Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENELITIAN TINDAKAN (ACTION RESEARCH)

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah: Metodologi Penelitian
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Munasir, M.Si.

Disusun oleh:

1. Daffa Galuh R. 18030224003 FRD/2018


2. Riana Ambarsari 18030224020 FRD/2018
3. Rahma Dian W.D. 18030224030 FRD/2018

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2020
DAFTAR ISI

Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Penelitian Tindakan
2.2 Tujuan Penelitian Tindakan
2.3 Sifat Penelitian Tindakan
2.4 Metode Penelitian Tindakan
2.5 Proses Penelitian Tindakan
2.6 Penerapan Penelitian Tindakan
BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN
3.1 Contoh 1
3.2 Contoh 2
3.3 Contoh 3
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Studi terhadap literatur penelitian tidak memberi cukup informasi sebagai dasar
dalam pemecahan masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Bahkan suatu hasil penelitian
yang masalahnya sama namun berada di tempat yang lain juga tidak dapat diadopsi begitu
saja karena penelitian yang konvensional hasilnya terlalu umum dan teoritis. Sedangkan,
terdapat praktisi yang ingin terlibat langsung dalam memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi sehari-hari di tempat mereka (Mansurdin dan Yurnetti, 1999). Maka untuk
mencapai tujuan tersebut dilakukanlah suatu bentuk penelitian yaitu penelitian tindakan
sebagai penelitian yang mampu menumbuhkan bentuk kerjasama dengan para praktisi
langsung di lapangan serta dengan meneliti langsung maka dapat berkontribusi dengan
hasil yang nyata untuk pemecahan masalah di kehidupan bermasyarakat.
Penelitian tindakan (action research) merupakan suatu bentuk penelaahan dan
penemuan sebagai salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan
nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang baru untuk mendeteksi dan
memecahkan permasalahan di masyarakat. Oleh karena itu, makalah ini dibuat dan
dibahas secara lebih dalam terutama pada penelitian tindakan karena mengingat
pentingnya tujuan penelitian tindakan sebagai salah satu cara strategis untuk memecahkan
permasalah di masyarakat dengan member solusi dan manfaat langsung berupa tindakan
yang nyata.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana karakteristik metode penelitian pada penelitian tindakan?
1.2.2 Bagaimana perbedaan penelitian tindakan dengan penelitian lainnya?
1.2.3 Bagaimana penerapan dan aplikasi penelitian tindakan?

1.3 Tujuan
1.3.1 Menganalisis karakteristik metode penelitian pada penelitian tindakan.
1.3.2 Menganalisis perbedaan penelitian tindakan dengan penelitian lainnya.
1.3.3 Menganalisis penerapan dan aplikasi penelitian tindakan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Penelitian Tindakan


Menurut Arikunto (2002: 18), penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-
hal yang terjadi di masyarakat atau kelompok sasaran, dan hasinya langsung dapat
dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan. Karakteristik utama penelitian ini adalah
partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota sasaran. Penelitian tindakan
adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam
bentuk proses pengembangan inovatif yang ‘dicoba sambil jalan’ dalam mendeteksi dan
memecahkan masalah. Kemmis (1983) menyatakan bahwa penelitian tindakan
merupakan upaya mengujicobakan ide-ide ke dalam praktek untuk memperbaiki atau
mengubah sesuatu agar memperoleh dampak nyata dari situasi. Kemmis dan Taggar
(1988) juga menyatakan bahwa penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian
reflektif diri yang secara kolektif dilakukan peneliti dalam situasi social untuk
meningkatkan penalaran dan keadilan praktek pendidikan dan social mereka, serta
pemahaman mereka mengenai praktek dan terhadap situasi temapat dilakukan praktek-
praktek tersebut. Action research atau penelitian tindakan merupakan salah satu bentuk
rancangan penelitian, dalam penelitian tindakan peneliti mendeskripsikan,
menginterpretasi dan menjelaskan suatu situasi sosial pada waktu yang bersamaan dengan
melakukan perubahan atau intervensi dengan tujuan perbaikan atau partisipasi. Action
research dalam pandangan tradisional adalah suatu kerangka penelitian pemecahan
masalah, dimana terjadi kolaborasi antara peneliti dengan client dalam mencapai tujuan
(Kurt Lewin,1973 disitasi Sulaksana,2004), sedangkan pendapat Davison, Martinsons &
Kock (2004), menyebutkan penelitian tindakan, sebagai sebuah metode penelitian,
didirikan atas asumsi bahwa teori dan praktik dapat secara tertutup diintegrasikan dengan
pembelajaran dari hasil intervensi yang direncanakan setelah diagnosis yang rinci
terhadap konteks masalahnya. Menurut Gunawan (2007), action research adalah kegiatan
dan atau tindakan perbaikan sesuatu yang perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasinya
digarap secara sistematik dan sistematik sehingga validitas dan reliabilitasnya mencapai
tingkatan riset. Action research juga merupakan proses yang mencakup siklus aksi, yang
mendasarkan pada refleksi; umpan balik (feedback); bukti (evidence); dan evaluasi atas
aksi sebelumnya dan situasi sekarang. Penelitian tindakan ditujukan untuk memberikan
andil pada pemecahan masalah praktis dalam situasi problematik yang mendesak dan
pada pencapaian tujuan ilmu sosial melalui kolaborasi patungan dalam rangka kerja etis
yang saling berterima (Rapoport, 1970 disitasi Madya,2006). Proses penelitian bersifat
dari waktu ke waktu, antara “finding” pada saat penelitian, dan “action learning”. Dengan
demikian action research menghubungkan antara teori dengan praktek. Baskerville
(1999), membagi action research berdasarkan karakteristik model (iteratif, reflektif atau
linear), struktur (kaku atau dinamis), tujuan (untuk pengembangan organisasi, desain
sistem atau ilmu pengetahuan ilmiah) dan bentuk keterlibatan peneliti (kolaborasi,
fasilitatif atau ahli). Zuriah, (2003:54) membuat sebuah kesimpulan bahwa penelitian
tindakan menekankan kepada kegiatan (tindakan) dengan mengujicobakan suatu ide
kedalam praktek atau situasi nyata dalam skala mikro yang diharapkan kegiatan tersebut
mampu memperbaiki, meningkatkan kualitas dan melakukan perbaikan social. Esensi
penelitian tindakan terletak pada adanya tindakan dalam situasi yang alami untuk
memecahkan permasalahan-permasalahan prasktis atau meningkatkan kualitas praktis. 

2.2 Tujuan Penelitian Tindakan


Menurut Grundy dan Kemmis (1990:322), penelitian tindakan memiliki dua tujuan
pokok, yaitu meningkatkan (improve) dan melibatkan (involve). Penelitian tindakan
bertujuan meningkatkan bidang praktik, meningkatkan pemahaman praktik yang
dilakukan oleh praktisi, dan meningkatkan situasi tempat praktik dilaksanakan. Penelitian
tindakan juga berusaha melibatkan pihak-pihak yang terkait. Jika penelitian tindakan
dilaksanakan di sekolah, pihak yang terkait adalah, antara lain, kepala sekolah, guru,
siswa, karyawan, dan orang tua siswa. Tujuan meningkatkan dan melibatkan dalam
penelitian tindakan hendaknya saling menunjang, karena pada dasarnya penelitian
tindakan adalah suatu bentuk penelitian sosial. Pihak yang terlibat langsung dalam
kegiatan praktik yang sedang diteliti hendaknya dilibatkan dalam semua tahapan kegiatan
penelitian: perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan penilaian. Selama kegiatan
penelitian tindakan berlangsung diharapkan pihak-pihak yang terkait langsung dengan
kegiatan praktik juga ikut terlibat dalam proses penelitian.

2.3 Sifat Penelitian Tindakan


1. Bersifat siklis, artinya Penelitian Tindakan terlihat siklis - siklis
(perencanaan, pemberian tindakan, pengamatan dan refleksi), sebagai
prosedur baku penelitian.
2. Bersifat longitudinal, artinya Penelitian Tindakan harus berlangsung dalam
jangka waktu tertentu (misalnya 2 - 3 bulan) secara kontinyu untuk
memperoleh data yang diperlukan, bukan "sekali tembak" selesai
pelaksanaannya.

