Anda di halaman 1dari 3

I.

PEMBENTUKAN PENGADILAN

Dalam rangka pemerataan kesempatan memperoleh keadilan, setiap Daerah Tingkat II


Kabupaten yang belum ada Pengadilan Negerinya dapat diusulkan untuk dibentuk Pengadilan
Negeri (sesuai Pasal 4 (1) UU No 8 Tahun 2004). Pembentukan Pengadilan dilakukan secara
bertahap berdasarkan pada urgensi prioritas. Dengan adanya otonomi daerah membawa
konsekwensi pemekaran wilayah, sejak pascareformasi tahun 1998 telah terbentuk sekitar 179
daerah otonomi baru, satu hal yang tak terbayangkan di era Orde Baru. Salah satu tujuan dari
pemekaran wilayah adalah mampu meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan publik.
Selama kurun 1999-2008 setidaknya bertambah 179 daerah baru, terdiri atas 7 propinsi, 31 kota,
dan 141 kabupaten. Sekarang total daerah administrasi ada 33 provinsi, 375 kabupaten, 90 kota,
5 kota administrasi, dan 1 kabupaten administrasi. Saat ini pun sudah ada puluhan daerah yang
menunggu untuk dimekarkan. Sekitar 95 persen pemekaran di luar Jawa.

Saat ini sudah ada 347 (tiga ratus empat puluh tujuh) Pengadilan Negeri dan 30 Pengadilan
Tinggi di seluruh Indonesia, ditambah dengan Pengadilan Khusus yaitu 33 Pengadilan Hubungan
Industrial (mengadili perkara hubungan industrial, antara buruh/serikat buruh dengan
pengusaha), 4 Pengadilan Hak Asasi Manusia, dan 5 Pengadilan Niaga (mengadili perkara
niaga) serta 5 Pengadilan Perikanan (mengadili kasus illegal fishing/pencurian hasil laut).

A. Syarat Pembentukan Pengadilan Tinggi

1. Dasar Pembentukan
Pengadilan Tinggi berkedudukan di Ibukota Provinsi dan daerah hukumnya meliputi wilayah
provinsi (Pasal 4 (2) UU No 8 Tahun 2004). Pengadilan Tinggi dibentuk dengan Undang-Undang
(Pasal 9 UU No 8 Tahun 2004).

2. Syarat Pembentukan
a. Adanya pemekaran wilayah setingkat provinsi
b. Telah dibentuk aparat hukum lainnya (Kejati dan Polda)
c. Adanya usulan dari Pengadilan Tinggi asal dengan dukungan Pemda setempat.

3. Prosedur Pembentukan Pengadilan Tinggi


a. Usulan Ketua Pengadilan Tinggi asal (sebelum dipecah)/dengan dukungan Pemda setempat
disampaikan kepada Ketua Mahkamah Agung tentang perlunya dibentuk Pengadilan Tinggi.
b. Dilakukan evaluasi oleh tim dari Mahkamah Agung.
c. Setelah ada persetujuan dari Ketua Mahkamah Agung, maka Direktorat Jenderal Badan
Peradilan Umum selanjutnya menyiapkan usul Pembentukan Pengadilan Tinggi disertai
konsep Rancangan Undang-Undang tentang pembentukan Pengadilan Tinggi.
d. Ketua Mahkamah Agung mengusulkan pembentukan Pengadilan Tinggi kepada Presiden
dengan dilampiri Rancangan Undang-Undang tentang pembentukan Pengadilan Tinggi
tersebut.
e. Presiden berkonsultasi dengan DPR membahas Rencana Pembentukan Pengadilan Tinggi
tersebut.
f. Rancangan Undang-Undang tersebut setelah mendapat persetujuan dari DPR maka
Presiden akan mengesahkan Undang-Undang Pembentukan Pengadilan Tinggi tersebut.

B. Pengadilan Negeri

1. Dasar Pembentukan
Pengadilan Negeri berkedudukan di Ibukota Kabupaten/Kota dan daerah hukumnya meliputi
wilayah Kabupaten/Kota. (Pasal 4 (1) UU No 8 Tahun 2004). Pengadilan Negeri dibentuk dengan
Keppres (Pasal 7 UU No 8 Tahun 2004).

2. Syarat Pembentukan
a. Adanya daerah Kabupaten/Kota yang belum dibentuk Pengadilan, atau
b. Adanya pemekaran wilayah Kabupaten/Kota baru
c. Telah dibentuk aparat hukum lainnya (Kejari dan Polres)
d. Adanya usulan dari Pengadilan Tinggi dan dukungan Pemda setempat.

3. Prosedur Pembentukan Pengadilan Negeri


a. Ketua Pengadilan Tinggi mengusulkan pembentukan Pengadilan Negeri yang berada di
daerah hukumnya dengan dukungan Pemda setempat, kepada Ketua Mahkamah Agung
dengan pertimbangan bahwa sangat diperlukan adanya Pengadilan tersebut.
b. Dilakukan evaluasi oleh tim dari Mahkamah Agung.
c. Setelah ada persetujuan dari Ketua Mahkamah Agung, maka Direktorat Jenderal Badan
Peradilan Umum selanjutnya menyiapkan usul Pembentukan Pengadilan Negeri disertai
konsep Rancangan Keputusan Presiden tentang pembentukan Pengadilan Negeri.
d. Ketua Mahkamah Agung mengusulkan pembentukan Pengadilan Negeri kepada Presiden
dengan dilampiri Rancangan Keputusan Presiden tentang Pembentukan Pengadilan Negeri
tersebut.
e. Pengadilan Negeri yang baru dibentuk ditetapkan sebagai Pengadilan Negeri Kelas II.
II. PENINGKATAN KELAS PENGADILAN NEGERI

Guna menunjang peningkatan daya guna dan hasil guna Pengadilan Negeri, serta berhubung
dengan bertambah banyaknya volume perkara, kelas suatu Pengadilan Negeri dapat
ditingkatkan.

Jumlah Pengadilan Negeri 347 terdiri dari ; Pengadilan Negeri Kelas I.A Khusus berjumlah 15,
Pengadilan Negeri Kelas I.A 21, Pengadilan Negeri Kelas I.B 60, dan Pengadilan Negeri Kelas II
251.

A. Syarat Peningkatan Kelas Pengadilan Negeri


1. Peningkatan kelas dari Pengadilan Negeri Kelas I B ditingkatkan menjadi Pengadilan Negeri
Kelas I A.
2. Peningkatan kelas dari Pengadilan Negeri Kelas II ditingkatkan menjadi Pengadilan Negeri
Kelas I B.
3. Untuk menentukan peningkatan peningkatan kelas Pengadilan Negeri dilakukan dengan cara
mengumpulkan data perkara dalam 3 tahun terakhir dari rata-rata pertahunnya.
4. Peningkatan kelas hanya dapat diajukan untuk satu tingkat diatasnya (secara bertahap) dan
usul peningkatan kelas selanjutnya dapat diajukan 3 tahun kemudian terhitung sejak tanggal
ditetapkan, kecuali peningkatan kelas terhadap Pengadilan Negeri yang berkedudukan di
Ibukota provinsi.

B. Prosedur Peningkatan Kelas :


1. Permohonan dari Ketua Pengadilan Negeri kepada Ketua Mahkamah Agung melalui Ketua
Pengadilan Tinggi.
2. Dilakukan evaluasi oleh tim dari Mahkamah Agung (Ditjen Badan Peradilan Umum dan
Badan Urusan Administrasi) hasilnya dilaporkan kepada Ketua Mahkamah Agung.
3. Setelah ada persetujuan dari Ketua Mahkamah Agung, maka Direktorat Jenderal Badan
Peradilan Umum selanjutnya menyiapkan usul Peningkatan Kelas Pengadilan Negeri disertai
konsep Rancangan Keputusan Ketua Mahkamah Agung tentang Peningkatan Kelas
Pengadilan Negeri.
4. Ketua Mahkamah Agung mengusulkan kepada MENPAN dilampiri Rancangan Keputusan
Ketua Mahkamah Agung untuk mendapatkan persetujuan.

Setelah mendapat persetujuan MENPAN selanjutnya Mahkamah Agung menerbitkan Keputusan


Ketua Mahkamah Agung tentang peningkatan kelas Pengadilan dimaksud.

Anda mungkin juga menyukai