PUNCTUM
MENGETAHUI
CI INSTITUSI CI LAHAN
E. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan terutama jenis tes darah
lengkap untuk mengetahui terjadinya infeksi. Pemerksaan X-ray jika terdapat
fraktur atau dicurigai terdapat benda asing (Kartika, 2011)
Hitung darah lengkap
Peningkatan Ht awal menunjukan hemokonsentrasi sehubungan dengan
perpindahan/kehilangna cairan. Selanjutnya penurunan Ht dan SDM
dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan oleh panas tehadap
endothelium pembuluh darah.
GDA
Penurunan PaO2/peningkatan PaCo2 mungkin terjadi pada retensi karbon
monoksida. Asidosis dapat terjadi sehubungan dengan penurunana
ginjal dan kehilangan mekanisme kompensasi pernapasan.
Elektrolit serum
Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cidera
jaringan/kerusakan SDM dan penurunan fungsi ginjal, hipokalemi dapat
terjadi bila mulai dieresis, magnesium mungkin menurun.
BUN/ keratin
Peninggian menunjukan penurunan perfusi ginjal, namun keratin dapat
meningkat karena cidera jaringan.
Urin
Adanya albumin, Hb, dan immunoglobulin menunjukan kerusakan
jaringan dalam dan kehilangan protein. Warna hitam kemerahan pada
urin sehubungan dengan mioglobulin.
Bronkoskopi
Berguna dalam diagnose luas cidera inhalasi, hasil dapat meliputi
edema, pendarahan, dan tukak pada saluran pernapasan.
EKG
Tanda iskemia miokardial/ disritmia dapat terjadi pada luka bakar
listrik.
F. Komplikasi
1. Kerusakan Arteri: Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan
tidak adanya nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang
lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan
emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi,
dan pembedahan.
2. Kompartement Syndrom: Kompartement Syndrom merupakan
komplikasi serius yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan
pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau
perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah.
3. Infeksi: System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan.
4. Shock: Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi.
G. Penatalaksanaan
- Penatalaksanaan pada luka
1. Hemostasis : Mengontrol pendarahan akibat laserasi dengan cara
menekan luka dengan menggunakan balutan steril. Setelah
pendarahan reda, tempelkan sepotong perban perekat atau kasa diatas
luka laserasi sehingga memungkinkan tepi luka menutup dan bekuan
darah terbebtuk. Luka laserasi yang lebih serius harus di jahit oleh
dokter.
2. Pembersihan luka.
3. Factor pertumbuhan (penggunaan obat).
4. Perlindungan : Memberikan balutan steril atau bersih dan
memobilisasi bagian tubuh (potter & perry, 2005)
5. Berikan profilaksis tetanus sesuai ketentuan, berdasarkan kondisi
luka dan status imunisasi pasien.
- Penatalaksanaan pada pasien :
1. Penggunaan universal standar precaution.
2. Perhatikan kepatenan jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi.
3. Melengkapi pengkajian survey primer dengan cara mengevaluasi
tingkat kesadaran pasien, ukuran, dan reaksi pupil.
4. Mengidentifikasi adanya luka lain yang mungki memerlukan
perawatan.
5. Mengontrol pendarahan dengan cara penekanan langsung pada area
luka, elevasi.
6. Mengidentifikasi adanya syok hemoragik.
7. Mengkaji status imunisasi tetanus pada pasien.
8. Menilai kondisi hipotermia, terutama pada saat kulit kehilangan
bagian yang luas (Kartika, 2011).
H. Pencegahan
1. Tindakan Antiseptik, prinsipnya untuk mensucihamakan kulit. Untuk
melakukan pencucian/pembersihan luka biasanya digunakan cairan atau
larutan antiseptic, misalnya alcohol, halogen, yodium, oksidansia, logam
berat dan asam berat.
2. Pembersihan luka, Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah
meningkatkan, memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan luka,
menghindari terjadinya infeksi, membuang jaringan nekrosis dan debris
(INETNA, 2004).
3. Pembalutan luka, luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta
berumur kurang dari 8 jam boleh dijahit primer, sedangkan luka yang
terkontaminasi berat dan atau tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan
sembuh per sekundam atau per tertiam.
4. Penutupan luka, Adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik
pada luka sehingga proses penyembuhan berlangsung optimal.
5. Pemberian antibiotic, prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan
antibiotik dan pada luka terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan
antibiotik.
B. Penyimpangan KDM
Kerusakan intergritas
Traumatic jaringan
kulit
Terputusnya
Rusaknya barier pertahanan primer
kontinuitas jaringan
Risiko tinggi
Stimulasi neurotransmitter
infeksi
(histamine, prostaglandin,
bradikinin)
Pergerakan terbatas
C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien
yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan
(Boedihartono, 1994).
a) Nyeri berhubungan dengan diskontuinitas jaringan.
b) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri.
c) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot.
d) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan jaringan.
e) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tubuh yang
tidak adekuat.
D. Rencana Keperawatan (Intervensi)
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang
akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa
keperawatan. (Boedihartono 1994). Fokus intervensi di dasarkan oleh
diagnosa keperawatan yang muncul pada teori. (Carpenito L 2000)
a. Nyeri muncul akibat jaringan kulit , jaringan otot, jaringan saraf
terinfeksi oleh bakteri pathogen.
Tujuan : nyeri hilang / berkurang.
KH :
1) pasien melaporkan reduksi nyeri dan hilangnya nyeri setelah tindakan
penghilang nyeri.
2) Pasien rileks.
3) Dapat istirahat / tidur dan ikut serta dalam aktifitas sesuai
kemampuan.
Intervensi :
1. Kaji tanda tada vital.
R/ mengetahui perkembangan klien
2. Lakukan ambulasi diri.
R/ mencegah adanya kekakuan otot
3. Ajarkan teknik distraksi dann relaksasi misalnya nafas dalam.
R/ mengurangi rasa nyeri
4. Berikan obat sesuai petunjuk.
R/ mempercepat proses penyembuhan
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri.
Tujuan : gangguan istirahat tidur teratasi
KH :
1) Mengatakan peningkatan rasa segar, tidak pucat, tidak ada lingkar
hitam pada mata.
2) Melaporkan perbaikan dalam pola tidur.
Intervensi:
1) Kaji penyebab nyeri / gangguan tidur.
R/ penyebab gangguan tidur dapat mempengaruhi pola tidur
2) Berikan posisi nyaman pada klien.
R/ memberi kenyamanan pada klien
3) Anjurkan minum hangat.
R/ memberi ketenangan pada klien.
4) Kolaborasi dengan keluarga untuk menciptakan lingkungan tenang.
R/ lingkungan yang nyaman dapat memberikan kenyamanan pada
klien.
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot
Tujuan : mempertahankan mobilitas fisik
KH :
1) mempertahankan meningkatkan kekuatan dan fungsi atau bagian
tubuh yang terkena.
2) Mendemonstrasikan teknik atau perilaku yang di ajarkan.
3) Kemungkinan melakukan aktifitas.
Intervensi :
1) Kaji kemampuan secara fungsional / luasnya kerusakan awal.
R/ kemampuan klien dapat menentukan seberapa berat gangguan
imobilisasi.
2) Bantu dalam aktifitas perawatan diri.
R/ membantu klien agar cepat sembuh.
3) Pantau respon pasien terhadap aktivitas. doenges, (2000:)
R/ respon pasien dapat membantu dalam proses imobilisasi
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan jaringan.
Tujuan : tidak terjadi kerusakan integritas kulit.
KH :
1) Bebas tanda tanda infeksi.
2) Mencapai penyembuhan luka tepat waktu
Intervensi :
1) Kaji / catat ukuran, warna keadaan luka, perhatikan daerah sekitar
luka.
R/ ukuran dan warna luka menentukan tingkat kerusakan kulit.
2) Ajarkan pemeliharaan luka secara aseptik.
R/ pemeliharaan aseptik membantu mempercepat penyembuhan.
3) Observasi tanda-tanda infeksi.
R/ tanda tanda infeksi menentukan sejauhmana kerusakan integritas
kulit.
e. Resiko infeksi sekunder berhubungan dengan pertahanan primer
tubuh yang tidak adekuat.
Tujuan : tidak terjadi infeksi lebih lanjut.
KH : Tidak terdapat tanda tanda infeksi lebih lanjut dengan luka bersih
tidak ada pus.
Intervensi :
1) Observasi daerah kulit yang mengalami kerusakan.
R/ kulit yang rusak menentukan proses penyembuhan.
2) Pantau suhu tubuh secara teratur.
R/ peningkat suhu tubuh dapat diakibatkan oleh adanya infeksi..
3) Berikan antibiotik secara teratur.
R/ mencegah perkembangan kuman secara cepat
DAFTAR PUSTAKA
Amir, Amri. 2000. Traumatologi [online]. Dalam. Ilmu Kapita Selekta Ilmu
Kedokteran Forensik. Medan dalam http://luka tusuk porensik.com. Diakses
pada Selasa, 19 February 2013. Pukul 19:00 WITA.
Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 vol 3.
Jakarta : EGC
MENGETAHUI
CI INSTITUSI CI LAHAN
A. Defenisi
Osteorathritis merupakan penyakit sendi degenerative yang berkaitan dengan
kerussakan kartilago sendi. Vertebra, panggul, lutut dan pergelangan kaki paling sering
terkena OA (Sudoyo Aru dkk, 2009 dalam Nurarif dkk, 2015)
Osteoartritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini bersifat
kronik, berjalan progresif lambat, dan abrasi rawan sendi dan adanya gangguan
pembentukan tulang baru pada permukaan persendian.
Osteoartritis adalah bentuk atritis yang paling umum, dengan jumlah pasiennya
sedikit melampui separuh jumlah pasien arthritis.Osteoartritis adalah penyakit
peradangan sendi yang sering muncul pada usia lanjut. Jarang dijumpai pada usia
dibawah 40 tahun dan lebih sering dijumpai pada usia diatas 60 tahun.
Osteoartritis juga dikenal dengan nama osteoartrosi , yaitu melemahnya tulang
rawan pada engsel yang dapat terjadi di engsel manapun di sekujur tubuh. Tapi
umumnya, penyakit ini terjadi pada siku tangan, lutut, pinggang dan pinggul.
B. Etiologi
Osteoartritis terjadi karena tulang rawan yang menjadi ujung dari tulang yang
bersambung dengan tulang lain menurun fungsinya. Permukaan halus tulang rawan ini
menjadi kasar dan menyebabkan iritasi. Jika tulang rawan ini sudah kasar seluruhnya,
akhirnya tulang akan bertemu tulang yang menyebabkan pangkal tulang menjadi rusak
dan gerakan pada sambungan akan menyebabkan nyeri dan ngilu.Beberapa faktor resiko
untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah :
1. Umur.
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoarthritis faktor ketuaan adalah yang
terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan
bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada
umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.
2. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering
terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan
dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki dan wanita
tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria
hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
3. Riwayat Trauma sebelumnya
Trauma pada suatu sendi yang terjadi sebelumnya, biasa mengakibatkanmalformasi
sendi yang akan meningkatkan resiko terjadinya osteoartritis. trauma berpengaruh
terhadap kartilago artikuler, ligamen ataupun menikus yang menyebabkan
biomekanika sendi menjadi abnormal dan memicu terjadinya degenerasi premature.
4. Pekerjaan
Osteoartritis lebih sering terjadi pada mereka yang pekerjaannnya sering memberikan
tekananan pada sendi-sendi tertentu. Jenis pekerjaan juga mempengaruhi sendi mana
yang cenderung terkena osteoartritis. sebagai contoh, pada tukang jahit, osteoartritis
lebih sering terjadi di daerah lutut, sedangkan pada buruh bangunan sering terjadi
pada daerah pinggang.
5. Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak
hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga
dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula). Pada kondisi ini terjadi
peningkatan beban mekanis pada tulang dan sendi.
6. Faktor Gaya hidup
Banyak penelitian telah membuktikan bahwa faktor gaya hidup mampu
mengakibatkan seseorang mengalami osteoartritis. contohnya adalah kebiasaan
buruk merokok.Merokok dapat meningkatkan kandungan karbon monoksida dalam
darah, menyebabkan jaringan kekurangan oksigen dan dapat menghambat
pembentukan tulang rawan
7. Genetic
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu dari
seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal terdapat dua
kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya perempuan
cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dan anak perempuan dari
wanita tanpa osteoarthritis.
8. Suku.
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat
perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis paha lebih
jarang diantara orang-orang kulit hitam dan Asia dari pada kaukasia. Osteoartritis
lebih sering dijumpai pada orang–orang Amerika asli (Indian) dari pada orang kulit
putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan
pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.
C. Klasifikasi
Osteoartritis dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu, OA Primer dan OA sekunder.
OA primer disebut idiopatik, disebabkan karena adanya faktor genetik yaitu adanya
abnormalitas kolagen sehingga mudah rusak. Sedangkan OA sekunder adalah OA yang
didasari oleh kelainan seperti kelainan endokrin, trauma, kegemukan, dan inflamasi.
D. Patofisiologi
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang dan
progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi mengalami
kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi
sendi.Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang merupakan
unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress biomekanik
tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang
membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang
rawan. Sendi yang paling sering terkena adalah sendi yang harus menanggung berat
badan, seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan
proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan. Hal
ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan ruang
sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut. Perubahan-perubahan degeneratif yang
mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi
deformitas congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma
pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur ada
ligamen atau adanya perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan
tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi
penyempitan ronggasendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya
hipertropi atau nodulus
E. Manifestasi Klinis
1. Nyeri sendi, keluhan utama dan cenderung memiliki onset yang perlahan.
2. Hambatan gerak sendi, gangguan ini biasanya semakin berat dengan pelan-pelan
sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
3. Nyeri bertambah dengan aktifitas, membaik dengan istirahat , terasa paling nyeri pada
akhir , dan seiring dengan memburuknya penyakit, menjadi semakin parah, sampai
pada tahap dimana pergerakan minimal saja sudah menimbulkan rasa nyeri dan biasa
menganggu tidur
4. Kekakuan paling ringan pada pagi hari namun terjadi berulang-ulang sepanjang hari
dengan periode istirahat.
5. Krepitasi, rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit
6. Pembesaran sendi (deformitas)
7. Perubahan gaya berjalan
8. Tanda-tanda peradangan pada sendi (nyeri tekan , gangguan gerak, rasa hangat yang
merata dan warna kemerahan).
(Nurarif dkk, 2015)
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc, Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction.
MENGETAHUI
CI INSTITUSI CI LAHAN
Asuhan Keperawatan Pada..., Fitri Nur Khasanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
KONSEP MEDIS
A. Definisi
sering terjadi pada bayi dan masa kanak-kanak awal (Wong, 2008).
disebabkan oleh satu atau lebih agens berikut : virus, bakteri (mikoplasma),
fungi, parasit, atau aspirasi zat asing (Betz & Sowden, 2009).
akut (ISNBA) dengan batuk dan disertai dengan sesak nafas disebabkan aden
satu penyakit infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA) dengan gejala
batuk dan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen infeksius seperti
B. Etiologi
bakteri), dan sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (minyak
Asuhan Keperawatan Pada..., Fitri Nur Khasanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
tanah, bensin, atau sejenisnya) dan masuknya makanan, minuman, susu, isi
Tanda –tanda klinis utama pneumonia menurut (Betz & Sowden, 2009)
1. Batuk
2. Dispnea
3. Takipea
supraklavikula
Asuhan Keperawatan Pada..., Fitri Nur Khasanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
8. Nyeri abdomen (disebabkan oleh iritasi diafragma oleh paru terinfeksi
didekatnya)
9. Batuk paroksismal mirip pertusis (sering terjadi pada anak yang lebih
kecil)
11. Demam
12. Ronchi
15. Menggigil
16. Berkeringat
Asuhan Keperawatan Pada..., Fitri Nur Khasanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
1. Anatomi
a. Nares Anterior
b. Rongga Hidung
yang mengandung sel cangkir atau sel lendir. Sekresi sel itu membuat
konka, selaput lendir ini paling tebal, yang diuraikan di bawah. Tiga
Asuhan Keperawatan Pada..., Fitri Nur Khasanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
lendir yang dilaluinya, udara menjadi hangat, dan karena penguapan
2014).
c. Faring (tekak)
(Syaifuddin, 2014).
d. Laring (tenggorok)
yang dikenal sebagai jakun, yaitu sebelah depan leher. Laring terdiri
Asuhan Keperawatan Pada..., Fitri Nur Khasanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
yang menjulang di sebelah belakang krikoid, kanan dan kiri tulang
bronkus (bronki). Trakea tersusun atas enam belas sampai dua puluh
lingkaran tak lengkap berupa cincin tulang rawan yang di ikat bersama
belakang trakea, selain itu juga memuat beberapa jaringan otot. Trakea
dilapisi selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia dan sel
cangkir. Silia ini bergeak menuju ke atas ke arah laring, maka dengan
gerakan ini debu dan butir-butir halus lainnya yang larut masuk
struktur serupa dengan trakhea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama.
Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri
Asuhan Keperawatan Pada..., Fitri Nur Khasanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
cabang, cabang yang paling kecil disebut bronkiolus (bronkioli). Pada
(Syaifuddin, 2014).
g. Paru-paru
paru mengisi rongga dada. Terletak disebelah kanan dan kiri dan
2. Fisiologi
eksterna, oksigen dipungut melalui hidung dan mulut pada waktu bernafas,
oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkial ke alveoli, dan dapat
Asuhan Keperawatan Pada..., Fitri Nur Khasanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
dipungut oleh haemoglobin sel darah merah dan di bawa ke jantung. Dari
dan setelah melalui pipa bronkial dan trakea, dinapaskan keluar melalui
pernafasan eksterna :
3) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga dalam jumlah
4) Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler. CO2
Semua proses ini telah diatur sedemikian rupa sehingga darah yang
meninggalkan paru-paru menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu
banyak CO2 dan terlampau sedikit O2 ; jumlah CO2 itu tidak dapat
Asuhan Keperawatan Pada..., Fitri Nur Khasanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
dan dalamnya pernafasan. Penambahan ventilasi ini mengeluarkan CO2
E. Patofisiologi
orofaring. Aspirasi dapat terjadi pada kaum geriatri saat tidur atau pada
refleks batuk dan refleks tersedak yang mencegah aspirasi. Flora normal juga
inflamasi host. Pada saat ini lah manifestasi klinis pneumonia akan muncul.
Asuhan Keperawatan Pada..., Fitri Nur Khasanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Mediator inflamasi dan neutrofil akan menyebabkan kebocoran kapiler
alveolar lokal. Bahkan eritrosit dapat keluar akibat kebocoran ini dan
infiltrat pada hasil radiografi dan rales pada auskultasi serta hipoxemia akibat
terisinya alveolar.
hipoksik yang biasanya muncul pada alveoli yang terisi cairan hal ini akan
perubahan mekanisme paru dan volume paru dan shunting aliran darah
Asuhan Keperawatan Pada..., Fitri Nur Khasanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
F. Pathway
Gambar 2.2 Pathway Pneumonia
Radang bronkial
Kelelahan ↑kompensasi
frekwensi nafas
Anoreksia
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari Ketidakefektifan pola nafas
kebutuhan tubuh
Sumber :
Nurarif & Kusuma, 2013
Asuhan Keperawatan Pada..., Fitri Nur Khasanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
G. Pemeriksaan Penunjang
adalah :
1. Sinar X
2. GDA
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat
3. JDL Leukositosis
4. LED Meningkat
7. Bilirubin meningkat
Asuhan Keperawatan Pada..., Fitri Nur Khasanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
H. Penatalaksanaan Keperawatan
terlalu berat, bisa diberikan antibiotik per oral (lewat mulut) dan tetap tinggal
di rumah. Penderita anak yang lebih besar dan penderita dengan sesak nafas
atau dengan penyakit jantung dan paru-paru lainnya, harus dirawat dan
1. Oksigen 1-2L/menit
3. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi
4. Jika sesak tidak terlalu berat dapat dimulai makanan enteral bertahap
Anti biotik sesuai hasil biakan atau diberikan untuk kasus pneumonia
community base:
Asuhan Keperawatan Pada..., Fitri Nur Khasanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Untuk kasus pneumonia hospital base:
I. Komplikasi
1. Abses paru
2. Edusi pleural
3. Empisema
4. Gagal napas
5. Perikarditis
6. Meningitis
7. Atelektasis
8. Hipotensi
9. Delirium
11. Dehidrasi
Asuhan Keperawatan Pada..., Fitri Nur Khasanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
J. Diagnosa Keperawatan
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2013) diagnosa yang mungkin muncul adalah :
2. Hipertemi
4. Intoleransi aktivitas
Asuhan Keperawatan Pada..., Fitri Nur Khasanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
6. Fokus Intervensi
Intervensi:
NOC :
NIC :
b. observasi TTV
Asuhan Keperawatan Pada..., Fitri Nur Khasanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
Intervensi :
Kusuma, 2013)
NOC
a. Energi conversation
b. Activity tolerance
Kriteria hasil:
Asuhan Keperawatan Pada..., Fitri Nur Khasanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
c. Tanda-tanda vital normal
NIC
Activity Therapy
Kusuma, 2013)
NOC
Kriteria hasil :
Asuhan Keperawatan Pada..., Fitri Nur Khasanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
NIC
Asuhan Keperawatan Pada..., Fitri Nur Khasanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017