3. Bersifat partikular - spesifik jadi tidak bermaksud melakukan generalisasi


dalam rangka mendapatkan dalil - dalil. Hasilnyapun tidak untuk
digenaralisasi meskipun mungkin diterapkan oleh orang lain dan di
tempat lain yang konteksnya mirip.

4. Bersifat partisipatoris, dalam arti peneliti sebagai peneliti sekaligus pelaku


perubahan dan sasaran yang perlu diubah. Ini berarti peneliti berperan
ganda, yakni sebagai orang yang meneliti sekaligus yang diteliti pula.

5. Bersifat emik (bukan etik), artinya Penelitian Tindakan memandang


pembelajaran menurut sudut pandang orang dalam yang tidak berjarak
dengan yang diteliti; bukan menurut sudut pandang orang luar yang berjarak
dengan hal yang diteliti.

6. Bersifat kaloboratif atau kooperatif, artinya dalam pelaksanaan Penelitian


Tindakan selalu terjadi kerja sama atau kerja bersama antara peneliti dan
pihak lain demi keabsahan dan tercapainya tujuan penelitian.

7. Bersifat kasuistik, artinya Penelitian Tindakan menggarap kasus - kasus


spesifik atau tertentu dalam pembelajaran yang sifatnya nyata dan
terjangkau; menggarap masalah - masalah besar.

8. Menggunakan konteks alamiah kelas, artinya kelas sebagai ajang pelaksanaan


Penelitian Tindakan tidak perlu dimanipulasi dan atau direkayasa demi
kebutuhan, kepentingan dan tercapainya tujuan penelitian.

9. Mengutamakan adanya kecukupan data yang diperlukan untuk


mencapai tujuan penelitian, bukan kerepresentasifan (keterwakilan
jumlah) sampel secara kuantitatif. Sebab itu, Penelitian Tindakan hanya
menuntut penggunaan statistik yang sederhana, bukan yang rumit.

10. Bermaksud mengubah kenyataan, dan situasi pembelajaran menjadi lebih baik
dan memenuhi harapan, bukan bermaksud membangun teori dan menguji
hipotesis.

2.4 Metode Penelitian Tindakan


Secara garis besar, langkah-langkah dalam penelitian tindakan meliputi
perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pemantauan (monitoring atau observing),
dan penilaian (reflecting atau evaluating) (Kemmis dan McTaggart, 1982). Keempat
langkah pokok ini membentuk satu siklus. Penelitian tindakan merupakan strategi yang
berkelanjutan. Siklus yang terdiri dari empat langkah tersebut diulang sehingga
membentuk spiral: perumusan kembali rencana, perbaikan tindakan, pencarian fakta lebih
banyak, dan analisis ulang.
1. Perencanaan
Dalam kegiatan apapun, perencanaan memiliki peran yang penting. Dalam
penelitian tindakan, perencanaan menjadi langkah pertama yang menjadi dasar bagi
langkah berikutnya. Berdasarkan definisi, perencanaan harus bersifat prospektif
(Kemmis dan McTaggart, 1982), yaitu menunjukkan arah tindakan. Dengan
demikian, perencanaan harus mengarah pada apa saja yang akan dilakukan. Semua
kegiatan yang melibatkan manusia sampai pada tingkat tertentu tidak dapat
diramalkan dan karenanya mengandung resiko. Perencanaan harus mengidentifikasi
dan mengantisipasi hal-hal yang demikian. Perencanaan harus bersifat luwes agar
dapat disesuaikan dengan kejadian-kejadian yang tidak terramalkan sebelumnya dan
dengan kendala-kendala yang sebelumnya tidak diketahui. Tindakan yang
dicantumkan dalam perencanaan harus bersifat strategis. Tindakan strategis adalah
tindakan yang dilaksanakan secara sadar dan sengaja berdasarkan pemikiran rasional.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah implementasi dari rencana. Tindakan yang dilaksanakan
adalah tindakan yang disengaja dan terkendali. Tindakan pertama berfungsi sebagai
landasan bagi pengembangan lebih jauh dari tindakan berikutnya. Suatu tindakan
hendaknya dilandasi dengan niat untuk mengembangkan atau memperbaiki situasi
kelas dalam arti luas. Jika dilihat urutannya, tindakan diarahkan oleh perencanaan,
dalam arti bahwa tindakan harus memperhatikan perencanaan sebagai landasannya.
Oleh karenanya, tindakan bersifat retrospektif (Kemmis dan McTaggart, 1982). Sifat
retrospektif tindakan ini penting, karena sifat ini ini membedakan penelitian tindakan
dengan kegiatan sehari-hari manusia (meskipun tanpa disadari kegiatan tersebut dapat
memiliki unsur perencanaan, pelaksanaan, dan perencanaan kembali). Perbedaanya
adalah bahwa penelitian tindakan merupakan suatu kegiatan yang direncanakan secara
sadar dan disengaja, suatu ciri yang mengarah pada tindakan strategis seperti yang
sudah disebut di atas.
3. Pemantauan
Pemantauan dalam penelitian tindakan berfungsi untuk mendokumentasikan
implementasi perencanaan dalam pelaksanaan tindakan. Pemantauan juga bersifat
prospektif (memandang ke depan) karena menjadi dasar bagi penilaian (refleksi atau
evaluasi) terhadap tindakan sekarang, dan lebih-lebih lagi bagi tindakan yang akan
datang selagi siklus yang sekarang berlangsung. Pemantauan yang cermat diperlukan
karena tindakan pada umumnya mengalami kendala di lapangan. Kendala tidak selalu
dapat diketahui sebelumnya. Pemantauan harus direncanakan tetapi tidak boleh teralu
sempit. Observasi, sebagai salah satu alat pemantau, misalnya, tidak boleh terlalu
sempit. Observasi harus bersifat responsif dan terbuka. Seperti halnya tindakan,
rencana pemantauan harus luwes dan memberi peluang untuk mencatat hal-hal yang
tidak diharapkan. Peneliti perlu mengamati proses tindakan, pengaruh tindakan pada
situasi (baik yang dikehendaki maupun yang tidak dikehendaki), kendala yang timbul,
dan masalah-masalah lain yang muncul. Pemantauan selalu diarahkan oleh tujuan
untuk memberikan dasar bagi refleksi atau penilaian. Dengan cara ini, pemantauan
dapat membantu meningkatkan praktik melalui pemahaman yang lebih baik dan
melalui tindakan strategis yang lebih memadai.
4. Penilaian
Penilaian dalam penelitian tindakan sering juga disebut refleksi atau evaluasi.
Refleksi bersifat retrospektif. Artinya, refleksi akan melihat kembali tindakan yang
telah dicatat dalam tahap pemantauan. Refleksi berusaha memberi makna pada proses,
masalah, kendala yang muncul ketika tindakan strategis dilaksanakan, dan efektifitas
tindakan untuk memecahkan masalah atau meningkatkan situasi. Refleksi
mempertimbangkan berbagai macam perspektif dari pihak-pihak yang terlibat dan
berusaha memahami permasalahan dan penyebab timbulnya permasalahan. Refleksi
biasanya dilakukan melalui diskusi antara pihak-pihak tersebut. Diskusi akan
mengarah pada pemahaman baru dan dijadikan dasar untuk memperbaiki rencana
yang akan dilaksanakan pada siklus berikutnya. Refleksi memiliki aspek evaluatif,
karena langkah ini meminta pihak-pihak yang terlibat untuk menimbang-nimbang dan
menilai apakah tindakan strategis yang telah dilakukan efektif atau tidak.

2.5 Proses Penelitian Tindakan


Terdapat beragam pemikiran mengenai tahapan dan proses pada penelitian
tindakan, menurut Kemmis dengan mengembangkan suatu model sederhana pada proses
alami penelitian tindakan dengan tiap siklusnya terdiri dari empat tahapan yaitu
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi (Rory O’Brien, 1998). Secara ringkas,
bahwa tahapan dalam penelitian tindakan terdiri atas siklus masalah (diagnosing),
perencanaan tindakan (planning action), pelaksanaan tindakan (taking action), dan
evaluasi tindakan (evaluating action) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1 (Hasan,
2009).

Gambar 1. Proses Penelitian Tindakan (Hasan, 2009)


Penelitian tindakan mengandalakan data yang diperoleh secara langsung dari
pengamatan atas perilaku peneliti dari pengumpulan informasi, penataan informasi,
membahas informasi, mencatat, menilai, dan kegiatan lainnya yang sekaligus melakukan
tindakan (Mansurdin dan Yurnetti, 1999). Sedangkan menurut Suwarsih (1984) terdapat
sekurang-kurangnya ada empat langkah yang dilakukan dalam proses penelitian tindakan
yaitu penyusunan rencana, tindakan, observasi, dan refleksi berikut penjelasannya:
1. Rencana
Kegiatan dalam penyusunan rencana diawali dengan perumusan tentang
permasalahan yang dihadapi sehari-hari dalam ruang lingkup tugas yang diemban.
Rencana tindakan yang akan dilakukan hendaknya harus bersifat fleksibel atau luwes
agar dapat disesuaikan dengan perubahan serta pengaruh yang tidak terduga
sebelumnya. Selain itu, dalam proses perencanaan hendaknya para praktisi harus
berkolaborasi dalam suatu diskusi untuk menyatukan bahasa yang akan digunakan
dalam menganalisis dan meningkatkan pemahaman dan tindakan yang akan diambil
dalam situasi tertentu.
2. Tindakan
Tindakan yang telah direncakan hendaknya dirancang dengan matang agar
peneliti bertindak lebih efektif, bijaksana, dan hati-hati untuk dapat mengatasi kendala
yang ada dan memberikan wewenang untuk bertindak lebih tepat guna dan berhasil.
Secara prinsip, tindakan mengandung resiko karena berhadapan dengan situasi nyata
serta berhadapan dengan kendala politik yang timbul secara tiba-tiba tanpa diduga
sebelumnya. Oleh sebab itu, rencana tindakan harus bersifat tentatif, fleksibel, serta
siap diubah sesuai dengan perubahan keaadan secara kondisional.
3. Observasi
Observasi bersifat responsif terbuka pandangan dan pikirannya. Observasi
berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait dan harus
direncanakan sehingg akan ada dasar untuk tahap selanjutnya yaitu refleksi. Hasil dari
observasi dapat langsung digunakan untuk melakukan analisis tentang perlukah
dilakukan perbaikan atau perubahan untuk tindakan pada siklus berikutnya. Maka
dengan dilakukannya tahap observasi dapat memberikan suatu perbaikan tindakan
pada siklus proses berikutnya dengan pemahaman yang lebih mendalam.
4. Refleksi
Menurut Surwasih (1994) tahap refleksi merupakan tahapan untuk mengingat
dan merencanakan kembali suatu tindakan seperti yang telah dicatat dalam observasi.
Tahap refleksi dilakukan agar dapat memahami proses masalah atau persoalan dan
kendala yang nyata kemudian dapat diaplikasikan dalam tindakan yang strategis.
Sedangkan menurut Syukri (1998) tahap refleksi adalah tahapan untuk mengkaji
kembali dari apa yang telah dihasilakn dan yang belum dihasilkan dari tahap proses
yang sebelumnya.

2.6 Penerapan Penelitian Tindakan


Tujuan dari penelitian tindakan (action research) yang berfokus pada solusi
pemecahan masalah-masalah yang nyata dapat diterapkan dalam berbagai bidang
keilmuan. Prinsip-prinsip utama yang dimiliki oleh penelitian tindakan yaitu kritis-
reflektif, kritis-dialogis, kolaborasi sumber daya, risiko, struktur yang plural, dan teori-
praktik-perubahan menjadikan luasnya kajian aplikasi dan penerapan untuk membantu
memecahkan masalah di kehidupan dan melahirkan solusi baru secara nyata. Ada
beberapa penggunaan penelitian tindakan secara umumnya yaitu digunakan pada agenda
perguruan tinggi dan penelitian aplikasi bisnis (Hasan, 2009).
Pada agenda perguruan tinggi, pengembangan penelitian tindakan berperan
sebagai pengembang ilmu pengetahuan dan dimanfaatkan dengan menerapkan di
masyarakat sebagai hasil yang dapat dirasakan dan mengatasi masalah langsung pada
masyarakat dengan tindakan yang nyata. Perguruan tinggi yang didalamnya terdapat
dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa memiliki peran untuk mengembangkan,
mentransformasikan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Oleh karena itu, penelitian
tindakan dapat diterapkan dalam perguruan tinggi karena selain dapat membantu
menyebarluaskan ilmu namun juga menerapkan langsung secara aktif dan positif kepada
masyarakat luas.
Selain itu, penelitian tindakan yang fokusnya berperan secara langsung terutama
dalam membangun masyarakat yang sejahtera, amaka penelitian pendidikan juga dapat
menjadi jembatan pelaksanaan praktik yang baik. Penelitian tindakan dalam dunia bisnis
berperan sebagai riset pengembangan dan riset evaluasi yang dapat dimanfaatkan secara
langsung oleh individu maupun kelompok. Penggunaan penelitian tindakan pada ilmu
ekonomi ini diutamakan dalam dua tugas pokok yaitu mengidentifikasi masalah dan
mengatasi masalah. Contohnya saja, pelaksanaan dari penelitian tindakan dapat menajdi
inspirasi bagi dunia pendidikan ekonomi khususnya dalam mengatasi kemiskinan melalui
adanya program keungan mikro (Hasan, 2009).
BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.1 Contoh 1
Judul jurnal yang akan digunakan sebagai contoh pada penelitian tindakan adalah
Upaya Peningkatan Keaktifan Siswa Melalui Pembelajaran Berdasarkan Gaya Belajar di
SMK Negeri 1 Saptosari (Wibowo, Nugroho. 2016. Upaya Peningkatan Keaktifan Siswa
Melalui Pembelajaran Berdasarkan Gaya Belajar di SMK Negeri 1 Saptosari. Jurnal
Electronics, Informatics, and Vocational Education (ELINVO). 2016: 1(2): 128-139.
DOI: https://doi.org/10.21831/elinvo.v1i2.10621.). Berikut adalah analisis yang diperoleh
pada jurnal tersebut:
a. Jenis Tindakan Penelitian
Jenis tindakan penelitian yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah
penelitian tindakan kelas yang menggunakan model Kemmis dan Taggar yang terdiri
dari perencanaan, tindakan dan pengamatan, serta refleksi. Pada perencaan melakukan
tindakan yang tersusun untuk tahap berikutnya, pada tindakan dan pengamatan
melakukan tindakan secara sadar dan terkendali, pada refleksi melakukan kegiatan
yang mengingat dan merenungkan kembali tindakan hasil sebelumnya.

b. Variabel Penelitian
Variabel kontrol : lima indikator keaktifan siswa dan jenis gaya belajar yang
diterapkan (kinestetik, visual, dan auditori)
Varibel bebas : siswa
Variabel respon : skor nilai atau angka

c. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah lembar observasi
yang berisi lima indikator keaktifan dengan sebelas variabel pengamatan, angket
pengujian tingkat keaktifan siswa yang berisi dua puluh pertanyaan tentang keaktifan
siswa mengikuti proses pembelajaran, dan lembar checklist studi dokumentasi untuk
buku catatan siswa dan bukti catatan pengumpulan tugas sebagai dokumentasi tentang
keaktifan siswa selama proses pembelajaran.
d. Teknik Pengambilan Data
Metode untuk pengambilan data dilakukan dengan tiga metode yaitu metode
observasi, metode angket, dan metode dokumentasi. Metode observasi dengan
menggunakan lembar observasi untuk mencari data tentang proses pelaksanaan model
pembelajaran, metode kuisioner dengan menggunakan pertanyaan untuk diisi para
siswa tentang keaktifannya ketika proses pembelajaran, dan metode dokumentasi dari
buku catatan siswa dan bukti catatan pengumpulan tugas sebagai dokumen pendukung
pelengkap keaktifan siswa.

