Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH ALAT KESEHATAN DAN SPESIALITE

TUBERKULOSIS (ISPA)

Disusun oleh:

Kelompok 3
Aulia Oktavani Putri (2020001129)
Bagas Setyonugroho (2020001130)
Cahyo Aji Santoso (2020001131)
Cerelia Apta Valetina (2020001132)
Despriyanti Rusdania W(2020001196)
Dessy Clarisa Eka Yudita(2020001197)
Kelas A

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

Tuberkulosis merupakan penyakit kronik, menular, yang disebabkan oleh Mycobacterium


tuberculosis, yang ditandai dengan jaringan granulasi nekrotik (perkijauan) sebagai respons
terhadap kuman tersebut. Penyakit ini menular dengan cepat pada orang yang rentan dan daya
tahan tubuh lemah. Indonesia memiliki beban penyakit tuberkulosis yang tinggi. Pada tahun
2009, tercatat sejumlah 294.732 kasus tuberkulosis telah ditemukan dan diobati (data awal Mei
2010) dan lebih dari 169.213 diantaranya terdeteksi BTA (+). (1)
Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis (15-
50 tahun). Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3
sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya
sekitar 20-30%. Jika ia meninggal akibat TB, maka akan kehilangan pendapatannya sekitar 15
tahun. Selain merugikan secara ekonomis, TB juga memberikan dampak buruk lainnya secara
sosial stigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat.
Kejadian tuberkulosis dipengaruhi oleh beberapa faktor, Faktor pertama tuberkulosis
adalah faktor umur karena insiden tertinggi penyakit tuberkulosis adalah pada usia dewasa muda
di Indonesia diperkirakan 75% penderita tuberkulosis adalah pada kelompok usia produktif.
Faktor yang kedua adalah jenis kelamin yang lebih banyak menyerang laki-laki daripada wanita,
karena sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok. Faktor ketiga adalah kebiasaan merokok
yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, sehingga mudah untuk terserang penyakit terutama
pada laki-laki yang mempunyai kebiasaan merokok. Faktor keempat adalah kepadatan hunian
yang merupakan faktor lingkungan terutama pada penderita tuberkulosis yaitu kuman M.
tuberculosis dapat masuk pada rumah yang memiliki bangunan yang gelap dan tidak ada sinar
matahari yang masuk. Faktor kelima adalah pekerjaan yang merupakan faktor risiko kontak
langsung dengan penderita. Risiko penularan tuberkulosis pada suatu pekerjaan adalah seorang
tenaga kesehatan yang secara kontak langsung dengan pasien walaupun masih ada beberapa
pekerjaan yang dapat menjadi faktor risiko yaitu seorang tenaga pabrik. Faktor keenam adalah
status ekonomi yang merupakan faktor utama dalam keluarga masih banyak rendahnya suatu
pendapatan yang rendah dapat menularkan pada penderita tuberkulosis karena pendapatan yang
kecil membuat orang tidak dapat layak memenuhi syarat-syarat kesehatan.(2)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. MORFOLOGI
Morfologi M. tuberculosis berbentuk batang halus berukuran panjang 1-4 µ dan lebar 0,3-
0,6 µ, pada pembenihan berbentuk kokoid, berfilamen, tidak berspora dan tidak bersimpai.2
Kuman ini tahan terhadap asam; etil alcohol 95% mengandung 3% asam hidroklorat (asam-
alkohol) dengan cepat dapat menghilangkan warna semua bakteri kecuali M. tuberculosis.
(3)

Gambar 1. Karakteristik morfologi Mycobacterium tuberculosis dalam Pewarnaan dengan


