Anda di halaman 1dari 23

BAHAN AJAR

BIMBINGAN TEKNIS PENGUATAN PAMONG


BELAJAR

PENDIDIKAN ABAD KE-21 DAN


PENDIDIKAN 4.0 DALAM KONTEKS
PENDIDIKAN NONFORMAL

DIREKTORAT PENDIDIKAN PROFESI DAN PEMBINAAN


GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA
KEPENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TAHUN 2020

i
KATA PENGANTAR

ii
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
A. Materi Pokok 1
B. Tujuan Pembelajaran 1
C. Pendahuluan 1
D. Pembahasan 3
1. Konsep Dasar 3
2. Strategi Penerapan Pendidikan Abad Ke-21 dan Pendidikan 4.0 8
3. Contoh-Contoh Penerapan Pendidikan Abad Ke-21 dan Pendidikan 2.0 14
E. Dinamika Kelompok dan Penugasan Mandiri 16
1. Dinamika Kelompok 16
2. Penugasan 17
F. Refleksi 18
Referensi/Sumber Kepustakaan 19

iii
A. MATERI POKOK
Bahan ajar Pendidikan Abad Ke-21 dan Pendidikan 4.0 ini berisi tentang.
1. Latar belakang.
2. Konsep dasar tentang pendidikan abad ke-21 dan pendidikan 4.0.
3. Prinsip-prinsip yang harus dipenuhi.
4. Strategi penerapan pendidikan abad ke-21 dan pendidikan 4.0.
5. Contoh-contoh penerapan pendidikan abad ke-21 dan pendidikan 4.0 pada
pendidikan nonformal.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan yang ingin dicapai dari bahan ajar ini diharapkan pamong belajar, tutor, Pendidik
PAUD, dan/atau pendidik lainnya yang bergerak di bidang pendidikan nonformal agar
memahami dan mampu menerapkan strategi Pendidikan Abad ke-21 dan pendidikan 4.0
dalam proses kegiatan belajar mengajar.

C. PENDAHULUAN
Ciri abad ke-21 menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan adalah
tersedianya informasi dimana saja  dan kapan saja (informasi), adanya implementasi
penggunaan mesin (komputasi), mampu menjangkau segala pekerjaan rutin (otomatisasi)
dan bisa dilakukan dari mana  saja  dan kemana saja (komunikasi). Abad ini memerlukan
transformasi pendidikan secara menyeluruh sehingga terbangun kualitas pendidik yang
mampu memajukan pengetahuan, pelatihan, ekuitas peserta didik dan prestasi peserta
didik. Pendidikan abad ke-21 merupakan pendidikan yang mengintegrasikan antara
pengetahuan keterampilan dan sikap serta penguasaan terhadap teknologi informasi dan
komunikasi.
Pendidikan 4.0 merupakan bentuk pendidikan yang mengintegrasikan
teknologi cyber baik secara fisik maupun tidak ke dalam pembelajaran atau dengan kata
lain sebagai fenomena penetrasi digital di lingkungan dunia pendidikan. Pendidikan 4.0
merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk menghadapi tantangan
digital secara langsung. Inti dari fenomena pendidikan ini adalah kreativitas. Peserta
didik yang dihadapi pendidik saat ini merupakan generasi milenial yang tidak asing
dengan dunia digital. Peserta didik yang sudah terbiasa dengan arus informasi dan
teknologi industri 4.0, hal ini menunjukkan bahwa produk sekolah yang diluluskan harus
mampu menjawab tantangan industri 4.0.

1
Di tengah pandemi Covid-19 diawal tahun 2020 ini proses pembelajaran
mengalami perubahan yang sangat mendasar dimana antara pendidik dan peserta didik
tidak lagi saling tatap muka dalam melaksanakan proses belajar mengajar melainkan
dilakukan melalui pembelajaran jarak jauh. Pembelajaran jarak jauh dilakukan dengan
menggunakan media seperti video, video conference. Proses pembelajaran yang
demikian memerlukan adanya pemahaman dan kemampuan tentang penggunaan
tekonologi secara memadai. Saat sekarang penyelenggaraan belajar jarak jauh masih
menjadi pilihan utama bagi pendidik dan peserta didik dalam melakukan komunikasi
baik yang terkait dengan pelaksanaan proses belajar mengajar maupun dalam memenuhi
tugas-tugas lainnya. Dalam prakteknya pembelajaran jarak jauh ini memerlukan modal
yang tidak sedikit terutama dalam hal pengadaan perangkat yang diperlukan seperti
laptop, hand phone dan segala perangkatnya. Memperhatikan perkembangan yang begitu
cepat maka pendidik dalam menyelenggarakan proses kegiatan belajar mengajar dituntut
untuk menyesuaikan diri dalam hal penggunaan teknologi dalam proses
pembelajarannya.
Guna mendukung optimalisasi pembelajaran abad ke-21 pendidik dalam
melaksanakan tugasnya harus melakukan transformasi pembelajaran. Transformasi
pembelajaran tersebut antara lain 1) merubah pola pembelajaran yang biasanya terpusat
pada pendidik menjadi pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, yang dimulai
dari membuat rencana program pembelajaran yang sesuai perkembangan kekinian; 2)
pendidik dan peserta didik diarahkan untuk berkolaborasi dan bekerja sama dengan
berbagai unsur dan pemangku kepentingan yang terkait dengan pendidikan; 3) materi
pembelajaran senantiasa dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari dengan memanfaatkan
potensi lingkungan sekitar; 4) mengintregasikan nilai-nilai karakter bangsa ke dalam
berbagai materi pembelajaran; 5) memasukan berbagai materi pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik untuk berpikir tingkat tinggi (higher order thinking/
HOTS).
Pendidik harus dapat mengarahkan proses pembelajaran pada peserta didik
dengan fokus pada peningkatan keterampilan meliputi adanya peningkatan keterampilan
berpikir kritis, keterampilan dalam memecahkan berbagai masalah secara elastis dan
fleksibel, keterampilan melakukan komunikasi, kolaborasi dengan berbagai komponen
dan unsur baik internal maupun eksternal pendidikan, kreatif dan inovatif. Guna
menghadapi perkembangan dan kemajuan teknologi di bidang pembelajaran abad ke-
21dan pendidikan 4.0, Direktorat Pendidikan Profesi dan Pembinaan Guru dan Tenaga

2
Kependidikan pada tahun 2020 melakukan Bimbingan Teknis Penguatan Pamong
Belajar yang bertujuan meningkatkan kompetensi pamong belajar agar mampu menjadi
Penggerak bagi pendidik lainnya (Pamong Belajar SKB, tutor pendidikan kesetaraan,
tutor keaksaraan dan pendidik PAUD). Bimbingan teknis memerlukan bahan pendukung
salah satunya bahan ajar.

D. PEMBAHASAN
1. KONSEP DASAR
a. Pengertian
Pembelajaran abad ke-21 dituntut berbasis teknologi untuk
menyeimbangkan tuntutan zaman era milenia dengan tujuan, nantinya peserta
didik terbiasa dengan kecakapan hidup abad ke-21. Sejalan dengan pendapat
tersebut (Greenstein, 2012) menyatakan bahwa peserta didik yang hidup pada
abad ke-21 harus menguasai keilmuan, berketerampilan metakognitif, mampu
berpikir kritis dan kreatif, serta bisa berkomunikasi atau berkolaborasi yang
efektif.
Pembelajaran abad
ke-21 secara sederhana
diartikan sebagai
pembelajaran yang
memberikan kecakapan
abad ke-21 kepada peserta
didik, yaitu 4C yang
meliputi (1) Communication
(2) Collaboration, (3)
Critical Thinking and
problem solving, dan (4)
Creative and Innovative.
Berdasarkan Taksonomi
Bloom yang telah direvisi
oleh Krathwoll dan Anderson, kemampuan yang perlu dicapai peserta didk
bukan hanya LOTS (Lower Order Thinking Skills) yaitu C1 (mengetahui) dan
C-2 (memahami), C3 (mengaplikasikan), tetapi juga harus ada peningkatan
sampai HOTS (Higher Order Thinking Skills), yaitu C-4 (mengalisis), C-5

3
(mengevaluasi), dan C-6 (mengkreasi). Penerapan pendekatan saintifik,
pembelajaran abad ke-21 (4C), HOTS, dan integrasi literasi serta penguatan
pendidikan karakter dalam pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan mutu
pendidikan dalam rangka menjawab tantangan, baik tantangan internal dalam
rangka mencapai 8 (delapan) SNP dan tantangan eksternal, yaitu globalisasi.
Jauh sebelum terjadinya revolusi industri kita mengenal istilah pra
revolusi, di mana seluruh kegiatan dilakukan secara manual dengan tangan
manusia tanpa bantuan mesin. Baru sekitar abad ke-17 sampai awal abad ke-18
revolusi industri dimulai dengan kemunculan Revolusi Industry 1.0 (mulai
hadirnya pabrik-pabrik dan penemuan tenaga uap oleh ilmuwan). Kemudian
Revolusi Industri 2.0 pada sekitar pertengahan abad ke-18 (adanya pemanfaatan
tenaga listrik, hadirnya produksi mobil) dan Revolusi Industri 3.0 sejak tahun
1960 (ledakan informasi digital, komputer, dan smartphone).
Revolusi Industri 4.0 merupakan salah satu pelaksanaan proyeksi
teknologi modern Jerman 2020 yang diimplementasikan melalui peningkatan
teknologi manufaktur, penciptaan kerangka kebijakan srategis, dan lain
sebagainya. Ditandai dengan kehadiran robot, artificial intelligence, machine
learning, biotechnology, blockchain, internet of things (IoT), serta driverless
vehicle. Bidang pendidikan sangat berkaitan dengan Revolusi Industri 4.0 yang
dapat dimanfaatkan untuk mendukung pola belajar dan pola berpikir serta
mengembangkan inovasi kreatif dan inovatif dari peserta didik, guna mencetak
generasi penerus bangsa yang unggul dan mampu bersaing.

4
Menghadapi tantangan yang besar tersebut maka pendidikan dituntut
untuk berubah juga. Termasuk pendidikan pada jenjang pendidikan nonformal.
Era pendidikan yang dipengaruhi oleh revolusi industri 4.0 disebut Pendidikan
4.0. Pendidikan 4.0 merupakan pendidikan yang bercirikan pemanfaatan
teknologi digital dalam proses pembelajaran atau dikenal dengan sistem siber
(cyber system). Sistem ini mampu membuat proses pembelajaran dapat
berlangsung secara kontinu tanpa batas ruang dan batas waktu.
Ahli teori pendidikan sering menyebut Pendidikan Era Revolusi
Industri 4.0 untuk menggambarkan berbagai cara mengintegritaskan teknologi
cyber baik secara fisik maupun non fisik dalam pembelajaran. Pendidikan Era
Revolusi Industri 4.0 adalah fenomena yang merespons kebutuhan revolusi
industri dengan penyesuaian kurikulum baru sesuai situasi saat ini. Terkait
pendidikan 4.0 ada 4 kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh pendidik yaitu:
1) Keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah. Merupakan
kemampuan memahami suatu masalah, mendapatkan informasi sebanyak-
banyaknya sehingga dapat dielaborasi dan memunculkan berbagai
perspektif untuk menyelesaikan masalah. Pendidik diharapkan mampu
meramu pembelajaran dan mengekspor kompetensi ini kepada peserta
didik.

5
2) Keterampilan komunikasi dan kolaborasi. Keterampilan ini tidak luput dari
kemampuan berbasis teknologi informasi, sehingga pendidik dapat
menerapkan kolaborasi dalam proses pengajaran.
3) Kemampuan berpikir kreatif dan inovatif. Diharapkan ide-ide baru dapat
diterapkan pendidik dalam proses pembelajaran sehingga memacu siswa
untuk beripikir kreatif dan inovatif. Misalnya dalam mengerjakan tugas
dengan memanfaatkan teknologi dan informasi.
4) Literasi teknologi dan informasi. Pendidik diharapkan mampu memperoleh
banyak referensi dalam pemanfaatan teknologi dan informasi guna
menunjang proses belajar mengajar.
Revolusi Industri 4.0 diharapkan mampu mewujudkan pendidikan
cerdas melalui peningkatan dan pemerataan kualitas pendidikan, perluasan akses
dan relevansi dalam mewujudkan kelas dunia. Untuk mewujudkan hal tersebut
interaksi pembelajaran dilakukan melalui blended learning (melalui kolaborasi),
project based-learning (melalui publikasi), flipped classroom (melalui interaksi
publik dan interaksi digital).

b. Ruang Lingkup
Pendidik memerlukan pengetahuan akademik dan terapan, dapat
menghubungkan pengetahuan dan keterampilan, kreatif dan adaptif, serta
mampu mentrasformasikan semua aspek tersebut ke dalam keterampilan yang
berharga. Pendidik harus memiliki keterampilan yang mencakup: (1)
Keterampilan Berpikir Kritis; (2) Kemampuan Menyelesaikan Masalah; (3)
Komunikasi dan Kolaborasi; (4) Kreativitas dan Inovasi; (5) Literasi Media
Informasi, Komunikasi, dan Teknologi.

c. Prinsip-Prinsip
Menurut Jennifer Nichols dalam Rohim, Bima dan Julian (2016) ada 4 prinsip
pokok pembelajaran abad ke-21 seperti berikut ini:
1) Instruction should be student-centered.
Pengembangan pembelajaran seyogyanya menggunakan pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Peserta didik ditempatkan
sebagai subyek pembelajaran yang secara aktif mengembangkan minat dan
potensi yang dimilikinya. Peserta didik tidak lagi dituntut untuk

6
mendengarkan dan menghafal materi pelajaran yang diberikan Pendidik,
tetapi berupaya mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya, sesuai
dengan kapasitas dan tingkat perkembangan berfikirnya, sambil diajak
berkontribusi untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang terjadi di
masyarakat.
2) Education should be collaborative.
Peserta didik harus dibelajarkan untuk bisa berkolaborasi dengan orang
lain. Berkolaborasi dengan orang-orang yang berbeda dalam latar budaya
dan nilai-nilai yang dianutnya. Dalam menggali informasi dan membangun
makna, peserta didik perlu didorong untuk bisa berkolaborasi dengan
teman-teman di kelasnya. Dalam mengerjakan suatu proyek, peserta didik
perlu dibelajarkan bagaimana menghargai kekuatan dan talenta setiap orang
serta bagaimana mengambil peran dan menyesuaikan diri secara tepat
dengan mereka.
3) Learning should have context.
Pembelajaran tidak akan banyak berarti jika tidak memberi dampak
terhadap kehidupan peserta didik di luar sekolah. Oleh karena itu, materi
pelajaran perlu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik.
Pendidik mengembangkan yang memungkinkan peserta didik terhubung
dengan dunia nyata (real word). Pendidik membantu peserta didik agar
dapat menemukan nilai, makna dan keyakinan atas apa yang sedang
dipelajarinya serta dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya.
Pendidik melakukan penilaian kinerja peserta didik yang dikaitkan dengan
dunia nyata.
4) Schools should be integrated with society.
Dalam upaya mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang
bertanggung jawab, satuan pendidikan seyogyanya dapat memfasilitasi
peserta didik untuk terlibat dalam lingkungan sosialnya. Misalnya,
mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat, dimana peserta didik dapat
belajar mengambil peran dan melakukan aktivitas tertentu dalam
lingkungan sosial. Peserta didik dapat dilibatkan dalam berbagai
pengembangan program yang ada di masyarakat, seperti: program
kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, dan sebagainya. Selain itu,

7
peserta didik perlu diajak pula mengunjungi panti-panti asuhan untuk
melatih kepekaan empati dan kepedulian sosialnya.
Sedangkan Permendikbud No 22 Tahun 2016 mengemukakan 14 prinsip
pembelajaran yang harus dipenuhi dalam proses pembelajaran abad ke-21,
meliputi.
1) Pembelajaran dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari
tahu;
2) Pembelajaran dari pendidik sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi
belajar berbasis aneka sumber belajar;
3) Pembelajaran dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan
penggunaan pendekatan ilmiah;
4) Pembelajaran dari berbasis konten menuju pembelajaran berbasis
kompetensi;
5) Pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu;
6) Pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran
dengan jawaban yang kebenarannya multidimensi;
7) Pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif;
8) Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan
keterampilan mental (softskills);
9) Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;
10) Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai ing ngarso sung tulodo, ing
madyo mangun karso dan tut wuri handayani;
11) Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat;
12) Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah pendidik
siapa saja adalah peserta didik dan dimana saja adalah kelas;
13) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan 
14) Pengakuan atas perbedaan indvidual dan latar belakang budaya peserta
didik.

2. STRATEGI PENERAPAN PENDIDIKAN ABAD KE-21 DAN PENDIDIKAN


4.0

8
Kegiatan pembelajaran di satuan pendidikan tidak lagi hanya berpangku pada
penggunaan metode ceramah. Butuh kreatifitas pendidik dan satuan pendidik dalam
menciptakan pembeljaran yang sesuai dengan abad ke-21. Beberapa langkah yang
harus diterapkan satuan pendidikan dalam membangun karakteristik pendidikan
abad ke-21 adalah sebagai berikut.
a. Menciptakan satuan pendidikan yang menyenangkan.
Satuan pendidikan yang menyenangkan merupakan suatu tempat yang ingin
didatangi dan sedih ketika meninggalkannya. Penyampaian materi pembelajaran
juga disampaikan dengan cara yang menyenangkan sehingga membuat peserta
didik merasa tidak bosan di satuan pendidikan. Pada pembelajaran abad ke-21,
pendidik tidak hanya memberi ceramah/memberi catatan buku pada peserta
didik. Pendidik haruslah lebih kreatif menggunakan pendekatan, alat peraga
maupun mesia pembelajaran yang menarik. Pendidik harus lebih melek IT
dalam menciptakan model pembelajaran yang menarik. Bahkan, pendidik bisa
memanfaatkan media sosial sebagai media pembelajaran.
b. Penguatan pendidikan karakter.
Perkembangan zaman tidak semestinya menghilangkan nilai-nilai karakter
bangsa. Pendidikan abad ke-21 tidak hanya mementingkan pembelajaran
berbasis teknilogi tapi juga pembelajaran pada nilai-nilai karakter. Bangsa
Indonesia tentunya tidak hanya membutuhkan generasi yang cerdas namun juga
generasi yang cerdas bamun juga genrasi yang berakhlak mulia. Sebuah
tantangan yang berat dipikul oleh satuan pendidikan untuk menciptakan
generasi bangsa yang berkarakter. Penguatan pendidikan karakter di satuan
pendidikan tentu diawali dari teladan yang diberikan pendidik kepada peserta
didik. Penguatan pendidikan karakter dapat diterapkan melalui beberapa
kegiatan dalam pembelajaran maupun kegiatan ekstrakulikuler.
c. Membangun keterampilan berkomunikasi.
Kemampuan komunikasi yang baik merupakan keterampilan yang sangat
berharga di dunia kerja dan kehidupan sehari-hari. Kemampuan komunikasi
mencakup keterampilan dalam menyampaikan pemikiran dengan jelas dan
persuasif secara oral maupun tertulis, kemampuan menyampaikan opini dengan
kalimat yang jelas, menyampaikan perintah dengan jelas, dan dapat memotivasi
orang lain melalui kemampuan berbicara.

9
Peserta didik dituntut untuk memahami, mengelola dan menciptakan
komunikasi yang efektif dalam berbagai bentuk dan isi secara lisan, tulisan dan
multimedia. Peserta didik diberikan kesempatan menggunakan kemampuannya
untuk mengutarakan ide-idenya, baik itu pada saat berdiskusi dengan teman-
temannya maupun ketika menyelesaikan masalah dari pendidiknya. Kegiatan
pembelajaran merupakan sarana yang sangat strategi untuk melatih dan
meningkatkan kemampuan komunikasi peserta didik, baik komunikasi antara
peserta didik dengan pendidik, maupun komunikasi antar sesama peserta didik.
Ketika peserta didik merespon penjelasan pendidik, bertanya, menjawab
pertanyaan, atau menyampaikan pendapat, hal tersebut adalah merupakan
sebuah komunikasi.
d. Kolaborasi.
Kolaborasi dan kerja sama tim dapat dikembangkan melalui pengalaman yang
ada di dalam satuan pendidikan, antar satuan pendidikan, dan di luar satuan
pendidikan. Peserta didik dapat bekerja bersama-sama secara kolaboratif pada
tugas berbasis proyek yang autentik dan mengembangkan keterampilannya
melalui pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok.
Pada dunia kerja di masa depan, keterampilan berkolaborasi juga harus
diterapkan ketika menghadapi rekan kerja yang berada pada lokasi yang saling
berjauhan. Keterampilan komunikasi dan kolaborasi yang efektif disertai
dengan keterampilan menggunakan teknologi dan sosial media akan
memungkinkan terjadinya kolaborasi dengan kelompok-kelompok internasional.
Peserta didik menunjukkan kemampuannya dalam kerja sama berkelompok dan
kepemimpinan, beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggung jawab, bekerja
secara produktif dengan yang lain, menempatkan empati pada tempatnya,
menghormati perspektif berbeda. Peserta didik yang menjalankan tanggung
jawab pribadi dan fleksibilitas secara pribadi, pada tempat kerja, dan hubungan
masyarakat, menetapkan dan mencapai standar dan tujuan yang tinggi untuk diri
sendiri dan orang lain, memaklumi kerancuan.
Pembelajaran secara berkelompok, kooperatif melatih peserta didik untuk
berkolaborasi dan bekerja sama. Hal ini juga untuk menanamkan kemampuan
bersosialisasi dan mengendalikan ego serta emosi. Dengan demikian, melalui
kolaborasi akan tercipta kebersamaan, rasa memiliki, tanggung jawab, dan
kepedulian antar anggota.

10
Sukses bukan hanya dimaknai sebagai sukses individu, tetapi juga sukses
bersama, karena pada dasarnya manusia disamping sebagai seorang individu,
juga makhluk sosial. Saat ini banyak orang yang cerdas secara intelektual, tetapi
kurang mampu bekerja dalam tim, kurang mampu mengendalikan emosi, dan
memiliki ego yang tinggi. Hal ini tentunya akan menghambat jalan menuju
kesuksesannya, karena menurut hasil penelitian Harvard University, kesuksesan
seseorang ditentukan oleh 20% hard skill dan 80% soft skill. Kolaborasi
merupakan gambaran seseorang yang memiliki soft skill yang matang.
e. Menerapkan pembelajaran yang mengaktifkan peserta didik berpikir kritis dan
mampu memecahkan masalah.
Keterampilan ini merupakan keterampilan fundamental pada pembelajaran di
abad ke-21. Keterampilan berpikir kritis mencakup kemampuan mengakses,
menganalisis, mensintesis informasi yang dapat dibelajarkan, dilatihkan dan
dikuasai (Redecker et. al., 2011). Keterampilan berpikir kritis juga
menggambarkan keterampilan lainnya seperti keterampilan komunikasi dan
informasi, serta kemampuan untuk memeriksa, menganalisis, menafsirkan, dan
mengevaluasi bukti.
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk mewujudkan hal tersebut melalui
penerapan pendekatan saintifik (5M), pembelajaran berbasis masalah,
penyelesaian masalah dan pembelajaran berbasis proyek. Pendidik jangan
merasa terganggu ketika ada peserta didik yang kritis, banyak bertanya dan
sering mengeluarkan pendapat. Hal tersebut sebagai wujud rasa ingin tahunya
yang tinggi. Hal yang perlu dilakukan pendidik adalah memberikan kesempatan
secara bebas dan bertanggung jawab kepada peserta didik untuk bertanya dan
mengemukakan pendapat.
Pendidik mengajak peserta didik untuk menyimpulkan dan membuat refleksi
bersama-sama. Pertanyaan-pertanyaan pada level HOTS dan jawaban terbuka
pun sebagai bentuk mengakomodasi kemampuan berpikir kritis peserta didik.
Ennis dan Norris mengemukakan bahwa kemampuan berpikir kritis
dikelompokan ke dalam 5 langkah yaitu.
1) Memberikan penjelasan secara sederhana (meliputi: memfokuskan
pertanyaan, menganalisis pertanyaan, bertanya dan menjawab pertanyaan
tentang suatu penjelasan).

11
2) Membangun keterampilan dasar (meliputi: mempertimbangkan apakah
sumber dapat dipercaya atau tidak, mengamati dan mempertimbangkan
suatu laporan hasil observasi).
3) Menyimpulkan (meliputi: mendeduksi dan mempertimbangkan hasil
deduksi, menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi, membuat dan
menentukan nilai pertimbangan).
4) Memberikan penjelasan lanjut (meliputi: mendefinisikan istilah dan
pertimbangan definisi dalam tiga dimensi, mengidentifikasi asumsi).
5) Mengatur strategi dan taktik (meliputi: menentukan tindakan, berinteraksi
dengan orang lain).
Peserta didik berusaha untuk memberikan penalaran yang masuk akal dalam
memahami dan membuat pilihan yang rumit, memahami interkoneksi antara
sistem. Peserta didik yang menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk
berusaha menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dengan mandiri,
peserta didik yang memiliki kemampuan untuk menyusun dan mengungkapkan,
menganalisis dan menyelesaikan masalah.
Keterampilan memecahkan masalah mencakup keterampilan lain seperti
identifikasi dan kemampuan untuk mencari, memilih, mengevaluasi,
mengorganisir, dan mempertimbangkan berbagai alternatif dan menafsirkan
informasi. Seseorang harus mampu mencari berbagai solusi dari sudut pandang
yang berbeda-beda, dalam memecahkan masalah yang kompleks. Pemecahan
masalah memerlukan kerjasama tim, kolaborasi efektif dan kreatif dari
Pendidik dan peserta didik untuk dapat melibatkan teknologi, dan menangani
berbagai informasi yang sangat besar jumlahnya, dapat mendefinisikan dan
memahami elemen yang terdapat pada pokok permasalahan, mengidentifikasi
sumber informasi dan strategi yang diperlukan dalam mengatasi masalah.
Pemecahan masalah tidak dapat dilepaskan dari keterampilan berpikir kritis
karena keterampilan berpikir kritis merupakan keterampilan fundamental dalam
memecahkan masalah. Peserta didik juga harus mampu menerapkan alat dan
teknik yang tepat secara efektif dan efisien untuk menyelesaikan permasalahan.
Kemampuan menyelesaikan masalah didasarkan kepada metode pemecahan
masalah (problem solving).

12
Metode pemecahan masalah terdiri dari beberapa langkah yaitu.
1) Merumuskan masalah, yakni kemampuan dalam menentukan masalah yang
akan dipecahkan.
2) Menganalisis masalah, yakni langkah meninjau masalah secara kritis dari
berbagai sudut pandang.
3) Merumuskan hipotesis, yakni langkah dalam merumuskan pemecahan
masalah berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya.
4) Mengumpulkan data, yakni langkah untuk mencari informasi dalam upaya
pemecahan masalah.
5) Pengujian hipotesis, yakni langkah untuk merumuskan kesimpulan sesuai
dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.
6) Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yakni langkah
menggambarkan rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan
kesimpulan
f. Pendidikan yang kreatif dan inovatif.
Pendidikan abad ke-21 menuntut generasi bangsa yang kreatif dan inovatif.
Pembelajaran yang kreatif dan inovatif akan mengantar peserta didik mampu
bersaing dengan bangsa lain. Pencapaian kesuksesan profesional dan personal,
memerlukan keterampilan berinovasi dan semangat berkreasi. Kreativitas dan
inovasi akan semakin berkembang jika peserta didik memiliki kesempatan

13
untuk berpikir divergen. Peserta didik harus dipicu untuk berpikir di luar
kebiasaan yang ada, melibatkan cara berpikir yang baru, memperoleh
kesempatan untuk menyampaikan ide-ide dan solusi-solusi baru, mengajukan
pertanyaan yang tidak lazim, dan mencoba mengajukan dugaan jawaban.
Kreativitas adalah upaya menemukan kombinasi baru, hubungan baru, konstruk
baru yang memiliki kualitas yang berbeda dengan keadaan sebelumnya. Jadi,
hal baru itu adalah sesuatu yang bersifat inovatif.
Guilford (dalam Munandar, 2009) mengemukakan ciri-ciri dari orang kreatif
antara lain.
1) Kelancaran berpikir (fluency of thinking), yaitu kemampuan untuk
menghasilkan banyak ide yang keluar dari pemikiran seseorang secara
cepat. Dalam kelancaran berpikir, yang ditekankan adalah kuantitas, dan
bukan kualitas.
2) Keluwesan berpikir (flexibility), yaitu kemampuan untuk memproduksi
sejumlah ide, jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi,
dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda,
mencari alternatif atau arah yang berbeda-beda, serta mampu menggunakan
bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran. Orang yang kreatif
adalah orang yang luwes dalam berpikir. Mereka dengan mudah dapat
meninggalkan cara berpikir lama dan menggantikannya dengan cara
berpikir yang baru.
3) Elaborasi (elaboration), yaitu kemampuan dalam mengembangkan gagasan
dan menambahkan atau memperinci detail-detail dari suatu objek, gagasan
atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.
4) Originalitas (originality), yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan
unik atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli.

3. CONTOH-CONTOH PENERAPAN PENDIDIKAN ABAD KE-21 DAN


PENDIDIKAN 4.0
a. Program PAUD
Pendidik dapat menerapkan HOTS pada pembelajaran anak usia dini dengan
cara di bawah ini.
1) Ajak anak untuk mengingat apa yang telah dilakukannya. Cara pertama
yang bisa diterapkan untuk membentuk pola pikir tingkat tinggi pada anak

14
adalah dengan mengajak anak berdiskusi mengenai apa yang telah ia
lakukan dalam satu hari. Ketika berdiskusi, anak akan berusaha mengingat
segala hal yang ia lakukan. Mengingat adalah langkah pertama untuk
berpikir kritis.
2) Ajak anak untuk memahami sesuatu dengan sebenar-benarnya. Anak
cenderung banyak bertanya dan banyak melakukan hal yang tak terduga.
Jika ia melakukan suatu hal yang negatif, berikan alasan yang masuk akal
untuk mencegah anak supaya tidak melakukannya lagi. Selain itu, perlu
memberikan alasan yang tepat ketika menyuruh anak untuk melakukan
sesuatu. Sebagai contoh seorang ibu meminta anak untuk merapikan
mainan yang berserakan di lantai. Orang tua bisa memberikan pengertian
dengan kalimat berikut ini, “Dik, yuk kita bersihkan lantainya. Mainannya
ditaruh di kotak mainan, ya. Mainannya harus dirapikan supaya nanti ayah
tidak terpeleset ketika menginjak lantai.” Dengan menggunakan kalimat
ajakan seperti pada contoh, maka anak akan termotivasi untuk berpikir lebih
jauh.
3) Bimbing anak untuk menerapkan ilmu yang telah mereka dapat. Pada tahap
memahami, anak hanya diajak sekadar memahami. Namun, pada tahap
selanjutnya, yaitu tahap menerapkan, seorang anak dibimbing untuk
menerapkan ilmu yang telah ia dapat. Jika anak sudah mengetahui bahwa
mainan yang berserakan di lantai bisa menyebabkan seseorang terpeleset,
ajak ia untuk menerapkan ilmu yang ia dapat, yaitu ilmu untuk merapikan
mainan setelah selesai bermain.
4) Ajak anak untuk menganalisis sesuatu. Jika anak sudah bisa menerapkan
ilmu, ajaklah anak untuk menganalisis ilmu yang ia punya. Sebagai contoh,
jika seorang anak sudah bisa menerapkan ilmu merapikan mainan, orang
tua bisa mengajak anak untuk menganalisis apa yang terjadi setelahnya.
5) Ajari anak untuk melakukan evaluasi. Ajaklah anak untuk melakukan
evaluasi atas apa yang telah ia kerjakan. Evaluasi berguna untuk
memberikan pengetahuan akan konsep benar dan salah. Sebagai contoh,
ajaklah anak untuk melihat kembali manfaat merapikan mainan setelah
selesai digunakan.
6) Ajaklah anak untuk menciptakan suatu pikiran baru. Pada tahap terakhir
yaitu tahap mencipta, bimbing anak untuk mengkreasikan idenya sendiri.

15
Biarkan anak mengembangkan pikirannya dengan tetap di bawah
bimbingan orang tua.

b. Program Pendidikan Kesetaraan


Program pendidikan kesetaraan sangat tepat untuk mengembangkan
keterampilan abad ke-21 dan keterampilan pendidikan 4.0. Pendidikan
kesetaraan melalui strategi pembelajarannya tatap muka, tutorial, mandiri dan
daring dapat mendorong peserta didik untuk mampu berpikir kritis, mandiri,
bertanggung jawab, komunikasi, kolaborasi dan kreatif untuk memecahkan
persoalan-persoalan pada tiap modulnya. Misalnya untuk strategi belajar
mandiri tutor memberikan project based learning untuk menyelesaikan sub unit
di modul yang terkait dengan kompetensi keterampilan.

c. Program Pendidikan Keaksaraan


Pendidikan keaksaraan terutama pendidikan multi keaksaraan diperlukan
strategi pembelajaran yang menarik agar peserta didik senang untuk
melanjutkan pendidikan keberaksaraannya. Salah satu model yang dapat
dipergunakan adalah pendidikan multi keaksaraan menggunakan teknologi
informasi dan komunikasi. Pendidikan keaksaraan melalui TIK mempunyai
tujuan untuk meningkatkan, memelihara, dan melestarikan kompetensi
keaksaraan warga belajar pendidikan keaksaraan, melalui optimalisasi piranti
HP sebagai media belajar utama pendukung pencapaian tujuan
pembelajarannya. Adapun alasan penggunaan HP sebagai katalisator pencapaian
tujuan belajarnya, dikarenakan di dalam HP antara lain terdapat: 1) menu
panggilan dan penerimaan suara, menu penulisan dan penerimaan SMS, dan 2)
aplikasi-aplikasi yang sangat memungkinkan warga belajar untuk intens belajar
mengasah kompetensi berkomunikasi, dan mendapatkan informasi sebagai
bahan untuk meningkatkan kompetensi menulis, membaca, dan berhitung.
Keberadaan model ini bisa dijadikan alternatif solusi untuk menjawab
permasalahan utama penyelenggaraan pendidikan keaksaraan di Indonesia, yaitu
kompetensi keaksaraan para lulusan program keaksaraan hilang atau menjadi

16
buta aksara kembali, karena tidak memfungsionalkan kompetensi keaksaraan
yang diperolehnya dalam aktivitas kehidupannya sehari-hari.

E. DINAMIKA KELOMPOK DAN PENUGASAN MANDIRI


1. Dinamika Kelompok
a. Energizer 1
Energizer yang bisa dilakukan adalah Beri Instruksi sambil Membelakangi.
Buat peserta berpasangan saling membelakangi. Berikan kertas bergambar pada
salah satu anggota pasangan tersebut. Selanjutnya berikan kertas kosong pada
anggota pasangan lainnya. Minta mereka untuk tetap saling membelakangi dan
tidak saling melihat kertas masing-masing. Orang yang memegang gambar
menginstruksikan secara verbal gambar tersebut kepada pasangan untuk
digambar ulang. Dilarang menyebutkan nama gambar itu atau memberikan
petunjuk yang mengarah pada gambar tersebut. Setelah selesai fasilitator
memberikan ulasan dikaitkan permainan ini dengan materi.

b. Energizer 2
Fasilitator bisa memberikan sebuah teka-teki kepada para peserta. Teka-teki itu
adalah untuk mencari perbedaan dan persamaan antara juru masak restoran
dengan seorang pendidik. Berikan kesempatan kepada peserta untuk
memikirkan jawabannya. Tunjuk beberapa peserta yang bersemangat untuk
menjawabnya. Fasiltator memberikan penegasan bahwa peserta bebas untuk
memberikan jawaban mengenai perbedaan antara juru masak restoran dengan
pendidik, tetapi untuk menjawab persamaannya dapat dikaitkan dengan materi
sesi ini.

2. Penugasan
HANDOUT 1

Apa yang Anda ketahui terkait Pendidikan Abad Ke-21 dan Pendidikan 4.0?

Lembar Kerja 1

Pengertian Ruang Lingkup Prinsip Strategi Penerapan

17
HANDOUT 2

Buatlah perencanaan pembelajaran yang dapat mendorong peserta didik memiliki


keterampilan yang dibutuhkan pada abad ke-21 dan yang dibutuhkan pada industri
4.0

F. REFLEKSI
1. Pendidikan abad ke-21 dan pendidikan 4.0 sangat diperlukan untuk mencetak
sumber daya manusia yang sesuai kebutuhan perkembangan jaman dan kebutuhan
industri 4.0.
2. Pendidikan abad ke-21 secara sederhana diartikan sebagai pembelajaran yang
memberikan kecakapan abad ke-21 kepada peserta didik, yaitu 4C yang meliputi (1)
Communication (2) Collaboration, (3) Critical Thinking and problem solving, dan
(4) Creative and Innovative. Pendidikan 4.0 merupakan pendidikan yang bercirikan
pemanfaatan teknologi digital dalam proses pembelajaran atau dikenal dengan
sistem siber (cyber system).
3. Ada 4 prinsip pokok pembelajaran abad ke-21 yaitu instruction should be student-
centered, education should be collaborative, learning should have context, school
should be integrated with society.
4. Beberapa langkah yang harus diterapkan satuan pendidikan dalam membangun
karakteristik pendidikan abad ke-21 adalah menciptakan satuan pendidikan yang
menyenangkan, penguatan pendidikan karakter, membangun keterampilan
berkomunikasi, kolaborasi, menerapkan pembelajaran yang mengaktifkan peserta

18
didik berpikir kritis dan mampu memecahkan masalah, pendidikan yang kreatif dan
inovatif.

19
REFERENSI/SUMBER KEPUSTAKAAN

Darmawan, Jon. 2018. Menjadi Guru Era Pendidikan 4.0.


https://aceh.tribunnews.com/2018/11/27/menjadi-guru-era-pendidikan-40. diunduh
pada 09 Oktober 2020 pukul 14.00

Kementerian Agama. 2019. Modul Pedagogik : Pembelajaran Abad 21. Jakarta: Kementerian
Agama RI

Kurniawan, Alex. 2020. Hadapi Revolusi Industri 4.0, Dunia Pendidikan Harus Bagaimana?
https://www.kompas.com/edu/read/2020/04/03/162000071/hadapi-revolusi-industri-
40-dunia-pendidikan-harus-bagaimana. diunduh pada 09 Oktober 2020 pukul 13.45

Lina Sugiyarti, Alrahmat Arif, Mursalin. 2018. Pembelajaran Abad 21 di SD. Jakarta. Prosiding
Seminar dan DiskusiNasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Jakarta

Sasmoko. 2017. Pendidikan Abad 21. pgsd.binus.ac.id/2017/08/08/pendidikan-abad-21


diunduh 9 Oktober 2020 pukul 13.09 WIB

Syamsuar dan Reflianto. 2018. Pendidikan Dan Tantangan Pembelajaran Berbasis


Teknologi Informasi Di Era Revolusi Industri 4.0. Jurnal Ilmiah teknologi Pendidikan.
Padang: Universitas Negeri Padang

Yulipatiana. 2018. Membangun Karakteristik Pendidikan Anak Ke-21.


tanjungpinangpos.id/membangun-karakteristik-pendidikan diunduh 9 Oktober 2020
pukul 13.15 WIB

Theffidy, Shintya. 2020. Pendidikan Era Revolusi Industri 4.0 di Tengah Covid-19.
https://ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--pendidikan-era-revolusi-industri-40-di-
tengah-covid-19, diunduh pada 09 Oktober 2020 pukul 10.00 WIB

20

Anda mungkin juga menyukai