara lain
kebanyakan wanita. Hasil Riset Kesehatan kurangnya gerak setelah melahirkan
Dasar tahun 2018, lebih dari 2,5 juta (mobilisasi dini), asupan nutrisi kurang

2
baik, asupan cairan yang rendah, obat makanan tinggi serat dengan terjadinya
pereda sakit mengandung narkotik yang konstipasi pada ibu nifas di Puskesmas
meninggalkan tonus dan spasme periodic Ngambon Kabupaten Bojonegoro tahun
usus halus. Pada seseorang yang 2020”.
mengalami konstipasi, tinja akan menjadi
lebih padat dan mengeras, menyebabkan Tujuan Penelitian
makin susahnya defekasi, sehingga
berdampak kontraksi uteri lembek, infeksi, 1. Mengidentifikasi konsumsi makanan
lamanya penyembuhan luka jahitan, dan tinggi serat pada ibu nifas di Puskesmas
ambeien (Laili dan Nisa, 2019). Dampak Ngambon Kabupaten Bojonegoro tahun
lainya akibat konstipasi dari susah buang 2020.
air besar yaitu perut kembung, penuh, sakit
pada bagian bawah, nafsu makan 2. Mengidentifikasi kejadian konstipasi
berkurang. Tubuh tidak fit, lesu, mudah pada ibu nifas di Puskesmas Ngambon
lelah, sering mengantuk dan berkeringat Kabupaten Bojonegoro tahun 2020.
dingin, pernafasan sesak karena volume
perut untuk bernafas kurang, dan resiko 3. Menganalisis pengaruh konsumsi
terjadinya kanker usus pada usus besar makanan tinggi serat terhadap kejadian
akibat dari toksin (racun) yang terlalu lama konstipasi pada ibu nifas di Puskesmas
mengendap dibagian lambung. Ngambon Kabupaten Bojonegoro tahun
2020.
Asuhan pada ibu nifas yang dapat
dilakukan untuk mengatasi masalah
konstipasi yaitu dengan cara memfasilitasi BAHAN DAN METODE PENELITIAN
ibu untuk membicarakan masalah yang
dihadapi pada ibu nifas dengan bersikap Desain penelitian ini adalah analitik yang
proaktif menanyakan pada ibu mengenai menggunakan pendekatan cross sectional.
masalah yang terjadi termasuk biasanya Populasi sejumlah 31 ibu nifas, sampling
adalah masalah kontrol defekasi (Laili dan yang digunakan adalah total sampling
Nisa, 2019). Hal yang bisa dilakukan untuk sehingga jumlah samplenya sejumlah 31
mengurangi konstipasi adalah dengan ibu nifas. Variabel independen konsumsi
segera mungkin melakukan mobilisasi dini makanan tinggi serat dan variabel
setelah melahirkan. Selain dengan dependen konstipasi. Data dikumpulkan
melakukan latihan fisik secara teratur, menggunakan kuesioner, kemudian
asupan nutrisi terutama serat yang diediting yaitu untuk mengetahui
dikonsumsi oleh ibu selama masa nifas kelengpakan data, coding yaitu
juga sangat mempengaruhi terjadi memberikan kode pada variabel
konstipasi. Makanan yang memiliki independent diberi kode 1 jika konsumsi
kandungan serat tinggi dapat membantu makanan tinggi serat kurang, kode 2 jika
mempercepat proses defekasi pada ibu konsumsi makanan tinggi serat cukup dan
nifas. Akan tetapi hal tersebut tetap harus diberi kode 3 jika konsumsi makanan
memperhatikan jumlah dan jenis serat tinggi serat baik.Sedangkan, untuk variabel
yang di konsumsi (Bobak, 2015). Upaya dependent jika terjadi konstipasi diberi
yang dapat dilakukan oleh petugas kode 1, dan diberi kode 2 jika tidak terjadi
kesehatan dalam hal ini adalah bidan yaitu konstipasi. Scoring yaitu memberi nilai
memberi konseling gizi tentang pentingnya pada setiap data tabulating dan dianalisis
asupan nutrisi pada ibu nifas, dan dengan uji koefisien kontingensi, tingkat
sebaiknya penyuluhan ini dilakukan sejak signifikan α = 0,05 (p<α).
masa kehamilan (Kusumaningrum, 2015).

