Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN
Tumbuh kembang merupakan dua peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi
saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. 1
Tumbuh kembang optimal adalah tercapainya proses tumbuh kembang yang
sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh anak. Dengan mengetahui
penyimpangan tumbuh kembang secara dini sehingga upaya-upaya pencegahan,
stimulasi dan penyembuhan serta pemulihannya dapat dibenarkan dengan ini yang
jelas sedini mungkin pada masa-masa peka proses tumbuh kembang anak
sehingga hasilnya dapat diharapkan akan tercapai (Depkes RI, 2009).
Para ahli tumbuh kembang anak mengatakan bahwa periode 5 (lima) tahun
pertama kehidupan anak sebagai “Masa Keemasan (golden period) atau Jendela
Kesempatan (window opportunity), atau Masa Kritis (critical period)”. Periode 5
(lima) tahun pertama kehidupan anak (masa balita) merupakan masa pertumbuhan
dan perkembangan yang paling pesat pada otak manusia dan merupakan masa
yang sangat peka bagi otak anak dalam menerima berbagai masukan dari
lingkungan sekitarnya.
Golden Period merupakan masa yang sangat penting untuk memperhatikan
tumbuh kembang anak secara cermat agar sedini mungkin dapat terdeteksi apabila
terjadi kelainan. Selain itu, penanganan kelainan yang sesuai pada masa golden
age dapat meminimalisir kelainan pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga
kelainan yang bersifat permanen dapat dicegah.
Deteksi dini adalah upaya penyaringan yang dilaksanakan untuk
menemukan penyimpangan kelainan tumbuh kembang secara dini dan mengetahui
serta mengenal faktor - faktor resiko terjadinya kelainan tumbuh kembang
tersebut. Sedangkan intervensi dimaksudnya adalah suatu kegiatan penanganan
segera terhadap adanya penyimpangan tumbuh kembang dengan cara yang sesuai
dengan keadaan misalnya perbaikan gizi, stimulasi perkembangan atau merujuk
ke pelayanan kesehatan yang sesuai, sehingga anak dapat mencapai kemampuan
yang optimal sesuai dengan umumnya. (Depkes RI, 2009).

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya
berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan
perkembangan. Sedangkan pengertian mengenai apa yang dimaksud dengan
pertumbuhan dan perkembangan per definisi adalah sebagai berikut :
1. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,
jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa
diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm,
meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan
nitrogen tubuh).
2. Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill)
salam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini
menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh,
organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga
masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan
emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya.1

2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang2


Pola pertumbuhan dan perkembangan secara normal antara anak yang satu
dengan yang lainnya pada akhirnya tidak selalu sama, karena dipengaruhi oleh
interaksi banyak faktor. Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal
merupakan genetika yang meliputi perbedaan ras, keluarga, umur, jenis
kelamin, kelainan kromosom, sedangkan faktor eksternal meliputi prenatal
(gizi, mekanis, toksin, zat kimia, radiasi, kelainan endokrin, infeksi, kelainan
imunologi serta psikologis ibu) dan postnatal (budaya lingkungan, status sosial
ekonomi, nutrisi, iklim dan cuaca, olahraga, posisi anak dalam keluarga dan
status kesehatan).

2
1. Faktor Genetik/Faktor Herediter
Faktor herediter merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai dasar
dalam mencapai tumbuh kembang anak di samping faktor-faktor lain.
Faktor herediter meliputi bawaan, jenis kelamin, ras dan suku bangsa.
Faktor ini dapat ditentukan dengan intensitas, kecepatan dalam pembelahan
sel telur, tingkat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, usia pubertas
dan berhentinya pertumbuhan tulang.
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan ini dapat meliputi lingkungan prenatal (yaitu,
lingkungan dalam kandungan) dan lingkungan postnatal (yaitu, lingkungan
setelah bayi lahir).
a. Lingkungan Prenatal
Faktor lingkungan prenatal yang berpengaruh terhadap tumbuh
kembang janin mulai dari konsepsi sampai lahir, antara lain :
1) Lingkungan Mekanis Trauma dan cairan ketuban kurang dapat
menyebabkan kelainan bawaan pada bayi yang dikandungnya.
a) Radiasi dapat menyebabkan kerusakan pada organ otak janin.
b) Infeksi dalam kandungan memengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin.
c) Kekurangan oksigen pada janin mengakibatkan gangguan dalam
plasenta sehingga kemungkinan bayi lahir dengan berat badan
yang kurang.
d) Faktor imunitas dapat memengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin karena menyebabkan terjadinya abortus
atau karena ikterus.
e) Stres dapat memengaruhi kegagalan tumbuh kembang janin.
2) Zat Kimia atau Toksin
Hal ini berkaitan dengan penggunaan obat-obatan, alkohol atau
kebiasaan merokok oleh ibu hamil.

3
b. Lingkungan Postnatal
Faktor lingkungan postnatal merupakan faktor lingkungan yang
mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir, antara lain :
(1) Budaya lingkungan
Budaya lingkungan dapat menentukan bagaimana seseorang atau
masyarakat mempersepsikan pola hidup bersih dan sehat.
(2) Status sosial ekonomi
Anak dengan keluarga yang memiliki sosial ekonomi tinggi
umumnya pemenuhan kebutuhan gizinya cukup baik dibandingkan
dengan anak dengan sosial ekonomi rendah.
(3) Nutrisi
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang
adekuat
(4) Iklim dan cuaca
Pada saat musim tertentu kebutuhan gizi dapat dengan mudah
diperoleh, namun pada saat musim yang lain justru sebaliknya.
(5) Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan atau stimulasi, khususnya
dalam keluarga.
(6) Posisi anak dalam keluarga
Posisi anak dalam keluarga dapat memengaruhi pola anak tersebut
diatur dan dididik dalam keluarga, yang pada akhirnya dapat
mempengaruhi tumbuh kembang anak.
(7) Status kesehatan
Apabila anak berada dalam kondisi sehat dan sejahtera, maka
percepatan untuk tumbuh kembang menjadi sangat mudah dan
sebaliknya.

4
3. Faktor Hormonal
Faktor hormonal yang berperan dalam tumbuh kembang anak
antara lain hormon somatotropin, tiroid dan glukokortiroid. Hormon
somatotropin (growth hormone) berperan dalam memengaruhi
pertumbuhan tinggi badan dengan menstimulasi terjadinya proliferasi sel
kartilago dan sistem skeletal. Hormon tiroid berperan menstimulasi
metabolisme tubuh. Hormon glukokortikoid mempunyai fungsi
menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dari testis (untuk memproduksi
testoteron) dan ovarium (untuk memproduksi estrogen), selanjutnya
hormon tersebut akan menstimulasi perkembangan seks, baik pada anak
laki-laki maupun perempuan yang sesuai dengan peran hormonnya.

2.3 Kebutuhan Dasar Untuk Tumbuh Kembang3


Tumbuh dan kembang seorang anak secara optimal dipengaruhi
oleh hasil interaksi antara faktor genetis, herediter dan konstitusi dengan
faktor lingkungan. Agar faktor lingkungan memberikan pengaruh yang positif
bagi tumbuh kembang anak, maka diperlukan pemenuhan atas kebutuhan
dasar tertentu. Kebutuhan dasar ini dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu
asuh, asih, dan asah.
1) Asuh (Kebutuhan Fisik-Biomedis) yang termasuk kebutuhan asuh adalah :
a) Nutrisi yang mencukupi dan seimbang
b) Perawatan kesehatan dasar
c) Pakaian
d) Perumahan
e) Higiene diri dan lingkungan
f) Kesegaran jasmani (olahraga dan rekreasi)
2) Asih (Kebutuhan Emosi dan Kasih Sayang)
Ikatan emosi dan kasih sayang yang erat antara ibu/orangtua
dengan anak sangatlah penting, karena berguna untuk menentukan
perilaku anak di kemudian hari, merangsang perkembangan otak anak,
serta merangsang perhatian anak terhadap dunia luar.

5
Oleh karena itu kebutuhan asih ini meliputi :
a) Kasih sayang orang tua
b) Rasa aman
c) Harga diri
d) Dukungan/ dorongan
e) Mandiri
f) Rasa memiliki
g) Kebutuhan akan sukses, mendapatkan kesempatan dan pengalaman.
3) Asah (Kebutuhan Stimulasi)
Stimulasi adalah adanya perangsangan dari lingkungan luar anak,
yang berupa latihan atau bermain. Oleh karena itu, tidak terlalu heran
apabila masa anak-anak sangat identik dengan masa bermain, sebab pada
masa tersebut perkembangan anak akan mulai diasah sesuai dengan
kebutuhannya. Stimulasi atau rangsangan yang cukup dalam kuantitas dan
kualitas sejak awal juga dibutuhkan bayi dan anak untuk perkembangan
mental dan psikososialnya. Anak yang banyak mendapatkan stimulasi
yang terarah akan cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang
kurang mendapatkan stimulasi.2

2.4 Ciri – Ciri Tumbuh Kembang Anak4,5


a. Ciri pertumbuhan anak, antara lain:
1) Perubahan ukuran
Perubahan ini terlihat secara jelas pada pertumbuhan fisik yang
dengan bertambahnya umur anak terjadi pula penambahan berat
badan, tinggi badan, lingkar kepala dan lain-lain.
2) Perubahan proporsi
3) Hilangnya ciri-ciri lama
4) Timbulnya ciri-ciri baru
b. Ciri-ciri perkembangan anak, antara lain:
1) Perkembangan menimbulkan perubahan
2) Pertumbuhan dan perkembangan tahap awal menentukan tahap
selanjutnya
3) Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda

6
4) Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan
5) Perkembangan mempunyai pola yang tetap
6) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.

