Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Dosen Pengampuh :

Muhammad Ismail,S.pd, M.sc

Disusun oleh :

Muh. Yasin Al Ansar F23119007

JUDUL :

REVIEW/MENGKAJI PERKEMBANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS


(SIG) DALAM RTRW KABUPATEN DONGGALA

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan pada Allah SWT yang sudah memberi kami kekuatan
untuk menyelesaikan tugas paper MEREVIEW/MENGKAJI PERKEMBANGAN
PEMANFAATAN SIG DALAM RTRW KABUPATEN DONGGALA, saya juga
berterima kasih kepada dosen saya bapak Muhammad Ismail, S.pd, M.sc selaku dosen mata
kuliah sistem informasi geografis
Saya menyadari bahwa hasil yang saya buat ini masih jauh dari nilai sempurna, maka
dari itu saya akan menerima dengan senang hati setiap kritik dan saran yang membangun.
Mohon maaf jika masih banyak kekurangan, semoga hasil review saya ini memberi
manfaat untuk setiap pembaca dan juga menambah ilmu bagi saya sendiri, Terima kasih.

Donggala, 9 Januari 2021


Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem Informasi Georafis atau Georaphic Information Sistem (GIS) merupakan


suatu sistem informasi yang berbasis komputer, dirancang untuk bekerja dengan
menggunakan data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Sistem ini
mengcapture, mengecek, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisa, dan
menampilkan data yang secara spasial mereferensikan kepada kondisi bumi. Teknologi
SIG mengintegrasikan operasi-operasi umum database, seperti query dan analisa statistik,
dengan kemampuan visualisasi dan analisa yang unik yang dimiliki oleh pemetaan.
Kemampuan inilah yang membedakan SIG dengan Sistem Informasi lainya yang
membuatnya menjadi berguna berbagai kalangan untuk menjelaskan kejadian,
merencanakan strategi, dan memprediksi apa yang terjadi.

Sistem ini pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1972 dengan nama
Data Banks for Develompment (Rais, 2005). Munculnya istilah Sistem Informasi
Geografis seperti sekarang ini setelah dicetuskan oleh General Assembly dari
International Geographical Union di Ottawa Kanada pada tahun 1967.Dikembangkan
oleh Roger Tomlinson, yang kemudian disebut CGIS (Canadian GIS-SIG Kanada),
digunakan untuk menyimpan, menganalisa dan mengolah data yang dikumpulkan untuk
inventarisasi Tanah Kanada (CLI-Canadian Land Inventory) sebuah inisiatif untuk
mengetahui kemampuan lahan di wilayah pedesaan Kanada dengan memetakan berbagai
informasi pada tanah, pertanian, pariwisata, alam bebas, unggas dan penggunaan tanah
pada skala 1:250.000.

Sejak saat itu Sistem Informasi Geografis berkembang di beberapa benua terutama
Benua Amerika, BenuaEropa, Benua Australia, dan Benua Asia. Seperti di Negara-negara
yang lain, di Indonesia pengembangan SIG dimulai di lingkungan pemerintahan dan
militer. Perkembangan SIG menjadi pesat semenjak di ditunjang oleh sumberdaya yang
bergerak di lingkungan akademis (kampus).

Jika berbicara tentang SIG pastinya tidak akan lepas dari yang namanya rencana
tata ruang wilayah (RTRW). Yang mana Rencana tata ruang wilayah atau RTRW adalah
hasil perencanaan ruang pada wilayah yang merupakan kesatuan geografis beserta
segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
administratif (Permen PU No. 16/PRT/M/2009). Rencana tata ruang dibuat karena pada
dasarnya ruang memiliki keterbatasan, oleh karena itu dibutuhkan peraturan untuk
mengatur dan merencanakan ruang agar dapat dimanfaatkan secara efektif. Produk atau
hasil dari perencanaan tata ruang wilayah dituangkan dalam bentuk dokumen berupa peta
rencana tata ruang wilayah.
Kabupaten Donggala merupakan salah satu Kabupaten di Sulawesi tengah sebagai
ibu kota Kabupaten sekaligus pusat administrasi dan pemerintahan, yang memiliki luas
wilayah Kabupaten yang cukup luas yaitu 4.275,08 km², dengan jumlah penduduk
sebanyak 293.470 jiwa pada tahun 2017. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten
Donggala Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Donggal Tahun 2011-2031 yang terdiri dari 73 pasal yang meliputi rencana tata ruang
wilayah Kabupaten Donggala.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana perkembangan pemanfaatan SIG di Kabupaten Donggala?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui perkembangan pemanfaatan SIG di Kabupaten Donggala
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi SIG


Sistem informasi geografis adalah sistem informasi yang digunakan untuk
memasukkan, menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisa, dan
menghasilkan data bereferensi geografis atau geospatial, untuk mendukung pengambilan
keputusan dalam suatu perencanaan (Budiyanto, 2003).

2.2 Jenis dan Sumber Data SIG


Data geografis pada dasarnya tersusun oleh dua komponen penting yaitu data
spasial dan data atribut. Perbedaan antara dua jenis data tersebut adalah sebagai berikut :

1. Data Spasial Data spasial adalah data yang bereferensi geografis atas
representasi objek di bumi. Data spasial pada umumnya berdasarkan peta yang berisikan
interpretasi dan proyeksi seluruh fenomena yang berada di bumi. Sesuai dengan
perkembangan, peta tidak hanya merepresentasikan objek-objek yang ada di muka bumi,
tetapi berkembang menjadi representasi objek di atas muka bumi (di udara) dan di bawah
permukaan bumi.

Data spasial dapat diperoleh dari berbagai sumber dalam berbagai format. Sumber
data spasial antara lain mencakup: data grafis peta analog, foto udara, citra satelit, survei
lapangan, pengukuran theodolit, pengukuran dengan menggunakan global positioning
systems (GPS) dan lain-lain.

Data spasial memiliki dua macam penyajian, yaitu:

a. Model vektor

Model vektor menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial


dengan menggunakan titik-titik, garis-garis, dan kurva atau poligon beserta atribut-
atributnya. Bentuk dasar model vektor didefinisikan oleh sistem koordinat Kartesius dua
dimensi (x,y). Dengan menggunakan model vektor, objek-objek dan informasi di
permukaan bumi dilambangkan sebagai titik, garis, atau poligon. Masing-masing
mewakili tipe objek tertentu sebagaimana dijelaskan sebagai berikut :
 Titik (point) : merepresentasikan objek spasial yang tidak memiliki dimensi
panjang dan/atau luas. Fitur spasial direpresentasikan dalam satu pasangan
koordinat x,y. Contohnya stasiun curah hujan, titik ketinggian, observasi
lapangan, titik-titik sampel.
 Garis (line/segment) : merepresentasikan objek yang memiliki dimensi panjang
namun tidak mempunyai dimensi area, misalnya jaringan jalan, pola aliran, garis
kontur.
 Poligon : merepresentasikan fitur spasial yang memiliki area, contohnya adalah
unit administrasi, unit tanah, zona penggunaan lahan.

b. Model data raster

Model data raster menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial


dengan menggunakan struktur matriks atau piksel-piksel yang membentuk grid (bidang
referensi horizontal dan vertikal yang terbagi menjadi kotak-kotak). Piksel adalah unit
dasar yang digunakan untuk menyimpan informasi secara eksplisit. Setiap piksel
memiliki atribut tersendiri, termasuk koordinatnya yang unik. Akurasi model ini sangat
tergantung pada resolusi atau ukuran piksel suatu gambar.

Model raster memberikan informasi spasial apa saja yang terjadi di mana saja
dalam bentuk gambaran yang digeneralisasi. Dengan model raster, data geografi ditandai
oleh nilai-nilai elemen matriks dari suatu objek yang berbentuk titik, garis, maupun
bidang.

2. Data Atribut Data atribut adalah data yang mendeskripsikan karakteristik atau
fenomena yang dikandung pada suatu objek data dalam peta dan tidak mempunyai
hubungan dengan posisi geografi. Data atribut dapat berupa informasi numerik, foto,
narasi, dan lain sebagainya, yang diperoleh dari data statistik, pengukuran lapangan dan
sensus, dan lain-lain.

Atribut dapat dideskripsikan secara kualitatif dan kuantitatif. Pada pendeskripsian


secara kualitatif, kita mendeskripsikan tipe, klasifikasi, label suatu objek agar dapat
dikenal dan dibedakan dengan objek lain, msalnya: sekolah, rumah sakit, hotel, dan
sebagainya. Bila dilakukan secara kuantitatif, data objek dapat diukur atau dinilai
berdasarkan skala ordinat atau tingkatan, interval atau selang, dan rasio atau
perbandingan dari suatu titik tertentu. Contohnya, populasi atau jumlah siswa di suatu
sekolah 500-600 siswa, berprestasi, jurusan, dan sebagainya.

2.3 Komponen Membangun SIG


SIG merupakan suatu sistem yang cukup kompleks dan terdiri dari beberapa
komponen. Komponen-komponen yang membangun SIG adalah:

a. perangkat lunak (software)


 OS : DOS, Windows, Linux
 software SIG : ArcInfo, ArcView, ArcGIS, ENVI, ERDAS, MapInfo,
ILWIS, dan sebagainya
b. perangkat keras (hardware)
 komputer (PC: desktop, notebook, desk note), stand alone/lan (prosesor,
memori/ram, video card, harddisk, display)
 peripheral : digitizer, scanner, printer, plotter, CD writer
c. data
 data : satu set informasi (numerik, alphabet, gambar) tentang sesuatu
(barang, kejadian, kegiatan)
 metadata : informasi identitas data
d. pengguna : operator ataupun pemakai yang sangat berpengaruh pada hasil akhir
SIG
e. aplikasi beberapa contoh aplikasi SIG :
 penentuan tata guna lahan
 mengetahui kawasan yang bernilai konservasi tinggi
 hidrologi hutan
 mengetahui tingkat bahaya erosi, dan sebagainya.

2.4 Komponen Mengolah SIG

Lukman (1993) menyatakan bahwa sistem informasi geografi menyajikan


informasi keruangan beserta atributnya yang terdiri dari beberapa komponen utama yaitu:

a. Input Pada tahap inimerupakan proses pemasukan data pada komputer dari peta
digital kabupaten kudus, data statistik,. Data-data spasial dan atribut baik dalam bentuk
analog (sistem manual) maupun data digital (sistem otomatis berdasar komputer) tersebut
dikonversikan kedalam format yang diminta oleh perangkat lunak sehingga terbentuk
basisdata (database).Menurut Anon (2003) basisdata adalah pengorganisasian data yang
tidak berlebihan dalam komputer sehingga dapat dilakukan pengembangan, pembaharuan,
pemanggilan, dan dapat digunakan secara bersama oleh pengguna.

b. Penyimpanan Penyimpanan data dan pemanggilan kembali (datastorage dan


retrieval) peta kabupaten kudus,merupakan penyimpanan data pada komputer dan
pemanggilan kembali dengan cepat (penampilan pada layar monitor dan dapat
ditampilkan/cetak pada kertas).

c. Manipulasi Manipulasi data dan analisis merupakan kegiatan yang dapat


dilakukan berbagai macam perintah misalnya overlay antara dua tema peta, membuat
buffer zone jarak tertentu dari suatu area atau titik dan sebagainya. Anon (2003)
manipulasi dan analisis data merupakan ciri utama dari SIG. Kemampuan SIG dalam
melakukan analisis gabungan dari data spasial dan data atribut akan menghasilkan
informasi yang berguna untuk berbagai aplikasi

d. Pelaporan Pelaporan data ialah dapat menyajikan data dasar, data hasil
pengolahan data dari model menjadi bentuk peta atau data tabular. Menurut Barus dan
wiradisastra (2000) Bentuk produk suatu SIG dapat bervariasi baik dalam hal kualitas,
keakuratan dan kemudahan pemakainya. Hasil ini dapat dibuat dalam bentuk peta-peta,
tabel angka-angka: teks di atas kertas, atau dalam cetak lunak (seperti file elektronik).

e. Query Suatu metode pencarian informasi untuk menjawab pertanyaan yang


diajukan oleh pengguna SIG dalam penelitian ini mencari lokasi dan kondisi jembatan
yang ada pada kabupaten kudus. Penelusuran data menggunakan lebih dari satu layer
dapat memberikan informasi untuk analisis data dan memperoleh data yang diinginkan.

f. Analisis Terdapat dua jenis fungsi analisis dalam SIG yaitu fungsi analisis
spasial dan analisis atribut.Fungsi analisis spasial adalah operasi yang dilakukan pada
data spasial yang berhubungan dengan peta dan data kelurahan pada peta kabupaten
Kudus. Sedangkan fungsi analisis atribut merupakan fungsi pengolahan data atribut yang
berupa ranking kelurahan di kecamatan Kota kabupaten Kudus yaitu data yang tidak
berhubungan dengan ruang.
g. Visualisasi (Data Output) Penyajian hasil informasi baru atau database yang ada
baik dalam bentuk softcopyyang berupa filemaupun dalam bentuk hardcopy seperti dalam
bentuk : peta, tabel dan grafik yang dicetak pada kertas.

2.5 Tata Ruang

Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Penyelenggaraan penataan ruang adalah
kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan
ruang. Hal tersebut telah digariskan dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Review RTRW Kabupaten Donggalan (Struktur Ruang Wilayah)

Berdasarkan pasal 3 yang tertuang dalam RTRW Kabupaten Donggala, Penataan


Ruang Kabupaten Donggala bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah Kabupaten
Donggala yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan sebagai sentra pertanian,
perikanan dan kelautan di Sulawesi Tengah yang didukung oleh agropolitan, minapolitan
dan ekowisata, berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan:

a. terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan


b. terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber
daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia dan
c. terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif
terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang

Peraturan daerah no 1 tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Donggala tahun


2011-2031 dalam bab 3 tentang struktur ruang wilayah, kabupaten Donggala pada pasal 6
menerapkan sistem :

a. Sistem perkotaan dan perdesaan


b. Sistem jaringan prasarana utama wilayah
c. Sistem jaringan prasarana lainnya.

A. Untuk sistem perkotaan yang dimaksud dalam pasal 6 telah diperjelas dalam pasal 7
yang terdiri atas :

a. PKW (pusat kegiatan wirausaha)


b. PKL (pusat kegiatan lokal)
c. PKLp (pusat kegiatan lokal promosi)

PKW yang dimaksud dalam pasal 7 tadi berada dalam perkotaan Donggala
dengan wilayah pelayanan meliputi :

1. Kecamatan Banawa
2. Kecamatan Banawa Tengah
3. Kecamatan banawa Selatan
4. Kecamatan Pinembani
5. Kecamatan Rio Pakava

Untuk PKW yang ada di donggala sendiri kegiatan utamanya adalah


pengembangan CBD (Central Bussines Distric), pengembangan kegiatan pelayanan
umum, pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa, pengembangan kegiatan pertanian
(tanaman pangan, holtikultura serta perkebunan), pengembangan kegiatan perikanan,
pengembangan kegiatan pariwisata serta sarana dan prasarana penunjangnya,
pengembangan agrowisata dan pengembangan pelabuhan.

PKL yang dimaksud meliputi wilayah yaitu Desa Tambu di kecamatan


Balaesang dan Desa Watatu di Kecamatan Banawa Selatan. PKL Tambu meliputi
beberapa Kecamatan yang berorientasi ke aperkotaan Tambu di kecamatan Balaesang,
yang meliputi Kecamatan Sirenja, Kecamatan Balaesang dan Kecamatan Balaesang
Tanjung dan PKL Watatu meliputi beberapa Kecamatan yang berorientasi ke Perkotaan
Watatu di Kecamatan Banawa Selatan, yang meliputi Kecamatan Banawa Tengah,
Kecamatan Pinembani dan Kecamatan Rio Pakava.

Kegiatan utama pada kawasan PKL Tambu dan Watatu diarahkan pada
pengembangan kegiatan pelayanan serta perdagangan dan jasa skala Kecamatan,
pengembangan pertanian, pengembangan pusat perikanan laut, pengembangan kawasan
minapolitan, pengembangan agrowisata, pengembangan kegiatan industri.

PKLp yang dimaksud terdiri atas perkotaan Toaya di Kecamatan Sindue dan
perkotaan Sabang di Kecamatan Damsol. Kegiatan utama pada kawasan PKLp Toaya dan
Sabang, terdiri atas pengembangan kegiatan pelayanan serta perdagangan dan jasa yang
berskala Kecamatan, pengembangan kawasan pertanian, pengembangan agropolitan,
pengembangan kawasan perikanan laut, pengembangan kegiatan industri.

Untuk sistem perdesaan daerah yang dimaksud, terdiri atas :


a. PPK (pusat pelayanan kawasan)
b. PPL (pusat pelayanan lingkungan)

 PPK yang tertulis dalam RTRW Kabupaten Donggala, terdiri atas:


a. Ogoamas II di Kecamatan Sojol Utara
b. Balukang di Kecamatan Sojol
c. Tompe di Kecamatan Sirenja
d. Malei di Kecamatan Balaesang Tanjung
e. Tibo di Kecamatan Sindue Tombusabora
f. Alindau di Kecamatan Sindue Tobata
g. Labuan di Kecamatan Labuan
h. Wani II di Kecamatan Tanantovea
i. Lalundu di Kecamatan Rio Pakava
j. Limboro di Kecamatan Banawa Tengah
k. Gimpubia di Kecamatan Pinembani

 PPL yang tertulis dalam RTRW Kabupaten donggala, terdiri atas:


a. Desa Tonggolobibi di Kecamatan Sojol
b. Desa Rerang di Kecamatan Damsol
c. Desa Rano B di Kecamatan Balaesang Tanjung
d. Desa Jonooge Kecamatan Sirenja
e. Desa Saloya di Kecamatam Sindue Tombusabora
f.Desa Tamarenja di Kecamatan Sindue Tobata dan
g. Desa Kola – Kola di Kecamatan Banawa Tengah.

 Rencana pengembangan kawasan perdesaan di Daerah adalah :


a. Pengembangan kawasan agropolitan dan minapolitan
b. Pengembangan peternakan jenis ternak sapi, ternak kambing dan domba serta ternak
babi
c. Pengembangan agrowisata
d. Pengembangan dan peningkatan sarana dan prasarana penunjang di kawasan
permukiman seperti jaringan jalan, transportasi, air bersih, listrik, telekomunikasi,
serta sarana dan prasarana pendukung lainnya.

Dari rencana tata ruang wilayah (struktur ruang wilayah) Kabupaten Donggala tentang sistem
perkotaan dan perdesaan yang telah tertulis diatas di interpretasikan ke dalam peta dengan
memanfaatkan sistem informasi geografis (SIG) dan menghasilkan gambar dibawah ini.
Berdasarkan kondisi existing dari penerapan sistem perkotaan dan perdesaan untuk wilayah
Kabupaten Donggala sudah sesuai dengan regulasi yang direncanakan dalam RTRW
Kabupaten Donggala.

B. Sistem Jaringan Utama Prasarana Wilayah


Sistem jaringan prasarana wilayah di daerah yang dimaksud dalam RTRW adalah sistem
jaringan prasarana transportasi. Jaringan prasarana transportasi yang tertulis dalam RTRW
terdiri dari :

a. Transportasi darat
b. Transportasi laut
c. Transportasi udara

 Dalam RTRW Kabupaten Donggala, jaringan prasarana transportasi darat terdiri dari :
1. Jaringan lalu lintas dan angkutan jalan:

 Jaringan jalan existing dan rencana


 Jaringan prasarana lalu lintas
 Jaringan layanan lalu lintas

2. Jaringan transportasi sungai, danau dan penyebrangan :

 Lintas penyebrangan
 Pelabuhan penyebrangan

 Dalam RTRW Kabupaten Donggala, jaringan prasarana transportasi laut terdiri dari :

1. Tatanan kepelabuhanan :

 Pelabuhan pengumpan, terdiri atas


1. Pelabuhan Donggala di Kecamatan Banawa
2. Pelabuhan Wani di Kecamatan Tanantovea
3. Pelabuhan Ogoamas di Kecamatan Sojol Utara
4. Pelabuhan Tambu Kecamatan Balaesang
5. Pelabuhan Rerang Kecamatan Damsol.
 Terminal khusus, terdiri atas:
1. Angkutan bahan galian pasir; di Kecamatan Banawa, Kecamatan Labuan,
Kecamatan Tanantovea, Kecamatan Sindue, Kecamatan Sindue
Tombusabora, Kecamatan Sirenja, Kecamatan Sojol,
2. Depo Pertamina Desa Loli Oge dan Peti kemas Loli Pesua di Kecamatan
Banawa; dan
3. Pengembangan terminal khusus untuk kegiatan industri
 Pelabuhan rakyat di sepanjang pesisir pantai.

2. Alur pelayaran :
a. Alur pelayaran nasional, yaitu Donggala – Makassar - Surabaya – Kalimantan
b. Alur pelayaran antar kabupaten, terdiri atas:
1. Alur pelayaran Kabupaten Donggala – Kabupaten Toli – Toli; dan
2. Alur pelayaran Kabupaten Donggala - Kabupaten Buol.
a. Pengembangan alur pelayaran antar Kecamatan dalam Kabupaten Donggala di
sepanjang pesisir pantai; dan
b. Alur pelayaran khusus, terdiri atas:
1. Pelabuhan fungsi utama melayani angkutan bahan galian pasir; di
Kecamatan Banawa, Kecamatan Labuan, Kecamatan Tanantovea,
Kecamatan Sindue, Kecamatan Sindue Tombusabora, Kecamatan
Sirenja, Kecamatan Sojol – Pulau Kalimatan.
2. Pengembangan pelabuhan khusus Depo Pertamina Desa Loli Oge dan
Pelabuhan Peti kemas Loli Pesua di Kecamatan Banawa – Pulau
Kalimantan dan Pulau Jawa

 Dalam RTRW Kabupaten Donggala, jaringan prasarana transportasi laut terdiri dari :

1. Tatanan Kebandarudaraan:
 Bandar udara pengumpan Lapaloang di Kecamatan Banawa.
2. Ruang Udara Untuk penerbangan

Dari rencana tata ruang wilayah (struktur ruang) Kabupaten Donggala tentang
sistem jaringan prasarana utama wilayah yang telah tercantum dalam RTRW di
interpretasikan ke dalam peta dengan memanfaatkan sistem informasi geografis (SIG) dan
menghasilkan gambar dibawah ini.
Berdasarkan kondisi existing mengenai penerapan sistem jaringan prasarana utama wilayah,
belum sesuai dengan regulasi/rencana tata ruang wilayah karena untuk bandara belum
terbangun di lapaloang Kabupaten Donggala.

C. Sistem Jaringan Prasarana Lainnya

Pada bagian keempat dalam RTRW Kabupaten Donggala diperjelas mengenai sistem
jaringan prasarana lainnya terdiri dari :
a. Sistem jaringan Energi dan Ketenagalistrikan;
b. Sistem Jaringan Telekomunikasi;
c. Sistem Jaringan Sumberdaya air
d. Sistem Prasarana pengelolaan lingkungan;
e. Sistem Jaringan drainase
f. Jalur evakuasi bencana

Sistem jaringan energi dan ketenagalistrikan yang disebutkan pada huruf a tersebut
terdiri dari pembangkit listrik existing dan rencana, dan jaringan prasarana energi . Adapun
pembangkit listrik existing tersebut adalah pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) yang
berada di desa Siboang Kecamatan Sojol dengan kapasitas kurang lebih 400 kW, desa Sabang
kecamatan Damsol dengan kapasitas kurang lebih 808kW dan perkotaan Donggala di
kecamatan Banawa dengan kapasitas 1000kW. Selain PLTD tadi, juga ada pembangkit listrik
tenaga surya (PLTS) yang terdapat pada :

1. Desa Lenju, di Kecamatan Sojol Utara, sebanyak kurang lebih 15 unit;


2. Desa Pangalasiang, di Kecamatan Sojol, sebanyak kurang lebih 150 unit;
3. Desa Palau, di Kecamatan Balaesang, sebanyak kurang lebih 35 unit;
4. Desa Manimbaya, di Kecamatan Balaesang, sebanyak kurang lebih 30 unit;
5. Desa Powelua, di Kecamatan Banawa Tengah, sebanyak kurang lebih 82 unit;
6. Desa Bambarini, di Kecamatan Banawa Selatan, sebanyak kurang lebih 64 unit;
7. Desa Palintuma, Gimpubia, Bambakanini, Danggaraa, dan Tamodo di Kecamatan
Pinembani sebanyak kurang lebih 100 unit;
8. Desa Lalundu, di Kecamatan Rio Pakava, sebanyak kurang lebih 32 unit;dan
9. Desa Ngovi, di Kecamatan Rio Pakava, sebanyak kurang lebih 95 unit.
Untuk rencana pembangkit tenaga listrik yang tertulis pada RTRW kabupaten
Donggala terdiri dari 2, yaitu:

1. pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTmH)

2. pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTPB)

Sedangkan jaringan prasarana energi yang tercantum pada huruf b terdiri dari depo bahan
bakar minyak yang terdapat di kecamatan banawa dan jaringan transmisi tenaga listrik, yaitu
gardu di kecamatan banawa, sojol, damsol dan jaringan saluran udara yang melayani seluruh
kecamatan.

Sistem jaringan prasarana lainnya yang ada di RTRW Kabupaten Donggala di interpretasikan
ke dalam peta dengan memanfaatkan sistem informasi geografis (SIG) dan menghasilkan
gambar dibawah ini.
Berdasarkan kondisi existing dari apa sudah direncakana dalam RTRW kabupaten hampir
memenuhi regulasi, hanya saja untuk PLTmH yang direncanakan masih belum terbangun
sampai saat ini.

Sistem jaringan telekomunikasi yang ada di RTRW kabupaten donggala terdiri dari 2
jenis yaitu sistem jaringan kabel dan sistem jaringan nirkabel. Sistem jaringan kabel terdiri
dari stasiun telepon otomat (STO), satuan sambungan telepon (SST). Sementara itu untuk
jaringan nirkabel yaitu BTS (base tranceiver station) yang meliputi :

1. TELKOMSEL

2. INDOSAT

3. XL

4. FLEXI

Berdasarkan kondisi existing yang ada, sistem jarigan telekomunikasi sudah hampir
sesuai dengan regulasi. Untuk BTS flexi sekarang ini sudah idak digunakan lagi di wilayah
kabupaten donggala dan untuk penggunaan jaringan kabel sudah jarang ditemukan meskipun
masih ada.

Untuk memberikan gambaran lokasi terhadap sistem jaringan telekomunikasi yang


ada di kabupaten donggala, pemda memenfaatkan SIG untuk memetakan lokasi stasiun
jaringan dan menghasilkan gambar dibawah ini.
Untuk sistem jaringan sumber daya air yang tertuang dalam RTRW Kabupaten Donggala
terdiri dari:

1. wilayah sungai (WS) dan daerah aliran sungai (DAS)

2. daerah irigasi (DI)

3. prasarana air baku untuk minum

a. sumber mata air di Kecamatan Banawa Tengah;


b. air terjun di Kecamatan Sindue Tobata;
c. air terjun dan Danau Talaga di Kecamatan Damsol;
d. air terjun Walandano di Desa Walandano Kecamatan Balaesang ;
e. air terjun Bou di Desa Bou dan air terjun Ogololo di Desa Pangalasiang Kecamatan
Sojol;
f. air terjun Nupa Bomba di Desa Nupa Bomba dan air terjun Bale di Desa Bale
Kecamatan Tanantovea;
g. air terjun Desa Loli Tasiburi Kecamatan Banawa; dan
h. danau Rano di Kecamatan Balaesang Tanjung.
4. jaringan air minum ke kelompok pengguna

5. sistem pengendalian banjir

Rencana pengambangan pengairan yang dilakukan oleh pemda donggala dalam


RTRW adalah melakukan perlindungan terhadap sumber-sumber mata air, melakukan
perlindungan terhadap daerah tangkapan air dan daerah aliran air, saluran irigasi, serta
daerah aliran sungai, mencegah terjadinya pendangkalan terhadap saluran irigasi ,
pembangunan dan perbaikan pintu-pintu air dan pembangunan irigasi baru sesuai dengan
kebutuhan. Rencana pengembangan jaringan air baku untuk air bersih meliputi
perlindungan dan konservasi daerah resapan air, perlindungan sekitar mata air serta
pengoptimalan pemanfaatan sumber air permukaan dan sumber air tanah serta
membangun sarana air bersih pada daerah yang belum terlayani.
Agar lebih mudah memahami rencana tata ruang wilayah (sistem jaringan sumber daya air),
pemerintah menginterpretasikan ke dalam peta dengan menggunakan atau memanfaatkan
SIG dan menghasilkan gambar dibawah ini.
Berdasarkan kondisi existing yang ada, sistem jaringan sumber daya air yang
tercantum dalam RTRW sudah sesuai dengan regulasinya.

3.1 Review RTRW Kabupaten Donggala (Rencana Pola Ruang)

Dalam PERDA NO 1 TAHUN 2012 TENTANG RTRW KAB.DONGGALA


pada BAB 4 mengenai rencana pola ruang wilayah di pasal 17 menegaskan bahwa
rencana pola ruang wilayah meliputi kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan
lindung yang dimaksud seperti kawasan hutan lindung, kawasan yang memberikan
perlindungan kawasan bawahannya, kawasana perlindungan setempat, kawasan suaka
alam, pelestarian alam dan cagar budaya, kawasan bencana alam, kawasan lindung
geologi dan kawasan lindung lainnya.

Kawasan hutan lindung terletak di Kecamatan Balaesang, Kecamatan Balaesang


Tanjung, Kecamatan Banawa, Kecamatan Banawa Selatan, Kecamatan Banawa Tengah,
Kecamatan Damsol, Kecamatan Labuan, Kecamatan Pinembani, Kecamatan Rio Pakava,
Kecamatan Sindue, Kecamatan Sindue Tobata, Kecamatan Sirenja, Kecamatan Sojol,
Kecamatan Tanantovea, Kecamatan Sindue Tombusabora, dengan Rencana peningkatan
fungsi hutan lindung melalui kegiatan penguatan perlindungan, rehabilitasi kawasan yang
rusak dan meningkatkan peran masyarakat melalui pola pengelolaan hutan berbasis
masyarakat dengan mekanisme Hutan Desa (HD), Hutan Tanaman Rakyat (HTR) dan
Hutan Kemasyaratan (HKM).

Kawasan hutan lindung di interpretasikan ke dalam peta dengan menggunakan/


memanfaatkan SIG segingga menghasilkan gambar dibawah ini.
Berdasarkan kondisi existing yang ada, kawasan lindung sudah sesuai dengan
regulasi yang ada di dalam rencana tata ruang wilayah Kabupaten Donggala.

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasn bawahannya terletak di


Kecamatan Balaesang dengan luas kurang lebih 13.619 ha,Kecamatan Balaesang Tanjung
dengan luas kurang lebih 7.217 ha, Kecamatan Banawa dengan luas kurang lebih 2.483
ha, Kecamatan Banawa Selatan dengan luas kurang lebih 17 ha, Kecamatan Banawa
Tengah dengan luas kurang lebih 2370 ha, Kecamatan Damsol dengan luas kurang lebih
39.021 ha, Kecamatan Labuan dengan luas kurang lebih 9.251 ha, Kecamatan Pinembani
dengan luas kurang lebih 24.356 ha, Kecamatan Rio Pakava dengan luas kurang lebih
53.356 ha, Kecamatan Sindue dengan luas kurang lebih 8.138 ha,Kecamatan Sindue
Tobata dengan luas kurang lebih 12.386 ha, Kecamatan Sirenja dengan luas kurang lebih
16.781 ha, Kecamatan Sojol dengan luas kurang lebih 39.368 ha, Kecamatan Sojol Utara
dengan luas kurang lebih 7.642 ha, Kecamatan Tanantovea dengan luas kurang lebih
22.251 ha, Kecamatan Sindue Tombusabora dengan luas kurang lebih 11.259 ha.

Kawasan budidaya dalam RTRW Donggala mencakup :

a. kawasan peruntukan hutan produksi

b. kawasan peruntukan pertanian

c. kawasan peruntukan perikanan

d. kawasan peruntukan pertambangan

e. kawasan peruntukan industri

f. kawasan peruntukan pariwisata

g. kawasan peruntukan permukiman

h. kawasan peruntukan lainnya

pada pasal 30 dalam RTRW Donggala membahas tentang kawasan peruntukan


pertambangan yang terdiri dari kawasan pertambangan mineral non logam dan batuan,
kawasan pertambangan mineral logam, kawasan pertambangan batubara, kawasan
pertambangan minyak bumi dan kawasan pertambangan panas bumi.

Untuk mudah memahami letak dari kawasan pertambangan, pemda donggala


menginterpretasikan ke dalam peta dengan memanfaatkan sistem informasi geografis dan
menghasilkan gambar dibawah ini.
Dalam pasal 31 pada RTRW Donggala tentang kawasan industri terdiri dari industri besar
dan industru kecil. Untuk industri besar terdapat di 3 kecamatan saja yaitu Banawa,
Tanantovea, Labuan. Sedangkan industri kecil seperti tenun, makanan olahan, funiture dan
lainnya hamper tersebar di semua kecamatan yang ada di kabupaten donggala.

Untuk kondisi existingnya mengenai perindustrian sudah sesuai dengan regulasi yang ada di
dalam RTRW Kabupaten Donggala.

Dalam pasal 32 yang ada di RTRW Donggala tentang kawasan pariwisata yaitu kawasan
pariwisata alam. Kawasan pariwisata yang ada di dalam RTRW terdiri dari :

a. Pulau Pasoso di Kecamatan Balaesang Tanjung, Pulau Maputi – Pulau Pangalaseang di


Kecamatan Sojol;
b. Tanjung Manimbaya di Kecamatan Balaesang Tanjung;
c. Air Terjun di Loli Tasiburi Kecamatan Banawa, Desa Sipeso Kecamatan Sindue
Tobata, Air Terjun di Desa Bou dan Air terjun Ogololo di Desa Pangalasiang
Kecamatan Sojol, Desa Bale, Desa Wombo Kalonggo , Desa Nupa Bomba di
Kecamatan Tanantovea;
d. Danau Dampelas di Kecamatan Damsol;
e. Danau Rano di Kecamatan Balaesang Tanjung;
f. Pesisir Pantai Tanjung Batu sampai Kabonga Besar Kecamatan Banawa;
g. Pantai Tanjung Karang, Boneoge, Towale di Kecamatan Banawa;
h. Pusat Laut di Kecamatan Banawa Tengah;
i. Pesisir pantai Bambarano di Sabang Kecamatan Damsol;
j. Pesanggerahan di Kecamatan Tanantovea;
k. Sumber Air Panas di Kecamatan Sindue;
l. Suaka Margasatwa di Kecamatan Balaesang; dan
m. Cagar Alam di Kecamatan Sojol, Kecamatan Sojol Utara, Kecamatan Damsol.

Untuk kawasan pariwisata ini sudah sesuai dengan kondisi existing yang ada di
kabupaten donggala berdasarkan RTRW tersebut.
Dalam pasal 33 yang membahas tentang kawasan permukiman dalam RTRW
bahwa kawasan permukiman yang ada di Donggala terbagi menjadi permukiman
perkotaan dan permukiman perdesan. Permukiman perkotaan terletak pada kawasan yang
didominasi dalam kegiatan yang bersifat perkotaan sedangkan permukiman perdesaan
didominasi oleh lahan pertanian, perkebunan dan lainnya.

Berdasarkan kondisi existing yang ada, kawasan permukiman ini sudah sesuai
dengan regulasi yang ada pada RTRW dengan yang ada dilapangan.

Untuk mempermudah dalam memahami lokasi, pemda Donggala


menginterpretasikan pola ruang Kabupaten donggala ke dalam peta dengan
memanfaatkan SIG dan menghasilkan gambar seperti dibawah ini.
3.3 Review RTRW (penetapan kawasan strategis)

Dalam PERDA NO 1 TAHUN 2012 TENTANG RTRW KAB.DONGGALA


TAHUN 2011-2031, menetapkan kawasan strategis yang ada di Kabupaten Donggala
meliputi kawasan strategis nasional, kawasan strategis provinsi dan kawasan strategis
kabupaten. Untuk wilayah nasional sendiri yaitu:

a. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) PALAPAS (Palu, Donggala,


Parigi Moutong, Sigi) yang merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan
ekonomi
b. Wilayah Sungai (WS) Palu – Lariang yang merupakan wilayah sungai lintas
provinsi dan kewenangan Nasional serta merupakan kawasan strategis dari sudut
kepentingan ekonomi dan fungsi serta daya dukung lingkungan hidup
c. Cagar Alam Gunung Sojol yang merupakan kawasan strategis untuk kepentingan
ekologi dan lingkungan hidup
d. Suaka Margasatwa Pulau Pasoso di Kecamatan Balaesang Tanjung yang merupakan
kawasan strategis untuk kepentingan ekologi dan lingkungan hidup

Untuk wilayah provinsi meliputi :

a. kawasan Damsol dan sekitarnya, yang merupakan kawasan strategis dari sudut
kepentingan ekonomi;
b. kawasan Lalundu yang merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan
ekonomi;
c. kawasan Surumana yang berbatasan dengan provinsi sulawesi barat yang
merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi; dan
d. kawasan terusan khatulistiwa yang meliputi Parigi Moutong - Donggala yang
merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup.

Untuk wilayah kabupaten meliputi:

a. kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan ekonomi;


b. kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan sosial budaya;
c. kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan
sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi; dan
d. kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya
dukung lingkungan hidup.

Berdasarkan mondisi existing yang ada, kawasan strategis yang ada sudah sesuai
dengan regulasi dari rencana tata ruang wilayah RTRW Kabupaten Donggala. Untuk
mempermudah memahami letak lokasinya, pemda menginterpretasikan ke dalam peta
dengan memanfaatkan SIG dan menghasilkan gambar sebagai berikut.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan diatas yang membahas tentang PERDA NO 1 TAHUN 2012
TENTANG RTRW KAB. DONGGALA TAHUN 2011-2031 dapat ditarik kesimpulan
bahwa RTRW sangat berperan dalam proses perencanaan disuatu wilayah. Dengan RTRW
dapat diketahui rencana dalam menata dan menentukan pola ruang disuatu wilayah, selain itu
juga bisa memahami bagian mana saja yang sudah berhasil diterapkan dan mana yang belum.

Dalam penyusunan RTRW tidak terlepas dari sentuhan sistem informasi geografis
(SIG) yang membantu untuk memahami dan memberikan gambaran tentang lokasi yang
memiliki fungsi tertentu. SIG hadir dengan memberikan bantuan gambaran dalam bentuk
peta agar RTRW kabupaten Donggala lebih mudah dipahami.
DAFTAR PUSTAKA

PERDA NO 1 TAHUN 2012 TENTANG RTRW KAB.DONGGALA TAHUN 2011-2031

https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/44545640/02_-
_STMIK_AMIKOM_Yogyakarta_Sistem_Informasi_Geografi__Pengertian_dan_Pemanfaata
nnya.pdf?1460138211=&response-content-disposition=inline%3B+filename
%3DSISTEM_INFORMASI_GEOGRAFIS_PENGERTIAN_DA.pdf&Expires=1610002884
&Signature=NcxaST1gmV-UgwljobUVp-
5ZwCQ2RtvZJxGOrzdUqpxd1SoTHuQdb7jhHaw6G0t4dW7o5-
hwH9xVpNXx8I6NTFLAvB9IHvRWD3YaaICQe5LmuvT2b47gckwxfbCE3ke7V~l8o7SU
C5pXaE2~asHe6JZZxZ6NOFXkKkcc6UXFtiXzkIuENxkEcjrAY0WA--Uf-
YaZ1rt~WoFnza~61UcKONWGbIAqjsGie7Ik8N4gySxYvpdGbHUWTNSyjlNO8kIrDMqA
y7loGBdHnXHqy6jJeYlv-LwHG~zjraOEExTktW12mlNwJ0VghGR5qTtUO-
o176sAaKtUuWfSsH78e1q3ag__&Key-Pair-Id=APKAJLOHF5GGSLRBV4ZA

Anda mungkin juga menyukai