Anda di halaman 1dari 14

STRATEGI KOPING PADA LANSIA YANG DITINGGAL MATI

PASANGAN HIDUPNYA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai

Derajat Sarjana S-1 Psikologi

Diajukan oleh :

WIWI NUR ASIH

F 100 090 153

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2013
STRATEGI KOPING PADA LANSIA YANG DITINGGAL MATI
PASANGAN HIDUPNYA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai

Derajat Sarjana S-1 Psikologi

Diajukan oleh :

WIWI NUR ASIH

F 100 090 153

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2013

i
STRATEGI KOPING PADA LANSIA YANG DITINGGAL MATI
PASANGAN HIDUPNYA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai

Derajat Sarjana S-1 Psikologi

Diajukan oleh:
WIWI NUR ASIH

F 100 090 153

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

ii
III
.tr41 .un,i1
eIO-Zmm-'uyrr;urng Jg InloJfZ 'Br(I
tt <4'
\rl@
Eurqrurquo6
: qelo mfn1asp IIBIoI
r[n8ue4 rrs^\eq uedop rp uB lu€r{suedp ryrun rnlnlsslp q"loJ
csI06000I'.{
qIsV rnN !,I{A\
: qelo uu:pfel(
YANdfI(trH NYONVSYd
IIYW TYOONIIIO CNVA YISNV] V(IVd CNIdOX ICSIYUIS
ABSTRAKSI

STRATEGI KOPING PADA LANSIA YANG DITINGGAL MATI


PASANGAN HIDUPNYA

Wiwi Nur Asih


Dra. Zahrotul Uyun, M.Si.
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Saiyawiwi@yahoo.co.id

Lansia yang ditinggal mati pasangan hidupnya akan mengalami


permasalahan baru sehubungan dengan kematiana pasangan, permasalahan
yang dihadapi oleh para lansia yang ditinggal mati pasangan antara lain:
kesepian, kerinduan akan kebersamaan dulu dengan pasangan, dan merasa
sendirian ketika harus mengatasi masalah yang datang. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui secara mendalam strategi koping pada lansia
yang ditinggal mati pasanga hidup. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif yaitu dengan melakukan wawancara dan observasi kepada
informan untuk mendapat data yang lebih mendalam. Pemilihan informan
dilakukan dengan purposive sampling. Informan dalam penelitian ini
berjumlah 3 orang lansia perempuan usia 60 tahun keatas, sudah ditinggal
mati pasangannya selama 2 tahun, tidak menikah lagi dan sudah tidak
bekerja.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi koping pada
lansia yang ditinggal mati pasangan hidupnya dapat dilihat dari 4 aspek,
antara lain aspek keaktifan diri , aspek perencanaan, aspek penerimaan dan
aspek religiusitas, dimana hal tersebut dapat diketahui dari lansia dalam
menyelesaikan masalah seperti lebih menyibukkan diri dengan kegiatan di
lingkungan masyarakat yaitu mengikuti pengajian. Selain itu, lebih suka
mengalihkan masalah daripada memikirkan dan menghadapi secara
langsung, acuh terhadap situasi yang tertekan, tidak mau ambil pusing, dan
memilih untuk diam saat menghadapi masalah, serta berdoa dengan
harapan bahwa masalahnya akan segera selesai. Faktor yang
mempengaruhi lansia mengambil strategi koping adalah dukungan sosial
baik dari keluarga, saudara, teman dan faktor dari diri sendiri serta faktor
lingkungan.
Kata kunci: Strategi Coping, Lansia.

1
2

PENDAHULUAN melakukan perubahan kognitif

Lansia yang ditinggal mati maupun perilaku guna memperoleh

pasangan hidupnya akan mengalami rasa aman dalam dirinya. Coping

permasalahan baru sehubungan merupakan reaksi terhadap tekanan

dengan kematiana pasangan, yang berfungsi memecahkan,

permasalahan yang dihadapi oleh mengurangi dan menggantikan

para lansia yang ditinggal mati oleh kondisi yang penuh tekanan (Hapsari

pasangan hidupnya antara lain: dkk, 2002).

kesepian, kerinduan akan Berdasarkan sejumlah pendapat

kebersamaan dulu dengan pasangan, dari para ahli yang bervariasi

dan merasa sendirian ketika harus mengenai strategi coping maka dapat

mengatasi masalah yang datang. disimpulkan bahwa strategi coping

Strategi coping adalah usaha yang adalah usaha kognitif dan perilaku

dilakukan individu untuk mencari yang dilakukan oleh individu guna

jalan keluar dari masalah agar dapat menghadapi, melawan ataupun

menyesuaikan diri dengan perubahan mengatasi masalah yang sedang

yang terjadi. (Mu’tadin, 2002). dihadapi meliputi usaha untuk

Mu’tadin juga menambahkan strategi menurunkan, meminimalisir, dan

koping merupakan suatu proses juga menahan berbagai perubahan

individu berusaha untuk menangani dalam situasi kehidupan.

dan menguasai situasi stress yang Menurut Folkman dan Lazarus

menekan akibat dari masalah yang (Hapsari dkk, 2002) Strategi coping

sedang dihadapinya, dengan cara yang merupakan respon individu


3

terhadap tekanan yang dihadapi lain, seperti dokter, psikolog,

secara garis besar dapat dibedakan atau guru.

atas dua fungsi utama, yaitu: b. Confrontive coping, melakukan

a. Problem-focused coping atau penyelesaian masalah secara

yang biasa disebut strategi konkret.

menghadapi masalah yang c. Planful problem-solving,

berorientasi pada masalah. menganalisis setiap situasi yang

b. Emotional-focused coping atau menimbulkan masalah serta

yang biasa disebut strategi berusaha mencari solusi secara

menghadapi masalah yang langsung terhadap masalah yang

berorientasi pada emosi. dihadapi.

Sedangkan yang termasuk dalam


Folkman dan Lazarus (dalam
aspek emosional-fokused coping
Safaria dan Saputra, 2009)
adalah sebagai berikut:
mengidentifikasikan beberapa aspek

problem-focused copingd dan


a. Seeking social emotional support
emotion-focus coping yang didapat
(mencari dukungan emosional
dari penelitian-penelitiannya. Aspek-
sosial), yaitu individu mencoba
aspek yang termasuk dalam problem
untuk memperoleh dukungan
focus coping adalah sebagai berikut:
secara emosional maupun sosial
a. Seeking informational support
dari orang lain.
(mencari dukungan informasi),
b. Distancing (menjauhkan), yaitu
yaitu individu mencoba untuk
mengeluarkan upaya kognitif
memperoleh informasi dari orang
4

untuk menjauhkan diri dari menerima untuk

masalah atau membuat sebuah bertanggungjawab pada masalah

harapan positif. yang dihadapinya sementara

c. Escape avoidance (melarikan dengan mencoba untuk

diri/menghindar), yaitu memikirkan jalan keluarnya.

mengkhayal mengenai situasi f. Positive reappraisal (menerima

atau melakukan tindakan atau diri sendiri secara positif), yaitu

menghindar dari situasi yang individu mencoba untuk

tidak menyenangkan. Individu membuat suatu arti positif dalam

melakukan fantasi andaikan masa perkembangan kepribadian,

permasalahannya pergi dan kadang-kadang dengan sifat yang

mencoba untuk tidak memikirkan religius.

mengenai masalah dengan tidur Carver (Hapsari dkk, 2002)

atau menggunakan alkohol yang menyebutkan aspek-aspek strategi

berlebih. coping, antara lain:

d. Self control (kontrol diri), yaitu


a. Keaktifan diri, suatu tindakan
individu mencoba untuk
dengan mencoba menghilangkan
mengatur perasaan diri sendiri
atau mengetahui dan
atau tindakan dalam
memperbaiki akibat dari stres
hubungannya untuk
dengan cara tidak langsung.
menyelesaikan masalah.
b. Perencanaan, memikirkan
e. Accepting responsibility
tentang bagaimana mengatasi
(menerima tanggungjawab), yaitu
penyebab stres antara lain dengan
5

membuat strategi untuk sehari-hari dan kepribadian dari

bertindak, memikirkan tentang seseorang tersebut.

langkah upaya yang perlu 2. Faktor eksternal meliputi ingatan

diambil dalam menanggani suatu pengalaman dari berbagai situasi

masalah. dan dukungan sosial, serta

c. Penerimaan, suatu keadaan yang seluruh tekanan dari berbagai

penuh dengan stres sehingga situasi yang penting dalam

memaksanya untuk mengatasi kehidupan.

masalah tersebut. Strategi Koping Pada Lansia yang

d. Religiusitas, sikap individu Ditinggal Mati Pasangan

menenangkan dan menyelesaikan Hidupnya

masalah secara keagamaan. Kematian pasangan pada lansia

Menurut Safaria dan Saputra, secara tidak langsung akan

(2009) Keputusan pemilihan strategi membawa lansia untuk beradaptasi

coping dan respon yang dipakai pasca kematian pasangan. Berbagai

individu untuk menghadapi situasi kemunduran dan karakteristik yang

yang penuh tekanan tergantung dari berbeda pada setiap lansia akan

dua faktor, yaitu: mempengaruhi kepuasan dan

kebahagiaan hidup pada lansia yang


1. Faktor internal yaitu yang
merupakan fase akhir dari kehidupan
termasuk di dalamnya adalah
individu. Banyak hal yang dapat
gaya coping yang biasa dipakai
mempengaruhi kepuasan dan
seseorang dalam kehidupan
kebahagiaan hidup pada lansia, salah
6

satunya adalah kemampuan yang karakteristik sebagai berikut: a)

dimiliki untuk mengatasi masalah Lansia perempuan yang telah

(cope) dengan baik. Perilaku koping mencapai usia 60 tahun keatas, b)

yang digunakan oleh lansia dalam Memiliki pasangan yang sudah

menghadapi masalah merupakan meninggal maksimal selama 2 tahun,

hasil dari ketahanan diri (resiliensi) c) Tidak menikah lagi dan sudah

dalam menyelesaikan dan tidak bekerja.

memecahkan masalah (Hidayatulq, Lokasi. Dalam penelitian ini, lokasi

2013). Lansia yang memiliki strategi penelitian tidak ditentukan secara

koping yang baik akan dapat mutlak dan bersifat fleksibel, karena

melewati fase kematian pasangan fenomena yang akan diungkap tidak

secara positif dan dapat dapat ditentukan pada satu wilayah

menyelesaikan masalah yang sedang tertentu. Akan tetapi guna

dihadapi secara bijak, berbeda mempersempit wilayah jangkauan

dengan lansia yang tidak memiliki penelitian maka penelitian ini

strategi koping yang baik akan difokuskan di wilayah Surakarta.

mengalami kesedihan yang Alat Pengumpulan Data. Berupa

mendalam, menghindar dari masalah wawancara dan observasi sehingga

yang dihadapi dan lain sebagainya. data-data yang diperoleh berupa

deskripsi. Langkah dalam analisis


METODE
data penelitian ini menggunakan
Informan Penelitian. Informan
metode model interaktif menurut
dalam penelitian ini berjumlah 3
Miles & Huberman (Herdiansyah
orang lansia perempuan dengan
7

2010) sebagai berikut yaitu tahap banyak cara yang dilakukan lansia

pengumpulan data, reduksi data, diantaranya dengan mengikuti

display data, dan penarikan pengajian yang menurutnya bisa

kesimpulan dan atau tahap verifikasi. membuat dirinya senang, tenang dan

HASIL DAN PEMBAHASAN agar tidak teringat dengan suami, ada

juga dengan mengalihkannya pada


Selama ditinggal mati pasangan,
suasana baru seperti pergi keluar
informan I, S dan M dalam
bersepeda, menonton televisi dan
melakukan kegiatan sehari-harinya
berkumpul dengan cucu, buyut dan
adalah sebagai ibu rumah tangga,
keponakan serta tidak mau ambil
“momong” cucu, pengajian dan
pusing dengan apa yang terjadi
arisan. Kematian pasangan tidak
selama ditinggal mati pasangan.
begitu mempengaruhi kehidupan
Selain itu, ada yang hanya diam saat
sehari-hari informan hanya saja
mengatasi masalah yang terjadi
terkadang masih menginggat akan
dengan menantu di rumah dan
kenangan bersama saat dulu dan
memberikan nasihat.
merasa sedih sampai terkadang

menagis saat teringat dengan Ketika ditinggal mati pasangan

mendiang suami serta merasa semua informan mendapat dukungan

kesepian. Selama ditinggal mati dari banyak pihak antara lain

pasangan tidak ada permasalahan dukungan dari keluarga, saudara,

yang muncul baik dari segi ekonomi teman dekat dan masyarakat sekitar.

maupun sosial. Dalam mengatasi Dalam mencari dukungan informan I

kesedihan dan kesepian ini, ada dan M lebih suka bercerita mengenai
8

perasaannya setelah ditinggal mati tidak menangis. Kematian suami

suami dengan teman dekat dan anak- merupakan kehendak Allah dan

anaknya sedangkan informan S takdir dari manusia karena kita

dengan mengikuti kegiatan semua berasal dari Allah dan akan

kerohaniannya. Semua informan kembali kepada Allah.

merasa cukup dengan kehidupannya


KESIMPULAN
yang sekarang sehingga menganggap
1. Keaktifan diri. Secara umum,
bahwa dalam memandang kehidupan
keaktifan diri pada semua lansia
setelah ditinggal mati suami biasa-
ditunjukan dengan mengikuti
biasa saja. Ada yang berencana
kegiatan pengajian, sebagai ibu
membagi harta waris rumah kepada
rumah tangga, dan “momong”
anak-anaknya, akan tetapi informan I
cucu. Kematian suami tidak
dan M sudah tidak ada rencana ke
mempengaruhi kehidupan
depan kecuali menjaga kesehatan
mereka, hanya saja masih suka
dan cukup dengan kehidupan yang
teringat dengan suami dan
sekarang. Informan I merasa sedih
merindukan kenangan saat
dan menangis saat ditinggal mati
bersama. Selain itu, ada juga
suami karena merasa hidup sendiri
yang menyibukkan diri pada
sudah tidak lagi ditemani suami.
kegiatan pengajian yang diikuti.
Lain pula dengan informan S dan M
Dalam mengatasi masalah yang
merasa siap dengan kematian suami
terjadi lebih mengalihkannya
karena menurutnya sudah cukup
dengan mengaji, bercerita kepada
mengurus suami selama sakit dan
teman, mencari suasana baru,
9

bersepeda, datang ke rumah bagi mereka sudah tidak

tetangga untuk kegiatan membutuhkan apa-apa lagi dan

kerohanian dan dijalani saja merasa sudah tidak ada urusan

dengan berdoa. Hal lain juga selain mengurus diri sendiri.

dilakukan dengan berusaha untuk 3. Penerimaan. Semua lansia dalam

mencari dukungan kepada menerima kematian suami ada

keluarga yaitu anak dan cucu, yang merasa sedih, susah, biasa-

teman dekat, saudara serta biasa saja, dan merasa hidup

masyarakat sekitar. sendiri. Dalam menyikapi

2. Perencanaan. Dalam perencanaan kematian suami awalnya merasa

ke depan, dua dari tiga lansia berat dan sakit akan tetapi semua

sudah tidak ada rencana apa-apa informan merasa sudah siap

yang terpenting adalah menjaga dengan kepergian suami karena

dirinya agar tetap sehat dan merasa sudah merawat selama

menginginkan kehidupan yang suami sakit dan tidak menangis.

rukun dalam keluarga. Hal ini karena semua informan

Sedangkan seorang memiliki berusaha untuk tetap tegar dan

rencana ke depan yaitu mengikhlaskan kepergiaan suami

pembagian harta waris rumah meskipun terkadang masih sering

untuk kedua anaknya. Dalam teringat dengan suami sampai

menghadapi masa hidup setelah terkadang menangis.

kematian suami, semua informan 4. Religiusitas. Secara umum,

merasa biasa-biasa saja karena semua informan dalam


10

religiusitasnya terlihat aktif pada (Studi Kasus tentang Perilaku


Coping pada Pengungsi di
kegiatan pengajian dan sholat Madura). Indegenous Jurnal
Ilmiah Berkala Psikologi.
lima waktu. Banyak hal yang Vol. 6, No: 2. 122-129.

dilakukan untuk mendapatkan Herdiansyah, H. (2010). Metodologi


Penelitian Kualitatif: Untuk
ketenangan hati diantaranya Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta:
Salemba Humanika.
kegiatan pengajian, sholat,
Hidayatulq, N. (2013). Resilient
berkumpul dengan cucu dan Personality: Strategi
Mencapai Kebahagiaan
mengucap istigfar. Hal lain Lansi.https://docs.google.co
m/viewer?a=v&q=cache:CJ
terlihat berbeda pada sumber UL81FvGh4J:nurrohmah-
hidayatulq.ugm.ac.id/files/20
kekuatan semua informan dalam 13/01/RESILIENT-
PERSONALITY.pdf+strategi
menjalani kehidupan, ada yang +mencapai+kebahagiaan+la
nsia. Diakses pada tanggal 27
karena kegiatan keagamaannya April 2013. Pukul 14.23
WIB.
seperti mengaji dan sholat, ada
Mu’tadin. (2002). Strategi Koping
yang karena cucu serta ada juga (online). Diperoleh dari
http//:www.e.psikologi.com.
yang menganggap materi seperti Diakses pada tanggal 10
November 2012. Pukul 15.30
uang pensiun dari mendiang WIB.

suami dan kos-kosan yang Safaria, T, & Saputra, N. E. (2009).


Manajemen Emosi. Jakarta:
diperolehnya perbulan. Kematian Bumi Aksara.
suami diartikan sebagai kehendak

dan takdir dari Allah.

DAFTAR PUSTAKA

Hapsari, R. A, Usmi, K, dan Taufik.


(2002). Perjuangan Hidup
Pengungsi Kerusuhan Etnis

Anda mungkin juga menyukai