e. Prosesur Penelitian
Prosedur yang digunakan pada penelitian tersebut terdiri dari dua siklus yang
diawali dengan tindakan pra siklus, siklus I dan seterusnya, dan dihentikan ketika
telah memenuhi target yang ditetapkan. Kriteria keberhasilan yang digunakan pada
penelitian ini adalah dengan menggunakan kriteria normatif dimana ditandai dengan
pembahasan ke arah perbaikan baik guru maupun siswa serta membandingkan dari
hasil yang sebelumnya diberi tindakan dengan hasil setelah diberi tindakan yang
terdiri dari terlaksananya pembelajaran pada kompetensi dasar memelihara baterai
dengan jenis gaya belajar dan banyaknya siswa yang memperoleh keaktifan belajar
yaitu ≥ 75%.

f. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah teknik
analisis deskriptif dengan presentasi yang meninjau dari data yang diperoleh yaitu
data hasil observasi, hasil angket, dan studi dokumentasi yang disajikan dalam bentuk
skor nilai atau angka kemudian data tersebut dianalisis dan didasarkan pada refleksi
tiap siklus tindakan untuk rencana perbaikan pembelajaran pada siklus berikutnya.
Analasis pada metode observasi dilakukan dengan merefleksikan hasil keaktifan
siswa dengan lima indikatornya, pada metode angket dianalisis dengan
mendeskripsikan hasil angket keaktifan dengan indikator keaktifan belajar siswa, dan
pada metode dokumentasi digunakan presentase untuk menyajikannya.

3.2 Contoh 2
Judul jurnal yang akan digunakan sebagai contoh pada penelitian tindakan adalah
Peningkatan Kemampuan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN Sampaka Kec.
Bualemo Kab. Banggai Melalui Metode Diskusi Kelompok. (Eresia Lamajau. 2013 .
Peningkatan Kemampuan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN Sampaka Kec.
Bualemo Kab. Banggai Melalui Metode Diskusi Kelompok. Jurnal Kreatif Tadulako
Online 5(1): 201 – 211. https://media.neliti.com/media/publications/110319-ID-
peningkatan-kemampuan-keterampilan-berbi.pdf.). Berikut adalah analisis yang di
peroleh pada jurnal tersebut :
a. Jenis Tindakan Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian tindakan (action research) yang
berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK), secara bersiklus terdiri dari Perencanaan,
Tindakan, observasi dan Refleksi. Penelitian ini diarahkan untuk memecahkan
masalah atau perbaikan yang berhubungan dengan masalah-masalah dikelas.
Penelitian ini difokuskan kepada perbaikan proses maupun peningkatan hasil
kegiatan. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yang mengacu pada model kemmis
dan Mc Taggar (Depdiknas, 2005 : 6) yaitu rencana, tindakan, observasi dan refleksi.

b. Variabel Penelitian
Variabel kontrol : Siswa Kelas V SDN Sampaka Kec. Bualemo Kab. Banggai
Varibel bebas : Siklus I dan II
Variabel respon : Hasil tes siswa dan wawancara guru

c. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah Hasil observasi
aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar pada setiap siklus diamati melalui
aspek siswa memberikan respon saat guru memberikan apersepsi, Siswa
mendengarkan penjelasan materi yang disampaikan oleh guru, Siswa mengerjakan
LKS, Siswa berdiskusi dengan kelompok, Siswa menggunakan pembelajaran metode
diskusi kelompok dan siswa mempresentasekan hasil diskusi kelompok.

d. Teknik Pengambilan Data


Metode untuk pengambilan data dilakukan dengan tiga metode yaitu metode
observasi, metode wawancara dan metode dokumentasi. Metode observasi dengan
menggunakan lembar observasi untuk mencari data tentang proses pelaksanaan model
pembelajaran, metode wawancara dengan menggunakan pertanyaan untuk diisi para
siswa dan guru tentang keaktifannya ketika proses pembelajaran, dan metode
dokumentasi dari buku catatan siswa dan bukti catatan pengumpulan tugas sebagai
dokumen pendukung pelengkap keaktifan siswa.

e. Prosedur Penelitian
Prosedur yang digunakan pada penelitian tersebut terdiri dari dua siklus yang
diawali dengan tindakan pra siklus, siklus I dan seterusnya, dan dihentikan ketika
telah memenuhi target yang ditetapkan. Kriteria keberhasilan yang digunakan pada
penelitian ini adalah dengan menggunakan kriteria normatif dimana ditandai dengan
pembahasan ke arah perbaikan baik guru maupun siswa serta membandingkan dari
hasil yang sebelumnya diberi tindakan dengan hasil setelah diberi tindakan yang
terdiri dari terlaksananya pembelajaran pada kompetensi dasar memelihara baterai
dengan jenis gaya belajar dan banyaknya siswa yang memperoleh keaktifan belajar
yaitu ≥ 75%.

f. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah teknik
analisis data kualitatif dan kuantitatif. Pada teknik analisis data kualitatif analisa data
dalam penelitian ini dilakukan setelah pengumpulan data. Adapun tahap-tahap
kegiatan analisis data kualitatif adalah (1) mereduksi data, (2) menyajikan data, (3)
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Sedangkan teknik analisa data kuantitatif yang
digunakan dalam penelitian tindakan kelas(PTK) ini adalah hasil belajar. Dengan
demikian akan ditentukan indikator hasil belajar siswa. Berdasarkan indikator hasil
belajar siswa dapat dilihat pada bagian obsevasi untuk siswa di atas, lalu ditentukan
frekuensinya atau jumlah siswa. Dari sini dihitung berdasarkan rumus presentase
ketuntasan belajar siswa denan menggunakan rumus sebagai berikut: a. Daya Serap
Individu(DSI), b. Ketuntasan Belajar secara Klasikal(KBK)
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh yaitu
4.1.1 Metode penelitian meliputi perencanaan (planning), pelaksanaan (acting),
pemantauan (monitoring atau observing), dan penilaian (reflecting atau evaluating).
Keempat langkah pokok ini membentuk satu siklus. Penelitian tindakan merupakan
strategi yang berkelanjutan. Siklus yang terdiri dari empat langkah tersebut diulang
sehingga membentuk spiral: perumusan kembali rencana, perbaikan tindakan, pencarian
fakta lebih banyak, dan analisis ulang.
4.1.2 Penelitian tindakan sangat berbeda dengan penelitian lainnya, hal tersebut di
karenakan di dalam penelitian tindakan terdapat unsur – unsur perubahan data yang
signifikan pada objek yang diteliti meliputi perilaku atau tindakan makhluk hidup.
Dimana notabene setiap makhluk hidup selalu mengalami perubahan tindakan di
sebabkan oleh kondisi emosional yang melekat padanya.
4.1.3 Penelitian tindakan sangat mungkin di terapkan pada bidang pendidikan dan
humaniora. Hal tersebut di sebabkan oleh karena kedua bidang tersebut tidak terlepas dari
peranan makhluk hidup di dalam nya. Seperti kondisi kelas (pembelajaran), kondisi sosial
masyarakat, dsb

4.2 Saran
Saran yang dapat diberikan yaitu
4.2.1
4.2.2
4.2.3
DAFTAR PUSTAKA

O’Brien, Rory. 1998. An Overview of the Methodological Approach of Action Research.


USA: Faculty of Information Studies- University of Toronto.
Hasan. Action Research : Desain Penelitian Integratif untuk Mengatasi Permasalahan
Masyarakat. AKSES: Jurnal Ekonomi dan Bisnis. 2009; 4(8): 177-188. DOI:
http://dx.doi.org/10.31942/akses.v4i8.523.
Mansurdin dan Yurnetti. 1999. Penelitian Tindakan (Action Research) dan Aplikasinya di
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Padang: Universitas Negeri
Padang.
Madya, Suwarsih. 1984. Panduan Penelitian Tindakan. Yogyakarta: Lembaga Penelitian
IKIP Yogyakarta.
Widiyati, Ani. Penelitian Tindakan Kelas. AKSES : JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI
INDONESIA. 2008; VI(1): 87 – 93.
https://journal.uny.ac.id/index.php/jpakun/article/view/1793/1487

Anda mungkin juga menyukai