Anda di halaman 1dari 18

DUKUNGAN SOSIAL DAN KETERPADUAN SOSIAL

DETERMINAN SOSIALKESEHATAN MASYARAKAT

Disusun oleh
Kelompok 3
PKIP 2019

Putu Roselya Mutiara P. 101611133065


Anindya Parama F 101611133080
Ratna Dwicahyanintyas 101611133100
Annisa Fitrah Alifia 101611133160
M. Azari Mardhani 101611133233

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019

i
DAFTAR ISI

COVER..............................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................1
1.3 Tujuan...........................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN....................................................................................3
2.1 Dukungan Sosial...........................................................................................3
2.2 Keterpaduan Sosial........................................................................................9
BAB 3 PENUTUP..............................................................................................13

i
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya manusia adalah sebagai makhluk individu yang unik, berbeda antara
satu dengan yang lain. Secara individu juga, manusia ingin memenuhi kebutuhannya
masing-masing, ingin merealisasikan diri atau ingin dan mampu mengembangkan
potensi-potensi mesing-masing. Namun selain manusia sebagai makhluk individu namun
manusia adalah juga makhluk sosial, manusia perlu mengembangkan potensi-potensinya,
dan hal itu tidak dapat dilakukannya secara sendiri manusia membutuhkan bimbingan
atau bantuan orang lain. Dan pada dasarnya tidak ada manusia yang bisa hidup tanpa
bantuan orang lain. Hal ini menggambarkan bahwa manusia hidup saling ketergantungan
dan saling membutuhkan antara manusia satu dengan manusia lainnya. Selain itu manusia
juga membutuhkan dukungan sosial. Dukungan sosial merupakan hadirnya orang-orang
tertentu untuk memberikan bantuan dalam melakukan kegiatan atau mengatasi masalah.

Dukungan sosial merupakan


hadirnya orang-orang tertentu
yang secara pribadi
memberikan nasehat, motivasi,
arahan dan menunjukkan jalan
keluar ketika individu
mengalami masalah dan
pada saat mengalami
kendala dalam melakukan
kegiatan
1
secara terarah guna
mencapai tujuan (Bastaman,
dalam Fatwa, 2014
Dukungan sosial merupakan
hadirnya orang-orang tertentu
yang secara pribadi
memberikan nasehat, motivasi,
arahan dan menunjukkan jalan
keluar ketika individu
mengalami masalah dan
pada saat mengalami
kendala dalam melakukan
kegiatan
secara terarah guna
mencapai tujuan (Bastaman,
dalam Fatwa, 2014
2
Dukungan sosial merupakan
hadirnya orang-orang tertentu
yang secara pribadi
memberikan nasehat, motivasi,
arahan dan menunjukkan jalan
keluar ketika individu
mengalami masalah dan
pada saat mengalami
kendala dalam melakukan
kegiatan
secara terarah guna
mencapai tujuan (Bastaman,
dalam Fatwa,
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari Dukungan sosial?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi Dukungan sosial?.
3. Apa saja klasifikasi Dukungan sosial?
4. Bagaimana cakupan Dukungan sosial?
5. Apa saja sumber dari Dukungan sosial?.

3
6. Apa saja komponen Dukungan sosial?
7. Apa saja bentuk dari Dukungan sosial?
8. Apa saja dimensi Dukungan sosial?
9. Apa keterkaitasn Dukungan sosial?
10. Apa pengertian Keterpaduan sosial?
11. Apa saja dimensi Keterpaduan sosial?
12. Bagaimana contoh Keterpaduan sosial?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian dari Dukungan sosial
2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi Dukungan sosial.
3. Mengetahui klasifikasi Dukungan sosial.
4. Mengetahui cakupan Dukungan sosial.
5. Mengetahui sumber dari Dukungan sosial.
6. Mengetahui komponen Dukungan sosial.
7. Mengetahui bentuk dari Dukungan sosial.
8. Mengetahui dimensi Dukungan sosial.
9. Mengetahui keterkaitasn Dukungan sosial.
10. Mengetahui pengertian Keterpaduan sosial.
11. Mengetahui dimensi Keterpaduan sosial.
12. Mengetahui bagaimana contoh Keterpaduan sosial.

4
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Dukungan sosial

2.1.1 Pengertian Dukungan sosial

Dukungan sosial menurut gottlieb adalah informasi verbal atau non verbal,
saran,bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang
akrab dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran
dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada
tingkah laku penerimanya. Dukungan sosial adalah pemberian perasaan nyaman
baik secara fisik maupun psikologis kepada seseorang untuk menghadapi masalah
(Baron & Byrne, 1997). Menurut Rook dan Smet mengatakan bahwa dukungan
sosial erupakan salah satu fungsi dari ikatan sosial, dan ikatan-ikatan sosial
tersebut menggambarkan tingkat kualitas umum dari hubungan interpersonal.
Ikatan dan persahabatan dengan orang lain dianggap sebagai aspek yang
memberikan kepuasan secara emosional dlam kehidupan individu. Ketika
sesorang didukung oleh lingkunga, maka segalanya akan terasa lebih mudah.
Dukungan sosial menunjukkan pada hubungan interpersonal yang melindungi
individu terhadap konsekuensi negative dari stress. Dukungan sosial yang
diterima dapat membuat individu merasa tenang, diperhatikan, dicintai, timbul
rasa percaya diri dan kompeten. Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa dukungan sosial adalah bentuk pemberian informasi, perhatian,
emosi verbal maupun non verbal dari proses interaksi sosial yang dapat
memberikan kepuasan secara emosional di kehidupan seseorang.

2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Sosial

Menurut Sarafino (Sarafino & Smith, 2012), ada beberapa faktor yang
menentukan seseorang menerima dukungan sosial, yaitu:
a. Penerima dukungan (Recipients)
Individu harus memiliki proses sosialisasi yang baik dengan lingkungannya,
termasuk didalamnya membantu orang lain yang butuh pertolongan atau
dukungan, dan membiarkan orang lain tahu bahwa dirinya membutuhkan

3
dukungan atau pertolongan jika memang membutuhkan. Hal ini berarti seseorang
akan memperoleh dukungan sosial jika dia melakukan hal-hal yang dapat memicu
orang lain untuk memberikan dukungan terhadap dirinya.
Sebaliknya, seseorang tidak mungkin menerima dukungan sosial jika dia
tidak ramah, tidak pernah menolong orang lain, dan tidak terbuka kepada orang
lain jika dia membutuhkan dukungan atau pertolongan. Hal ini terjadi karena
adanya hubungan timbal balik antara individu dan orang-orang sekitarnya.
b. Penyedia dukungan (Providers)
Providers yang dimaksud mengacu pada orang-orang yang dapat menjadi
sumber dukungan sosial. Ketika individu tidak mendapatkan dukungan sosial,
bisa saja orang yang seharusnya memberikan dukungan sedang dalam kondisi
yang kurang baik, tidak memiliki jenis bantuan yang dibutuhkan oleh penerima
dukungan/recipients, sedang mengalami stress, atau kondisi-kondisi tertentu yang
membuatnya tidak menyadari bahwa ada orang yang membutuhkan bantuannya.
c. Komposisi dan struktur jaringan sosial
Komposisi dan struktur jaringan sosial adalah hubungan yang dimiliki
individu dengan orang-orang dalam keluarga dan lingkungannya. Hubungan ini
dapat dilihat dalam jumlah orang yang sering berhubungan dengan individu,
frekuensi hubungan (seberapa sering individu bertemu dengan orang-orang
tersebut), komposisi (apakah orang-orang tersebut merupakan anggota keluarga,
teman, rekan kerja dan sebagainya) dan intimasi (kedekatan hubungan individu
dan kepercayaan satu sama lain).
Secara psikis, hubungan yang dimiliki individu tersebut menumbuhkan rasa
ingin tahu, rasa aman, perasaan religius, tidak mungkin terpenuhi tanpa bantuan
orang lain. Apabila individu sedang menghadapi masalah, maka akan cenderung
mencari dukungan sosial dari orang- orang sekitar sehingga dirinya merasa
dihargai, diperhatikan dan dicintai
2.1.3 Klasifikasi Dukungan Sosial

Dukungan sosial dapat diwujudkan dalam perilaku, baik ucapan maupun


tindakan. Terdapat beberapa teori yang mengklasifikasikan kategori dukungan
sosial, salah satunya Menurut Cohen & Syme (1985), terdapat 4 kategori
dukungan sosial, yaitu :

