Anda di halaman 1dari 8

SEL Jurnalhttps://doi.org/10.22435/sel.v7i1.

3555
Penelitian Kesehatan Vol. 7 No.1, Juli 2020, 33-40

PENGGUNAAN ENRICHMENT-SELECTIVE MEDIUM UNTUK


MENINGKATKAN SENSITIVITAS PEMERIKSAAN
LABORATORIUM DIFTERI

THE USE OF ENRICHMENT-SELECTIVE MEDIUM TO IMPROVE


SENSITIVITY IN DIPHTERIA EXAMINATION IN THE
LABORATORY
Sunarno1*, Novi Amalia1, Sundari Nursofiah1, Tati Febrianti1
1
Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Jl. Percetakan Negara 23
Jakarta Pusat 10560
*email: no_nar@yahoo.com

ABSTRAK
Konfirmasi laboratorium kasus difteri dilakukan dengan isolasi dan tes toksigenisitas
bakteri penyebab difteri menggunakan metode konvensional berbasis kultur. Metode
konvensional memiliki keterbatasan dalam hal sensitivitas pemeriksaan. Penelitian ini
bertujuan untuk menguji penggunaan darah domba + telurit sebagai enrichment-selective
medium untuk meningkatkan sensitivitas pemeriksaan laboratorium difteri dengan
metode konvensional. Sebanyak 18 spesimen klinis (swab tenggorok) penderita difteri
digunakan sebagai sampel penelitian. Swab tenggorok tersebut sebelumnya telah
digunakan untuk pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR) sehingga proses
ekstraksi DNA menyebabkan jumlah sel bakteri yang tertinggal menjadi sangat terbatas.
Sel bakteri tersebut ditumbuhkan menggunakan 2 cara yang berbeda, yaitu inokulasi
langsung dan inokulasi yang didahului dengan penggunaan enrichment-selective medium.
Hasil identifikasi bakteri penyebab difteri dibandingkan antara keduanya. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa inokulasi secara langsung hanya berhasil mengisolasi dan
mengidentifikasi bakteri penyebab difteri (Corynebacterium diphtheriae) pada 3 dari 18
sampel yang diperiksa. Sebaliknya dengan penggunaan enrichment-selective medium,
bakteri penyebab difteri berhasil diisolasi dan diidentifikasi pada 9 dari 18 sampel yang
diperiksa. Oleh karena itu, disimpulkan bahwa enrichment-selective medium (darah
domba + telurit) dapat digunakan untuk meningkatkan sensitivitas pemeriksaan
laboratorium difteri.
Kata kunci: Difteri, Enrichment-Selective Medium, Laboratorium, Sensitivitas.

ABSTRACT
Laboratory confirmation for diphtheria cases are performed by using conventional
culture-based method for isolation/identification and toxigenicity of the bacteria causing
diphtheria. This method has limitation in its sensitivity. This study aimed to examine the
sensitivity of sheep blood + tellurite as the enrichment selective medium to improve the
sensitivity of the conventional method. The samples were 18 clinical specimens (throat
swabs) obtained from diphtheria patient, which had been used for Polymerase Chain
Reaction (PCR) assay, therefore the DNA extraction process caused the number of
bacteria cells to be very limited. The samples were cultured by two different methods,
directly on the agar medium and indirectly through enrichment selective medium
previously. The result showed that the directly inoculation could isolate C. diphtheriae
as many as 3 out of 18 samples, whereas indirectly method by using enrichment selective
medium could isolate and identify 9 out of 18 samples. In conclusion, enrichment

33
Penggunaan enrichment-selective medium untuk… (Sunarno, Novi A, Sundari N & Tati F)

selective medium (sheep blood + tellurite) may improve the examination sensitivity of
bacteria causing diphtheria identification in the laboratory.
Keywords: Diphtheria, Enrichment-Selective Medium, Laboratory, Sensitivity.

PENDAHULUAN membran.5–7 Diagnosis laboratorium


Difteri masih menjadi masalah digunakan untuk konfirmasi kasus klinis,
kesehatan, khususnya di negara-negara termasuk tes toksigenisitas bakteri
berkembang dengan cakupan imunisasi penyebab difteri.2,8 Dalam hal ini,
yang relatif masih rendah,1 termasuk pemeriksaan laboratorium untuk konfirmasi
Indonesia. Data World Health Organization difteri adalah dengan metode konvensional
(WHO) dan Kementerian Kesehatan RI berbasis kultur. Selain lamanya waktu
menunjukkkan bahwa Indonesia menempati pemeriksaan,9 keterbatasan lain dalam
peringkat ke-3 sampai dengan ke-2 negara pemeriksaan laboratroium difteri dengan
dengan kasus difteri terbanyak di dunia metode konvensional adalah rendahnya
dalam 5 tahun terakhir. Tahun 2013, positive rate.10,11 Positive rate yang rendah
Indonesia menempati peringkat ke-2 setelah umumnya disebabkan karena
India dengan jumlah kasus 775. Tahun kekurangtajaman dalam menegakkan
2014, Indonesia menempati peringkat ke-3 diagnosis klinis, namun sensitivitas metode
dengan jumlah kasus 430 setelah terjadi pemeriksaan laboratorium juga
peningkatan kasus di Nepal. Tahun 2015 berpengaruh. Sensitivitas pemeriksaan
dan 2016, Indonesia kembali menduduki laboratorium dapat ditingkatkan dengan
peringkat ke-3 dengan 492 kasus setelah metode PCR, namun hingga saat ini
terjadi peningkatan kasus di Madagascar pemeriksaan PCR belum bisa diterima
dan penurunan kasus di Nepal. Tahun 2017, sebagai metode untuk konfirmasi
Indonesia kembali menduduki peringkat ke- laboratorium kasus difteri.12,13
2 setelah India dengan 954 kasus, meskipun Salah satu upaya untuk
kasus di Nepal juga meningkat dan tidak meningkatkan sensitivitas pemeriksaan
ada laporan dari Madagascar. Sejauh ini, laboratorium menggunakan metode
India selalu menempati peringkat pertama konvensional (kultur) dapat dilakukan
negara dengan kasus difteri terbanyak di dengan menumbuhkan bakteri pada
dunia selama 10 tahun terakhir.2–4 medium pengayaan (enrichment).
Diagnosis klinis difteri ditegakkan Enrichment-selective medium merupakan
berdasarkan gambaran klinis pasien, seperti medium pengayaan yang ditambah dengan
demam dan sakit tenggorok yang ikut agen selektif untuk menghambat
disertai dengan terbentuknya pseudo pertumbuhan bakteri non target sekaligus

34
SEL Jurnal Penelitian Kesehatan Vol. 7 No.1, Juli 2020, 33-40

membantu pertumbuhan dan meningkatkan enrichment-selective medium secara


jumlah bakteri target pada sampel.14,15 berurutan. Penelitian dilakukan di
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Laboratorium Bakteriologi, Laboratorium
manfaat penggunaan enrichment-selective Penelitian Penyakit Infeksi Dr. Sri
medium (darah domba + telurit) terhadap Oemijati, Puslitbang Biomedis dan
peningkatan sensitivitas pemeriksaan Teknologi Dasar Kesehatan. Persetujuan
difteri. Darah domba digunakan sebagai etik diperoleh dari Komisi Etik Badan
sumber nutrisi bakteri penyebab difteri Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
sehingga dapat tumbuh dengan baik, No.: LB.02.01/2/KE216/2017 tahun 2017.
sedangkan telurit digunakan untuk menekan Sebanyak 2,5 ml defibrinated sheep
pertumbuhan bakteri lain yang dapat blood dimasukkan ke dalam tabung gelas
mengganggu pertumbuhan bakteri steril bertutup ulir. Sebanyak 25 ul larutan
penyebab difteri Penelitian ini merupakan telurit 3% ditambahkan ke dalamnya
studi pendahuluan dengan jumlah sampel sehingga konsentrasi final telurit dalam
terbatas. medium adalah 0,03%. Hal ini mengacu
pada konsentrasi final telurit pada medium
METODE
Sampel terdiri dari 18 spesimen yang umum digunakan dalam pemeriksaan
klinis (usap tenggorok) penderita difteri difteri.17 Larutan telurit diratakan dengan
yang telah selesai diidentifikasi dalam cara menggoyang tabung secara perlahan
pemeriksaan laboratorium difteri dengan dan enrichment-selective medium siap
metode konvensional dan PCR. Jumlah sel digunakan.
bakteri yang tertinggal pada spesimen klinis Metode pertama dilakukan tanpa
diperkirakan sangat terbatas mengingat penggunaan enrichment-selective medium.
bahwa pada sampel tersebut telah dilakukan Sampel (usap tenggorok) di-streak secara
ekstraksi DNA, untuk itu sel bakteri yang langsung pada medium selektif untuk
ada pada sampel “dirontokkan“ dengan pemeriksaan difteri, yaitu Cystine Tellurite
16
menggunakan mesin vorteks. Sampel Blood Agar (CTBA). Inkubasi dilakukan
tersebut digunakan sebagai model yang pada suhu 37oC selama 48 jam. Hasil
menyerupai sampel klinis baru dari pertumbuhan koloni diidentifikasi secara
penderita difteri maupun kontak erat mikroskopik dan dilanjutkan dengan tes
penderita dengan jumlah sel bakteri target biokimia standar untuk pemeriksaan
terbatas. Semua sampel diperiksa dengan 2 laboratorium difteri sesuai dengan pedoman
prosedur pemeriksaan, langsung (tanpa WHO.18 Setelah di-streak secara langsung
enrichment-selective medium) dan dengan pada medium CTBA, sampel diperiksa

35
Penggunaan enrichment-selective medium untuk… (Sunarno, Novi A, Sundari N & Tati F)

Gambar 1. Enrichment-selective medium


dengan metode kedua (penggunaan Selanjutnya sampel tersebut diperiksa
enrichment-selective medium). Sampel dengan cara yang sama sesuai langkah-
dimasukkan terlebih dahulu ke dalam langkah pada metode pertama. Hasil
tabung yang berisi sekitar 2,5 ml identifikasi sampel dibandingkan antara
enrichment-selective medium (Gambar 1) metode pertama (langsung) dengan metode
o
dan kemudian diinkubasi pada suhu 37 C ke-2 (didahului penggunaan enrichment-
selama 24 jam. selective medium).

HASIL
Tabel 1. Perbandingan hasil pemeriksaan kultur dengan dan tanpa enrichment-
selective medium
Sampel Tanpa enrichment-selective medium Enrichment- selective medium
Sampel 1 Positif Positif
Sampel 2 Negatif Positif
Sampel 3 Positif Positif
Sampel 4 Negatif Positif
Sampel 5 Negatif Negatif
Sampel 6 Negatif Positif
Sampel 7 Negatif Positif
Sampel 8 Negatif Negatif
Sampel 9 Negatif Negatif
Sampel 10 Negatif Negatif
Sampel 11 Negatif Negatif
Sampel 12 Negatif Positif
Sampel 13 Negatif Negatif
Sampel 14 Negatif Negatif
Sampel 15 Negatif Negatif
Sampel 16 Negatif Negatif
Sampel 17 Positif Positif
Sampel 18 Negatif Positif
Total positif 3 9

36
SEL Jurnal Penelitian Kesehatan Vol. 7 No.1, Juli 2020, 33-40

Tabel 1 mengindikasikan bahwa mengandung telurit. Selain menekan


penggunaan enrichment-selective medium pertumbuhan bakteri nontarget, telurit
dapat meningkatkan sensitivitas dapat sedikit menekan pertumbuhan
pemeriksaan laboratorium bakteri penyebab bakteri target pada medium kultur,20
difteri hingga 3 kali lipat pada kondisi meskipun secara alami bakteri penyebab
jumlah sel bakteri yang terdapat pada difteri memiliki faktor resistensi terhadap
sampel terbatas (sedikit). telurit.21 Hal ini akan menjadi masalah jika
Perbandingan hasil pemeriksaan jumlah sel bakteri target pada sampel
antara metode pertama (langsung) dengan terbatas.
metode ke- 2 (didahului penggunaan Pada penelitian ini enrichment-
enrichment-selective medium) dapat dilihat selective medium digunakan untuk
pada Tabel 1. membantu recovery bakteri penyebab
PEMBAHASAN difteri pada medium kultur dengan
Pemeriksaan laboratorium difteri memfasilitasi pertumbuhan bakteri target
penting dilakukan untuk konfirmasi kasus dan menekan pertumbuhan bakteri
dan deteksi adanya penularan penyakit nontarget. Enrichment-selective medium
2,19
dari atau kepada kontak erat penderita. yang digunakan cukup sederhana, yaitu
Hasil pemeriksaan laboratorium dengan dengan menambahkan telurit 0,03% ke
metode konvensional berbasis kultur dalam darah domba. Darah domba
ditentukan oleh keberhasilan me-recovery merupakan sumber nutrisi yang cocok dan
bakteri target yang terdapat pada sampel paling sering digunakan untuk
klinis. Dalam hal ini, dibutuhkan sel menumbuhkan bakteri penyebab difteri
bakteri hidup dengan jumlah cukup pada medium kultur. Di sisi lain, telurit
banyak untuk bisa ditumbuhkan dengan merupakan agen selektif yang sangat baik
medium kultur. Di sisi lain, seringkali sulit untuk menekan pertumbuhan bakteri non
mendapatkan jumlah sel bakteri hidup target sehingga tidak mengganggu
yang cukup banyak saat pengambilan pertumbuhan bakteri penyebab difteri
sampel. Terlebih lagi pada kondisi dimana sebagai target pemeriksaan.17
pasien telah mendapatkan terapi antibiotik Penggunaan enrichment maupun
sebelumnya. Ini perlu menjadi catatan enrichment-selective medium untuk
mengingat pada pemeriksaan kultur meningkatkan sensitivitas pemeriksaan
difteri, medium yang digunakan untuk mikroorganisme telah dilakukan dalam
kultur primer (inokulasi sampel klinis) beberapa penelitian sebelumnya. Moran, et
adalah medium selektif yang umumnya al. menggunakan Bolton broth dalam

37
Penggunaan enrichment-selective medium untuk… (Sunarno, Novi A, Sundari N & Tati F)

isolasi Campylobacter spp.22 Hyeon, et al. digarisbawahi bahwa enrichment-selective


mengevaluasi efektivitas penggunaan 2 medium darah domba yang disuplementasi
jenis selective enrichment broth dengan telurit tidak dapat disimpan dalam
(Rappaport-Vassiliadis Soya Peptone / waktu lama karena berbahan dasar
RVS dan Muller-Kauffmann meterial biologi. Medium ini hanya bisa
Tetrathionate-Novobiocin / MKTTn) disimpan pada suhu 2-8 oC (bukan freezer)
dalam isolasi Salmonella dari ayam.23 dan baik digunakan dalam 1 minggu
Sementara itu, Yu, et al. menggunakan setelah pembuatan. Dalam hal ini,
selective enrichment broth (SSL) untuk penggunaan dalam kondisi fresh (segera
meningkatkan pertumbuhan beberapa jenis setelah pembuatan) sangat dianjurkan.
bakteri secara bersamaan, meliputi
KESIMPULAN
Salmonella enterica serovar Enteritidis, Penggunaan enrichment-selective
Staphylococcus aureus, dan Listeria medium darah domba yang disuplementasi
24
monocytogenes. Pengembangan dengan telurit dapat meningkatkan
enrichment broth berupa fastidious broth sensitivitas pemeriksaan laboratorium
(FB) juga pernah dilakukan sebelumnya difteri menggunakan metode konvensional.
untuk kultivasi mikroorganisme fastidious
SARAN
seperti Corynebacterium jeikeium (satu
Penelitian ini merupakan pilot
genus dengan bakteri penyebab difteri)
project dengan melibatkan jumlah sampel
oleh Cartwright, et al.25
yang terbatas. Penelitian lebih lanjut dengan
Hasil penelitian ini menunjukkan
melibatkan sampel yang lebih banyak
bukti awal bahwa penggunaan enrichment-
disarankan untuk memperkuat kesimpulan.
selective medium darah domba yang
disuplementasi dengan telurit dapat KONTRIBUSI PENULIS

digunakan untuk meningkatkan Kontribusi penulis pada artikel ini


sensitivitas pemeriksaan laboratorium yaitu, S sebagai kontributor utama
difteri menggunakan metode konvensional berkontribusi jawab dalam seluruh proses
berbasis kultur. Namun demikian, perlu penelitian hingga publikasi. Kontributor
diingat bahwa penggunaan medium ini anggota yaitu NA dan SF berkontribusi
memiliki konsekuensi terhadap dalam dalam pemeriksaan laboratorium
peningkatan biaya dan penambahan waktu difteri, serta TF berkontribusi dalam dalam
pemeriksaan. Hal lain yang perlu pembuatan dan finalisasi naskah publikasi.

38
SEL Jurnal Penelitian Kesehatan Vol. 7 No.1, Juli 2020, 33-40

Children: A Historic Perspective.


UCAPAN TERIMA KASIH
Southeast Asian J Trop Med Public
Ucapan terima kasih kami Health. 2002;33(2):352-354.
sampaikan kepada seluruh pihak yang 8. Udgaonkar U. Carrier Study and
Treatment of Close Contacts : A Must
berperan dalam penelitian ini, khususnya for Diphteria Eradication. Indian J Med
Rita Marleta Dewi, Sauma R Intan, dan Microbiol. 2018;36(1):148.
doi:10.4103/ijmm.IJMM
Aulia Rizky. Ucapan terima kasih juga 9. Sunarno, Kambang Sariadji, Holly Arif
kami sampaikan kepada pimpinan dan staf Wibowo. Potensi Gen dtx dan dtxR
sebagai Marker untuk Deteksi dan
administrasi yang telah membantu Pemeriksaan Toksigenitas
pendanaan penelitian. Corynebacterium diphtheriae. Bul
Penelit Kesehat. 2013;41(1):1-10.
DAFTAR PUSTAKA 10. Bhagat S, Grover SS, Gupta N, Roy
RD, Khare S. Persistence of
1. Dandinarasaiah M, Vikram BK, Corynebacterium diphtheriae in Delhi
Krishnamurthy N, Chetan AC, Jain A. & National Capital Region (NCR).
Diphtheria Re-emergence: Problems Indian J Med Res.
Faced by Developing Countries. Indian 2015;142(OCTOBER):459-461.
J Otolaryngol Head Neck Surg. doi:10.4103/0971-5916.169212
2013;65(4):314-318. 11. Meera M, Rajarao M. Diphtheria in
doi:10.1007/s12070-012-0518-5 Andhra Pradesh-A Clinical-
2. Mathur SB, Mukherjee SB. Diphteria Epidemiological Study. Int J Infect Dis.
Revisited. Indian Pediatr. Published 2014;19(1):74-78.
online 2017:411-412. doi:10.1016/j.ijid.2013.10.017
https://indianpediatrics.net/oct2018/oct 12. Nakao H, Popovic T. Development of a
-903-904.htm Direct PCR Assay for Detection of the
3. World Health Organization. Diphteria Diphtheria Toxin Gene. J Clin
Reported Cases. Published online 2019. Microbiol. 1997;35(7):1651-1655.
http://www.who.int/immunization/mon doi:10.1128/jcm.35.7.1651-1655.1997
itoring_surveillance/routine/reporting/e 13. World Health Organization. Vaccine
n/ Preventable Disease Surveillance
4. Directorate General of Disease and Standards. Published 2018.
Prevention Control Ministry of Health https://www.who.int/immunization/mo
RI. Integrated Surveillance for Disease nitoring_surveillance/burden/vpd/stand
that Can Be Prevented by ards/en/
Immunization. Published online 14. Rouf A, Kanojia V, Naik H, Naseer B,
2014:2014. Qadri T. An Overview of Microbial
5. Loganathan T, Bin Yusof MP. Adult Cell Culture. J Pharmacogn
Diphtheria in Malaysia: A Case Report. Phytochem. 2017;6(6):1923-1928.
Med J Malaysia. 2018;73(5):340-341. 15. Kaur R, Wischmeyer J, Morris M,
6. Puspitasari D, Ernawati, Husada D. Pichichero ME. Comparison of Direct-
Gambaran Klinis Penderita Difteri Plating and Broth-Enrichment Culture
Anak di RSUD Dr . Soetomo (Clinical Methods for Detection of Potential
Features of Children with Diphtheria Bacterial Pathogens in Respiratory
on Soetomo Hospital). 2012;(2):2012. Secretions. J Med Microbiol.
7. Pancharoen C, Mekmullica J, 2017;66(11):1539-1544.
Thisyakorn U, Nimmannitya S. doi:10.1099/jmm.0.000587
Clinical Features of Diphtheria in Thai

39
Penggunaan enrichment-selective medium untuk… (Sunarno, Novi A, Sundari N & Tati F)

16. Cho MC, Kim H, An D, et al. Resistance Protein (CDCE8392_0813)


Comparison of Sputum and Contributes to The Intracellular
Nasopharyngeal Swab Specimens for Survival in Human Epithelial Cells and
Molecular Diagnosis of Mycoplasma Lethality of Caenorhabditis elegans.
pneumoniae, Chlamydophila Mem Inst Oswaldo Cruz.
pneumoniae, and Legionella 2015;110(5):662-668.
pneumophila. Ann Lab Med. doi:10.1590/0074-02760140479
2012;32(2):133-138. 22. Moran L, Kelly C, Cormican M,
doi:10.3343/alm.2012.32.2.133 Mcgettrick S, Madden RH. Restoring
17. Sariadji K, Sunarno S, Khariri K, the Selectivity of Bolton Broth During
Puspandari N, Muna F, Rukminiati Y. Enrichment for Campylobacter spp.
Selektivitas Medium Cystine Tellurite From Raw Chicken. Lett Appl
Blood Agar (CTBA) terhadap Microbiol. 2011;52(6):614-618.
Beberapa Isolat Bakteri. J Kefarmasian doi:10.1111/j.1472-765X.2011.03046.x
Indones. 2015;5(1):19-24. 23. Hyeon JY, Park JH, Chon JW, et al.
doi:10.22435/jki.v5i1.4082.19-24 Evaluation of Selective Enrichment
18. Efstratiou A, Maple C. Manual for the Broths and Chromogenic Media for
Laboratory Diagnosis of Diphteria. Eur Salmonella Detection in Highly
Reg World Heal Organ. 1994;47(1):33- Contaminated Chicken Carcasses.
41. Poult Sci. 2012;91(5):1222-1226.
19. Jané M, Vidal MJ, Camps N, et al. A doi:10.3382/ps.2011-01936
Case of Respiratory Toxigenic 24. Yu YG, Wu H, Liu YY, Li SL, Yang
Diphtheria: Contact Tracing Results XQ, Xiao XL. A Multipathogen
and Considerations Following A 30- Selective Enrichment Broth for
Year Disease-Free Interval, Catalonia, Simultaneous Growth of Salmonella
Spain, 2015. Eurosurveillance. enterica serovar Enteritidis,
2018;23(13):1-6. doi:10.2807/1560- Staphylococcus aureus, and Listeria
7917.ES.2018.23.13.17-00183 monocytogenes. Can J Microbiol.
20. Sunarno, Sariadji K. Teknik 2010;56(7):585-597. doi:10.1139/W10-
Penyimpanan dan Prospek Transportasi 040
Isolat Corynebacterium diphteriae 25. Cartwright CP, Stock F, Gill VJ.
Menggunakan Silica Gel. Biotek Improved Enrichment Broth for
Medisiana Indones. 2017;6(2). Cultivation of Fastidious Organisms. J
21. dos Santos LS, Antunes CA, dos Clin Microbiol. 1994;32(7):1825-1826.
Santos CS, et al. Corynebacterium doi:10.1128/jcm.32.7.1825-1826.1994
diphtheriae Putative Tellurite-

40

Anda mungkin juga menyukai