Anda di halaman 1dari 1

Kelompok 2 Fisika Antariksa :

1. Daffa Galuh Ramadhan /18030224003


2. Rosalia Santika Dewi/18030224
3. Enriko Hendrian/18030224

Kalender Hijriah dan Astronomi Islam


Kalender Hijriah (kalender islam) ialah penanggalan yang berkaitan dengan ibadah dan hari – hari
penting umat islam. Dinamakan Kalender Hijriah karena mengacu pada peristiwa hijrahnya
Rasulullah Muhammad Saw dari Kota Mekkah ke Madinah yang bertepatan pada tanggal 622 Masehi.
Sistem penanggalan pada Kalender Hijriah mengunakan sistem peredaran bulan (komariyah). Oleh
karena itu, pergantian hari atau awal hari pada Kalender Hijriah mengacu pada saat terbenamnya
matahari atau pada saat memasuki waktu sholat magribh daerah setempat, dimana waktu tersebut
bulan mulai nampak. Penentuan awal bulan (new moon) ditandai dengan munculnya penampakan
(visibilitas) Bulan Sabit pertama kali (hilal) setelah bulan baru (konjungsi atau ijtimak). Pada fase ini,
Bulan terbenam sesaat setelah terbenamnya Matahari, sehingga posisi hilal berada di ufuk barat.

Dalam dunia islam dikenal ilmu falak atau astronomi islam yang digunakan untuk mengetahui awal
bulan, gerhana, navigasi, dan siklus musim. Dalam menentukan awal bulan pada Kalender Hijriah
terdapat dua metode, diantaranya ialah metode rukyat (pengamatan) dan hisab (perhitungan). Metode
rukyat adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal, yakni penampakan bulan sabit yang tampak
pertama kali setelah terjadinya ijtimak (konjungsi). Rukyat dapat dilakukan dengan mata telanjang
atau dengan alat bantu optik seperti teleskop. Rukyat dilakukan setelah Matahari terbenam sebab Hilal
hanya tampak setelah Matahari terbenam (maghrib), dimana intensitas cahaya hilal sangat redup
dibanding dengan cahaya Matahari, serta ukurannya sangat tipis. Apabila hilal terlihat, maka pada
petang (maghrib) waktu setempat telah memasuki bulan (kalender) baru Hijriyah. Apabila hilal tidak
terlihat, maka awal bulan ditetapkan mulai maghrib hari berikutnya. Sedangkan metode hisab adalah
melakukan perhitungan untuk menentukan posisi bulan secara matematis dan astronomis. Hisab
merupakan alat bantu untuk mengetahui kapan dan di mana hilal (bulan sabit pertama setelah bulan
baru) dapat terlihat. Hisab sering kali dilakukan untuk membantu sebelum melakukan rukyat.

Tiga kondisi saat penentuan awal bulan Hijriah :

1. Ketinggian hilal kurang dari 0 derajat. Dipastikan hilal tidak dapat dilihat sehingga malam itu
belum masuk bulan baru. Metode rukyat dan hisab sepakat dalam kondisi ini.

2. Ketinggian hilal lebih dari 2 derajat. Kemungkinan besar hilal dapat dilihat pada ketinggian ini.
Pelaksanaan rukyat kemungkinan besar akan mengkonfirmasi terlihatnya hilal. Sehingga awal bulan
baru telah masuk malam itu. Metode rukyat dan hisab sepakat dalam kondisi ini.

3. Ketinggian hilal antara 0 sampai 2 derajat. Kemungkinan besar hilal tidak dapat dilihat secara
rukyat. Tetapi secara metode hisab hilal sudah di atas cakrawala. Jika ternyata hilal berhasil dilihat
ketika rukyat maka awal bulan telah masuk malam itu. Metode rukyat dan hisab sepakat dalam
kondisi ini. Tetapi jika rukyat tidak berhasil melihat hilal maka metode rukyat menggenapkan bulan
menjadi 30 hari sehingga malam itu belum masuk awal bulan baru. Dalam kondisi ini rukyat dan
hisab mengambil kesimpulan yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai