Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PNEUNOMIA PLUS COVID

OLEH

INTAN YULIASARI

20190660024

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

2021
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Gangguan Rasa
Nyaman yang disusun oleh Intan Yuliasari telah diperiksa dan disetujui pada :

Telah disetujui pada :

Hari :

Tanggal :

Pembimbing Akademik

PRODI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

2020/2021
1. Konsep Pneumonia COVID-19

1.1 Definisi Pneunomia Covid-19

Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif berukuran 120-160 nm., berkapsul
dan tidak bersegmen . Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit
pada manusia dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran
pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory Syndrome
(MERS) dan Sindrom Pernafasan Akut Berat/ Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Coronavirus jenis baru yang ditemukan pada manusia sejak kejadian luar biasa muncul di Wuhan
Cina, pada Desember 2019Coronavirus kej

1.2 Gejala Pneunomia Covid-19

Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang atau berat. Gejala klinis utama
yang muncul yaitu demam (suhu >380C), batuk dan kesulitan bernapas, sakit tenggorokan, letih dan
lesu.

a. gejala ringan : demam >38 ᵒC, batuk, nyeri tenggorokan, hidung tersumbat, malaise ( tanpa
pneunomia, tanpa komorbid )

b. gejala sedang : demam >38 ᵒC, sesak napas, batuk menetap, sakit tenggorokan. Pada anak,
batuk dan takipneu. Anak dengan pneunomia ringan mengalami batuk dan
kesulitan bernafas.

c. gejala berat : demam >38 ᵒC yang menetap, ISPA/pneunomia berat ( pasienremaja atau
dewasa dengan demam atau dalam pengawasan infeksi saluran napas,
ditambah satu dari frekuensi nafas >30 x/mnt, distres pernafasan berat, atau
saturasi oksigen ). Pasien anak dengan batuk atau kesulitan bernafas, ditambah
setidaknya satu dari : sianosis sentral <90%, distres pernafasan berat, tanda
pneunomia berat, dalam pemeriksaan darah : leukopenia, peningkatan monosit,
dan peningkatan limfosit atipik.

1.3 Patologi Pneunomia Covid-19

Kebanyakan Coronavirus menginfeksi hewan dan bersirkulasi di hewan. Coronavirus


menyebabkan sejumlah besar penyakit pada hewan dan kemampuannya menyebabkan penyakit
berat pada hewan seperti babi, sapi, kuda, kucing dan ayam. Coronavirus disebut dengan virus
zoonotik yaitu virus yang ditransmisikan dari hewan ke manusia. Banyak hewan liar yang dapat
membawa patogen dan bertindak sebagai vektor untuk penyakit menular tertentu.

 COVID-19 diawali dengan interaksi protein spike  virus dengan sel manusia. Setelah
memasuki sel, encoding genome akan terjadi dan memfasilitasi ekspresi gen yang membantu
adaptasi severe acute respiratory syndrome virus corona 2 pada inang. Rekombinasi, pertukaran gen,
insersi gen, atau delesi, akan menyebabkan perubahan genom yang menyebabkan outbreak di
kemudian hari.
1.4 Woc Pneunomia Covid-19

PERJALANAN PENYAKIT COVID-19 DIADAPTADI DARI BERBAGAI SUMBER

ASIMTOMATIS GEJALA AWAL PNEUNOMIA INFLAMASI


Sehat Gejala Onset 8-12 hari
meninggal
gejala postt onset
Replikasi virus di Replikasi virus, virus Peningkatan respon Inflamasi sisemik
nasofaring, inkubasi berikatan dengan imun pejamu tidak terkontrol,
virus 3-14 hari ACE2 di organ badai sitokin

Demam persisten,
Demam, batuk
sesak, hipoksemia,
kering, pilek nyeri ARDS, sepsis,
Pasien tidak ada CRP meningkat,
tenggorokan, nyeri miokarditis, gagal
gejala temuan
kepala, mialgia, multiorgan
pneunomia pada
diare, mual
radiologi

PCR positif, liter


PCR masih positif,
PCR dapat positif, virus tertinggi, IgM PCR masih positif,
IgM memuncak,
IgM dan IgG tidak meningkat hari 3-6, IgM stabil, IgG
IgG terdeteksi hari
terdeteksi IgG kadang terus meningkat.
10-14
terdeeksi
1.5 Pemeriksaan Penunjang

1. Nucleic Acid Amplification Test (NAAT):

Konfirmasi diagnosis COVID-19 umumnya ditentukan dengan deteksi sekuens unik virus RNA
pada NAAT. Gen virus yang dicari umumnya adalah gen N, E, S dan RdRO. Real-time reverse-
transcription polymerase chain reaction  (RT-PCR) merupakan salah satu contoh NAAT yang dapat
melakukan sequencing asam nukleat virus RNA. Jenis sampel untuk pemeriksaan NAAT dapat
berasal dari traktus respiratorius bawah, seperti sputum, aspirasi, dan lavage; atau traktus
respiratorius atas, seperti usap nasofaring, orofaring, atau aspirasi nasofaring wash/nasofaringeal.

Untuk menegakkan diagnosis, pengambilan sampel usap tenggorok untuk pemeriksaan RT-
PCR dilakukan pada hari pertama dan kedua. Apabila hasil RT-PCR hari pertama positif, maka
pemeriksaan di hari kedua tidak perlu dilakukan. Pada keadaan berat atau kritis, pemeriksaan RT-
PCR  follow-up dapat dilakukan 10 hari setelah pengambilan usap dengan hasil yang positif.

2. Rapid Test:

Rapid test adalah pemeriksaan serologi yang menggunakan sampel serum. Saat ini, rapid


test untuk COVID-19 terdiri dari 2 jenis, yaitu tes untuk mendeteksi antigen dan antibodi. Rapid test
antibodi dapat mendeteksi imunoglobulin M (IgM) dan antibodi imunoglobulin G (IgG) terhadap
virus SARS-CoV-2 dalam sampel darah manusia. Antibodi IgM diketahui memiliki peranan penting
sebagai pertahanan utama saat terjadi infeksi virus, sementara respons IgG adalah melindungi tubuh
dari
infeksi dengan cara mengingat virus yang sebelumnya pernah terpapar di dalam tubuh.

3. Viral Sequencing:

Pemeriksaan tes viral sequencing bertujuan mengonfirmasi virus dan memonitor mutasi


genom virus.

4. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan umum yang dapat menunjang diagnosis


COVID-19. Berikut ini merupakan beberapa tes laboratorium yang dapat dilakukan pada pasien
COVID-19:
a. Pemeriksaan Darah:

Kelainan hasil tes laboratorium darah pasien COVID-19 telah dilaporkan oleh beberapa studi. Berikut
ini merupakan beberapa kelainan pemeriksaan darah lengkap yang telah dilaporkan:

 Limfopenia

 Leukopenia

 Leukositosis
 Eosinopenia

 Trombositopenia

b. Analisa Gas Darah (AGD):

Analisa gas darah (AGD) umumnya dilakukan pada pasien COVID-19 dengan keadaan buruk,
seperti sesak berat atau sepsis. Hipoksemia dapat ditemukan pada pasien dengan keadaan berat.
Pada pasien dengan hiperventilasi, umumnya akan ditemukan alkalosis respiratorik.

5. CT Scan Toraks Nonkontras:

Pemeriksaan CT scan toraks nonkontras disarankan dilakukan pada pasien yang dicurigai
terjangkit COVID-19. Kelainan pada CT scan umumnya terdistribusi bilateral, periferal, dan pada
basal.

6. Rontgen Toraks:

Rontgen toraks merupakan pemeriksaan yang tidak sensitif dan sering kali menunjukkan
gambaran normal pada awal perjalanan penyakit. Distribusi bilateral/multilobular umum ditemukan
pada pasien COVID-19. Penampakan Rontgen toraks yang umumnya ditemukan pada pasien COVID-
19 adalah opasitas asimetrik difus atau patchy seperti pneumonia yang diakibatkan coronavirus jenis
lainnya, seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS).

7. USG paru:

Kelainan pada USG paru umumnya ditemukan secara bilateral dan pada posterobasal.
Berikut ini merupakan beberapa tanda kelainan pada pemeriksaan USG paru pasien COVID-19:

- Multiple b-line:penebalan septa interlobular subpleural


- Konsolidasi subpleural
- Konsolidasi alveolar
- Penebalan dan iregularitas garis pleura dengan diskontinuitas yang tersebar
- Pemulihan aerasi saat pemulihan dengan penampakan a-line bilateral[31-33]

1.6 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan COVID-19 tergantung pada tingkat keparahan penyakitnya. Pada pasien


dengan gejala ringan, isolasi dapat dilakukan secara mandiri. Pada pasien dengan penyakit berat
atau risiko pemburukan, maka perawatan di fasilitas kesehatan diperlukan.

a. Terapi Suportif untuk Gejala Ringan

Pada pasien COVID-19 dengan gejala ringan, isolasi dapat dilakukan di rumah. Pasien
disarankan untuk menggunakan masker terutama saat melakukan kontak dengan orang lain.
Beberapa terapi suportif, seperti antipiretik, antitusif, dan ekspektoran dapat digunakan untuk
meringankan gejala pasien.

b. Terapi Suportif untuk Gejala Berat

Pasien COVID-19 dengan gejala sedang hingga berat perlu dirawat di fasilitas kesehatan.
Pengendalian infeksi dan terapi suportif merupakan prinsip utama dalam manajemen pasien COVID-
19 dengan gejala yang berat.

- Terapi oksigen dan monitoring


- Pengobatan koinfeksi
- Intubasi dan Ventilasi Mekanik Protektif
Intubasi endotrakeal dilakukan pada keadaan gagal napas hipoksemia.
- Ventilasi mekanik dilakukan dengan volume tidal yang lebih rendah
- Ventilasi Noninvasif
Penggunaan high flow nasal oxygen (HFNO) atau non-invasive ventilation (NIV)
digunakan saat pasien mengalami gagal napas hipoksemia tertentu.

Saat ini belum ada penelitian atau bukti talaksana spesifik pada COVID-19. Belum ada tatalaksana
antiviral untuk infeksi Coronavirus yang terbukti efektif. Pada studi terhadap SARSCoV, kombinasi
lopinavir dan ritonavir dikaitkan dengan memberi manfaat klinis. Tatalaksana yang belum teruji /
terlisensi hanya boleh diberikan dalam situasi uji klinis yang disetujui oleh komite etik atau melalui
Monitored Emergency Use of Unregistered Interventions Framework (MEURI), dengan pemantauan
ketat.

2. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan merupakan salah satu dari komponen proses keperawatan


yang dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan dari pasien meliputi
pengumpulan data tentang status kesehatan pasien secara sistematis, menyeluruh, akurat,
singkat, dan berkesinambungan (Muttaqin, 2011). Menurut (Ardiansyah, 2012) yang harus
dikaji adalah :

a) Biodata

Pada biodata, bisa diperoleh data tentang identitas pasien meliputi nama pasien, tempat
tanggal lahir, alamat, umur pasien, jenis kelamin pasien, pekerjaan pasien, pendidikan
pasien, status kawin pasien, agama dan asuransi kesehatan. Selain itu juga dilakukan
pengkajian tentang orang terdekat pasien.

b) Keluhan utama

Selama pengumpulan riwayat kesehatan, perawat menanyakan kepada pasien tentang


tanda dan gejala yang dialami oleh pasien. Setiap keluhan harus ditanyakan dengan detail
kepada pasien disamping itu diperlukan juga pengkajian mengenai keluhan yang disarasakan
meliputi lama timbulnya

c) Riwayat Penyakit Sekarang

Pada riwayat penyakit sekarang, perawat mengkaji apakah gejala terjadi pada waktu yang
tertentu saja, seperti sebelum atau sesudah makan, ataupun setelah mencerna makanan
pedas dan pengiritasi dan setelah mencerna obat tertentu atau setelah mengkonsumsi
alhohol

d) Riwayat penyakit dahulu

Untuk mengkaji riwayat penyakit dahulu atau riwayat penyakit sebelumnya, perawat harus
mengkaji apakah gejala yang berhubungan dengan ansietas, stress, alergi, makan atau
minum terlalu banyak, atau makan terlalu cepat. Selain itu perawat juga harus mengkaji
adakah riwayat penyakit lambung sebelumnya atau pembedahan lambung

e) Riwayat kesehatan keluarga

Dalam riwayat kesehatan keluarga perawat mengkaji riwayat keluarga yang mengkonsumsi
alkohol, mengidap gastritis, kelebihan diet, serta diet sembarangan. 18 Selain itu perawata
juga mananyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh keluarga.
2. Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon


Pasienterhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Diagnosa terdiri dari
tiga komponen yaitu masalah (problem), penyebab (etiologi), tanda (sign), dan gejala
(symptom) (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Masalah (problem) merupakan label diagnosis
yang mengambarkan inti dari respons pasien terhadap kondisi kesehatan atau proses
kehidupannya. Proses penegakan diagnosis atau mendiagnosis merupakan suatu proses
sistematis yang terdiri atas tiga tahap yaitu analisis data, identifikasi masalah, dan
perumusan diagnosis. Metode penulisan pada diagnosis aktual terdiri dari masalah,
penyebab, dan tanda/gejala.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah suatu tindakan yang dirancang oleh perawat, atau
suatu perawatan yang di lakukan berdasarkan penilaian secara klinis dan pengetahuan
perawat yang bertujuan untuk meningkatkan outcome pasien atau klien. Perencanaan
keperawatan mencakup perawatan langsung serta perawatan tidak langsung. Kedua
perawatan ini ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat dan orang-orang yang
dirujuk oleh perawat, dirujuk oleh dokter maupun pemberian layanan kesehatan lainnya
(PPNI, 2018).

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan tindakan yang


merupakan tindakan keperawatan khusus yang diperlukan untuk melaksanakan intervensi.
Tindakan- tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas observasi, terapeutik, edukasi,
dan kolaborasi (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Implementasi ini akan mengacu pada SIKI
yang telah dibuat pada rencana keperawatan.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menilai keberhasilan rencana


tindakan yang telah dilaksanakan. Apabila hasil yang diharapkan belum tercapai, intervensi
yang sudah ditetapkan dapat dimodifikasi. Evaluasi dapat berupa struktur, proses dan hasil
evaluasi terdiri dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama program
berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dan
mendapatkan informasi efektifitas pengambilan keputusan. Evaluasi asuhan keperawatandi
dokumentasikan dalam bentuk SOAP (subjektif, objektif, assessment, planning)(Achjar, 2012)
DAFTAR PUSTAKA

WHO. Novel Coronavirus (2019-nCoV) Situation Report-1.


Januari 21, 2020.

Muttaqin, A. (2011). Pengkajian Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinik. Jakarta: Salemba
Medika.

SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (1st ed.). Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai