DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 1
1. Asrida hutagalong
9. Destin
ndraha
8. Fitria
Segala puji bagi Tuhan yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
tentunya kami tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan atas limpah nikmat sehatnya baik
itu sehat fisik maupun akal pikiran sehingga penulis mampu menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah “Obstetri dan Ginekoligy” dengan
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
mengharapkan kritik dan sran dari para pembaca untuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapata menjadi makalah yang lebih baik lagi.Kemudian, apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini, penulis mohon maaf yang sebesar besarnya.
Demikian kami ucapkan terimakasih atas waktu anda telah membaca makalah
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
1.3 Tujuan
2.5 Diagnosis
BAB IV Pembahasan
BAB V Penutup
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada sistem reproduksi terdapat masalah-masalah kesehatan yang dapat menjadi
penyulit dalam persalinan, antara lain adalah kelainan letak kehamilan, kehamilan
ganda, hiperemesis gravidarum dan termasuk ketuban pecah dini. Salah satu dari
masalah reproduksi yang dapat berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan
adalah ketuban pecah dini (KPD).Yang sampai saat ini masih banyak ditemukan
dikalangan masyarakat yang mana kejadian tersebut mendekati 10% dari semua
persalinan.
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2010, memperkirakan
angka kematian Ibu lebih dari 300-400/100.000 kelahiran hidup, yang disebabkan
oleh perdarahan 28%, ketuban pecah dini 20%, eklampsia 12%, abortus 13%, partus
lama 18%, dan penyebab lainnya 2%. Angka kematian Ibu di Indonesia masih yang
tertinggi di ASEAN, yaitu 230/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan Negara-negara
lain seperti Vietnam 130/100.000 kelahiran hidup, Filipina 200/100.000 kelahiran
hidup, Malaysia 41/100.000 kelahiran hidup, Singapura 15/100.000 kelahiran hidup.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda
persalinan dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda persalinan. Ketuban
pecah dini merupakan penyebab terbesar persalinan premature dengan berbagai
akibatnya.
Insidensi ketuban pecah dini terjadi 10% pada semua kehamilan.Pada kehamilan
aterm insidensinya bervariasi 6-19%, sedangkan pada kehamilan preterm
insidensinya 2% dari semua kehamilan. Hampir semua ketuban pecah dini pada
kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu
minggu setelah selaput ketuban pecah. 70% kasus ketuban pecah dini terjadi pada
kehamilan cukup bulan, sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal disebabkan
oleh prematuritas, ketuban pecah dini berhubungan dengan penyebab kejadian
prematuritas dengan insidensi 30-40%.
Penyebab ketuban pecah dini ini pada sebagian besar kasus tidak
diketahui.Banyak penelitian yang telah dilakukan beberapa dokter menunjukkan
infeksi sebagai penyebabnya. Faktor lain yang mempengaruhi adalah kondisi sosial
ekonomi rendah yang berhubungan dengan rendahnya kualitas perawatan antenatal,
penyakit menular seksual misalnya disebabkan oleh chlamydia trachomatis dan
nescheria gonorrhea. Selain itu infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput
ketuban, fisiologi selaput amnion/ketuban yang abnormal, servik yang inkompetensia,
serta trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai faktor predisposisi atau penyebab
terjadinya ketuban pecah dini. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual dan
pemeriksaan dalam
Penelitian mengenai kematian ibu dan kematian bayi cukup tinggi
terutama kematian perinatal, yang disebabkan karena kematian akibat kurang bulan
(prematur), dan kejadian infeksi yang meningkat karena partus tak maju, partus lama,
dan partus buatan pada kasus Ketuban Pecah Dini terutama pada penanganan
konservatif.
Penatalaksanaan KPD memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapat
menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam Rahim.Terjadinya
kematian pada ibu dan anak dengan adanya masalah tersebut maka peran perawat
yaitu memberikan asuhan keperawatan pada ibu hamil dan persalinan secara
komprehensif sehingga ibu dan janin mendapatkan perawatan yang optimal.
Persalinan dengan Ketuban Pecah Dini biasa dijumpai pada kehamilan multipel,
trauma, hidroamnion, dan gemelli.Komplikasi yang paling sering terjadi pada
ketuban pecah dini sindrom distress pernapasan, kejadian prolaps atau keluarnya tali
pusat, korioamnionitis (radang pada korion dan amnion).Oleh sebab itu persalinan
dengan ketuban pecah dini memerlukan pengawasan dan perhatian serta secara
teratur dan diharapkan kerjasama antara keluarga ibu dan penolong persalinan (bidan
atau dokter). Dengan demikian akan menurunkan atau memperkecil resiko kematian
ibu dan bayinya.
1.3 Tujuan
2.2 Etiologi
Belum pasti penyebab terjadinya ketuban pecah dini, namun faktor-
faktor yang lebih sulit di ketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisi
adalah:
a. Infeksi
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban yang
berasal dari vagina atau infeksi cairan ketuban yang
menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini.
b. Jumlah paritas
Wanita yang telah melahirkan beberapa kali maka akan lebih
beresiko tinggi mengalami KPD pada kehamilan berikutnya.
Kehamilan yang terlalu sering dapat mempengaruhi
embryogenesis, selaput ketuban lebih tipis sehingga mudah pecah
sebelum waktunya dan semakin banyak paritas semakin mudah
terjadi infeksi amnion karena rusaknya struktur serviks pada
persalinan sebelumnya.
Wanita dengan paritas kedua dan ketiga pada usia reproduktif
biasanya relatif memilii keadaan yang lebih aman untuk hamil
dan melahirkan karena pada keadaan tersebut dinding uterus
lebih kuat karena belum banyak mengalami perubahan, dan
serviks belum terlalu sering mengalami pembukaan sehingga
dapat menyanggah selaput ketuban dengan baik. Wanita yang
telah melahirkan beberapa kali akan lebih beresiko pada
mengalami KPD, karena jaringan ikat selaput ketuban mudah
rapuh yang diakibatkan oleh vaskularisasi pada uterus mengalami
gangguan yang mengakibatkan akhirnya selaput ketuban
mengalami pecah spontan.
Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan
tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna
darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus di produksi sampai
b. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin
cairan tersebut masih merembes atau menetes dengan ciri pucat dan bergaris warna
darah.
c. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai
kelahiran.
berarti melakukan intervensi seperti melahirlan bayi terlalu awal atau melakukan
seksio yang sebetulnya tidak ada indikasinya. Sebaliknya diagnosa yang negativ
palsu berarti akan membiarkan ibu dan janin mempunyai resiko infeksi yang akan
mengancam kehidupan janin, ibu dan keduanya. Oleh karena itu di perlukan
a. Anamnesa
Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan yang banyak
secara tiba-tiba dari jalan lahir.Cairan berbau khas, dan perlu juga di perhatikan
warna, keluarnya cairan tersebut his belum teratur atau belum ada, dan belum ada
pengeluaran lender dan darah.
b. Inspeksi
Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan dari vagina, bila
ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak, pemeriksaan ini akan
lebih jelas.
c. Tes Valsava
Dilakukan dengan cara melakukan ekspirasi paksa dengan menutup mulut dan
hidung yang akan menambah tekanan pada telinga dan tekanan pada bagian
fundus, sehingga jika terjadi KPD, maka air ketuban akan keluar (Fadlun, 2011 :
114)
e. Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan dalam didapat cairan di dalam vagina dan selaput ketuban sudah
tidak ada lagi.Mengenai pemeriksaan dalam vagina dengan toucher perlu di
pertimbangkan, pada kehamilan yang kurang bulan yangbelum dalam persalian
tidak perlu di adakan pemeriksaan dalam. Karena pada waktu pemeriksaan dalam,
jari pemeriksa akan mengakumulasi segmen bawah Rahim dengan flora vagina
yang normal. Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat menjadi patogen.
Pemeriksaan dalam vagina di lakukan bila dalam persalinan atau yang di lakukan
induksi persalinan dan di batasi sedikit mungkin.(Norma dan Dwi, 2013:249-250).
TD : 110/70 mmHg
Pols : 90 x/i
RR : 24 x/i
Temp : 36°C
BAB IV
PEMBAHASAN
Ibu mengatakan air ketuban sudah pecah sejak pukul 23.30 WIB
O: Vital Sign :
Pols : 90 x/i
RR : 24 x/i
Temp : 36°c
Kontraksi :
1. Letak : Memanjang
2. Presentasi : kepala
Fetus :
5.1 Kesimpulan
dilakukan pada wanita dengan pecah ketuban dini, karena ia akan diurus sesuai
5.2 Saran
tentang asuhan persalinan normal serta meningkatkan kesejahteraan ibu dan bayinya.
Gede, Ida Bagus. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Manuaba.DSOD.
EGD
Badan Pusat Statistik (BPS). 2015. Profil Statistik Kesehatan 2015. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
Hoelman, B. (2015). Panduan SDGs untuk pemerintah daerah (Kota dan Kabupaten)
Development.