4
1. Dukungan informasi
Memberikan penjelasan tentang situasi dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapi individu. Dukungan
ini, meliputi memberikan nasehat, petunjuk, masukan atau penjelasan
bagaimana seseorang bersikap.
2. Dukungan emosional
Meliputi ekspresi empati misalnya mendengarkan, bersikap terbuka,
menunjukkan sikap percaya terhadap apa yang dikeluhkan, mau
memahami, ekspresi kasih sayang dan perhatian. Dukungan emosional
akan membuat si penerima merasa berharga, nyaman, aman, terjamin, dan
disayangi.
3. Dukungan instrumental
Bantuan yang diberikan secara langsung, bersifat fasilitas atau materi
misalnya menyediakan fasilitas yang diperlukan, meminjamkan uang,
memberikan makanan, permainan atau bantuan yang lain.
4. Dukungan appraisal atau penilaian
Dukungan berbentuk penilaian yang positif, penguatan (pembenaran)
untuk melakukan sesuatu, umpan balik atau menunjukkan perbandingan
sosial yang membuka wawasan seseorang yang sedang dalam keadaan
stres.
2.1.4 Cakupan Dukungan Sosial

Menurut Saranson (1983) yang dikutip oleh Kuntjoro (2002), dukungan


sosial mencakup 2 hal yaitu,

1. Jumlah sumber dukungan sosial yang tersedia


Merupakan persepsi individu terhadap sejumlah orang yang dapat
diandalkan saat individu membutuhkan bantuan (pendekatan berdasarkan
kuantitas).
2. Tingkat kepuasan akan dukungan sosial yang diterima
Tingkatan kepuasan akan dukungan sosial yang diterima berkaitan dengan
persepsi individu bahwa kebutuhannya akan terpenuhi (pendekatan
berdasarkan kualitas).

5
2.1.5 Sumber Dukungan Sosial
Menurut Kuntjoro (2002) mengutip dari Rook dan Dooley (1985) bahwa
terdapat 2 (dua) sumber dukungan sosial, yaitu sumber natural dan sumber
artifisial.
1. Dukungan sosial natural
Dukungan sosial natural bersifat non-formal dan bisa didapatkan
melalui interaksi sosial dalam kehidupan sehari-hari secara spontan
dengan orang di sekitar. Sumber dukungan sosial natural muncul secara
natural dari hubungan yang telah terjalin lama. Menurut Wangmuba
(2009), hubungan ini bisa berupa hubungan dengan keluarga, sahabat
atau teman, dan masyarakat.
2. Dukungan sosial artifisial
Dukungan sosial artifisial adalah dukungan sosial yang dirancang ke
dalam kebutuhan primer seseorang. Misalkan dukungan sosial yang
diberikan kepada korban bencana alam melalui sumbangan sosial.
2.1.6 Komponen Dukungan Sosial
Menurut Cutrona, dkk (1994) yang dikutip oleh Kuntjoro (2002), terdapat
6 (enam) komponen dukungan sosial yang disebut “The social provision scale”,
dimana setiap komponen di dalamnya berdiri sendiri, namun masih berhubungan
satu sama lainnya.
1. Kerekatan emosional (Emotional attachment)
Komponen ini merupakan peradaan akan kedekatan secara emosional
dan rasa aman. Dukungan ini paling sering dan umumnya didapatkan
dari pasangan hidup atau keluarga atau teman yang memiliki hubungan
harmonis.
2. Integrasi sosial (Social integration)
Komponen ini merupakan perasaan menjadi bagian dari keluarga,
tempat seseorang berada dan tempat saling berbagi minat dan aktivitas.
Dukungan ini memungkinkan seseorang untuk mendapatkan perasaan
memiliki suatu keluarga hingga memungkinkan ia untuk membagi
minat, perhatian serta melakukan kegiatan rekreatif atau secara
bersamaan.

6
3. Adanya pengakuan (Reassurance of worth)
Komponen ini meliputi pengakuan akan kemampuan seseorang dalam
lingkungannya. Dalam dukungan ini, seseorang akan mendapat
pengakuan atas kemampuan dan keahliannya, dan penghargaan dari
orang lain. Dukungan ini bisa didapatkan dari keluarga, lembaga, atau
pun instansi seseorang bekerja atau terlibat.
4. Ketergantungan yang dapat diandalkan (Reliable alliance)
Komponen ini meliputi kepastian bahwa seseorang dapat
mengharapkan adanya kerabat lain yang bisa membantunya dalam
mengatasi permasalahan atau ketika membutuhkan bantuan. Dukungan
ini biasanya didapatkan dari anggota keluarga.
5. Bimbingan (Guidance)
Komponen ini terkait dengan adanya hubungan dengan orang lain yang
memungkinkan seseorang mendapatkan informasi, saran, atau nasehat
yang diperlukan dalam mengatasi masalah. Dukungan ini bisa
didapatkan dari guru, ulama, tokoh masyarakat, atau seseorang yang
dituakan.
6. Kesempatan untuk mengasuh (Opportunity for nurturance)
Komponen ini memungkinkan seseorang untuk memeroleh perasaan
bahwa ada orang lain yang bergantung kepada dirinya dalam
menjalankan kehidupannya. Sumber dukungan ini biasanya adalah anak
atau keturunan, dan pasangan hidup.

2.1.7 Bentuk Dukungan Sosial


Menurut Cohen dan Hoberman dalam Isnawati dkk (2013), dukungan
sosial terbagi menjadi empat bentuk, yaitu:
1. Appraisal support
Dukungan berupa nasihat yang membantu untuk menyelesaikan suatu
masalah atau membantu mengurangi stressor yang dirasakan.
2. Tangiable support
Dukungan berupa bantuan nyata seperti tindakan atau bantuan fisik
dalam menyelesaikan suatu tugas.

7
3. Self esteem support
Dukungan yang diberikan oleh orang lain, sehingga seseorang memiliki
perasaan kompeten atau harga diri yang tinggi.
4. Belonging support
Dukungan ini menunjukkan perasaan diterima menjadi bagian dari suatu
kelompok dan rasa kebersamaan.
2.1.8 Dimensi Dukungan Sosial
Menurut Sarafino (dalam Kumalasari & Nur, 2012) menyatakan bahwa
ada beberapa aspek yang harus dipenuhi sehingga tercipta dukungan sosial yang
baik, dukungan sosial terdiri dari empat dimesi yaitu:
1. Dukungan emosional
Dukungan ini melibatkan ekspresi rasa empati dan perhatian terhadap
individu, sehingga individu tersebut merasa nyaman, dicintai dan
diperhatikan. Dukungan ini meliputi perilaku seperti memberikan
perhatian dan afeksi serta bersedia mendengarkan keluh kesah orang lain.
Misalnya mengucapkan bela sungkawa terhadap individu yang kehilangan
salah satu keluarganya.
2. Dukungan penghargaan
Dukungan ini melibatkan ekspresi yang berupa pernyataan setuju dan
penilaian positif terhadap ide-ide, perasaan dan performa orang lain.
Misalnya memberikan pernyataan akan suatu ide yang muncul dari
pemikiran seorang teman.
3. Dukungan instrumental
Dukungan ini melibatkan bantuan langsung, misalnya yang berupabantuan
finansial atau bantuan dalam mengerjakan tugas-tugas tertentu. Misalnya
memberikan bantuan langsung kepada korban bencana alam.

4. Dukungan informatif
Dukungan yang bersifat informasi ini dapat beruapa saran, pengarahan dan
umpan balik tentang bagaimana cara memecahkan persoalan. Misalnya
memberikan masukan atau saran dan umpan balik

8
2.1.9 Keterkaitan Dukungan Sosial dengan Kesehatan Masyarakat
Dukungan sosial sangatlah penting untuk dipahami khususnya dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena dukungan sosial menjadi
sangat berharga ketika individu mengalami suatu masalah oleh karena itu individu
yang bersangkutan yang mengalami masalah tersebut membutuhkan orang-orang
terdekat yang dapat dipercaya untuk membantunya dalam mengatasi
permasalahannya tersebut.

Dengan adanya dukungan sosial yang telah diberikan kepada antar


individu atau komunitas, menunjukkan hubungan interpersonal yang melindungi
individu terhadap konsekuensi stres. Dukungan sosial yang diterima dapat
membuat individu lain merasa tenang, diperhatikan, dicintai, dan timbul rasa
percaya diri. Hubungan sosial yang supportif secara sosial juga membantu
meredam efek stres, membantu orang mengatasi stres, sehingga dapat
meningkatkan derajat kesehatan seseorang. Dukungan sosial dapat diperoleh dari
keluarga, teman-teman, suatu komunitas maupun instansi lainnya. Dukungan
sosial tersebut bertujuan untuk memperkecil pengaruh tekanan-tekanan atau stres
yang dialami oleh suatu individu.

2.2 Keterpaduan sosial (Social Cohesion)


2.2.1 Pengertian Keterpaduan sosial

Dewan Eropa mendefinisikan kohesi sosial/keterpaduan sosial sebagai


kemampuan suatu masyarakat untuk menjamin kesejahteraan anggotanya,
menekan perbedaan dan menghindari polarisasi. Masyarakat yang kohesif
merupakan komunitas yang terdiri dari individu-individu bebas yang saling
mendukung, mencapai tujuan bersama secara demokratis. Kohesi sosial mencakup
perasaan kebersamaan (sense of belonging), kepercayaan sosial (social trust), dan
kerjasama timbal balik (generalised reciprocity and cooperation), serta
keharmonisan sosial (social harmony) (Harpham, Grant, & Thomas, 2002).
Konsep kohesi sosial, merupakan kondisi dimana setiap elemen sosial dalam
masyarakat berfungsi memberikan standar norma bagi hidup bersama. Secara
etimologi kohesi merupakan kemampuan suatu kelompok untuk menyatu. Dalam
kohesi sosial kontemporer dapat didefinisikan sebagai kemampuan masyarakat

9
untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi anggotanya termasuk dengan
pemenuhan kebutuhan hidup didalamnya.

2.2.2 Dimensi Keterpaduan Sosial (Social Cohesion))

Ada berbagai upaya untuk menentukan dimensi kohesi sosial. Dari hasil
penelaahan terhadap berbagai pendekatan telah ditarik kesimpulan bahwa konsep
kohesi sosial menggabungkan terutama dua dimensi tujuan sosial yang dapat
analitis dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Dimensi menyangkut pengurangan kesenjangan, ketidakadilan, dan pengucilan


sosial.
Didefinisikan sebagai rendahnya tingkat kesejahteraan (rendahnya status
ekonomi) dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial
mungkin dikarenakan tidak mendapat kesempatan yang sama / kesenjangan
antara perempuan dan laki-laki, generasi, strata sosial, dengan disabilitas,
kelompok kewarganegaraan. Contoh : Ketidaksetaraan gender dalam
keterlibatan dalam pekerjaan rumah tangga dan anak, peluang dalam partisipasi
ataupun kerja dalam politik, ketidaksetaraan antara orang-orang cacat dan non-
cacat di akses ke transportasi umum atau lembaga pendidikan dan
ketidaksetaraan antara warga negara dan non-negara dalam pendaftaran
pendidikan atau keselamatan publik.
2. Dimensi menyangkut penguatan hubungan sosial, interaksi dan hubungan
Dimensi ini mencakup semua aspek yang umumnya juga dianggap
sebagai modal sosial suatu masyarakat.Konsep modal sosial mencakup kualitas
hubungan dan interaksi antara individu atau kelompok yang saling
berkomitmen, memiliki kepercayaan, rasa memiliki dan solidaritas yang
sesuai dengan aturan/norma yang berlaku. Hal ini menjadi dasar-dasar
koherensi sosial internal di masyarakat (McCracken 1998, Woolley 1998;
Jenson 1998b; O' Connor 1998). Dimensi ini mencakup semua aspek yang
umumnya juga dianggap sebagai modal sosial suatu masyarakat. (Berger-
schmitt, 2000)

10
2.2.3 Contoh Kohesi Sosial (Social Cohesion)

Pada agenda Nawacita ketiga Presiden, Joko Widodo dan Wakil Presiden
RI, Jusuf Kalla, telah menjawabnya dengan menebalkan frace “membangun
Indonesia dari pinggiran”. Artinya, pembangunan tidak lagi terpusat di perkotaan
tetapi menyebar secara merata ke seluruh pelosok daerah.

Kebijakan desentralisasi asimetris dengan melindungi kepentingan


nasional Indonesia di kawasan perbatasan, diharapkan dapat memperkuat daya
saing ekonomi Indonesia secara global. Juga dapat membantu daerah-daerah yang
pelayanan publiknya belum cukup memadai. Ini salah satu poin yang terkandung
dalam agenda Nawacita ketiga. Kebijakan desentralisasi asimetris memang secara
teoritis tergolong baru di Indonesia, bila dibandingkan dengan teori desentralisasi
yang hanya mengedepankan pelimpahan wewenang dari pusat ke daerah.
Desentralisasi asimetris lebih fokus terkait bagaimana wewenang keuangan,
pengawasan dan kelembagaan didesentralisasikan secara kontekstual dalam
membangun keutuhan NKRI, termasuk kawasan perbatasan.

Kemajuan digitalisasi bidang informasi sekaligus dapat membawa dampak


positif maupun negatif. Dalam hal positif, dapat memudahkan dan mempercepat
masyarakat dalam mengakses informasi mengenai apapun. Selain itu juga dapat
memajukan dunia bisnis dan industri kreatif. Tapi sisi negatifnya, informasi yang
disebarluaskan dapat disalahgunakan oleh orang yang tidak tepat. Dapat
dikonsumsi oleh pihak yang tidak memiliki kapasitas untuk mengolah informasi
tersebut secara baik dan benar. (Dua, Nawa, Di, & Dan, 2017)

Kohesi sosial tersebut juga diarahkan untuk berorientasi secara politik,


yaitu untuk meredam dan menyatukan kembali masyarakat yang terkotak-kotak
usai perhelatan politik pemilihan kepala daerah (Pilkada). Sehingga daerah atau
bangsa kita dengan modal sosial berupa  nilai toleransi, gotong royong, 
kebinekaan, saling percaya, bekerja bersama, jangan sampai dikalahkan oleh
kepentingan ekonomi dan politik jangka pendek. Disamping itu, tradisi dialog,
bekerja bersama, gotong royong dan saling percaya yang dikenal sebagai ciri khas
masyarakat Indonesia perlu diaktualisasikan dalam kehidupan bermasyarakat dan

11
berbangsa dalam menciptakan kohesi sosial nasional yang kuat dan hidup
berdampingan secara damai di kawasan perbatasan.

12
BAB 3

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Dukungan sosial merupakan bentuk pemberian informasi, perhatian, emosi verbal


maupun non verbal dari proses interaksi sosial yang dapat memberikan kepuasan secara
emosional di kehidupan seseorang. Faktor yang mempengauhi seseorang mendapatkan
dukungan sosial yakni penerima dukungan (Recipients), penyedia dukungan (Providers),
komposisi dan struktur jaringan sosial. Dukungan sosial bisa didapatkan secara natural
dengan spontan melalui interaksi sosial atau pun artifisial. Keterpaduan sosial (Social
Cohesion) adalah kemampusn masyarakat untuk menjamin kesejahteraan anggotanya,
menekan perbedaan dan menghindari polarisasi. Keterpaduan sosial memiliki dua dimensi,
yaitu dimensi pertama yang menyangkut pengurangan kesenjangan, ketidakadilan, dan
pengucilan sosial. Kemudian dimensi kedua menyangkut penguatan hubungan sosial,
interaksi dan hubungan. Dimensi ini mencakup semua aspek yang umumnya juga dianggap
sebagai modal sosial suatu masyarakat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Baron dan Byrne(1997), dalam Irawan, Dwi.(2009. Pengaruh Social Support Terhadap
Bentuk-Bentuk Coping Istri Prajurit Batalyon Infanteri 511/d Pengaruh Duy Blitar
yang Ditinggal ke Papua. Malang

Bart Smet.1994.Psikologi Kesehatan.Jakarta:PT Grasindo.Hal 134

Benjamin, H. Gottlieb. 1983.Social Support Strategies.California:Sage Publication.halaman

Berger-schmitt, R. (2000). Social Cohesion as an Aspect of the Quality of Societies: Consept


and Measurement, (14).
Dua, P., Nawa, T., Di, C., & Dan, P. (2017). Nawa cita, 29(April).
28.

Cohen, S., & Hoberman, H. 1983. Positive Events and Social Support as Buffers of Life
Change Stress. Journal of Applied Social Psychology Vol. 13(99-125).

Cohen, S. & Syme, S. L. 1985. Social Support and Health. London: Academic Press Inc.

Cutrona, C.E., dkk. 1994. Perceived Paternal Social Support and Academic Achievement: An
Attachment Theory Perspective. Journal of Personal and Social Psychology Vol.66(2):369-
378.

Isnawati, D., & Suhariadi, F. 2013. Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Penyesuaian
Diri Masa Persiapan Pensiun Pada Karyawan PT. Pupuk Kaltim. Jurnal Psikologi
Industri dan Organisasi Vol.2(1):1-6.

Kuntjoro, ZS. 2002. Jurnal Psikologi: Dukungan Sosial Pada Lansia. Tersedia di
http://www/e-psikologi.com/usia/160802.htm (diakses pada 31 Agustus 2019)

Rook & Dooley. 1985. Social Support. Tersedia di http://www/e-psikologi.com (diakses pada
31 Agustus 2019)

Sarafino, Edward P., and Timothy W. Smith. 2012. Health psychology: biopsychosocial


interactions. Hoboken: J. Wiley & Sons.

Anda mungkin juga menyukai