metode Ziehl-Neelsen atau pewarnaan acid-fast. Bagian yang berwarna merah merupakan
bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Mycobacterium tuberculosis mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada
pewarnaan Zielh-Nelssen yang disebut dengan Basil Tahan Asam (BTA). Bakteri
Mycobacterium tuberculosis cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat hidup
beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh bakteri ini dapat
bertahan lama selama beberapa tahun.
B. ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI
ETIOLOGI
Etiologi tuberkulosis paru adalah Mycobacterium tuberculosis. M. tuberculosis termasuk
famili Mycobacteriaceace yang mempunyai berbagai genus, salah satunya adalah
Mycobaterium dan salah satu speciesnya adalah M. tuberculosis. Bakteri ini berbahaya
bagi manusia dan mempunyai dinding sel lipoid sehingga tahan asam. Bakteri ini
memerlukan waktu untuk mitosis 12 – 24 jam. M. tuberculosis sangat rentan terhadap
sinar matahari dan sinar ultraviolet sehingga dalam beberapa menit akan mati. Bakteri ini
juga rentan terhadap panas – basah sehingga dalam waktu 2 menit yang berada dalam
lingkungan basah sudah mati bila terkena air bersuhu 1000ºC. Bakteri ini juga akan mati
dalam beberapa menit bila terkena alkhohol 70% atau Lysol 5%.
Bakteri ini berbentuk batang yang tahan asam atau sering disebut sebagai basil tahan
asam, intraseluler. Dinding sel bakteri mengandung glikolipid rantai panjang bersifat
mikolik, kaya akan asam, dan fosfolipoglikan. Kedua komponen ini memproteksi kuman
terhadap serangan sel liposom tubuh dan juga dapat menahan zat pewarna fuchsin setelah
pembilasan asam (pewarna tahan asam). M. tuberculosis cenderung resisten terhadap
faktor kimia dari pada bakteri lain karena sifatnya hidrofobik permukaan selnya dan
pertumbuhan bergerombol. M. tuberculosis tidak menghasilkan spora dan tidak mortal
serta dinding selnya terdiri dari peptidoglikan dan DAP, dengan kandungan lipid sekytar
0%. Pada dinding sel mycobacteria lemak berhubungan dengan arabinogalaktan dan
peptioglikan dibawahnya. Stuktur ini menurunkan permeabilitas dinding sel sehingga
mengurango efektifitas dari antibiotic. Lipoarabinomannan merupakan suatu molekul lain
dalam dinding sel mycobacteria berperan dalam interaksi dantara inang dan pathogen,
menjadikan M. tuberculosis dapat bertaham hidup di dalam makrofag. M. tuberculosis
terkadang disebut sebagai tubercle bacillus. Bakteri berbentuk batang ini bersifat
nonmotil (tidak dapat bergerak sendiri) dan memiliki panjang 1-4 µm dan lebar 0,3-0,56
µm. M. tuberculosis merupakan organisme obligate aerobe yang berarti membutuhkan
oksigen untuk tumbuh. Oleh karena itu, kompleks M. tuberculosis banyak ditemukan di
lobus paru-paru bagian atas yang dialiri udara dengan baik. 
Hingga saat ini, tuberkulosis masih menjadi penyakit infeksi menular yang paling
berbahaya di dunia. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa sebanyak 1,5
juta orang meninggal karena TB (1.1 juta HIV negatif dan 0.4 juta HIV positif) dengan
rincian 89.000 laki-laki, 480.000 wanita dan 140.000 anak-anak. Pada tahun 2014, kasus
TB diperkirakan terjadi pada 9,6 juta orang dan 12% diantaranya adalah HIV-positif.
PATOFISIOLOGI
Infeksi diawali karena seseorang menghirup basil Mycobacterium tuberculosis. Individu
terinfeksi melalui droplet nuclei dari pasien TB paru ketika pasien batuk, bersin, tertawa.
Droplet nuclei ini mengandung basil TB dan ukurannya kurang dari 5 mikron dan akan
melayang-layang di udara. Droplet nuclei ini mengandung basil TB. Bakteri menyebar
melalui jalan napas menuju alveoli lalu berkembang biak dan tumbuh koloni bakteri yang
berbentuk globular. Perkembangan Mycobacterium tuberculosis juga dapat menjangkau
sampai ke area lain dari paru (lobus atas). Basil juga menyebar melalui sistem limfe dan
aliran darah  ke bagian tubuh lain seperti ginjal, tulang dan korteks serebri dan area lain
dari paru (lobus atas). Selanjutnya sistem kekebalan tubuh memberikan respons dengan
melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil dan makrofag melakukan aksi fagositosis (menelan
bakteri), sementara limfosit spesifik-tuberkulosis menghancurkan dan melisiskan basil
serta jaringan normal. Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah
terpapar bakteri. Interaksi antara Mycobacterium  tuberculosis dan sistem kekebalan
tubuh pada masa awal infeksi membentuk sebuah massa jaringan baru yang disebut
granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingi oleh
makrofag seperti dinding. Granuloma selanjutnya berubah bentuk menjadi massa jaringan
fibrosa. Bagian tengah dari massa disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri atas
makrofag dan bakteri nekrotik selanjutnya membentuk materi berbentuk seperti keju
(necrotizing caseosa). Materi akhirnya membentuk jaringan kolagen, yang kemudian
menyebabkan bakteri menjadi nonaktif.
Apabila respons sistem imun lemah setelah infeksi awal berlangsung maka penyakit akan
menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat timbul akibat infeksi ulang atau
bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali menjadi aktif, Pada kasus ini, ghon tubercle
mengalami ulserasi sehingga menghasilkan necrotizing caseosa di dalam
bronkus.Tuberkel yang ulserasi selanjutnya menjadi sembuh dan membentuk jaringan
parut.Paru-paru yang terinfeksi kemudian meradang, mengakibatkan timbulnya
bronkopneumonia dan  membentuk tuberkel. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan
sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus difagosit atau berkembang biak di
dalam sel. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian
bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan
10-20 hari). Daerah yang mengalami nekrosis dan jaringan granulasi yang dikelilingi sel
epiteloid dan fibroblas akan memberikan respons berbeda yang kemudian membentuk
suatu kapsul yang dikelilingi oleh tuberkel.
Setelah pemajanan dan infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit aktif karena
gangguan atau respon yang inadekuat dari respon system imun. Penyakit dapat juga aktif
dengan infeksi ulang dan aktivasi bakteri dorman. Dalam kasus ini, tuberkel ghon
memecah melepaskan bahan seperti keju dalam bronki. Bakteri kemudian menjadi
tersebar di udara, mengakibatkan penyebaran penyakit lebih jauh. Tuberkel yang
menyerah menyembuh membentuk jaringan parut. Paru yang terinfeksi menjadi lebih
membengkak, menyebabkan terjadinya bronkopneumonia lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai