PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
2.2 EPIDEMIOLOGI
2.3 ETIOLOGI
2
adalah penyakit Pick, penyakit Creutzfeldt-Jakob, penyakit Huntington, penyakit
Parkinson, Human Immunodeficiency Virus (HIV), dan trauma kepala.
1. Demensia Alzheimer
Adalah gangguan degeneratif yang menyerang sel-sel otak atau neuron secara
progresif yang mengakibatkan hilangnya memori, kemampuan berpikir dan
berbahasa, serta perubahan perilaku.Penyakit Alzheimer merupakan penyakit
neurodegeneratif yang secara epidemiologi terbagi 2 kelompok yaitu kelompok yang
menderita pada usia kurang 65 tahun disebut sebagai early onset sedangkan kelompok
yang menderita pada usia lebih dari 65 tahun disebut sebagai late onset. Faktor resiko
penyakit Alzheimer sampai saat ini masih belum pasti, tetapi beberapa faktor yang
diperkirakan menjadi penyebab Alzheimer adalah:
a. Usia
Bertambahnya usia memang menjadi salah satu faktor resiko penyakit
Alzheimer, namun begitu penyakit ini dapat diderita oleh semua orang pada
semua usia. 96% diderita pada yang berusia 40 tahun keatas.
b. Genetik
Individu yang memiliki hubungan keluarga yang dekat dengan penderita
beresiko dua kali lipat untuk terkena Alzheimer.
c. Jenis kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, maka prevalensi wanita yang menderita Alzheimer
lebih banyak tiga kali lipat dibandingkan pria.
d. Pendidikan
a. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi memiliki faktor
pelindung dari resiko menderita Alzheimer, tetapi hanya untuk menunda
onset manifestasi klinis.
3
Secara makroskopik, perubahan otak pada alzheimer melibatkan kerusakan berat
pada neuron korteks dan hipokampus serta penimbunan amiloid pada pembuluh darah
intrakranial. Secara mikroskopik, terdapat perubahan morfologis (struktural) dan
biokimia pada neuron-neuron. Perubahan morfologis terdiri dari dua ciri khas lesi
yang pada akhirnya berkembang menjadi degenari soma (badan) dan/atau akson dan
dendrit neuron. Dua ciri khas lesi tersebut yaitu kekusutan neurofibrilaris dan plak
senile.
Lesi khas yang kedua yaitu plak senilis, terdiri dari beta amiloid (A-beta) yang
terbentuk dalam cairan jaringan di sekeliling neuron bukan dalam sel neuronal. A-
beta adalah fragmen protein prekursor amiloid (APP) yang pada keadaan normal
melekat pada membran neuron yang berperan dalam pertumbuhan dan pertahanan
neuron. APP terbagi menjadi fragmen-fragmen oleh enzim protease yang salah satu
fragmennya adalah A-beta, suatu fragmen yang lengket dan berkembang menjadi
gumpalan yang bisa larut. Pada alzheimer, gumpalan tersebut akhirnya tercampur
dengan bagian dari neuron dan sel-sel glia (khususnya mikroglia dan astrosit). Setelah
beberapa waktu, campuran tersebut membeku menjadi fibril-fibril yang membentuk
plak yang matang, padat, tidak dapat larut, dan diyakini beracun bagi neuron yang
4
utuh. Selain itu, A-beta mengganggu hubungan interselular dan menurunkan respons
pembuluh darah sehingga menyebabkan makin rentannya neuron-neuron terhadap
stressor (missal iskemia). Kemungkinan lain adalah bahwa A-beta menghasilkan
radikal bebas sehingga mengganggu hubungan intraseluler dan menurunkan respon
pembuluh darah sehingga mengakibatkan rentannya neuron terhadap stressor.
Perubahan biokimia dalam sistem saraf pusat adalah temuan mikroskopis khas
lain yang ditemukan pada alzheimer. Diketahui bahwa korteks otak manusia terdiri
dari sejumlah besar akson kolinergik yang melepaskan asetilkolin yang mana
merupakan kunci neurotransmitter dalam fungsi kognitif yang kemudian pada
penderita alzheimer ini terjadi penurunan pada neurotransmitter ini berhubung akson
kolinergiknya mengalami kerusakan. Oleh karena itu salah satu obat-obatan yang
bekerja berupa inhibitor kolinesterase yang bekerja menghambat enzim tersebut agar
tidak mendegradasi asetilkolin sehingga tidak memperparah kondisi.
2. Demensia Vaskular
Demensia vaskuler merupakan suatu kelompok kondisi heterogen yang
meliputi semua sindroma demensia akibat iskemik, perdarahan, anoksik atau hipoksik
otak dengan penurunan fungsi kognitif mulai dari yang ringan sampai paling berat
dan tidak harus dengan gangguan memori yang menonjol.
5
mereka dengan hipertensi yang telah ada sebelumnya atau faktor risiko
kardiovaskular lainnya) sebesar 34,5% dan perempuan sebesar 19,4%.
3. Penyakit Pick
Penyakit Pick disebabkan penurunan fungsi mental dan perilaku yang terjadi
secara progresif dan lambat. Kelainan terdapat pada kortikal fokal pada lobus
frontalis. Penyakit ini juga sulit dibedakan dengan Alzheimer hanya bisa dengan
otopsi, dimana otak menunjukkan inklusi intraneunoral yang disebut “badan Pick”
yang dibedakan dari serabut neurofibrilaris pada Alzheimer.Diagnostik penyakit
demensia penyakit Pick:
4. Penyakit Creutzfeldt-Jakob
Suatu kelainan otak yang ditandai dengan penurunan fungsi mental yang
cepat, disertai kelainan pergerakan, terutama menyerang usia dewasa diatas 50 tahun.
Penyakit yang mirip terjadi pada domba dan sapi, jadi penularan bisa terjadi karena
memakan jaringan hewan yang terinfeksi. Terjadi kerusakan jaringan otak oleh suatu
organisme yang menyerupai virus (protein yang bisa ditularkan, yang disebut prion).
6
Gejalanya ditandai dengan kemunduran mental yang cepat, biasanya dalam beberapa
bulan. Meliputi perubahan kepribadian, depresi, kecemasan, demensia, penuruanan
kemampuan intelektual, kesulitan berbicara dan menelan, serta gerakan tersentak-
sentak yang tiba-tiba.
5. Penyakit Parkinson
Demensia ini disebabkan adanya penyakit parkinson yang menyertai dengan
gejala:
Disfungsi motorik.
Depresi.
6. Penyakit Huntington
Suatu penyakit yang diturunkan, dimana sentakan atau kejang dan hilangnya
sel-sel otak secara bertahap mulai timbul pada usia pertengahan dan berkembang
menjadi korea, atetosis serta kemunduran mental. Disebabkan oleh adanya
degenerasi bagian otak pada ganglia basalis dan kortex serebral. Gejala muncul pada
usia 35-40 tahun berupa demensia progresif, hipertonisitas mascular, gerakan
koreiform yang aneh.
7
gangguan kekebalan tubuh. Gejala pada otak biasanya berupa hilangnya
memori, kesulitan berpikir dan berkonsentrasi, demensia, lemas, tremor atau
kesulitan berjalan
2.4 KLASIFIKASI
Gangguan memori
8
Dalam bentuk ketidakmampuannya untuk belajar tentang hal-hal baru,
atau lupa akan hal-hal yang baru saja dikenal, dikerjakan atau dipelajari. Sebagian
penderita demensia mengalami kedua jenis gangguan memori tadi. Penderita
seringkali kehilangan dompet dan kunci, lupa bahwa sedang meninggalkan bahan
masakan di kompor yang menyala, dan merasa asing terhadap tetangganya. Pada
demensia tahap lanjut, gangguan memori menjadi sedemikian berat sehingga
penderita lupa akan pekerjaan, sekolah, tanggal lahir, anggota keluarga, dan
bahkan terhadap namanya sendiri.
Gangguan orientasi
Karena daya ingat adalah penting untuk orientasi terhadap orang, tempat,
dan waktu. Orientasi dapat terganggu secara progresif selama perjalanan penyakit
demensia. Sebagai contohnya, pasien dengan demensia mungkin lupa bagaimana
kembali ke ruangannya setelah pergi ke kamar mandi.
Gangguan bahasa
Penderita akan terlihat sulit untuk mencari kata yang tepat dalam
mengungkapkan isi pikirannya. Semakin parah penyakitnya, maka ucapan dan
atau tulisan penderita jadi sulit untuk dimengerti karena penderita menggunakan
kalimat dengan substitusi kata-kata yang tidak biasa digunakan. Contohnya: jika
penderita sulit menemukan sikat giginya, maka ia akan bertanya "sesuatu untuk
mulut saya".
Apraksia
9
Agnosia
Perubahan Kepribadian
10
membututi caregiver ke mana pun mereka pergi, berjalan mengelilingi rumah,
keluyuran), dan gangguan tidur (berupa disinhibisi, yaitu perilaku yang melanggar
norma-norma sosial, yang disebabkan oleh hilangnya fungsi pengendalian diri
individu
Riwayat neurologis
Untuk mencari etiologi demensia seperti riwayat gangguan
serebrovaskuler, trauma kapitis, infeki SSP, epilepsy, tumor serebri, dan
hidrosefalus.
11
komunikasi (meliputi kelancaran, menyebut nama benda, maupun
gangguan komprehensi); gangguan fungsi eksekutif (meliputi
pengorganisasian, perencanaan, dan pelaksanaan suatu aktivitas),
gangguan praksis dan visuospasial.Selain itu perlu ditanyakan mengenai
aktivitas harian, di antaranya melakukan pekerjaan, mengatur keuangan,
mepersiapkan keperluan harian, melaksanakan hobi, dan mengikuti
aktivitas sosial.
Riwayat Intoksikasi
Adanya riwayat intoksikasi aluminium, air raksa, pestisida, insektisida,
dan lem; alkoholisme, dan merokok. Riwayat pengobatan terutama
pemakaian kronis obat antidepresan dan antidepresan dan narkotik perlu
diketahui pula.
Riwayat keluarga
Adakah keluarga yang mengalami demensia atau riwayat penyakit
serebrovaskular, gangguan psikiatri, depresi, penyakit Parkinson,
Sindrom Down dan retardasi mental.
b. Pemeriksaan fisik
12
Pemeriksaan fisik terdiri dari pemeriksaan umum, neurologis dan
neuropsikologis.
Pemeriksaan neurologis
Adanya tekanan tinggi intra kranial, gangguan neurologis fokal, misalnya:
gangguan berjalan, gangguan motorik, sensorik, otonom, koordinasi,
gangguan penglihatan, pendengaran, keseimbangan, tonus otot, gerakan
abnormal/apraksia, dan adanya refleks patologis dan primitif.
c. Pemeriksaan neuropsikologis
Meliputi evaluasi memori, orientasi, bahasa, kalkulasi, praksis,
visuospasial, dan visuoperseptual. Mini Mental State Examination (MMSE)
dan Clock Drawing Test (CDT) adalah pemeriksaan penapisan yang berguna
untuk mengetahui adanya disfungsi kognisi, menilai efektivitas pengobatan,
dan untuk menentukan progresivitas penyakit. Nilai normal MMSE adalah 24-
30. Gejala awal demensia perlu dipertimbangkan pada penderita dengan nilai
MMSE kuurang dari 27, terutama pada golongan berpendidikan tinggi. Selain
itu pula dilakukan pemeriksaan aktivitas harian dengan pemeriksaan Activity
of Daily Living (ADL) dan Instrumental Activity of Daily Living (IADL). Hasil
pemeriksaan tersebut dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, social, dan budaya.
d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium,
pencitraan otak, elektroenseflografi dan pemeriksaan genetika.
Pemeriksaaan laboratorium
Pemeriksaaan yang dianjurkan oleh American Academy of Neurology
berupa pemeriksaan darah lengkap termasuk elektrolit, fungsi ginjal,
13
fungsi hati, hormone tiroid, dan kadar vitamin B12. Pemeriksaan HIV dan
neurosifilis pada penderita dengan resiko tinggi. Pemeriksaa cairan otak
dilakukan hanya atas indikasi.
Pemeriksaaan EEG
EEG tidak menunjukkan kelainan yang spesifik. Pada stadium lanjut
dapat ditemukan adanya perlambatan umum dan kompleks periodik.
Pemeriksaaan Genetika
14
Pemeriksaan genetika belum merupakan pemeriksaan rutin, dalam penelitian
dilakukan untuk mencari maka APOE, protein Tau, dll
2.7 PENATALAKSANAAN
a. Pengobatan simptomatis:
Antioksidan
15
Antioksidan berfungsi menghambat oksidasi oleh radikal bebas yang
berlebihan sehingga merusak sel neuron. Antioksidan ini terdapat pada
sayuran dan buah-buahan, vitamin E, A, dan C.
Neurotropik
Obat yang bekerja pada beta amiloid protein tau, dan presenilin
Kegiatan harian teratur dan sistematis, meliputi latihan fisik untuk memacu
aktivitas fisik dan otak yang baik (brain- gym)
Asupan gizi berimbang, cukup serat, mengandung antioksidan, mudah
dicerna, penyajian menarik dan praktis
Mencegah/ mengelola faktor resiko yang dapat memperberat penyakit,
misalnya: hipertensi, gangguan vascular, diabetes, dan merokok.
Melaksanakan hobi dan aktivitas social sesuai dengan kemampuan
16
Melaksanakan “LUPA” (Latih, Ulang, Perhatian, dan Asosiasi)
Tingkatkan aktivitas saat siang hari, tempatkan di ruangan yang mendapatkan
cahaya cukup
Orientasi realitas:
2.8 PROGNOSIS
Perkembangan demensia pada setiap orang berbeda. Demensia karena
AIDS biasanya dimulai secara samar tetapi berkembang terus selama
beberapa bulan atau tahun. Sedangkan demensia karena penyakit Creutzfeldt-
Jakob biasanya menyebabkan demensia hebat dan seringkali terjadi kematian
dalam waktu 1 tahun. Pada demensia stadium lanjut, terjadi penurunan fungsi
otak yang hamper menyeluruh. Penderita tidak mampu mengendalikan
perilakunya, suasana hati sering berubah-ubah dan senang berjalan-jalan. Pada
akhirnya penderita tidak mampu mengikuti suatu percakapan dan bisa
kehilangan kemampuan berbicara.
2.9 KOMPLIKASI
Jaga agar pikiran selalu aktif. Seperti teka-teki dan permainan kata, belajar
bahasa, bermain alat music, membaca, menulis, melukis atau menggambar.
17
Aktif secara fisik dan sosial. Hal ini dapat menunda mulainya demensia dan
juga mengurangi gejala.
Kejarlah pendidikan. Para peneliti berpendapat bahwa pendidikan dapat
membantu seseorang mengembangkan jaringan sel saraf otak yang kuat yang
mengkompensasi kerusakan sel saraf yang disebabkan oleh penyakit
Alzheimer.
Menurunkan kadar kolesterol, tekanan darah dan mengendalikan diabetes
adalah upaya untuk mengurangi faktor resiko pada demensia vaskular.
Pola makan yang sehat. Studi menunjukan bahwa makanan yang kaya buah-
buahan, sayuran dan omega-3 asam lemak, dapat memiliki efek perlindungan
dan menurunkan resiko demensia.
18
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 IdentitasPasien
Nama : Ny.
Usia : 65 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Alamat :parampuan
Tanggal MRS :
No RM :
3.2 Anamnesis
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan Utama : sering lupa
Pasien datang ke poli saraf RSUD …. pada tanggal 10-03-2021 pasien
mengeluh semakin hari semakin sering lupa sampai setahun terakhir ini.
Awalnya pasien didiagnosis diabetes militus setahun yang lalu, bersamaan
dengan itu pasien mengeluh mulai sering lupa. 3 bulan yang lalu pasien
sampai diantar tetangganya pulang kerumah. 2 bulan terakhir pasien mulai
suka sendiri dan merasa cemas kepada keluarga sendiri kecuali suami. Pasien
mau makan kalau suami yang menyuapi. BAK dan BAB masih bisa sendiri.
Pasien mengeluh jari tangan kanan kaku sejak seminggu yang lalu. Makin hari
makin kaku dan berkurang ketika siang hari.
19
Riwayat penyakit jantung : (disangkal)
Riwayat kolestrol : (disangkal)
20
Mulut/Gigi: Mencong ke kiri (-), bibir sianosis (-), lidah kotor (-), mukosa
tidak hiperemis, tonsil T0-T0
Telinga : Normal, discharge (-/-), tidak ada kelainan kongenital
Leher : Normal, deviasi trakea (-), JVP normal (5+2 cm),
pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-/-).
Pemeriksaan Thorax Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS 5, linea midclavicula
sinistra
Perkusi :
Batas kanan jantung : ICS 4 linea parasternalis dextra
Batas kiri jantung : ICS 5 midclavicula sinistra
Batas atas jantung : ICS 2 linea parasternalis sinistra
Auskultasi : S1 dan S2 tunggal, reguler (+), murmur (-), gallop (-)
+ + - - - -
+ + - - - -
+ + - - - -
21
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Abdomen datar, distensi tidak ada, asites tidak ada,
tidak tampak adanya massa, tidak tampak adanya tanda-tanda
peradangan.
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani
+ + +
+ + +
+ + +
Palpasi :
Nyeri tekan
- - -
- - -
- - -
+ +
+ +
22
Edema
- -
- -
23
Refleks Pupil OD 4 mm anisokor
OS 3 mm
Motorik :
Refleks kornea + +
Refleks masseter Normal Normal
Trismus
Nyeri tekan
5. Nervus VII (Fasialis) Kanan Kiri
Otot-otot wajah dalam istirahat Normal Normal
Mengerutkan dahi bisa bisa
Menutup mata bisa dan kuat Bisa dan kuat
Meringis bisa bisa
Bersiul Bisa bilang u Bisa bilang u
Gerakan involunter (Tic) Tidak diperiksa Tidak
Indera Pengecap diperiksa
Asam
Asin
Pahit
24
Manis
Hiperakusis
Lakrimasi
Chovstex sign
Refleks Glabelar
6. Nervus VIII Kanan Kiri
Mendengar suara berisik
Uji garpu tala
Rinne
Schwabach Tidak
Tidak diperiksa
Weber diperiksa
Bing
Tinitus
Vertigo
7. Nervus IX, X Kanan Kiri
Langit-langit lunak
Disfoni
Refleks menelan
baik baik
Refleks muntah
Posisi uvula
Posisi arkus faring
8. Nervus XI Kanan Kiri
Kekuatan M.Sternokleidomastoideus Tidak
Tidak diperiksa
Kekuatan M. Trapezius diperiksa
9. Nervus XII Kanan Kiri
- Lidah saat istirahat Normal Normal
Ujung lidah
Tremor lidah
Atrofi lidah
25
Fasikulasi
- Saat dijulurkan
Ujung lidah
Tremor lidah
Atrofi lidah
Fasikulasi
- Disartria
26
Hoffman-Tromner
- -
Menggenggam
Refleks pustural
Refleks Grewel
- -
Refleks Mayer
Refleks Leri
Sensibilitas :
Perasa raba
Perasa nyeri
Perasa suhu
Perasa proprioseptif
Perasa vibrasi Normal Normal
Stereognosis
Grafestesia
Topognosis
Paresthesia
Koordinasi
Uji telunjuk-hidung
Uji hidung-telunjuk-hidung
Uji diadokhokinesis Tidak
Tidak diperiksa
Uji tepuk lutut diperiksa
Dismetri
Stewart-Holmes
Vegetatif
Vasomotorik
Sudomotorik Normal Normal
Pilo-arektor
27
Gerakan involunter:
Tremor
Khorea
Normal Normal
Ballismus
Mioklonus
PemeriksaanBadan
o Keadaan tulang punggung : Normal
o Keadaan otot-otot : Normal
o Refleks:
Abdominal atas : Normal
Abdominal bawah : Normal
Kremaster : Normal
Anus : Tidak diperiksa
o Sensibilitas :
Perasa raba : Normal
Perasa nyeri : Normal
Perasa suhu : Normal
Asinergia serebelar : Normal
28
Gerakan ekstensi sendi lutut
Gerakan dorsofleksi sendi kaki
Gerakan plantarfleksi sendi kaki
Tonus hipertonus Hipotonus
Trofik Eutrofi Eutrofi
Reflex fisiologis :
KPR
APR + +
Plantar
Refleks patologis
Babinski - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Scaeffer - -
Mendelbecterew - -
Rossolimo - -
Klonus: - -
- Paha
- Kaki
Sensibilitas
Perasa raba teraba teraba
Perasa nyeri terasa terasa
Perasa suhu
Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Perasa proprioseptif
Perasa vibrasi
Stereognosis
29
Grafestesia
Topognosis
Paresthesia
Koordinasi :
Ujitumit-lutut
Romberg test
Romberg testdipertajam Normal Normal
TandemGait
Langkah/gaya jalan Normal Normal
Vegetatif :
Vasomotorik
Sudomotorik Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Pilo-arektor
Gerakan involunter :
Tremor
Khorea
Ballismus
Mioklonus
- -
Atetosis
Distonia
Spasmus
Lasegue
30
Delirium
Depresi
Retardasi mental
3.8 Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Pemeriksaan gula darah sewaktu 141
Pemeriksaan MMSE
Nilai
Item Tes Nilai
Max
ORIENTASI
1 Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), hari apa? 5 2
2 Kita berada di mana? (negara), (propinsi), (kota), (gedung), (ruang) 5 3
REGISTRASI
3 Pemeriksa menyebut 3 benda yang berbeda kelompoknya selang 1
detik (misal apel, uang, meja) responden diminta mengulanginya.
3 3
Nilai 1 untuk tiap nama benda yang benar. Ulangi sampai responden
dapat menyebutkan dengan benar dan catat jumlah pengulangan
ATENSI DAN KALKULASI
4 Pengurangan 100 dengan 7 secara berturutan. Nilai 1 untuk tiap 1
jawaban yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban.
Atau responden diminta mengeja terbalik kata “WAHYU” (nilai 5
diberi pada huruf yang benar sebelum kesalahan; misalnya uyahw =
2 nilai)
MENGINGAT KEMBALI (RECALL)
5 Responden diminta menyebut kembali 3 nama benda di atas 3 1
BAHASA
6 Responden diminta menyebutkan nama benda yang ditunjukkan 2
2
(perlihatkan pensil dan jam tangan)
7 Responden diminta mengulang kalimat ”tanpa kalau dan atau 1
1
tetapi”
8 Responden diminta melakukan perintah “Ambil kertas ini dengan 3
3
tangan anda, lipatlah menjadi dua dan letakkan di lantai”
9 Responden diminta membaca dan melakukan yang dibacanya: 1
1
“Pejamkanlah mata Anda”
10 Responden diminta menulis sebuah kalimat secara spontan 1 1
31
11 Responden diminta menyalin gambar 0
Skor Total 30 17
32
• Ad Vitam : dubia ad bonam
• Ad Functionam : dubia ad bonam
• Ad Sanationam : dubia ad bonam
33
BAB IV
PENUTUP
1.1 KESIMPULAN
Pasien datang ke poli saraf RSUD….. pada tanggal 10-03-2021
pasien mengeluh semakin hari semakin sering lupa sampai setahun
terakhir ini. Awalnya pasien didiagnosis diabetes militus setahun yang
lalu, bersamaan dengan itu pasien mengeluh mulai sering lupa.
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Shirdev, E.B & Levey, D.A. 2004. Cross-Cultural Psychology, Critical Thinking
and Contemporary Application, Boston: Pearson Education Inc
8. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA: Sinopsis Psikiatri (Edisi Bahasa Indonesia),
Edisi VII, Jilid I, Binarupa Aksara, Jakarta, 1997: 515-533.
10. Gilroy J. Basic Neurology. Pergamon press, New York, 1992: 194-195.
35
11. http://www.alzfdn.org/AboutAlzheimers/definition.html (Alzheimer’s
Foundation of America). Diakses 08 Mei 2019.
36