2.5 Deteksi Tumbuh Kembang Anak


a. Pemantauan Pertumbuhan Fisik Anak6
Parameter pemantauan Pertumbuhan Fisik
1. Ukuran Antropometrik
Untuk memantau pertumbuhan fisik anak, sering digunakan ukuran-
ukuran antropometrik yang dibedakan menjadi 2 kelompok:
a. Ukuran yang tergantung umur (age independent)
- Berat Badan (BB) terhadap umur
- Tinggi/panjang badan (PB) terhadap umur
- Lingkar kepala (LK) terhadap umur
- Lingkar lengan atas (LLA) terhadap umur
Kesulitan penggunaan cara ini adalah menetapkan umur anak
secara tepat. Karena tidak semua anak mempunyai catatan
mengenai tanggal lahir.
b. Ukuran tidak tergantung umur
- BB terhadap TB
- LLA terhadap TB (QUAC Stick= Quaker Arm Circumference
Measuring Stick)
- Lain-lain : LLA dibandingkan dengan standar / baku, lipatan
kulit pada trisep subskapular, abdominal dibandingkan dengan
baku

Selanjutnya hasil pengukuran antropometrik tersebut dibandingkan


dengan suatu baku tertentu, misalnya baku Harvard, NCHS (National Center

7
For Heakth Statistic), CDC (Communicable Disease Center), WHO atau baku
nasional kalau ada. Pada saat ini dianjurkan untuk pemantauan ukuran
antropometri digunakan WHO antro 2005. Selain itu, masih ada ukuran
antropometrik lain yang dipakai untuk keperluan khusus seperti kasus-kasus
kelainan bawaan atau untuk menentukan jenis perawakan, antara lain:

1. Lingkaran dada, lingkaran perut, dan lingkar leher


2. Panjang jarak antara 2 titik tubuh, seperti bi-akromial untuk
lebar bahu, bitokaterik untuk lebar pinggul, bitemporal untuk
lebar kepala
3. Kurva untuk serebral palsy
4. Kurva sindrom down
5. Kurva bayi prematur

Berat Badan (BB)


Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang terpenting dan
harus diukur setiap kesempatan memeriksakan kesehatan anak pada semua
kelompok umur. Berat badan merupakan hasil peningkatan/penurunan semua
jaringan yang ada pada tubuh, antara lain: tulang,otot, lemak, cairan tubuh,
dan lain-lain. Pada saat ini berat badan dipakai sebagai indikator yang terbaik
untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak karena berat
badan sensitif terhadap perubahan walaupun sedikit. Pengukuran bersifat
objektif dan dapat diulangi dengan menggunakan timbangan apa saja yang
relatif murah, mudah dan tidak memerlukan banyak waktu. Kerugian
indikator berat badan adalah tidak sensitif terhadap proporsi tubuh, misalnya
pendek gemuk atau tinggi kurus.
Perlu diketahui bahwa fluktuasi BB yang wajar dalam sehari, sebagai
akibat dari asupan (intake) makanan dan minuman, dengan luaran (output),
melalui urin, feses, keringat, dan nafas. Besarnya fluktuasi bergantung pada
faktor kelompok umur dan bersifat sangat individual, yaitu berkisaran antara
100-200 gram sampai 500-1000 gram, bahkan lebih fluktuasi dapat
mempengaruhi hasil penelitian.

8
Indikator berat badan dimanfaatkan dalam klinik untuk:
1. Bahan informasi untuk menilai keadaan gizi baik yang akut maupun yang
kronis serta tumbuh kembang dan kesehatan anak
2. Monitor keadaan kesehatan, misalnya pada pengobatan penyakit dan
3. Dasar perhitungan dosis obat dan makanan yang diberikan.

Tinggi Badan (TB)


Tinggi badan merupakan ukuran antropometrik kedua yang
terpenting. Keistimewaannya adalah bahwa, pada masa pertumbuhan, ukuran
tinggi badan meningkat terus sampai tinggi badan menjadi maksimal dicapai.
Kenaikan tinggi badan ini berfluktuasi, yaitu meningkat pesat pada bayi,
kemudian melambat dan selanjutnya melambat lagi dan akhirnya berhenti
pada umur 18-20 tahun. Tulang-tulang anggota gerak berhenti bertambah
panjang, tetapi ruas-ruas tulang belakang berlanjut tumbuh sampai umur 30
tahun, dengan pengisian tulang pada ujung atas dan bawah korpus ruas tulang
belakang, sehingga tinggi badan sedikit bertambah sekitar 3-5 mm. Antara
umur 30 sampai 45 tahun, tinggi badan tetap statis kemudian menyusut diatas
umur 45 tahun.
Keuntungan indikator TB ini adalah pengukurannya objektif dan
dapat diulang, alat dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa merupakan
indikator yang baik untuk gangguan pertumbuhan fisik yang sudah lewat
(Stunting) sebagai pembanding terhadap perubahan-perubahan relatif, seperti
terhadap nilai BB dan LLA.
Kerugiannya adalah perubahan tinggi badan relatif pelan dan sukar
mengukur tinggi badan secara tepat, kadang-kadang diperlukan lebih daripada
seorang tenaga untuk mengukur TB. Selain itu dibutuhkan dua macam teknik
pengukuran, pada anak kurang dari 2 tahun dengan posisi berdiri. Pengukuran
supinasi pada umumnya lebih panjang 1 cm daripada pengukuran berdiri pada
anak yang sama, meskipun pengukuran dilakukan dengan teknik pengukuran
yang terbaik dan secara cermat. Peningkatan nilai rata-rata TB orang dewasa
suatu bangsa merupakan indikator untuk peningkatan
kesejahteraan.kemakmuran (perbaikan gizi, perawatan kesehatan dan keadaan

9
sosial ekonomi). Perkawinan sebagai akibat luasnya migrasi manusia
kebagian-bagian lain disuatu negeri maupun dunia kemungkinan mempunyai
andil pula pada perubahan TB ini.

Lingkar Kepala
Lingkar kepala (LK) mencerminkan volume intracranial, termasuk
pertumbuhan otak. Apabila otak tidak tumbuh normal, kepala akan kecil atau
sebaliknya, bila kepala tidak tumbuh, otak akan mengikuti. Karena itu pada
LK yang lebih kecil dari normal (-2SD) atau mikrosefali, seringkali ada
retardasi mental. Sebaliknya, kalau ada penyumbatan aliran cairan
cerbrospinal pada hidrosefalus, volume kepala akan meningkat, shingga LK
lebih besar daripada normal. Acuan untuk LK ini adalah LK dari Nellhaus
yang diperoleh dari 14 penelitian didunia yang menemukan bahwa tidak
terdapat perbedaan yang bermakna antar suku bangsa, ras, maupun geografis.
Pertumbuhan LK yang paling pesat adalah pada 6 bulan pertama
kehidupan yaitu 34 cm pada waktu lahir menjadi 44 cm pada umur 6 bulan,
jadi meningkat 10 cm. sementara itu, LK pada umur 1 tahun adalah 47 cm, 2
tahun 49 cm dan dewasa 54 cm (dari umur 6 bulan sampai dewasa LK hanya
bertambah 10 cm). kesimpulan yang bisa ditarik adalah perkembangan otak
dari bayi baru lahir sampai dewasa setengahnya terjadi 6 bulan pertama, oleh
karena itu 6 bulan pertama adalah masa kritis perkembangan otak anak.
Pemantauan LK sebaiknya dilakukan setiap bulan selama 2 tahun pertama
dan selanjutnya setia 3 bulan sampai anak umur 5 tahun. Penting untuk
deteksi dini penyimpangan perkembangan otak anak.
Ukuran LK kepala yang kecil dapat disebabkan oleh:
- Variasi normal
- Bayi kecil
- Keturunan
- Retardasi mental/mikrosefali
- Kraniostenosis
Ukuran LK yang besar pada umumnya disebabkan oleh:
- Variasi normal

10
- Bayi besar
- Keturunan
- Hidroensefali
- Efusi subdural
- Hidrosefalus
- Penyakit carnavan
- Megaensefali
Untuk kepentingan diagnostik klinis, selain menilai ukuran LK, juga harus
diperhatikan tumbuh kembang anak, serta gejala-gejala klinik yang menyertai.
Lingkar Lengan Atas
Lingkar lengan atas (LLA) mencerminkan tumbuh kembang jaringan
lemak otot yang tidak pernah terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh
tidak seperti berat badan. LLA dapat dipakai untu menilai keadaan
gizi/tumbuh kembang pada kelompok umur prasekolah. Laju tumbuhnya
lambat, yakni dari 11 cm pada saat lahir menjadi 16 cm pada umur satu tahun.
Selanjutnya LLA tidak banyak berubah selama 1-3 tahun.
Keuntungan penggunaan LLA ini adalah bahwa hanya alatnya
murah, bisa dibuat sendiri, mudah dibawa, cepat penggunaannya dan dapat
digunakan oleh tenaga yang tidak terdidik, sedangkan kerugiannya adalah
LLA hanya digunakan untuk identifikasi anak dengan gangguan
gizi/pertumbuhan yang berat, dipertahankan LLA sukar ditentukan tanpa
menekan jaringan dan LLA hanya digunakan untuk anak mulai dari umur 6
bulan sampai 5 atau 6 tahun.

Lipatan Kulit

11
Tebalnya lipatan kulit pada daerah triseps dan subscapular
merupakan refleksi tumbuh kembang jaringan lemak bawah kulit, yang
mencerminkan kecukupan energi. Dalam keadaan defisiensi energi atau
kurus, lipatan kulit menipis dan sebaliknya menebal jika dimasukkan energi
berlebihan atau gemuk. Tebal lipatan kulit dimanfaatkan untuk menilai
terdapatnya keadaan gizi lebih, khususnya pada kasus obesitas

Indeks Masa Tubuh (IMT) / Body Man Indent (BMI)


Indeks masa tubuh merupakan alat sederhana untuk menilai status
gizi khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan.
Indeks masa tubuh dihitung berdasarkan rumus berat badan dalam kilogram
(Kg) dibagi dengan tinggi badan dalam meter yang dikuadratkan (m2),
sebagai berikut;
Berat badan dalam kilogram
(Tinggi badan dalam meter)2

The World Health Organization (WHO) pada tahun1997, The


National Institute of Health (INH) pada tahun 1998 dan The Expect
Committee on Clinical Guidelinesfor Overweight in Adolescent Preventive
Services telah merekomendasikan IMT sebagai baku pengukuran obesitas
pada anak dan remaja diatas dua tahun. IMT adalah cara termudah untuk
memperkirakan obesitas serta berkorelasi kuat dengan masa lemak tubuh.
Selain itu, IMT juga penting untuk mengidentifikasi pasien dengan obesitas
yang memiliki resiko mengalami komplikasi medis.
Interpretasi IMT tergantung pada umur dan jenis kelamin anak,
karena anak laki-laki dan perempuan memiliki proporsi lemak tubuh yang
berbeda. Berbeda dengan orang dewasa, IMT pada anak berubah sesuai umur,
peningkatan panjang atau tinggi badan dan berat badan. Nilai IMT kemudian
diplotkan sesuai jenis kelamin dan umur kurva dari CDC atau WHO.

Indeks masa tubuh mempunyai keunggulan yaitu :

12
1. Mampu menggambarkan proporsi lemak tubuh yang
berlebihan;
2. Pengukuran hanya membutuhkan dua hal yaitu berat badan
dan tinggi badan dimana pengukuran dapat dilakukan dengan akurat oleh
seseorang dengan sedikit latihan.
3. Bersifat sederhana, murah dan mudah dilakukan sehingga
dapat digunakan untuk penelitian populasi berskala besar.
Beberapa keterbatasan IMT, adalah:
1. Tidak mampu membedakan berat badan yang berasal dari lemak dan
berat badan yang berasal dari otot atau tulang.
2. Tidak mampu mengidentifikasikan distribusi dari lemak tubuh
3. Standar cut of point atau nilai ambang dari defensi obesitas
berdasarkan IMT mungkin tidak mengganbarkan risiko yang sama untuk
konsekuensi kesehatan pada semua kelompok etnis.

Ukuran antropometrik yang lain


Ukuran antropometrik yan lain dimanfaatkan untuk menilai perawakan
(simto-type)
a. Menurut Hippocrates
- Habitus ptikus/ perawakan tinggi kurus
- Habitus apoplektikus/ perawakan gemuk pendek
b. Menurut Kretschmer terdapat 3 jenis perawakan, yaitu :
- Piknikus
- Atletikus
- Astenikus
c. Menurut Sheldon
- Endomorfi
- Mesomorfi
- Ektomorfi, untuk perawakan yang sesuai dengan klasifikasi dari
Kretschmer.

13
Penilaian mengenai jenis perawakan pada mulanya digunakan
untuk meramalkan sifat (karakter) dan kepekaan terhadap beberapa
penyakit. Pada anak untuk kasus tertentu jenis perawakan tersebut perlu
diperhitungkan walaupun tidak terlalu terpengaruh
1. Gejala/tanda pada pemeriksaan fisik
a. Keseluruhan fisik
Dilihat bentuk tubuh, apakah ada dismorfi, bagaimana proporsi
tubuhnya (perbandingan bagian kepala, tubuh dan anggota
gerak),ada udem/tidak, kulit, crazy pavement dermatosis.
b. Jaringan otot
Pertumbuhan otot diperiksa pada lengan atas, pantat dan paha
dengan cara cubitan tebal. Diperiksa adanya tanda-tanda atrofi otot.
c. Jaringan lemak
Jaringan lemak diperiksa pada kulit dibawah triseps dan
subkapsular dengan cara cubitan tipis.
d. Rambut
Untuk rambut, yang diperiksa adalah pertumbuhan, warna,
diameter, (tebal atau tipis) sifat (keriting/lurus) dan akar rambut
(mudah dicabut/tidak).
e. Gigi-geligi
Saat erupsi gigi susu, saat tanggal dan erupsi gigi permanen.
2. Gejala/tanda pemeriksaan laboratorium
Terutama pada pemeriksaan darah, antara lain diperiksa kadar Hb,
serum protein (albumin, globulin), hormon, kromosom dan sebagainya
sesuai dengan keperluan.
3. Gejala/tanda pemeriksaan radiologis/imaging
Pemeriksaan radiologis terutama diperlukan untuk menilai umur
biologis, yaitu umur tulang (bone age). Biasanya pemeriksaan ini
dilakukan kalau ada kecurigaan gangguan pertumbuhan linear.
Sebagai kesimpulan, untuk menentukan pemeriksaan fisik anak, kita
perlu melakukan langkah-langkah seperti kita membuat diagnosis
penyakit, yaitu :

14
a. Anamnesis wawancara medis
Tujuan anamnesis adalah untuk memperoleh informasi tentang
tumbuh kembang anak sejak dalam kandungan, keadaan waktu
lahir (termasuk LK,BB dan PB), kecukupan makan,
penyakit/kelainan yang diderita, keadaan fisik kedua orang tuanya
(termasuk BB, TB) dan pedigree.
b. Pemeriksaan fisik
Tujuannya adalah untuk mengetahui gejala klinis yang terkait
dengan tumbuh kembang anak dan mendapat informasi tentang
gejala/tanda tumbuh kembang misalnya apakah ada gejala klinik
yang mengarah ke suatu sindrom tertentu, dismorfi edem dan
sebagainya.
c. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan antropometri
- Pemeriksaa laboratorium seperi hormon, kromosom
pemeriksaan laboratorium yang terkait dengan penyakit
metabolik
- Pemeriksaan radiologic/imaging sesuai dengan keperluannya.

Kartu Menuju Sehat (KMS)


KMS adalah alat penting untuk memantau tumbuh kembang anak.
Aktivitas pemantauan ini tidak hanya untuk memantau tumbuh kembang
anak. Aktivitas pemantauan ini tidak hanya menimbang dan mencatat saja,
melainkan juga harus meninterpretasikan tumbuh kembang anak kepada
ibunya, sehingga ibunnya memahami bahwa pertumbuhan anak dapat diamati
dengan cara menimbang teratur setiap bulan. 4 patokan sederhana
perkembangan psiko-motorik pada KMS yaitu:
- Kemampuan duduk (5-9½ bulan)
- Berjalan kurang lebih 10 langkah tanpa bantuan (9-18½ bulan)
- Mengucapkan sepatah kata (10-12 bulan)
- Kemampuan berbahasa beberapa kata (18½ bulan – 3 tahun)

15
Garis acuan baku yang digunakan pada KMS memakai persentil sesuai
dengan International Children’s Centre UK Study, yaitu:
- Garis atas adalah persentil ke-50 berat badan rata-rata laki-laki.
- Garis bawah adalah persentil ke-3 berat badan anak wanita.
1. Interpretasi
Garis kurva pertumbuhan KMS berfungsi ganda, yaitu :
- Sebagai tanda persentase / persentil tertentu
- Petunjuk arah yang harus dicapai oleh grafik BB anak
 Arah A, pertumbuhan anak baik
 Arah B, pertumbuhan kurang baik, memerlukan perhatian khusus
 Arah C, memerlukan tindakan segera
 Arah D, ibu harus diberi pujian atas keberhasilannya menaikan
kembali berat badan anaknya searah kurva pertumbuhan normal.
KMS yang ada di Indonesia pada saat ini berdasarkan WHO 2005.
Pada KMS, selain kurva dari 0-60 bulan, juga dilengkapi dengan petunjuk
pemberian makanan yang sehat (termasuk ASI), catatan pemberian
imunisasi dan vitamin A serta penatalaksanaan diare dirumah. Dengan
demikian fungsi KMS menjadi lebih komprehensif dalam pelayanan
kesehatan primer.
2. Tujuan pemantauan
- Agar pertumbuhan mudah diamati
- Menciptakan kebutuhan akan rasa ingin tahu terhadap pertumbuhan
anak
- Meningkatkan lingkungan yang layak untuk pertumbuhan anak
- Melukiskan setiap kejadian yang kurang menguntungkan anak,
misalnya infeksi, musim, ibu meninggal, anak terlatar.
- Menemukan seawal mungkin gejala-gejala gangguan pertumbuhan
- Merupakan sarana untuk memberikan penyuluhan kepada ibu:
 Gizi makanan bayi dan anak
 Tumbuh kembang anak
 Imunisasi
 Keluarga berencana

16
 Pencegahan : defisiensi vitamin A, dihidrasi akibat diare, sanitasi
personal dan lingkungan
3. Kegiatan Growth Monitoring and Promotion (GMP)
Growth Monitoring and Promotion adalah suatu kegiatan pengukuran
anak yang teratur dicatat, serta kemudian diinterpretasikan agar petugas
dapat memberikan penyukuhan, berbuat sesuatu serta melakukan
followup selanjutnya.
GMP merupakan stategi operasional untuk membantu ibu menvisualkan
pertumbuhan anaknya dan menerima petunjuk yang khusus / spesifik,
relevan, dan praktis. Dengan demikian ibu, keluarga, dan masyarakat
dapat berbuat sesuatu guna mempertahankan kesehatan serta pertumbuhan
anak yang optimal.
Terdapat 4 elemen GMP, yaitu:
a. Merupakan strategi pencegahan yang dilaksanakan sebelum terjadi
gangguan pertumbuhan. Dengan menimbang yang teratur, akan
diketahui gangguan pertumbuhan yang tadinya tidak dapat diamati,
yang dapat disebabkan oleh kekurangan makan, sakit berulang,
ketidaktahuan tentang makanan anak atau kelainan hormonal.
b. Merupakan strategi mengubah lingkungan anak yang sesuai, melalui
komunikasi yang efektif dengan ibu.
c. Berhubungan dengan lingkungan secara menyeluruh yang
mempengaruhi tumbuh kembang anak.
d. Ikut melibatkan ibu / masyarakat yang sering terjadi dalam usaha
mengoptimalkan tumbuh kembang anak
4. Kesalahan hambatan yang sering terjadi dalam Growth Monitoring and
Promotion (GMP)
Dalam melakukan penimbangan (GMP), sering terjadi kesalahan /
hambatan sebagai berikut.
a. Lebih mengutamakan upaya kuratif daripada preventif
Kerangka berfikir kesehatan pada umumnya lebih condong pada
bagaimana cara mengobati dari pada pencegahan. Padahal tujuan dari

17
GMP adalah meningkatkan status kesehatan anak dengan melakukan
pemantauan pertumbuhan secara teratur
b. Pemantauan tumbuh kembang dimulai sangat terlambat
Bulan-bulan pertama, ketika pada umumnya pertumbuhan anak cukup
baik, merupakan waktu yang ideal untuk mulai melakukan
pemantauan
c. Penekanan hanya pada status gizi daripada konsep dinamis tumbuh
kembang anak.
- Pencanaan tingkat pusat harus mengetahui bahwa menjaga tumbuh
kembang anak merupakan bagian dari upaya untuk
mensejahterakan masyarakat pada umumnya. Tumbuh kembang
anak merupakan salah satu indikator kesejahteraan masyarakat,
tidak hanya dengan memantau penyakit, kualitas lingkungan,
keadaan ekonomi masyarakat, distribusi pengahsilan, pendidikan
dan sebagainya.
- Ibu perlu mengikuti dan menghargai pentingnya setiap kenaikan
berat badan anak, mengerti corak pertumbuhan anak, dan tahu
bahwa anak yang tidak tumbuh memerlukan perhatian khusus.
d. Penimbangan dan pengisian kartu saring dilaksanakan sebagai
kegiatan rutin saja tanpa umpan balik ke ibu.
Dengan KMS, pertumbuhan anak dapat diamati sehingga ibu dapat
mengerti bahwa segala usahanya membawa hasil yang baik kalau ada
kenaikan berat badan anaknya. Umpan balik ini pelu diberikan per
individu melalui personal interaksi antara ibu dan tenaga kesehatan.
e. Tidak ada interaksi antara petugas kesehatan dengan ibu
f. GMP dianggap sederhana dan mudah sehingga pelatihan dan
supervise tidak mendapat perhatian
g. GMP dilaksanakan sebagai aktifitas tunggal yang hanya menyagkut
nutrisi. Padahal GMP merupakan strategi operasional dalam
pelayanan kesehatan primer menyeluruh.
h. Petugas kesehatan memegang peranan sentral

18
Padahal GMP dapat digunakan sebagai katalisator pemecahan
masalah. Dengan GMP masyarakat mengerti tentang masalah yang
dihadapi, berusaha mengatasi dan mengetahui hasilnya.
i. Pemberian makanan tambahan merupakan satu-satunya aktifitas
Sebagai seorang ibu, datang bukan karena pemberian makanan tanpa
disertai pengertian akan maksud GMP tersebut. Pemebrian makanan
yang sehat yang dapat diberikan pada anak. Kalau tujuan pemberian
makanan tersebut untuk terapi sebaiknya dicari hari khusus untuk
anak-anak yang diketahui pertumbuhannya kurang baik.
j. Harapan yang keliru. Sering ada anggapan kalau GMP lancar
masalah-masalah sudah teratasi.

b. Pemantauan Perkembangan Anak6


Tenaga medis terutama dokter spesialis anak, merupakan sumber
informasi yang terbaik tentang perkembangan amak, karena mereka sering
melakukan kontak dengan anak, terutama usia 5 tahun pertama (Balita).
Orang tua mengharapkan dokter spesialis anak tidak hanya memperhatikan
penyakit anaknya, melainkan juga tumbuh kembangnya. Tanpa petunjuk
yang benar dari dokter, dapat terjadi keterlambatan diagnosis maupun
intervensinya. Karena itu deteksi dini penyimpangan perkembangan anak
dengan skrining secara rutin pada setiap kali melakukan pelayanan
kesehatan adalah sangat penting.
Pada saat ini alat skrining perkembangan anak yang dapat digunakan
semakin berkembang dari tahun ke tahun, sehingga deteksi terhadap
adanya penyimpangan perkembangan anak dapat lebih mudah dan dapat
dilakukan sedini mungkin.
Skrining Perkembangan
Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam skrining adalah :
1. Jangan menunggu untuk melakukan skrining sampai masalah timbul.
2. Jangan mengabaikan hasil skrining. Tidak ada untungnya kita
melakukan ”wait and see”.

19
3. Hasil dari wawancara/ pengamatan yang tidak berdasarkan alat
skrining yang baik, bukan merupakan indikasi yang valid untuk
merujuk kasus yang dicurigai
Manfaat Skrining
Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak penting dan bermafaat
karena
1. Awal kehidupan merupakan periode kritis ”golden period” yang
dapat mempengaruhi keberhasilan anak di sekolah nantinya.
2. Awal kehidupan merupakan window of opportunity. Kalau tidak
dimanfaatkan, kita akan kehilangan masa tersebut.
3. Pada awal kehidupan, plastisitas otak anak tinggi, sehingga
merupakan waktu yang tepat untuk melakukan intervensi.
4. Deteksi dini dapat mencegah masalah sekunder yang mungkin
terjadi seperti masalah gangguan kepribadian dan kepercayaan diri.
5. Secara hukum sah, karena merupakan hak anak untuk
mendapatkan perhatian melalui deteksi dan intervensi dini.
6. Deteksi dini menguntungkan karena meningkatkan fungsi keluarga
sehingga menurunkan kelainan fisik atau retardasi mental, dan risiko
lingkungan berkurang sehingga angka kejadian tidak naik kelas, putus
sekolah atau anak yang kebutuhan khusus dapat diturunkan.
7. Skrining dapat mengetahui pengaruh buruk, seperti dampak
lingkugan yang kurang sehat seperti kontaminasi logam berat,
hubungan antara orang tua dan anak yang kurang baik, penelantaran
anak dan perlakuan salah pada anak.
8. Orang tua dapat dilibatkan dalam skrining, dengan cara
menggunakan instrumen yang diisi oleh orang tua. contohnya PEDS
Tahap-tahap dalam skrining perkembangan anak.
1. Anamnesis
Tahap pertama adalah melakukan anamnesis yang lengkap, karena
kelainan perkembangan dapat disebabkan oleh berbagai faktor.
Dengan anamnesis yang teliti maka salah satu penyebabnya dapat
diketahui.

20
2. Skrining gangguan perkembangan anak
Pada tahap ini dianjurkan digunakan instrumen-instrumen untuk
skrining guna mengetahui kelainan perkembangan anak, misalnya
dengan menggunakan Denver II, tes IQ, atau tes psikologik lainnya.
3. Evaluasi lingkungan anak
Tumbuh kembang anak adalah hasil interaksi anatara faktor genetik
dengan lingkungan bio-fisiko-psikososial. Oleh karena itu untuk
deteksi dini, kita juga harus melakukan evaluasi lingkungan anak
tersebut. Misalnya dapat digunakan HSQ (Home Screening
Questionnaire).
4. Evaluasi penglihatan dan pendengararan.
Tes penglihatan misalnya untuk anak umur kurang dari 3 tahun dengan
tes fiksasi, umur 21/2 tahun – 3 tahun dengan kartu gambar dari Allen
dan diatas 3 tahun dengan huruf E. Juga diperiksa apakah ada
strabismus dan selanjutnya periksa kornea dan retinanya.
5. Evaluasi bicara dan bahasa anak
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui apakah kemampuan
anak berbicara masih dalam batas-batas normal atau tidak. Karena
kemampuan berbicara menggambarkan kemampuan SSP, endokrin,
ada /tidak adanya kelainan bawaan pada hidung, mulut dan
pendengaran, stimulasi yang diberikan, emosi anak dan sebagainya.
6. Pemeriksaan fisik/morfologi
Untuk melengkapi anamnesis diperlukan pemeriksaan fisik, agar
diketahui apakah terdapat kelainan fisik yang dapat mempengaruhi
tumbuh kembang anak. Misalnya berbagai Sindrom, penyakit jantung
bawaan, tanda-tanda penyakit defesiensi dan lain-lain.
7. Pemeriksaan neurologi
Dimulai dengan anamnesis masalah neurologi dan keadaan-keadaan
yang diduga dapat mengakibatkan gangguan neurologi, seperti trauma
lahir, persalinan yang lama, asfiksia berat dan sebagainya. Kemudian
dilakukan tes/pemeriksaan neurologi yang diteliti, maka dapat
membantu dalam diagnosis suatu kelainan, misalnya kalau ada lesi

21
intrakranial, palsi serebralis, neuropati perifer, penyakit-penyakit
degeneratif dan sebagainya.
8. Evaluasi penyakit-penyakit metabolik
Salah satu penyebab gangguan perkembangan pada anak adalah
disebabkan oleh penyakit metabolik. Dari anamnesis dapat dicurigai
adanya penyakit metabolik, apakah ada anggota keluarga lainnya yang
terkena penyakit yang sama. Adanya tanda-tanda klinis seperti rambut
yang pirang dicurigai adanya PKU (Phenylketonuria), ataksia yang
intermiten dicurigai adanya hiperamonemia dan sebagainya.
Disamping itu diperlukan pemeriksaan penunjang lainnya yang sesuai
dengan kecurigaan kita.
9. Integrasi dan hasil penemuan.
Berdasarkan anamnesis dan semua pemeriksaan tersebut diatas, dibuat
suatu kesimpulan diagnosis dari gangguan perkembangan tersebut.
Kemudian ditetapkan penatalaksanaannya, konsultasi kemana dan
prognosisnya.

c. Instrumen Skrining Dan Diagnosis Perkembangan Anak6


a. Tes Integrasi Individul (tes IQ)
1. The Stanford –binet test
Fungsi : mengukur intelegensi dan sudah di standarisasi. Skor
tersedia dalam umur mentalatau dalam bentuk angka IQ.
Umur :2 – 24 tahun
Catatan: tes diberikan secara individual dan korelasi yang
tinggi dengan kemampuan sekolah.
2. The Leiter International Perfomance Scale (LIPS)
Fungsi : mengukur intelegensi yang sudah distadrisasi. Skor
tersedia dalam umur mental atau dalam bentuk angka IQ
Umur :2-18 tahun
Catatan : tes ini diberikan secara individual dan ada korelasi
yang tinggi dengan hasil tes Stanford Binet
3. The Weshsler Intelligence Scale for Children (WISC)

22
Fungsi : mengukur intelegensi dan sudah distandarisasi. Skor
IQ tersedia dalam bentuk kemampuan verbal dan skala penuh.
Umur : 6-17 tahun
Catatan: tes ini diberikan secara individu dan hasilnya
mempunyai lorelasi yang tinggi dengan hasil tes Stanford-Binet
dan LIPS
4. Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligance (WPPSI)
Fungsi : Verbal, penampilan dan skala penuh IQ
Umur : 4- 6,5 tahun
5. Mc Carthy Scales of Children’s Abilities
Fungsi : indeks kognitif umum (IQ ekuivalen)
Skor unutk verbal, kuantitatif, memori, motorik
Umur : 2,5 tahun – 8 tahun
b. Tes Psikomotorik
1. Brazelton Newborn Behavior Assesment Scale
Fungsi : menaksir kondisi bayi, refleks dan interaksi
Umur : Neonatus
2. Denver Developmental Screening Test (DDST), direvisi
menjadi Denver II
Fungsi: Digunakan untuk menaksir perkembangan personal
sosial, motorik halus, bahasa dan motorik kasar pada anak
mulai umur 1 bulan – 6 tahun
Umur : 1 bulan- 6 tahun
Catatan: diberikan secara individual dengan partisipasi aktif
dari orang tua dan pemeriksa.
c. Tes Proyeksi
1. Symonds Picture Story Test
Fungsi : respon anak dapat didiagnosis dari perasaan yang
mendasarinya
Catatan : tes individual
2. The Machover Human Figure Drawing test

23
Fungsi : suatu teknik proyeksi, gambar manusia yang dibuat
oleh anak adalah proyeksi dari dirinya. Bagian-bagian tubuh
yang di hilangkan atau ditonjolkan dapat merupakan petunjuk
dalam diagnostik.
Catatan : tes individual.
d. Tes Perilaku Adaptif
1. Vineland Adaptive Behavior Scales
Fungsi : wawancara orang tua pengasuh anak dalam hal
komunikasi, kehidupan sehari-hari, sosial dan untuk anak yang
lebih muda ditanyakan juga perkembangan motoriknya.
Umur : lahir-dewasa
2. Vineland Adaptive Behavior Scales (edisi Kelas)
Fungsi : seperti diatas tapi melibatkan guru
Umur :3-13 tahun

d. Skrining Perkembangan Menggunakan KPSP (Kuesioner Pra


Skrining Perkembangan)3
- Tujuan
Skrining perkembangan anak menggunakan KPSP adalah untuk
mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.
- Jadwal
Dilakukan rutin pada umur 3,6,9,12,15,18,21,24,30,36,42,48,54,60,66
dan 72 bulan. Jika anak belum mencapai umur tersebut, minta ibu
datang kembali pada umur skrining yang terdekat untuk pemeriksaan
rutin.
- Alat/instrumen
1. Formulir KPSP menurut umur. Formulir ini berisi 9-10
pertanyaan kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak.
Sasaran KPSP anak umur 0-72 bulan.
2. Skrining kita alat bantu pemeriksa berupa : pensil, kertas, bola
sebesar bola tenis, kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 cm

24
sebanyak 6 buah, kismis, kacang tanah, potongan biskuit kecil
berukuran 0,5-1 cm.
- Cara menggunakkan
1. Pada waktu pemeriksaan, anak harus dibawa.
Tentukan umur anak. Bila umur anak lebih dari 16 hari dibulatkan
menjadi 1 bulan.
2. Pilih KPSP yang sesuai dengan umur.
3. Jelaskan kepada orang tua agar tidak ragu-ragu
atau takut menjawab, oleh karena itu pastikan ibu/pengasuh anak
mengerti apa yang ditanyakan kepadanya.
4. Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan,
satu persatu. Setiap pertanyaan hanya ada satu jawaban, ya atau
tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir.
5. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah
dijawab.
- Interpretasi

Hitunglah berapa jawaban ”Ya”

Jawaban ”Ya”, bila ibu/ pengasuh anak menjawab : anak
biasa atau pernah melakukannya.

Jawaban ”Tidak”, bila ibu/ pengasuh anak menjawab : anak
belum pernah melakukan atau tidak pernah atau ibu/ pengasuh anak
tidak tahu.

Jumlah jawaban ”Ya”= 9 atau 10, perkembangan anak sesuai
dengan tahap perkembangannya.

Jumlah jawaban ”Ya” = 7 atau 8, perkembangan anak
meragukan

Jumlah jawaban ”Ya” = 6 atau kurang, kemungkinan ada
penyimpangan.

Perinci jumlah jawaban ” Tidak” menurut jenis keterlambatan
(gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan
kemandirian).
- Intervensi

25
Bila perkembangan anak sesuai umur, lakukan tindakan berikut :
1. Puji ibu karena telah mengasuh anaknya dengan baik.
2. Teruskanlah pola asuh anak sesuai dengan tahap
perkembangan anak
3. Beri stimulisasi perkembanangan anak setiap saat,
sesering mungkin, sesuai dengan umur dan kesiapan anak.
4. Ikutkanlah anak pada kegiatan penimbangan dan
pelayanan kesehatan di posyandu secara teratur setiap ada kegiatan
Bina Keluarga Balita (BKB), kelompok bermain, dan taman kanak-
kanak.
5. Lakukan pemeriksaan rutin menggunakan KPSP setaiap 3
bulan pada anak berumur kurang dari 24 bulan dan setiap 6 bulan
pada anak umur 24 sampai 72 bulan.
Bila perkembangan anak meragukan, lakukan tindakan berikutnya :
1. Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi perkembangan
pada anak lebih sering lagi, setiap saat dan sesering mungkin.
2. Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi perkembangan anak
untuk mengatasi penyimpangan/ mengejar ketertinggalannya.
3. Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari adanya penyakit
yang menyebabkan penyimpangan perkembangannya.
4. Lakukan penelitian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan
menggunakan KPSP yang sesuai dengan umur anak.
5. Jika hasil KPSP ulang jawaban ”Ya” tetap 7 atau 8 maka
kemungkinan ada penyimpangan.
Bila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan, lakukan tindakan
berikut :
1. Rujukan ke rumah sakit dengan menuliskan jenis dan jumlah
penyimpangan perkembangan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan
bahasa, sosialisasi dan kemandirian).7

e. Skrining Perkembangan Menurut Denver II8

26
Ada beberapa jenis alat/cara untuk melakukan penilaian/skrining
perkembangan pada seorang anak, satu di antaranya yang sudah
terbukti menunjukkan sensitivitas dan spesifisitas baik adalah
menggunakan Denver II.
Denver II merupakan salah satu skrining yang telah banyak
digunakan oleh profesi kesehatan di dunia termasuk Indonesia.
Tes Denver merupakan tes psikomotorik terhadap kelaianan
perkembangan dan merupakan revisi dari Denver Developmental
Screening Test (DDST).
 Fungsi Tes Denver II adalah :
- Menilai tingkat perkembangan anak sesuai dengan umurnya
- Menilai perkembangan anak sejak baru lahir sampai umur 6
tahun
- Menjaring anak tanpa gejala terhadap kemungkinan adanya
kelainan perkembangan
- Memastikan apakah anak dengan kecurigaan terdapat kelainan,
memang benar mengalami kelaianan perkembangan
- Melakukan pemantauan perkembangan anak yang berisiko
(misalnya anak dengan masalah perinatal)
Dalam lembar Denver II berisi 125 gugus tugas yang disusun
dalam 4 sektor untuk menjaring fungsi-fungsi berikut.
- Personal sosial
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri,
bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungannya.
- Gerakan motorik halus
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu serta melakukan gerakan yang melibatkan
bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil,
tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.
- Bahasa
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara,
mengikuti perintah, dan berbicara spontan.

27
- Gerakan motorik kasar
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
- Langkah Persiapan
- Formulir Denver II
- Alat-alat

Benang

Kismis

Kerincingan dengan gagang yang kecil

Balok-balok berwarna luas 10 inci

Botol kaca kecil dengan lubang 5/8 inci

Bel kecil

Bola tenis

Pensil merah

Boneka kecil dengan botol susu

Cangkir plastik dengan gagang/pegangan

Kertas kosong7
Dalam lembar Denver II, setiap tugas digambarkan dalam
bentuk kotak persegi panjang horizontal yang berurutan menurut
umur. Pada umumnya waktu dilakukan tes, tugas yang perlu diperiksa
pada setiap kali skrining hanya berkisar 25-30 tugas saja, sesuai
dengan tugas perkembangan yang terpotong garis umur, sehingga
tidak makan waktu lama, yakni berkisar sekitar 15-20 menit saja.
Sensitivitas Denver II tinggi, tetapi terdapat keterbatasan dalam
spesifitas dan nilai prediktif.
Dalam pelaksanaan skrining dengan Denver II ini, umur anak
perlu ditetapkan terlebih dahulu dengan menggunakan patokan 30 hari
untuk 1 bulan dan 12 bulan untuk 1 tahun. Sedangkan umur bayi
premature dugunakan umur koreksi. Misalnya : umur kronologis bayi
6 bulan, tetapi bayi tersebut lahir pada kehamilan 8 bulan (32
minggu), berarti 1 bulan (4 minggu) lahir lebih cepat, maka umur
koreksi bayi tersebut adalah 5 bulan (6 bulan dikurangi 1 bulan).
Koreksi umur bayi premature dilakukan sampai anak berumur 2 tahun.

28
Perhitungan umur adalah sebagai berikut : Misalnya Rina lahir
pada tanggal 23 Mei 2013 dari kehamilan yang cukup bulan dan tes
dilakukan pada tanggal 5 Oktober 2015, maka perhitungannya adalah
sebagai berikut.

2015 -10 - 5 (saat tes dilakukan )


2013 -05 - 23 (tanggal lahirRina)

Umur Rina 2 – 4 – 12 = 2 tahun 4 bulan 12 hari

Kemudian garis umur ditarik vertikal pada formulir Denver II


yang memotong kotak-kotak tugas perkembangan pada 4 sektor.
Tugas-tugas yang terletak disebelah kiri garis itu, pada umunya telah
dapat dikerjakan oleh anak-anak seusia Rina (2 tahun 4 bulan).
Apabila Budi gagal mengerjakan beberapa tugas tersebut (F), maka
berarti suatu keterlambatan pada tugas tersebut. Bila tugas-tugas yang
gagal dikerjakan berada pada kotak yang terpotong oleh garis vertikal
umur, maka ini bukan suatu keterlambatan, karena pada kontrol lebih
lanjut masih mungkin terdapat perkembangan lagi. Begitu pula pada
kotak-kotak disebelah kanan garis umur.
Pada ujung kotak sebelah kiri terdapat kode-kode R dan
nomor. Kalau terdapat kode R maka tugas perkembangan cukup
ditanyakan pada orang tuanya, sedangkan bila terdapat kode nomor
maka tugas perkembangan dites sesuai petunjuk formulir.
Skor Penilaian
Skor dari tiap uji coba ditulis pada kotak segi empat.
Uji coba dekat tanda gari 50 %
P : Pass/ lewat. Ank melakukan ujicoba dengan baik, atau ibu /
pengasuh anak memberi laporan (tepat/dapat dipercaya bahwa anak
dapat melakukannya)

29
F :Fail/ gagal. Anak tidak dapat melakukan ujicoba dengan baik atau
ibu/ pengasuh anak memberi laporan (tepat) bahwa anak tidak dapat
melakukan dengan baik
No:No opportunity/ tidak ada kesempatan. Anak tidak mempunyai
kesempatan untuk melakukn ujicoba karena ada hambatan. Skor ini
hanya boleh dipakai pada ujicoba dengan tanda R
R :Refusal/ menolak. Anak menolak untuk melakukan ujicoba
Penolakan dapat dikurangi dengan mengatakan kepada anak “apa
yang harus dilakukan”,jika tidak menanyakan kepada anak apakah
dapat melakukannya (ujicoba yang dilaporkan oleh ibu/ pengasuh
anaktidak diskor sebagai penolakan).
Interpretasi Penilaian individual
- Lebih (advanced)
Bila seorang anak lewat pada uji coba ang terletak di kanan garis
umur, dinyatakan perkembangan anak lebih pada ujicoba tersebut.
- Normal
Bila seorang anak gagal atau menolak melakukan ujicoba di
sebelah kanan garis umur.
- Caution/peringatan
Bila seseorang anak gagal atau menolak ujicoba, garis umur
terletak pada atau antara persentil 75 dan 90 skornya.
- Delayed/keterlambatan
Bila seorang anak gagal atau menolak melakukan ujicoba yang
terletak disebelah kiri garis umur
Opportunity/ tidak ada kesempatan ujicoba yang dilaporkan
orangtua
Interprestasi Denver II
Normal
- Bila tidak ada keterlambatan dan paling banyak satu caution.
- Lakukan ulangan pada kontrol berikutnya.
Suspek
- Bila didapatkan ≥ 2 caution dan atau ≥ i keterlambatan

30
- Lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu untuk menghilangkan faktor
sesaat seperti rasa takut, keadaan sakit, atau kelelahan.
Tidak dapat diuji
- Bila ada skor menolak pada ≥ I uji coba terletak disebelah kiri garis
umur atau menolak pada > I uji coba yang ditembus garis umur
pada daerah 75-90%
Uji ulang dalam 1-2 minggu
- Bila ulangan hasil pemeriksaan didapatkan suspek atau tidak dapat
diuji, maka dipikirkan untuk dirujuk (refesal consideration).
f. Skrining Perkembangan Menggunakan CAT & CLAMS8
Anak dengan risiko perkembangan perlu dilakukan skrining
untuk mengetahui adakah keterlambatan bicara dan seberapa jauh
keterlambatan bicaranya. Kemampuan berbicara dan berbahasa dapat
digunakan untuk menilai kemampuan kognitif anak. Salah satu metode
yang dapat menilai kedua kemampuan tersebut untuk anak sampai
umur 3 tahun adalah dengan The Capute Scale, yang terdiri dari:
- CLAMS (Clinical Linguistic & Auditory Milestone Sale) untuk
skrining gangguan berbicara
- CAT (Cognitive Adaptive Test) untuk menilai kemampuan kognitif
Kedua metode ini dikembangkan oleh dr.Arnold J Capute sejak
tahun 1960-an di John Hopkins Hospital kemudian dilanjutkan di John
F.Kennedy Institute (Kennedy Krieger Institute), pertama kali
dipublikasikan pada tahun 1973. Saat ini telah banyak digunakan di
berbagai negara. Uji CAT dan CLAMS dilakukan pada usia 1-12 bulan
(interval 1 bulan), 14,16,18,21,24,30 dan 36 bulan.
CLAMS (Clinical Lingustic & Auditory Milestone Scale)
Metode ini untuk menilai kemampuan Bahasa ekspresif dan
reseptif. Kemampuan Bahasa ekspresif ditanyakan kepada orangtua
atau pengasuh. Kemampuan bahasa reseptif dinilai dari keterangan
orangtua dan kemampuan yang ditujukan oleh anak didepan pemeriksa.
Uji ini seluruhnya ada 43 milestone terdiri dari: (1) untuk menilai
kemampuan Bahasa ekspresif sebanyak 26 milestones, (2) untuk bahasa

31
reseptif ada 17 milestones. Sebanyak I I uji diantaranya harus dilakukan
oleh anak. Tiap tingkatan umur terdapat 1-4 milestones yang harus
ditanyakan atau diujikan pada anak.
CAT (Cognitive Adaptive Test)
Metode ini untuk menilai kemampuan visual motor yang
merupakan salah satu indikator kemampuan kognitif anak. Uji ini
seluruhnya terdiri dari 57 milestones, setiap tingkatan umur terdiri dari
1-4 milestones yang harus ditanyakan atau diujikan pada anak.
Alat-alat yang digunakan
- Blangko penilaian CAT CLAMS
- Cincin merah dengan tali
- Kartu bergambar
- Kubus
- Cangkir
- Gelas/mangkok
- Pegboard
- Lonceng
Cara melakukan pemeriksaan CAT dan CLAMS
- Cara melakukan CAT dan CLAMS sama, hanya berbeda dalam
milestone yang harus ditanyakan atau diujikan
- Usahakan tempat yang tenang
- Posisi anak, orangtua dan pemeriksa:
 Orangtua duduk disamping anak, diminta untuk tidak
membantu/mencampuri anak saat dilakukan uji
 Bayi kurang dari 1 tahun, maka sebaiknya duduk di pangkuan
orangtua
 Bayi dan anak harus didudukkan didepan meja dengan siku
lebih tinggi dari permukaan meja, sehingga bayi dan anak dapat
menjangkau benda-benda didepannya
 Pemeriksa duduk dihadapan bayi dan anak
- Ambil blangko penilaian CAT dan CLAMS, isi semua kolom yang
harus diisi

32
- Tanyakan tanggal lahir atau umur anak (umur kronologis)
 Bila umur lebih dari 15 hari dibulatkan ke umur yang lebih tua
 Bila umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke umur yang lebih
muda
- Lihat blangko CAT / CLAMS milestones yang sesuai dengan umur
anak tersebut
- Bila ada tanda bintang 1 (*): milestone tersebut harus dilakukan
oleh anak
- Bila ada tanda bintang 2 (**): milestone tersebut harus diberi
contoh terlebih dahulu oleh pemeriksa kemudian ditirukan oleh
anak
- Ujikan semua milestone CAT & CLAMS yang ada pada umur
tersebut
 Bila ada milestone yang tidak bisa dilakukan pada umur tersebut
lanjutkan pada umur yang lebih muda, demikian seterusnya
sampai pada umur yang semua milestone dapat dilakukan oleh
anak
 Umur paling muda yang dapat melakukan semua milestone pada
umur itu, disebut usia basal.
- Kemudian dilanjutkan dengan melakukan milestone pada umur
yang lebih tua dari usia anak sekarang
 Bila ada sebagian milestone masih bisa dilakukan oleh anak
lanjutkan ke umur berikutnya, sampai umur dimana semua
milestone tidak dapat dilakukan oleh anak
 Umur tertua dimana 1 milestone masih bisa dilakukan oleh anak
disebut usia ceiling
- Menghitung umur ekuivalen CAT & CLAMS
 Semua milestone yang dapat dilakukan oleh anak diberi nilai
sesuai dengan angka yang ada disebelah kotak masing-masing
milestone
 Jumlahkan semua nilai milestone yang dapat dilakukan oleh
anak

33
 Umur ekuivalen = umur basal + semua milestone yang dapat
dikerjakan anak tersebut
- Menghitung umur perkembangan CAT & CLAMS (Development
Quotient = DQ)
 DQ CAT = umur ekuivalen CAT : umur kronologis × 100
 DQ CLAMS = umur ekuivalen CLAMS : umur kronologis ×
100
- Menghitung Capute Scale Score (Full Scale DQ):
 FSDQ = (DQ CAT + DQ CLAMS) : 2
Interpretasi hasil CAT dan CLAMS
- DQ CAT dana tau CLAMS > 85 = umumnya normal
- DQ CAT atau CLAMS 75-85 = suspek gangguan perkembangan
- DQ CAT > 85 tetapi CLAMS < 75 – gangguan komunikasi
- DQ CAT dan CLAMS < 75 = suspek retardasi mental
g. Skrining Perkembangan Dengan Diagram Tata Laksana Anak
Dengan Gangguan Bicara8
Gangguan perkembangan bicara dan bahasa merupakan
gangguan perkembangan yang sering terjadi pada anak umur 3-16
tahun. Selain itu gangguan bicara ini juga sering merupakan komorbid
dari penyakit/kelainan tertentu (sekitar 50%) seperti retardasi mental,
gangguan pendengaran, kelainan bahasa ekspresif, deprivasi
psikososial, autism, elective mutis,, afasia resptif, dan palsi serebral.
Angka kejadian gangguan bicara dan bahasa berkisar antara 1-32%
dari populasi normal, rentang yang lebar ini disebabkan terminology
yang digunakan masih rancu, tergantung pada umur saat didiagnosis,
kriteria diagnosis yang berbeda, pengamatan perkembangan bahasa
oleh orangtua yang kurang baik, alat diagnosis yang kurang dapat
dipercaya, dan perbedaan dalam metodologi pengumpulan data.
Terdapat berbagai pengertian gangguan bicara dan bahasa pada
anak, tetapi yang sering digunakan adalah:

34
- Terdapat keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa
dibandingkan dengan anak lain yang sama dalam umur, jenis
kelamin, adat istiadat, dan kecerdasannya.
- Terdapat kesenjangan antara potensi anak untuk bicara dengan
penampilan anak yang kita observasi.
Penyebab gangguan bicara dan bahasa bermacam-macam,
yang melibatkan berbagai faktor yang saling mempengaruhi seperti
lingkungan, kemampuan pendengaran, kognitif, fungsi saraf, emosi
psikologis dan lain sebagainya.
Alur Skrining dan Tata Laksana
Untuk alur skrining dan tata laksana gangguan bicara pada
anak dapat dilihat pada algoritme. Sedangkan hal-hal yang harus
diperhatikan pada alur algoritme dapat dilihat pada penjelasan dibawah
ini (harus sambil membuka lembar algoritme, agar lebih mudah
mengikuti.
Anamnesis
- Pengambilan anamnesis harus mencakup masalah yang
dikemukakan oleh orangtua mengenai perkembangan bahasa
anaknya. Keluhan orangtua tersebut harus ditanggapi sebagai
masalah yang serius, walaupun nantinya diagnosis tidak sesuai
dengan keluhan tersebut.
- Ditanyakan riwayat perkembangan bahasa dan kognitif dalam
keluarganya, keadaan sosial ekonomi, lingkungan sekitarnya
riwayat perkembangan pada umumnya (bahasa, motorik, sosial,
kognitif)
- Ditanyakan pula faktor risiko seperti penyakit penyakit ibu selama
hamil, riwayat perinatal, penyaki-penyakit yang pernah
sebelumnya, penggunaan obat-obatan, riwayat psikososial dan
sebagainya.
- Kecurigaan adanya gangguan tingkah laku perlu dipertimbangkan,
bila dijumpai gangguan bicara dan tingkah laku secara bersamaan.

35
- Kesulitan tidur dan makan sering dikeluhkan orangtua pada awal
gangguan autism. Pertanyaan bagaimana anak bermain dengan
temannya dapat membantu mengungkap tabir tingkah laku. Anak
dengan autism lebih senang bermain sendiri dengan huruf balok
atau magnetik dalam waktu yang lama; mereka kadang-kadang
dapat bermain dengan anak sebaya, tetapi hanya dalam waktu
singkat lalu menarik diri.
Pemeriksaan Fisik
- Pemeriksaan fisik dapat digunakan uuntuk mengungkap penyebab
lain dari gangguan bahasa
- Apakah ada mikrosefal, anomaly telinga luar, otitis media yang
berulang, sindrom down, palsi serebral, celah palatum dan lain-lain
- Gangguan oromotor dapat diperiksa dengan menyuruh anak
menirukan gerakan mengunyah, menjulurkan lidah dan mengulang
suku kata PA,TA,PA-TA, PA-TA-KA. Gangguan kemampuan
oromotor terdapat pada verbal apraksia.
- Mengamati anak saat bermain dengan alat permainan yang sesuai
dengan umurnya, saling membantu dalam mengidentifikasi
gangguan tingkah laku. Dengan developmental surveillance ini
akan dapat menemukan kelainan-kelainan yang bernakna atau “red
flag” gangguan bicara dan bahasa. Idealnya pemeriksa juga ikut
bermain dengan anak tersebut atau mengamati orangtuanya saat
bermain dengan anaknya, tetapi ini tidak praktis dilakukan
diruangan yang ramai. Pengamatan terhadap anak pada saat
pengambilan anamnesis dengan orangtuanya lebih mudah
dilaksanakan. Anak yang memperlakukan mainannya sebagai objek
saja atau hanya sebagai satu titik pusat perhatian saja, dapat
merupakan petunjuk adanya kelainan tingkah laku.

Instrumen Penyaring
- Selain anamnesis yang diteliti, disarankan digunakan instrumen
penyaring menilai gangguan perkembangan bahas

36
- Denver II dapat digunakan untuk skrining awal untuk
peenyimpangan perkembangan melalui 4 sektor perkembangan
termasuk bahasa, tetapi tidak dianjurkan untuk menilai secara
khusus gangguan bicara atau bahasa.
- Alat skrining yang khusus untuk masalah bahasa adalah Early
Language Milestone Scale (ELM-2), Receptive-Expresive
Emergent Language Scale, Clinical Adaptive Test / Clinical
Linguistic anad Auditory Milestone Scale (CAT / CLAMS). ELM-
2 cukup sensitif dan spesifik untuk mengidentifikasi gangguan
bicara pada anak kurang dari 3 tahun.
Menemukan penyakit atau kelainan yang mendasar
- Setelah melakukan anamnesis. Pemeriksaan fisik dan tes (Tahap A,
B, C) perlu dilanjutkan ke tahap berikutnya (D).
- Harus dicari dan diobati bila terdapat: kelainan neurologik,
kelainan genetik/sindrom, penyakit metabolik, kelainan endokrin,
masalah mental, dan deprivasi sosial, sebab seringkali gangguan
bicara dan bahasa tersebut sebagai komorbid dari suatu penyakit
tertentu. Contoh, bila ditemukan perkembangan yang mengalami
kemunduran maka diperlukan meperiksaan untuk penyakit
metabolik. Riwayat adanya kejang atau gerakan yang tidak biasa,
diperlukan pemeriksaan Electroencephalography (EEG).
- Dicurigai adanya penelantaran dan penganiayaan pada anak, perlu
anamnesis yang komprehesif terhadap keluarga.
- Pemeriksaan laboratorium lainnya dimaksudnya untuk memuat
diagnosis banding.
- Bila terdapat gangguan pertumbuhan, mikrosefali, makrosefali,
terdapat gejala-gejala dari suatu sindrom perlu dilakukan CT-Scan
atau MRI untuk mengetahui ‘adanya kelainan. Pada anak laki-laki
dengan autism dan perkembangan yang sangat lambat, skrining
kromosom untuk fragile-X mungkin diperlukan.
- Pemeriksaan dari psikologi/neuropsikiater anak diperlukan jika
adanya gangguan bahasa dan tingkah laku. Pemeriksaan ini

37
meliputi riwayat dan tes bahasa, kemampuan kognitif, dan tingkah
laku. Tes intelegensia dapat dipakai untuk mengetahui fungsi
kognitif anak tersebut. Masalah tingkah laku dapat diperiksa lebih
lanjut dengan menggunakan instrument seperti Vineland Social
Adaptive Scale Revised, Child Behavior Chescklist atau Childhood
Autis Rating Scale (CHAT). Konsultasi ke psikiater anak dilakukan
bila ada gangguan tingkah laku yang berat.
- Ahli patologi wicara akan mengevaluasi cara pengobatan anak
dengan ganguan bicara. Anak akan diperiksa apakah ada masalah
anatomi yang mempengaruhi produksi suara.
Pemeriksaan audiologi
- Semua anak dengan gangguan bahasa harus dilakukan pemeriksaan
audilogi, untuk mengetahui adanya ketulian
- Periksa semua bayi atau anak dengan gangguan bicara dan bahasa
yang berat dengan auditory brainstem responses (BERA) dan/atau
optoacoustic emissions (OAE). Pada anak yang lebih besar dapat
dilakukan pemeriksaan audiometri konvensional
- Dari pemeriksaan audiologi dapat diketahui adanya ketulian atau
pendengarannya normal. Bila ada ketulian, tentukan apakah itu tuli
konduksi atau sensorineural
Tuli Konduktif
- Bila ditemukan tuli konduktif, ditentukan apakah penyebabnya
temporer seperti otitis media atau permanen seperti kelainan
anatomi telinga atau choleastoma yang perlu penanganan
khusus seperti THT.
Tuli Sensorineural
- Bila ditemukan tuli sensorineural, dirujuk ke audiologis dan
ahli terapi wicara, untuk dipertimbangkan penggunaan alat
bantu dengar dan latihan komunikasi.
Mencari Keterlambatan sektor perkembangan lainnya
- Anak dengan gangguan bicara dan bahasa harus dicari apakah ada
keterlambatan pada sektor perkembangan lainnya, termasuk

38
motorik, kognitif dan sosial. Pemeriksaan ini merupakan kunci
untuk diagnosis gangguan bicara dan bahasa tersebut.
- Tentukan apakah terdapat gangguan sektor perkembangan yang
majemuk (multiple domain) atau sektor bahasa saja.

Bila terdapat gangguan sector perkembangan yang majemuk


- Identifikasi apakah ada: global development delay, retardasi
mental, autism atau deprivasi sosial
- Bila terdapat keterlambatan global semua perkembangan,
kemungkinan adanya retardasi mental
- Anak dengan gangguan, disertai gangguan interaksi sosial dan
perilaku, kemungkinan besar menderita autism.
Bila terdapat gangguan sektor bahasa saja
Tentukan apakah gangguan bahasa atau gangguan bicara.
- Gangguan perkembangan bahasa adalah kelompok heterogen dari
gangguan perkembangan bahasa ekspresif dan represif tanpa
etiologi yang spesifik. Sangat sulit membedakan antara anak dalam
tahap perkembangan bahasa yang masih dalam batas normal (late
bloomer), dengan anak yang sudah ada gangguan perkembangan
bahasa. Oleh karena itu, deteksi dini dan intervensi dini dangat
dianjurkan.
- Keterlambatan bahasa ekspresif, diobservasi sebagai terlambat
bicara (delayed speech).
- Masalah bahasa reseptif seperti auditory processing disorder atau
gangguan pada auditory short-term memory mungkin akan tampak
dengan bertambahnya umur anak.
- Keterlambatan atau gangguan bicara sering merupakan faktor
keturunan.
- Bila terdapat gangguan sektor bahasa, rujuk untuk program
intervensi dini atau ke ahli terapi wicara.
Gangguan Wicara

39
- Bila terdapat gangguan bicara pada anak yang disebabkan oleh
gangguan fonologi, verbal apraksi atau gagap, maka rujuk ke ahli
terapi wicara.
- Bila terdapat gangguan kelancaran bicara yang tidak menetap
(transcient dysfluency) maka perlu diobservasi dan control kembali.
Rujukan
- Bila ditemukan kelainan majemuk pada beberapa sektor
perkembangan, maka rujuk ke Spesialis Anak Ahli Tumbuh
Kembang atau mengikuti Program Intervensi Dini. Rujukan
diperlukan untuk intervensi, pendidikan, dan latihan terapi wicara
yang penting untuk anak dengan global delays, autism serta
gangguan bicara dan bahasa.
- Intervensi atau terapi sesuai dengan masalah atau kelainan yang
diderita anak. Intervensi ini diperlukan untuk mengoptimalkan
kemampuan komunikasi yang kelak dapat mempengaruhi kualitas
hidup anak.
- Pada anak yang mengalami deprivasi berat, diperlukan penelusuran
riwayat sosial dan rujukan untuk mendapatkan pelayanan sosial,
kesehatan mental, dan tumbuh kembang yang memadai.
- Pada anak dengan gangguan bicara dan bahasa yang ternyata
normal dalam pemeriksaan, harus tetap dilakukan surveilance
untuk meyakinkan bahwa masalahnya tidak bertambah.
- Pada anak dengan keterlambatan atau kelainan bahasa, harus
dipantau terus menerus selain untuk menilai kelainannya, juga
untuk menilai apakah ada gangguan disektor perkembangan
lainnya.

h. Test Daya Dengar (TDD)


- Mulai umur 3 bulan : tiap 3 bulan sampai umur 1 tahun, tiap umur
6 bulan umur 1-6 tahun
- Umur < 24 bulan dijawab oleh ibu / pengasuh

40
- Umur > 24 bulan perintah melalui ibu / pengasuh agar dikerjakan
oleh anak
Alat :
 Daftar pertanyaan : 0-6 bulan, 6-9 bulan, 9-12 bulan, 12-24 bulan,
2-3 tahun, > 3 tahun.
 Mainan (boneka, kubus, sendok, cangkir, bola)
Test daya dengar (TDD) umur > 24 bulan berupa perintah melalui
orantua/pengasuh untuk dilakukan oleh anak. Amati kemampuan anak
dalam melakukan perintah orangtua/pengasuh. Jawaban ya jika anak
dapat melakukan perintah orangtua/pengasuh. Jawaban tidak jika anak
tidaak dapat / tidak mau melakukan perintah orangtua/pengasuh.
Interpretasi tes daya dengar :
1. Bila ada 1 atau lebih jawaban “Tidak” kemungkinan anak
mengalami gangguan pendengaran.
2. Catat jumlah ketidakmampuan anak

Intervensi (tindakan) :
 Rujuk ke Rumah Sakit bila tidak dapat ditanggulangi
i. Test Daya Lihat (TDL)
Mulai umur 3 tahun, ulang tiap 6 bulan, dikerjakan oleh tenaga kesehatan
atau guru.
Alat dan sarana: ruangan, 2 buah kursi, poster huruf E dan petunjuk,
gunting huruf E
Cara:
- Gantungkan poster 3 m dari anak, setinggi mata anak dalam posisi
duduk
- Latih anak mengarahkan kartu E dengan benar keatas, bawah, kanan,
kiri, sesuai yang ditujukan poster
- Tutup mata sebelah dengan kertas, tunjuk huruf E pada poster satu
persatu mulai baris 1-4, ulangi pada mata sebelahnya.
Interpretasi : bila tidak dapat mencocokkan posisi E sampai dengan baris
ketiga anak tersebut mengalami gangguan daya lihat.

41
Intervensi : Rujuk
j. Deteksi Dini Gangguan Perilaku
1. CHAT (Checklist for Autism In Toddlers)
Deteksi dini autis pada umur 18-36 bulan. Bila ada keluhan /
kecurigaan dari orangtua/pengasuh/petugas karena ada 1 atau lebih
(a) Keterlambatan bicara
(b) Gangguan komunikasi / interaksi sosial
(c)Perilaku yang berulang-ulang
Tanyakan dan amati perilaku anak

(A) pertanyaan untuk ibu/pengasuh A: ya/tidak


- senang diayun-ayun, diguncang-guncang
- tertarik memperhatikan anak lain
- suka memanjat tangga
- suka bermain cilukba, petak umpet
- bermain pura-pura membuat minuman
- meminta dengan menunjuk
- menunjuk benda
- bermain dengan benda kecil
- memberikan benda untuk menunjukkan sesuatu
(B) 5 perintah bagi anak B: ya/tidak
- Anak memandang mata pemeriksa
- Anak melihat ke benda yang ditunjuk
- Bermain pura-pura membuat minum
- Menunjuk benda yang disebut
- Menumpuk kubus
Interpretasi (penafsiran) CHAT
- Risiko tinggi mendertia autis : tidak a5,a7,b2-4 rujuk
- Risiko rendah menderita autis : tidak a7, b4
- Kemungkinan gangguan perkmbangan lain: tidak 3 atau lebih a1-4,
a6, a8-9, b1,b5
- Normal

42
2. KMME (Kuesioner Masalah Mental Emosional)
Bila ada kecurigaan orangtua/pengasuh (tidak rutin) anak umur 3-6
tahun, 12 pertanyaan untuk deteksi dini masalah mental-emosional, tiap
6 bulan, tanyakan pada orangtua/pengasuh. Catat jawaban “Ya” atau
“Tidak” kemudian hitung jumlah.
Isi kuisioner
1. Sering terlihat marah
2. Menghindar dari teman-teman
3. Perilaku merusak dan menentang lingkungan
4. Takut atau kecemasan berlebihan
5. Konsentrasi buruk / sulit
6. Kebingungan
7. Perubahan pola tidur
8. Perubahan pola makan
9. Sakit kepala, sakit perut, keluhan fisik
10. Putus asa
11. Kemunduran perilaku
12. Perbuatan yang diulang-ulang
Interpretasi KMME
Jawaban Ya>1 : kemungkinan anak mengalami masalah mental
emosional
1. Bila ditemukan 1 atau lebih masalah emosional:
- Lakukan konseling pada orangtua menggunakan buku pedoman
pola asuh yang mendukung perkembangan anak
- Evaluasi setelah 3 bulan
- Bila tidak ada oerubahan rujuk ke rumah sakit yang ada fasilitas
tumbuh kembang anak / kesehatan jiwa.
2 Bila ditemukan 2 atau lebih masalah mental emosional, rujuk anak
kerumah sakit

43
Dalam surat rujukan harus dituliskan jumlah dan masalah mental
emosional yang ditemukan.
3. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktifitas (GPPH) Abreviated
Conner Rating Scale
Bila ada keluhan orangtua atau kecurigaan petugas/guru/kader (tidak
rutin) umur ≥ 3 tahun
- 10 pertanyaan
1. Tidak kenal lelah, aktifitas berlebihan
2. Mudah gembira, impulsive
3. Mengganggu anak lain
4. Gagal selesaikan kegiatan, perhatian singkat
5. Gerakan anggota bandan/kepala terus menerus
6. Kurang perhatian, mudah teralihkan
7. Permintaan harus segera dipenuhi, mudah frustasi
8. Mudah menangis
9. Suasana hati mudah berubah cepat dan drastic
10. Ledakkan kekesalan, tingkah laku eksplosif dan tak terduga
- Terjadi dimana saja, kapan saja
- Nilai : 0 (tidak pernah) : 1 (kadang-kadang) : 2 (sering) : 3 (selalu)
Interpretasi : nilai > 13 kemungkinan GPPH
Intervensi : nilai > 13 rujuk RS, tuliskan kelainan yang ada, < 13 tetapi
ragu, periksa ulang 1 bulan lagi.
Bila tidak ada penyimpangan
Beri pujian pada keluarga, lanjutkan pemenuhan kebutuhan anak :
1. Fisik-biologik: nutrisi, imunisasi, kebersihan badan & lingkungan,
pengobatan, olahraga, bermain
2. Kasih saying : menciptakan rasa aman + nyaman, dilindungi,
diperhatikan (minat,keinginan, pendapat)
3. Stimulasi: sensorik, motoric, emosi social, bicara, kognitif,
kemandirian, kreativitas, kerjasama.

44
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tumbuh kembang merupakan dua peristiwa yang sifatnya berbeda,
tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan
perkembangan. Sedangkan pengertian mengenai apa yang dimaksud
dengan pertumbuhan dan perkembangan per definisi adalah sebagai
berikut :
a. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam
besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu,
yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran
panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik
(retensi kalsium dan nitrogen tubuh).
b. Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill)
salam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang dikelompokkan
menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan
genetika yang meliputi perbedaan ras, keluarga, umur, jenis kelamin,
kelainan kromosom, sedangkan faktor eksternal meliputi prenatal (gizi,

45
mekanis, toksin, zat kimia, radiasi, kelainan endokrin, infeksi, kelainan
imunologi serta psikologis ibu) dan postnatal (budaya lingkungan, status
sosial ekonomi, nutrisi, iklim dan cuaca, olahraga, posisi anak dalam
keluarga dan status kesehatan)
Kebutuhan dasar anak meliputi kebutuhan fisik biomedis (ASUH),
kebutuhan emosi / kasih saying (ASIH), kebutuhan akan stimulasi mental
(ASAH).
Deteksi dini tumbuh kembang pada anak dinilai dengan :
b. Pertumbuhan fisik, yaitu:
- Timbang berat badan (BB)
- Ukur tinggi badan (TB ) dan lingkar kepala (LK)
- Lihat garis pertambahan BB, TB, dan LK pada grafik.
c. Perkembangan
- KPSP (Kuisioner Pra Skrining Perkembangan)
- Denver II
- CLAMS (Clinical Linguistic & Auditory Milestone Sale) untuk
skrining gangguan berbicara & CAT (Cognitive Adaptive Test) untuk
menilai kemampuan kognitif
- Tes daya dengar, Tes daya lihat.
- Masalah perilaku dengan Kuesioner MME (Masalah Mental
Emosional), autis dengan CHAT, gangguan pemusatan perhatian
dengan kuesioner Conners.
3.2 Saran
- Semua anak harus diskrining sejak dini secara periodic untuk
menemukan penyimpangan sedini mungkin, agar segera diintervensi
secara teratur
- Prioritas skrining untuk anak dengan risiko tinggi prenatal, perinatal,
dan balita.

46
DAFTAR PUSTAKA

1. Soetjiningsih. 2012. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC Penerbit


Buku Kedokteran.
2. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/156/jtptunimus-gdl-unggulbudi-
7780-3-6.babII.pdf (diunduh tanggal 3 Juli 2015)
3. Kadi FA, Herry G, Eddy F 2008. Kesetaraan Hasil Skrining Risiko
Penyimpangan Perkembangan (KPSP) dan Denver II pada anak usia 12-24
bulan dengan berat lahir rendah. Sari pediatric.
http://saripediatri.idai.or.id/pdffile/10-1-5.pdf
4. Soetjningsih.2014. Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta : EGC. Hal
2-3
5. IDAI. 2010. Deteksi Dini Tanda dan Gejala Penyimpangan Pertumbuhan
dan Perkembangan Anak. Hal 15
6. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur: Mempublikasikan profil kesehatan
Provinsi Jawa Timur tahun 2010. Surabaya: Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Timur; 2011
7. PMK No. 66 Tentang Pemantauan Tumbuh Kembang Anak.pdf
http://permenkes.2014 ttg Pemantauan Pertumbuhan,
Perkembangan, Dan Gangguan Tumbuh Kembang Anak.pdf
(diunduh tanggal 3 Juli 2015)
8. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia
http://idai.or.id/downloads/PPM/Buku-PPM-Jilid2.pdf
9. Gds 138 slide stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang balita
5.pdf http://ocw.usu.ac.id/course/download/111-Growth-And-
Development-System

47

Anda mungkin juga menyukai