Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring meningkatnya ilmu pengetahuan di Indonesia, berkembang pula upaya peningkatan
pelayanan kesehatan terhadap wanita yang semakin membaik. Sarana dan prasarana di pelayanan
kesehatan menunjang terdeteksinya penyakit wanita yang bermacam-macam, termasuk penyakit
ginekologi. Berbagai macam penyakit sistem reproduksi yang memiliki efek negatif pada kualitas
kehidupan wanita dan keluarganya dengan gejala salah satunya gangguan menstruasi seperti
menarche yang lebih awal, periode menstruasi yang tidak teratur, panjang siklus menstruasi yang
pendek, paritas yang rendah, dan riwayat infertilitas (Heffner & Danny, 2008).
Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit reproduksi yang banyak menyerang wanita.
Kista atau tumor merupakan bentuk gangguan yang bisa dikatakan adanya pertumbuhan sel-selmotot
polos yang jinak. Walaupun demikian tidak menutupi kemungkinan menjadi tumor atau kanker ganal.
Kista ovarium juga disebut silent killer karena banyak wanita tidak menyadari dirinya terkena kista
ovarium hingga penyakit ini membesar dan menimbulkan rasa sakit.
Kista ovarium dapat diobati dengan pemberian obat ataupun terapi, namun apabila dibiarkan
terlalu lama atau tanpa melakukan perawatan yang benar dapat membuat kista menjadi ganas dan
membesar. Berat bobot kista dapat berkali kali lipat lebih besar daripada mengandung seorang bayi,
lebih tepatnya berat bobot kista dapat mencapai 12 kilo .
Operasi kista ovarium perlu dilakukan apabila ukuran kista telah membesar, gejala yang dirasakan
telah banyak dan memiliki potensi resiko lebih tinggi kanker ovarium bagi wanita yang telah
menopause dan mempunyai kista ovarium. Penanganan operasi pada kista ovarium sendiri dilakukan
dengan dua jenis operasi yaitu Laparoskopi ataupun Laparotomi.
Laparoskopi merupakan tindakan operasi dengan sedikit rasa sakit, efisien dan membutuhkan
waktu pemulihan relative lebih cepat. Tindakan operasi ini tidak membutuhkan pembedahan yang
besar namun cukup dengan memasukkan laparoskop (mikroskop yang berbentuk tabung kecil dengan
kamera dan lampu terletak diujungnya). Laparotomi merupakan tindakan operasi kista ovarium yang
dilakukan apabila ukuran kista sangat besar dan mempunyai potensi kemungkinan berkembang
menjadi kanker.
Luka  bedah  merupakan  luka  dengan kemungkinan  terinfeksi  sangat kecil karena dilakukan 
dalam keadaan  steril.  Ruang operasi  memiliki  peran  penting  dalam pencegah  infeksi  karena 
diperkirakan  90% infeksi  luka  terjadi  pada  saat  pembedahan (Gruendemann & Fernsebner,  2006).
Namun seringkali pada saat perawatan  luka pada  pasien  bedah  di  rumah  sakit  terjadi infeksi
bedah dimana infeksi tersebut sering tidak  dapat  sembuh  spontan  dan  dapat mengakibatkan 
berbagai komplikasi seperti pernanahan, nekrosis, bahkan kematian bila tidak  dilakukan  tindakan 
keperawatan  dan medis (Sjamsuhidajat, 2004). 

1.2 Tujuan
A. Tujuan Umum
Dapat memberikan perawatan luka post operasi kista ovarium pada Nn. M 19 tahun di
ruang Seruni (Nifas) RSUD dr. Murjani Sampit dengan didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
B. Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian data subyektif pada Nn. M 19 tahun dengan luka post operasi
kista ovarium.
2. Mampu melakukan pengambilan data objektif seperti dilakukan pemeriksaan fisik secara
spesifik pada Nn. M 19 tahun luka post operasi kista ovarium.
3. Mampu mendapatkan hasil assessment seperti diagnosa kebidanan / diagnosa masalah
potensial serta jika adanya kebutuhan tindakan pada Nn. M 19 tahun dengan luka post operasi
kista ovarium.
4. Mampu melaksanakan perencanaan / planning tindakan perawatan luka pada Nn. M 19 tahun
dengan luka post operasi kista ovarium.

1.3 Manfaat
A. Manfaat Teoritis
Hasil studi kasus ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan informasi bagi
perkembangan ilmu kebidanan, khususnya dalam pemberian asuhan kebidanan pada kesehatan
reproduksi dan perawatan luka post operasi kista ovarium.
B. Manfaat Praktis
1. Bagi Pasien
Ketika pasien melakukan kunjungan ketenaga kesehatan untuk mengetahun informasi
terkait kesehatan sistem reproduksi, gangguan selama menstrtuasi dan perawatan luka post
operasi kista ovarium.
2. Bagi Lahan Praktik
Bagi ruang Seruni (Nifas) RSUD dr. Murjani Sampit dapat mempertahankan semua
pelayanan yang sudah maksimal dan meningkatkan pelayanan kebidanan pada klien secara
komprehensif, sehingga klien dapat merasa puas dan senang atas pelayanan yang telah
diberikan.
C. Bagi institusi Pendidikan
Dapat dijadikan sebagai bahan referensi, masukan dan bahan pembanding, serta dapat
dijadikan dasar pemikiran dalam penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kista Ovarium


A. Definisi
Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun besar, kistik maupun
solid, jinak maupun ganas (Wiknjosastro, 2007: 346).
Kista ovarium (kista indung telur) berarti kantung berisi cairan, normalnya
berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium) (Nugroho, 2010: 101).
Kista ovarium (atau kista indung telur) berarti kantung berisi cairan,normalnya
berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium). Kistaindung telur dapat terbentuk
kapan saja, pada masa pubertas sampaimenopause, juga selama masa kehamilan
(Bilotta. K, 2012).
Kista indung telur adalah rongga berbentuk kantong berisi cairan di dalam jaringan
ovarium. Kista ini disebut juga kista fungsional karena terbentuk setelah telur dilepaskan
sewaktu ovulasi (Yatim, 2005: 17)

Gambar : Rahim normal dan kiata ovarium


Sumber : http://kistaovarium.org/
B. Klasifikasi
Menurut Nugroho (2010), klasifikasi kista ovarium adalah :
1. Tipe Kista Normal
Kista fungsional atau normal ini merupakan jenis kista ovarium yang paling
banyak ditemukan. Kista ini berasal dari sel telur dan korpus luteum, terjadi
bersamaan dengan siklus menstruasi yang normal.
Kista fungsional akan tumbuh setiap bulan dan akan pecah pada masa subur,
untuk melepaskan sel telur yang pada waktunya siap dibuahi oleh sperma. Setelah
pecah, kista fungsional akan menjadi kista folikuler dan akan hilang saat
menstruasi. Kista fungsional terdiri dari: kista folikel dan kista korpus luteum.
Keduanya tidak mengganggu, tidak menimbulkan gejala dan dapat menghilang
sendiri dalam waktu 6 – 8 minggu.

Gambar : kista ovarium fungsional


Sumber : http://kistamioma.com/tag/kista-ovarium-fungsional

2. Tipe Kista Abnormal


a. Kistadenoma
Merupakan kista yang berasal dari bagian luar sel indung telur. Biasanya
bersifat jinak, namun dapat membesar dan dapat menimbulkan nyeri.
b. Kista coklat (endometrioma)
Merupakan endometrium yang tidak pada tempatnya. Disebut kista coklat
karena berisi timbunan darah yang berwarna coklat kehitaman.
c. Kista dermoid
Merupakan kista yang berisi berbagai jenis bagian tubuh seperti kulit,
kuku, rambut, gigi dan lemak. Kista ini dapat ditemukan di kedua bagian
indung telur. Biasanya berukuran kecil dan tidak menimbulkan gejala.
d. Kista endometriosis
Merupakan kista yang terjadi karena ada bagian endometrium yang berada
di luar rahim. Kista ini berkembang bersamaan dengan tumbuhnya lapisan
endometrium setiap bulan sehingga menimbulkan nyeri hebat, terutama saat
menstruasi dan infertilitas.
e. Kista hemorhage
Merupakan kista fungsional yang disertai perdarahan sehingga
menimbulkan nyeri di salah satu sisi perut bagian bawah.
f. Kista lutein
Merupakan kista yang sering terjadi saat kehamilan. Kista lutein yang
sesungguhnya, umumnya berasal dari korpus luteum haematoma.

Gambar : kista corpus luteum


Sumber : http://www.ladycarehealth.com/causes-of-different-ovarian-cysts/
g. Kista polikistik ovarium
Merupakan kista yang terjadi karena kista tidak dapat pecah dan
melepaskan sel telur secara kontinyu. Biasanya terjadi setiap bulan. Ovarium akan
membesar karena bertumpuknya kista ini. Kista polikistik ovarium yang menetap
(persisten), operasi harus dilakukan untuk mengangkat kista tersebut agar tidak
menimbulkan gangguan dan rasa sakit.
Gambar : kista polikistik ovarium
Sumber : http://pcos-disease.blogspot.com/2010/11/polycystic-ovarian-syndrome_06.html

C. Etiologi
Menurut Nugroho (2010: 101), kista ovarium disebabkan oleh gangguan
(pembentukan) hormon pada hipotalamus, hipofisis dan ovarium (ketidakseimbangan
hormon). Kista folikuler dapat timbul akibat hipersekresi dari FSH dan LH yang gagal
mengalami involusi atau mereabsorbsi cairan. Kista granulosa lutein yang terjadi didalam
korpus luteum indung telur yang fungsional dan dapat membesar bukan karena tumor,
disebabkan oleh penimbunan darah yang berlebihan saat fase pendarahan dari siklus
menstruasi. Kista theka-lutein biasanya bersifay bilateral dan berisi cairan bening,
berwarna seperti jerami. Penyebab lain adalah adanya pertumbuhan sel yang tidak
terkendali di ovarium, misalnya pertumbuah abnormal dari folikel ovarium, korpus
luteum, sel telur.

D. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis Kista Ovarium Menurut Nugroho (2010: 104), kebanyakan
wanita yang memiliki kista ovarium tidak memiliki gejala sampai periode tertentu. Namun
beberapa orang dapat mengalami gejala ini :
1. Nyeri saat menstruasi.
2. Nyeri di perut bagian bawah.
3. Nyeri saat berhubungan seksual.
4. Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai ke kaki.
5. Terkadang disertai nyeri saat berkemih atau BAB.
6. Siklus menstruasi tidak teratur, bisa juga jumlah darah yang keluar banyak.

2.2 LUKA BEDAH


Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma
benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan
hewan. (R. Sjamsu Hidayat, 1997)
Luka adalah injury pada jaringan yang mengganggu proses selular normal.Disimpulkan
luka adalah suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan tubuh karena gesekan, tekanan,
suhu, infeksi, dan yang lainnya yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi tubuh sehingga
mengganggu aktivitas sehari-hari. Dalam bahasa Indonesia dikenal dengan kata luka, borok,
koreng, dekubitus, dan lain-lain.
a. Klasifikasi Luka
1) Berdasarkan Sifat Kejadian
a) Luka disengaja (intentional traumatic)
Contoh : luka radiasi, luka bedah
b) Luka tidak disengaja (unintentional traumatic)
Contoh : Luka terbuka (abrasi / gesekan, puncture / tusukan, hautration / akibat alat
yang digunakan dalam perawatan luka), luka tertutup.
2) Berdasarkan Penyebab
a) Luka mekanik
- Vulnus scissum (luka sayat / luka insisi / incised wounds)  karakteristik :
pinggiran luka rapi
- Vulnus contusum (luka memar / contusion wound)  karakterisitik : cedera pada
jaringan bawah kulit akibat benturan benda tumpul
- Vulnus laceratum (luka robek)  karakteristik : terdapat robekan jaringan yang
menyebabkan jaringan rusak
- Vulnus puncture (luka tusuk / puncture wound)  karakteristik : luka luar tampak
kecil namun bagian dalam besar
- Vulnus sclopetorum (luka tembak)
- Vulnus morsum (luka gigitan)  karakteristik : tidak jelas bentuknya
- Vulnus abrasio (luka terkikis / abraced wound)  karakteristik : tidak sampai ke
pembuluh darah
b) Luka non mekanik
Contoh : sengatan listrik, obat.
3) Berdasarkan Lamanya Proses Penyembuhan
a) Luka akut
Adalah luka yang sembuh sesuai dengan waktu proses penyembuhan luka (21 hari
sesuai dengan proses menutupnya luka).
Contoh : luka operasi, luka kecelakaan dan luka bakar
b) Luka kronik
Adalah luka yang sulit sembuh dan fase penyembuhan lukanya mengalami
pemanjangan.
Contoh : luka tekan (dekubitus), luka karena diabetes, luka karena pembuluh darah
vena maupun arteri, luka kanker, luka dehiscene dan abses.
4) Berdasarkan Tingkat Kontaminasi
a) Luka bersih (clean wounds)
Yaitu luka bedah yang tidak terinfeksi dan tidak terjadi proses peradangan (inflamasi).
Biasanya menghasilkan luka yang tertutup. Luka tidak mengenai sistem
gastrointestinal, pernapasan dan genitourinaria.
b) Luka bersih terkontaminasi (clean-contamined wounds)
Yaitu luka pembedahan dimana sistem (sistem gastrointestinal, pernapasan dan
genitourinaria) sekitar luka terkontaminasi atau terinfeksi.
c) Luka kontaminasi (contamined wounds)
Contoh : luka traumatik, luka terbuka, luka bedah dengan asepsis yang buruk.
d) Luka infeksi (infected wounds)
Yaitu luka dimana area luka terdapat patogen dan disertai tanda-tanda infeksi.
5) Berdasarkan Kedalaman Jaringan
a) Superficial : hanya jaringan epidermis
b) Partial thickness : luka yang meluas sampai ke dermis
c) Full thickness : luka meluas hingga ke lapisan yang paling dalam dari jaringan
subkutan hingga ke pascia dan struktur di bawahnya seperti oto, tendon atau tulang.
6) Berdasarkan Stadium
a) Stadium I
Lapisan epidermis utuh, namun terdapat eritema atau perubahan warna.
b) Stadium II
Kehilangan kulit superfisial dengan kerusakan lapisan epidermis dan dermis. Eritema
di jaringan sekitar yang nyeri, paas dan oedema. Exudate (nanah) sedikit sampai
sedang.
c) Stadium III
Kehilangan jaringan sampai dengan jaringan subkutan, dengan terbentuknya rongga
(cavity). Exudate sedang sampai banyak
d) Stadium IV
Kehilangan jaringan subkutan dengan terbentuknya rongga (cavity) yang melibatkan
otot, tendon dan tulang. Exudate sedang sampai banyak.
7) Berdasarkan Penampilan Klinis
a) Nekrotik (hitam) : eschar (jaringan parut) yang mengeras dan mengering atau lembab.
b) Sloughy (kuning) : jaringan mati yang fibrous (tidak elastis)
c) Terinfeksi (kehijauan) : terdapat tanda-tanda klinis adanya infeksi seperti nyeri, panas,
bengkak, kemerahan dan peningkatan eksudat
d) Granulasi (merah) : jaringan granulasi yang sehat
e) Epitelisasi (merah muda) : terjadi epitelisasi.
b. Proses Penyembuhan Luka
Luka akan sembuh sesuai dengan tahapan yang spesifik dimana bisa terjadi tumpang tindih
(overlap). Proses penyembuhan luka tergantung pada jenis jaringan yang rusak serta
penyebab luka tersebut. Fase penyembuhan luka meliputi :
1) Fase Inflamasi
Fase ini muncul segera setelah injury dan dapat berlanjut sampai 5 hari. Dimulai saat
terjadinya luka dan terjadi proses hemostatis yang ditandai dengan pelepasan histamin dan
mediator lain lebih dari sel-sel yang rusak, disertai proses peradangan dan migrasi sel
darah putih ke daerah yang rusak. Tanda-tanda inflamasi disekitar luka antara lain :
kemerahan (rubor), hangat (kalor), bengkak (tumor), nyeri (dolor) dan hilangnya fungsi
(fungsi laesa).
2) Fase Proliferasi / Epitelisasi
Fase ini berlangsung dari hari ke 6 sampai dengan 3 minggu. Fibroblast (sel jaringan
penyambung) memiliki peran yang besar dalam proses proliferasi. Pembuluh darah baru
diperkuat oleh jaringan ikat dan menginfiltrasi luka. Penampilan klinisnya antara lain
dasar luka merah cerah (granulasi dengan vaskularisasi baik), kadang ditemukan bekuan
darah, adanya kulit baru (epitelisasi) bewarna merah muda pada tepi luka.
3) Fase maturasi / Remodelling
Tahap ini berlangsung mulai pada hari ke 21 dan dapat berlangsung sampai berbulan-
bulan dan berakhir bila tanda radang sudah hilang. Pada fase ini terjadi repitelisasi,
kontruksi luka, dan organisasi jaringan ikat. Dimana luka sudah menutup sempurna pada
hari ke-21 dan akan muncul bekas luka (scar) atau keloid (scar yang menebal) selama
proses maturasi berlangsung. Dalam fase ini terdapat remodeling luka yang merupakan
hasil dari peningkatan jaringan kolagen, pemecahan kolagen yang berlebih dan regresi
vaskularitas luka.
c. Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
Proses penyembuhan luka dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu:
1) Vaskularisasi
Mempengaruhi luka karena luka membutuhkan keadaan peredaran darah yang baik utnuk
pertumbuhan atau perbaikan sel.
2) Anemia
Memperlambat proses penyembuhan luka mengingat perbaikan sel membutuhkan kadar
protein yang cukup.
3) Usia
Kecepatan perbaikan sel berlangsung sejalan dengan pertumbuhan atau kematangan usia
seseorang. Namun selanjutnya proses penuaan dapat menurunkan sistem perbaikan sel
sehingga dapat memperlambat proses penyembuhan luka.
4) Penyakit lain
Mempengaruhi proses penyembuhan luka. Seperti diabetes dan ginjal dapat memperlambat
proses penyembuhan luka.
5) Nutrisi
Merupakan unsur pertama dalam membantu perbaikan sel, terutama karena kandungan zat
gizi yang terdapat didalamnya, sebagai contoh vitamin A untuk membantu proses
epitelisasi/penutupan luka dan sintesis kolagen, vitamin B kompleks sebagai kofaktor pada
sistem enzim yang mengatur metabolisme protein, karbohidrat dan lainnya.
6) Kegemukan, obat-obatan, merokok dan stres
7) Tehnik penanganan luka yang tidak tepat
8) Lokasi luka (mobilitas pasien)
9) Status imunologi
10) Kadar gula darah (impaired white cell function) dan Kadar albumin darah (‘building
blocks’ for repair, colloid osmotic pressure – oedema)
d. Tipe Penyembuhan Luka
1) Primary intention healing
Jaringan yang hilang minimal, tepi luka dapat kembali melalui jahitan, klip atau plester
2) Delayed primary intention healing
Terjadi ketika luka terinfeksi atau terdapat benda asing yang menghambat penyembuhan.
3) Secondary healing
Proses penyembuhan tertunda dan hanya bisa terjadi melalui proses granulasi, kontraksi
dan epitelisasi. Pada tipe ni menghasilkan scar.

BAB III
TINJAUAN KASUS

Hari/Tanggal : 06 agustus 2019 Jam : 08.00


1. Data Subyektif
1. Identitas
Ibu Suami

Nama : Sunariah …………………….


Umur : 19 tahun …………………….
Suku / Bangsa : Dayak/indonesia …………………….
Agama : Islam …………………….
Pendidikan : SMA …………………….
Pekerjaan : Pelajar …………………….
Alamat : Samuda …………………….
No. Telp/Hp : ……………………. …………………….

2. Kunjungan Saat ini


a. Alasan masuk :
Pasien mengatakan ada benjolan besar dibagian abdomen …………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………....................
b. Keluhan Utama :
Kista pada ovarium ………………………………………………………………………………………………
….……………………………………………………………………………………………
3. Riwayat Perkawinan
Belum kawan

4. Riwayat Menstruasi
a. Umur menarche : 12 tahun f. Banyaknya : …× ganti pembalut
b. Siklus : 28 hari g. Dismenorhea : tidak ada
c. Terartur/Tidak :teratur h. Flor ablus : tidak ada
d. Lamanya : 5 hari i. HPHT : ….
e. Sifat darah : encer/beku j. TP : ….

5. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu G P A Hidup


Persalinan Nifas
Hamil
Tgl Umur Jenis Komplikasi JK BB
Ke Penolong Laktasi Komplikasi
Lahir Kehamian Persalinan Ibu Bayi (LK/PR) Lahir

6. Riwayat Kontrasepsi yang digunakan


Jenis Mulai memakai Berhenti/Ganti Cara
No
Kontrasesi Tanggal Oleh Tempat Keluhan Tanggal Oleh Tempat Keluhan

7. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit sistemik yang pernah/sedang diderita ……………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
………………
b. Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga
……………………………………………………………………………………..………………………………
……………………………………………………………….
c. Kebiasaan-kebiasaan
Merokok………………………………………………………………………………..
Minum jamu-jamuan .…………………………………………………………………
Minum-minuman keras….…………………………………………………………….
Makan/mimum pantangan……………………………………………………………..
Perubahan pola makan (termasuk ngidam, nafsu makan tururn dll)…...……………...
Hewan peliharaan………………………………………………………………………
8. Pola pemeriksaan kebutuhan sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Makan : Frekuensi : …………………. x/hari
Macam : ………………….
Jumlah : ………………….
Keluhan : ………………….
Minum : Frekuensi : …………………. x/hari
Macam : ………………….
Jumlah : ………………….
Keluhan : ………………….
b. Pola Eliminasi
BAK : Frekuensi : …………………. x/hari
Warna : ………………….
Bau : ………………….
Penyulit : ………………….
BAB : Frekuensi : …………………. x/hari
Warna : ………………….
Konsistensi : ………………….
Penyulit : ………………….
c. Personal Hygiene
Mandi & Gosok Gigi : ………………….
Ganti Pakaian : ………………….
Ganti Pembalut : ………………….
d. Istirahat Setelah Melahirkan
Tidur : ………………….
Keluhan : ………………….
c. Aktivitas : ………………….
d. Hubungan Seksual
Keluhan : ………………….
9. Data psikologi dan spiritual : ……………………………………………………………..
10. Riwayat sosial budaya
a. Peran Ibu : ………………………………………………………………………
b. Dukungan : ………………………………………………………………………
c. Budaya : ………………………………………………………………………
11. Pola kesehatan sehari-hari
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
12. Pola lingkungan
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
13. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : ……………….
b. Kesadaran : ……………….
c. Status emosional : ……………….
d. Tinggi Badan : ……..cm
e. Berat Badan : …………kg
f. Tanda – tanda vital
Tekanan Darah: ………..mmHg
Nadi : ………..kali/menit
Pernapasan : ………..kali/menit
Suhu : ………..° C

2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : …………………………………………………………………………….
b. Telinga : …………………………………………………………………………….
c. Muka : …………………………………………………………………………….
d. Mata : …………………………………………………………………………….
e. Hidung : …………………………………………………………………………….
f. Mulut : …………………………………………………………………………….
g. Gigi : …………………………………………………………………………….
h. Leher : …………………………………………………………………………….
i. Dada : …………………………………………………………………………….
j. Payudara : …………………………………………………………………………….
k. Abdomen : …………………………………………………………………………….
l. Ekstremitas atas dan bawah : ………………………………………………………….
m. Genital : …………………………………………………………………………….
n. Kulit : …………………………………………………………………………….
3. Pemeriksaan Penunjang :
…………………………………………………………………………….…………………………………………………
………………………….…………………………………………………………………………….………………………
…………………………………………………….…………………………………………………………………………
….…………………………………………………
C. Assessment :
1. Diagnose Kebidanan : …………………………………………………………………………….
a. Masalah : …………………………………………………………………………….
b. Kebutuhan : …………………………………………………………………………….
2. Diagnose Potensial : …………………………………………………………………………….
a. Masalah potensial: …………………………………………………………………………….
b. Kebutuhan : …………………………………………………………………………….
3. Kebutuhan tindakan segera berdasarkan kondisi klien
a. Mandiri : …………………………………………………………………………….
b. Kolaboraasi : …………………………………………………………………………….
c. Merujuk ……………………………………………………………….

D. Planning (termasuk implementasi dan Evaluasi)


Tanggal : ……………………………… Jam : ………………………………
1.
CATATAN PERKEMBANGAN

Anda mungkin juga menyukai