Dari fenomena tersebut peneliti menilai


pentingnya dilaksanakan penelitian yang
memfokuskan pada “Pengaruh konsumsi

3
HASIL PENELITIAN No Pekerjaan Frekuensi (%)
1 IRT 11 36,7
Data Umum 2 Petani 4 13,3
3 Swasta 14 46,7
1. Karakteristik Responden Berdasarkan 4 PNS 1 3,3
Umur Jumlah 30 100
Sumber data primer bulan Juni Tahun 2020.

Tabel 1 Distribusi Frekuensi


Berdasarkan tabel 3 di atas
Berdasarkan Umur
menunjukkan hampir setengah
Responden. responden adalah swasta sejumlah 14
orang (46,7%).
No Umur Frekuensi (%)
1 ≤ 20 tahun 6 20,0 Data Khusus
2 21 – 25 tahun 12 40,0
3 26 – 30 tahun 5 16,7
1. Konsumsi Makanan Tinggi Serat Pada
4 31 – 35 tahun 7 23,3
Ibu Nifas
Jumlah 30 100
Sumber data primer bulan Juni Tahun 2020.
Tabel 4 Distribusi Frekuensi
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan Responden Berdasarkan
hampir setengah dari responden Konsumsi Makanan Tinggi
berumur 21 – 25 tahun sejumlah 12 Serat Pada Ibu Nifas di
orang (40,0%). Puskesmas Ngambon
Kabupaten Bojonegoro, bulan
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Juni tahun 2020
Pendidikan
Konsumsi
No makanan tinggi Frekuensi (%)
Tabel 2 Distribusi Frekuensi
serat
Berdasarkan Pendidikan 1 Kurang 9 30,0
Responden 2 Cukup 14 46,7
3 Baik 7 23,3
No Pendidikan Frekuensi (%) Jumlah 30 100
1 SD 9 30,0 Sumber data primer bulan Juni Tahun 2020.
2 SMP 13 43,3
3 SMA 7 23,3
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan
4 Perguruan 1 3,3
Tinggi bahwa konsumsi makanan tinggi serat
Jumlah 30 100 pada ibu nifas di Puskesmas Ngambon
Sumber data primer bulan Juni Tahun 2020. Kabupaten Bojonegoro hampir
setengah dari responden adalah cukup
Berdasarkan tabel 2 diketahui hampir yaitu sejumlah 14 orang (46,7%).
setengah responden berpendidikan SMP
yaitu sejumlah 13 orang (43,3%). 2. Kejadian Konstipasi Pada Ibu Nifas

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tabel 5 Distribusi Frekuensi


Pekerjaan Responden Berdasarkan
Konstipasi Ibu nifas SC di
Tabel 3 Distribusi frekuensi Puskesmas Ngambon
berdasarkan pekerjaan Kabupaten Bojonegoro, bulan
responden Juni tahun 2020

4
No Konstipasi Frekuensi (%) pada ibu nifas di Puskesmas Ngambon
1 Terjadi 11 36,7 Kabupaten Bojonegoro.
konstipasi
2 Tidak terjadi 19 63,3
konstipasi PEMBAHASAN
Jumlah 30 100
Sumber data primer bulan Juni Tahun 2020.
1. Konsumsi Makanan Tinggi Serat
Berdasarkan tabel 5 menunjukkan Pada Ibu Nifas
bahwa kejadian konstipasi pada ibu
nifas di Puskesmas Ngambon Hasil penelitian bahwa konsumsi
Kabupaten Bojonegoro sebagian besar makanan tinggi serat pada ibu nifas di
tidak terjadi konstipasi yaitu sejumlah Puskesmas Ngambon Kabupaten
19 orang (63,3%). Bojonegoro hampir setengah dari
responden adalah cukup yaitu sejumlah
3. Tabulasi Silang Pengaruh Konsumsi 14 orang (46,7%).
Makanan Tinggi Serat Terhadap
Kejadian Konstipasi Pada Ibu Nifas Diit tinggi kalori tinggi protein adalah
diit yang mengandung energi dan
Tabel 6 Tabulasi Silang Pengaruh protein diatas kebutuhan normal. Diit
Konsumsi Makanan Tinggi diberikan dalam bentuk makanan biasa
Serat Terhadap Kejadian ditambah bahan makanan sumber
Konstipasi Pada Ibu Nifas protein tinggi seperti susu, telur, dan
daging. Diit ini diberikan bila pasien
telah mempunyai cukup nafsu makan
Kejadian konstipasi pada
Konsumsi dan dapat meneriman makanan lengkap
ibu nifas
makanan Total (Almatsier, 2015: 53). Pada ibu nifas
No
tinggi Terjadi Tidak terjadi masalah diit perlu mendapat perhatian
serat konstipasi Konstipasi
yang serius, karena dengan nutrisi yang
f % f % f %
baik dapat mempercepat penyembuhan
1 Kurang 9 100,0 0 0,0 9 100,0
ibu dan sangat mempengaruhi susunan
2 Cukup 1 7,1 13 92,9 14 100,0
air susu (Saleha, 2009: 71). Nutrisi atau
3 Baik 1 14,3 6 85,7 7 100,0 gizi adalah zat yang diperlukan oleh
Jumlah 11 36,7 19 63,3 30 100,0 tubuh untuk keperluan metabolismenya.
P Value = 0,000 Makan dan minum sesuai dengan
Sumber data primer bulan Juni Tahun kebutuhan. Makanan yang dikonsumsi
2020. harus bermutu tinggi dan cukup kalori,
cukup protein, banyak cairan serta
Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa banyak buah-buahan dan sayuran
konsumsi makanan tinggi serat kurang karena ibu mengalami
seluruh responden terjadi konstipasi yaitu hemokonsentrasi. Ibu nifas harus
sejumlah 9 orang (100,0%), konsumsi menghindari makanan dan minuman
makanan tinggi serat cukup pada hampir yang mengandung bahan kimia, pedas
seluruh responden tidak terjadi konstipasi dan menimbulkan gas perut kadang-
yaitu sejumlah 13 orang (92,9%), dan kadang menimbulkan masalah sesudah
konsumsi makanan tinggi serat baik pada nifas. Jika ada gas dalam perut, ibu
hampir seluruh responden tidak terjadi akan merasakan nyeri yang menusuk
konstipasi yaitu sejumlah 6 orang (85,7%). (Nurjanah, dkk., 2013). Adanya
Hasil analisis uji statistik Coefisient pantang makan makanan selain
Contingensi didapatkan nilai P value = berpengaruh terhadap proses
0,000 sehingga P value ≤ 0,05 (α = 0,05), penyembuhan luka dan juga
sehingga H0 ditolak dan H1 diterima yang mempengaruhi terjadinya konstipasi
artinya ada pengaruh konsumsi makanan
tinggi serat terhadap kejadian konstipasi

5
pada ibu nifas yang terjadi pada awal mendapatkan informasi lebih banyak
masa nifas (Bahiyatun, 2016). dibandingkan ibu nifas yang
berpendidikan lebih tinggi SMA,
Berdasarkan uraian diatas peneliti Perguruan Tinggi. Hal ini menyebabkan
berpendapat didapatkannya hampir ini ibu nifas belum mengetahui tentang
setengah ibu nifas yang mengkonsumsi pentingnya makanan bagi
makanan tinggi serat dalam kategori penyembuhan luka paska melakukan
cukup disebabkan hampir setengah dari partum. Pada sebagian kecil dari
responden berumur 21 – 25 tahun yang responden yang konsumsi makanan
merupakan usia dewasa awal. Ibu nifas tinggi serat dalam kategori baik bisa
pada masa dewasa awal biasanya telah dikatakan sudah memenuhi gizi yang
memiliki pemikiran yang matang dalam baik dengan memenuhi memenuhi
berpikir dan juga lebih banyak kebutuhan nutrisi yang seimbang, yaitu
mendapatkan atau mencari informasi mampu memenuhi kebutuhan
tentang nutrisi yang baik dikonsumsi karbohidrat, protein, vitamin, mineral
pada saat nifas yang mempengaruhi serta air. Dari jawaban yang diperoleh
pengetahuannya tentang manfaat dari questioner didapatkan bahwa
nutrisi, namun dalam hal ini responden banyak ibu nifas yang memenuhi
belum mampu mempengaruhi sikap ibu kebutuhan karbohidrat, karbohidrat
nifas untuk mengkonsumsi atau dibutuhkan sebagai sumber energi
menerapkan makanan berserat tinggi. utama. Protein berfungsi menggantikan
Selain umur yang masih relatip muda, jaringan yang rusak dengan jaringan
konsumsi tinggi serat dalam kategori baru, protein juga dapat digunakan
cukup kemungkinan disebabkan sebagai sumber energi. dan dari hasil
responden adalah ibu primigravida atau jawaban ibu nifas menunjukkan bahwa
baru melahirkan pertama kali, sehingga pemenuhan nutrisi tinggi serat cukup,
belum mempunyai pengalaman tentang sedangkan ada juga bu nifas yang
kebutuhan nutrisi pasca nifas. belum memenuhi kebutuhan sayur dan
Konsumsi makanan tinggi serat ibu buah. Padahal vitamin yang terkandung
nifas ini, juga dipengaruhi oleh sebagai didalam sayuran dan buah-buahan
besar ibu yang tidak bekerja atau memiliki banyak manfaat terutama serat
sebagai ibu rumah tangga, yang semua yang penting bagi tubuh untuk
kebutuhannya dipengaruhi oleh mencegah terjadinya konstipasi. Masih
pendapatan suami, dimana sebagian ada beberapa faktor lain yang
besar kepala keluarga di wilayah kerja mempengaruhi nutrisi tinggi serat yang
Puskesmas Ngambon adalah bekerja kurang, salah satunya adalah
sebagai petani. Dimana bekerja sebagai kebudayaan, selain itu masih ada ibu
petani tentunya, suami ibu nifas tidak nifas melakukan pantangan makanan,
mendapatkan penghasilan sehari-hari hal ini dapat mempengaruhi proses
sehingga mempengaruhi pola makan defekasi, sehingga dapat mengalami
responden dan keluarga yang kurang konstipasi.
mengkonsumsi makanan tinggi serat.
2. Kejadian Konstipasi Pada Ibu Nifas
Selain itu pendidikan ibu nifas yang
hampir setengahnya adalah SMP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Pendidikan SMP merupakan tingkat kejadian konstipasi pada ibu nifas di
pendidikan dasar sehingga turut pula Puskesmas Ngambon Kabupaten
menentukan mudah tidaknya ibu nifas Bojonegoro sebagian besar tidak terjadi
menyerap dan memahami pengetahuan konstipasi yaitu sejumlah 19 orang
yang peroleh, pada umumnya tingkat (63,3%).
yang rendah maka semakin sedikit pula
pengetahuannya, karena ibu nifas sulit Konstipasi adalah penurunan frekwensi
menyerap pengetahuan dengan baik dan defekasi, yang diikuti oleh pengeluaran

6
feses yang lama atau keras dan kering kurang pengetahuan dan takut akan
(Perry & Potter, 2017). Konstipasi merobek atau merusak jahitan jika
merupakan keadaan individu yang melakukan defekasi (Varney, 2008).
mengalami atau beresiko tinggi
mengalami stasis usus besar sehingga Berdasarkan uraian diatas peneliti
menimbulkan eliminasi yang jarang berpendapat, didapatkannya sebagian
atau keras, atau keluarnya tinja terlalu besar responden tidak mengalami
kering dan keras (Alimul, 2006). konstipasi hal ini disebabkan oleh ibu
Konstipasi adalah persepsi gangguan nifas sebagian besar sudah melakukan
buang air besar berupa berkurangnya makanan tinggi serat dengan benar dan
frekwensi buang air besar, sensasi tidak juga melakukan mobilisasi dengan
puasnya buang air besar, terdapat rasa benar hal itu sudah sesuai jika
sakit, harus mengejan atau keluar dihubungkan dengan melaksanakan
jumlahnya hanya sedikit, keras, kering makanan tinggi serat yang benar dan
dan gerakan usus hanya terjadi kurang melakukan mobilisasi setelah
dari 3 kali dalam seminggu. melahirkan maka konstipasi pada ibu
nifas dapat di cegah sedini mungkin.
Menurut Perry dan Potter (2017) Selain itu tidak terjadinya konstipasi
menyebutkan bahwa diit yang kemungkinan disebabkan karena
mengandung rendah serat dapat hampir setengah dari responden yang
meninggalkan sedikit sisa / residu berumur 21-25 tahun, sehingga
sehingga feses menjadi kering dan responden memiliki kemampuan
keras. Pada ibu nifas yang mengalami mengontrol proses buang air besar
konstipasi disebabkan karena adanya dibandingkan responden yang berusia
pengaturan pola makan yang kurang lebih tua. Sedangkan pada hampir
benar. Konstipasi sering terjadi dan setengah dari responden yang
disebabkan oleh penurunan motilitas berpendidikan SMP, hal ini disebabkan
usus sehingga memerlukan waktu lebih karena mereka sulit menyerap informasi
lama untuk menyerap cairan. Demikian dan mengimplementasikan dalam
pula usus dapat saling berdesakan perilaku dan gaya hidup sehari-hari
akibat tekanan dari uterus yang khususnya dalam pemenuhan gizi
membesar. Karena kerja usus seimbang selama masa nifas terutama
cenderung melambat dan ibu yang baru kurang terpenuhinya konsumsi
melahirkan mudah mengalami makanan tinggi serat yang dapat
konstipasi (Perry & Potter, 2017). menyebabkan terjadinya konstipasi.
Kebanyakan ibu pasca melahirkan Disamping itu rasa takut buang air
mengalami obstipasi setelah melahirkan besar pasca partum sering ditakutkan
yang disebabkan karena pada waktu ibu nifas, dengan alasan takut jahitan
melahirkan alat pencernaan mendapat sobek atau tidak jadi akibat tekanan
tekanan yang menyebabkan kolon yang kuat saat buang air besar. Selain
menjadi kosong, selain itu itu rasa nyeri pada luka perineum
mempengaruhi peristaltik usus. Dan menyebabkan ibu tidak mau buang air
pengeluaran cairan yang lebih banyak besar juga berperan terhadap terjadinya
pada waktu persalinan mempengaruhi konstipasi pada ibu nifas. Buang air
terjadinya konstipasi (Christina, 2006). besar harus dilakukan tiga sampai
Selain itu, akibat perubahan empat hari setelah persalinan. Ibu nifas
gastrointestinal konstipasi mungkin mungkin memerlukan bantuan untuk
menjadi masalah pada puerperium awal memenuhi jenis makanan tepat dari
karena kurangnya makanan padat menunya, cairan tambahan, dan
selama persalinan dan karena wanita diingatkan mengenai aktifitas untuk
menahan defekasi. Wanita mungkin menghindari konstipasi, jika tiga
menahan defekasi karena perineumnya sampai empat hari setelah bersalin
mengalami perlukaan atau karena ia belum dapat melakukan buang air besar

7
maka diberi ditolong dengan Nurjanah (2013), salah satu perawatan
pemberian huknah atau gliserin spuit, diri ibu nifas adalah defekasi. Keadaan
atau diberikan obat-obat laxan. ini disebabkan karena tonus otot usus
menurun selama proses persalinan dan
3. Pengaruh Konsumsi Makanan Tinggi pada masa pascapertum, dehidrasi,
Serat Terhadap Kejadian Konstipasi kurang makan dan efek anastesi. Untuk
Pada Ibu Nifas dapat buang air besar secara teratur
dapat dilakukan diit teratur, pemberian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa cairan yang banyak, makanan cukup
konsumsi makanan tinggi serat kurang serat dan olahraga atau ambulasi dini.
seluruh responden terjadi konstipasi Jika pada hari ketiga ibu juga tidak
yaitu sejumlah 9 orang (100,0%), buang air besar maka laksan supositoria
konsumsi makanan tinggi serat cukup dapat diberikan pada ibu (Nurjanah,
pada hampir seluruh responden tidak dkk., 2013: 115-120).
terjadi konstipasi yaitu sejumlah 13
orang (92,9%), dan konsumsi makanan Pada ibu nifas konstipasi sering terjadi
tinggi serat baik pada hampir seluruh yang disebabkan karena adanya
responden tidak terjadi konstipasi yaitu pengaturan pola makan yang kurang
sejumlah 6 orang (85,7%). Hasil benar. Diit yang tinggi serat seperti
analisis uji statistik Coefisient buah-buahan, sayuran, gandum atau
Contingensi didapatkan nilai P value = sereal mungkin dapat membantu
0,000 sehingga P value ≤ 0,05 (α = mengatasi konstipasi. Menurut Perry
0,05), sehingga H0 ditolak dan dan Potter (2017) menyebutkan bahwa
H1diterima yang artinya ada pengaruh diit yang mengandung rendah serat
konsumsi makanan tinggi serat dapat meninggalkan sedikit sisa / residu
terhadap kejadian konstipasi pada ibu sehingga feses menjadi kering dan
nifas di Puskesmas Ngambon keras. Konstipasi sering terjadi dan
Kabupaten Bojonegoro. disebabkan oleh penurunan motilitas
usus sehingga memerlukan waktu lebih
Menurut Sears diit yang tepat untuk ibu lama untuk menyerap cairan. Demikian
nifas pasca partum adalah makanan pula usus dapat saling berdesakan
tinggi serat dengan gizi yang seimbang, akibat tekanan dari uterus yang
diantaranya kelima kelompok makanan membesar. Karena kerja usus
dasar seperti : kelompok nasi, serealia, cenderung melambat dan ibu yang baru
roti gandum, atau pasta; kelompok melahirkan mudah mengalami
sayuran; kelompok buah-buahan; konstipasi (Perry & Potter, 2017).
kelompok ikan, daging, unggas, kacang
kering, telur, dan kacang; dan Dari uraian diatas, peneliti berpendapat
kelompok susu, yoghurt, dan keju. dengan mengkonsumsi makanan tinggi
Selain itu, mengkonsumsi makanan dari serat yang baik maka ibu nifas akan
masing-masing kelompok tersebut terhindar dari konstipasi setelah
dengan memperhatikan tiga kelompok melahirkan yang berdampak
dasar kalori diantaranya: karbohidrat, memperlancar proses ekskresi atau
harus terdapat dalam 50-55 persen dari pembuangan kotoran. Konsumsi
total kalori harian, dan porsi utama dari makanan tinggi serat yang baik
sumber energi ini harus dalam bentuk tentunya mengandung berbagai
gula sehat, terutama biji-bijian, nasi komponen seperti karbohidrat, protein,
atau pasta, dan buah; lemak yang lemak, vitamin dan mineral yang
menyehatkan, yang harus terdapat didapat dari berbagai bahan makanan
dalam 30 persen dari total kalori harian; seperti nasi, sayur, buah, lauk-pauk,dll
protein, harus terdapat dalam 15-20 akan mengurangi terjadinya angka
persen dari total kalori harian (Perry konstipasi pada ibu nifas. Konsumsi
and Potter, 2017). Sedangkan menurut serat yang kurang juga akan menambah

8
tingginya akan konstipasi pada ibu nifas terjadi konstipasi, dan bagi ibu nifas
yang akan menyebakan feses menjadi sudah melaksanakan dengan baik
keras dan kering. Makanan tinggi akan hendaknya dapat mempertahankan hal
serta dapat didapatkan melalui sayur- tersebut.
sayuran dan buah-buahan. Konstipasi
sering terjadi disebabkan oleh 2. Bagi Tenaga Kesehatan (Bidan)
penurunan motilitas usus akibat kerja Petugas kesehatan khususnya bidan
usus cenderung melambat dan pada ibu lebih meningkatkan penyuluhan tentang
yang baru melahirkan mudah pentingnya pemenuhan nutrisi tinggi
mengalami konstipasi yang disebabkan serat sehingga ibu nifas tidak
karena pada waktu melahirkan alat mengalami konstipasi dan
pencernaan mendapat tekanan, selain menganjurkan pada ibu hami untuk
itu mempengaruhi peristaltik usus. melakukan ANC sejak dini sehingga
Mengingatnya pentingnya konsumsi mendapatkan pengetahuan tentang
makanan tinggi serat diharapakan makan makanan bergizi selama hamil
berbagai pelayanan kesehatan seperti sampai dengan masa nifas.
Puskesmas dapat memberikan
penyuluhan tentang makanan tinggi 3. Bagi peneliti selanjutnya
serat pada ibu nifasuntuk mencegah Hasil penelitian ini di harapkan dapat di
terjadinya konstipasi. jadikan acuan untuk melakukan
penelitian serupa dengan menggunakan
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
SIMPULAN DAN SARAN perilaku ibu nifas mengkonsumsi
makanan tinggi serat, faktor yang
Simpulan mempengaruhi pantang makanan masa
nifas, dan cara-cara yang dapat
1. Konsumsi makanan tinggi serat pada dilakukan untuk meningkatkannya
ibu nifas di Puskesmas Ngambon sehingga akan di dapatkan hasil yang
Kabupaten Bojonegoro hampir lebih baik lagi.
setengah dari responden adalah cukup.

2. Kejadian konstipasi pada ibu nifas di KEPUSTAKAAN


Puskesmas Ngambon Kabupaten
Bojonegoro sebagian besar tidak terjadi Almatsier. 2015. Penuntun Diet. Jakarta :
konstipasi. PT. Gramedia Pustama Utama.

3. Ada pengaruh konsumsi makanan Bahiyatun. 2016. Buku Ajar Asuhan


tinggi serat terhadap kejadian Kebidanan Nifas Normal. Cetakan I.
konstipasi pada ibu nifas di Puskesmas Jakarta: EGC.
Ngambon Kabupaten Bojonegoro. Bobak. 2015. Keperawatan Maternitas.
Jakarta : EGC.
Saran Christina, IS. 2016. Perawatan Kebidanan
Jilid 3. Bandung : Bharata.
1. Bagi responden
Diharapkan ibu nifas yang konsumsi Hidayat, AAA. 2018. Pengantar
makanan tinggi serat kurang dapat Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta :
meningkatkan pemahamannya tentang Salemba Medika.
pentingnya makanan tinggi serat
diantaranya mengkonsumsi sayur setiap Kusumaningrum. 2015. Hubungan
kali makan (3 kali sehari), minum air Pemenuhan Nutrisi Tinggi Serat
putih 8 gelas/hari untuk proses Dengan Kejadian Konstipasi Pada
pemulihan kesembuhan luka dan tidak Ibu Nifas 3-6 Hari.

9
http://stikesmuhla.ac.id/wp-content/
uploads/86-92-Andri-Tri-Kusuma
ningrum.pdf. diakses 20 Maret 2020.

Laili dan Nisa. 2019. Pencegahan


Konstipasi pada Ibu Nifas dengan
Early Exercise. Jurnal Bidan Cerdas
(JBC), Vol. 2 No. 2 (Agustus 2019),
ISSN: 2654-9352.

Nurjanah, dkk. 2013. Asuhan Kebidanan


Postpartum (Dilengkapi dengan
Asuhan Kebidanan Post Sectio
Caesarea). Jakarta : Refika
Aditama.

Perry & Potter. 2017. Buku Ajar


Fundamental Keperawatan. Jakarta
: EGC.

Prawirahardjo, S. 2014. Ilmu Kebidanan.


Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan pada


Masa Nifas. Jakarta : Salemba
Medika.

Varney, H. 2008. Buku Ajar Asuhan


Kebidanan. Jakarta : EGC.

Walyani dan Poerwoastuti. 2015. Asuhan


Kebidanan Pada Masa Nifas.
Yogyakarta : Pustaka Baru.

10

Anda mungkin juga menyukai