Anda di halaman 1dari 5

1.

Pengelolaan limbah PLTU


Salah satu komponen penting dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
adalah sistem pengolahan air limbah. Air limbah PLTU biasanya mengandung
bahan atau zat yang dapat membahayakan kesehatan manusia, jika dibuang ke
lingkungan tanpa pengolahan terlebih dahulu dapat merusak lingkungan.
Pembangkit listrik tenaga termal harus mengadopsi prinsip-prinsip pengendalian
limbah yang cermat dan komprehensif baik selama proses produksi (untuk
mencegah kontaminasi pada pipa) dan setelah proses produksi (untuk mencegah
kontaminasi pada ujung pipa). Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup No. 08 Tahun 2009 tentang baku mutu air limbah
untuk kegiatan Pembangkit Listrik Tenaga Termal dan Peraturan Pemerintah No.
82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air.
Proses pengelolaan air limbah meliputi pretreatment, primary treatment,
secondary treatment, tertiary treatment dan sludge treatment (Sahlan, 2013),
sebagai berikut:
a. Pengelolahan awal (pretreatmen)
Tujuannya untuk menghilangkan padatan tersuspensi dan minyak dalam
limbah. Beberapa proses pengolahan yang dilakukan pada tahap ini adalah
pengayakan dan penghilangan grit, pemerataan tekanan dan penyimpanan,
serta pemisahan oli.
b. Pengelolahan tahap pertama (primary treatmen)
Tujuanya sama seperti tahap awal, tetapi perbedaanya meliputi netralisasi,
penambahan dan koagulasi kimiawi, flotasi, presipitasi dan filtrasi.
c. Pengelolahan tahap kedua (secondary treatmen)
Tujuannya untuk meghilangkan zat terlarut yang secara fisik tidak dapat
dikeluarkan dari proses sebelumnya. Peralatan yang umum digunakan
adalah lumpur aktif, tangki anaerobik, filter tetesan, tangki aerasi, tangki
stabilisasi, kontaktor biologis berputar dan kontaktor anaerobik dan tangki
filter.
d. Pengelolahan tahap ketiga (tertiary treatment)
Dalam proses ini, pemisahan bahan kimia dilakukan untuk lebih
memurnikan air bersih yang tidak sempurna. Hal ini melibatkan proses
seperti koagulasi dan presipitasi, filtrasi, adsorpsi karbon, pertukaran ion,
pemisahan membran, dan penebalan gravitasi atau flotasi.
e. Pengelolahan lumpur (sludge treatment)
Lumpur yang terbentuk sebagai hasil keempat tahap pengolahan
sebelumnya kemudian diolah kembali melalui proses destruksi atau
pembakaran basah, filtrasi tekanan, filtrasi vakum, sentrifugasi, laguna atau
tempat pengeringan, insinerasi atau penimbunan.
2. Mengganti PLTU dengan sumber energi lain
PLTU Teluk Sepang menggunakan bahan bakar batu bara untuk pembangkit
listrik warga teluk sepang. Namun dibalik manfaat tersebut, pencemaran
lingkungan tidak bisa dikendalikan. Salah satu upaya untuk permasalahan tersebut
yaitu mengganti PLTU dengan sumber energi lain yang memiliki dampak relatif
kecil daripada PLTU. Energi tersebut dapat berupa PLTS, PLTO dan PLTPS.
PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) cocok digunkan di Teluk Sepang,
Bengkulu Utara mengingat bahwa daerah ini merupakan daerah tropis dengan
intensitas penyinaran matahari yang lebih lama. PLTO (Pembangkit Listrik
Tenaga Ombak) cocok digunakan di Teluk Sepang karena air laut nya memiliki
ombak yang besar sehingga energinya dapat diperoleh secara gratis tanpa
memerlukan bahan bakar, sehingga batu bara yang merupakan potensi Sumber
Daya Alam teluk sepang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan lain. PLTPS
(Pembangkit Listrik Tenaga Pasang Surut) atau tidal power yang memanfaatkan
air laut untuk menjalankan turbin yang kemudian menghasilkan energi listrik.
3. Zero Carbon
Zero carbon dilaksanakan untuk mengurangi gas emisi yang ada diatmosfer
dengan cara menyeimbangkan antara gas emisi yang dikeluarkan dan penyerapan
terhadap CO2. Perhatikan ilustrasi berikut untuk memperoleh penjelasan lebih
lanjut!
Gambar 1. Gambar ilustrasi zero carbon
Berdasarkan ilustrasi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa penyumbang
emisi gas terbesar yaitu operational energi termasuk PLTU maka untuk
menetralisir CO2 di atmosfer menggunakan penyeimbangan antara emisi gas yang
dikeluarkan dengan emisi gas yang diserap. Penyerapan emisi gas dapat berupa
perluasan hutan dengan jenis pohon yang memiliki daya serap tinggi seperti
pohon trembesi. Berdasarkan Dinas Pekerjaan Umum Kota Bengkulu tahun 2014
menyebutkan bahwa peruntukan lahan kawasan di dominasi oleh fungsi hunian
dan ruang terbuka hijau, hanya pada bagian koridor utama pesisir pantai diletakan
fungsi-fungsi komersial dan fasilitas publik. Hal ini menunjukkan bahwa
bangunan PLTU Teluk Sepang berada pada lokasi campuran (komersial, ruang
terbuka hijau dan hunian) namun kapasitas ruang terbuka hijau belum bisa
seimbang dengan lahan komersial dan hunian, akibatnya gas emisi PLTU
mencemari atmosfer dengan tingkat penyerapan yang rendah.
4. Rencana Tindak Pengendalian (RTP)
PT Tenaga Listrik Bengkulu melakukan kerjasama dengan Balai Konservasi
Daya Alam (BKSDA) Bengkulu dalam bentuk perjanjian strategis 10 tahun
kedepan yang bertujuan untuk perlindungan dan pengamanan kawasan,
pengembangan pariwisata alam, penyediaan sarana prasarana pengelolaan
kawasan, permberdayaan dan pembinaan masyarakat di sekitar kawasan. Selain
menjaga kawasan lingkungan pesisir dan sekitar, kerjasama tersebut juga
bertujuan untuk meningkatkan potensi kelautan. Hal ini akan membuka peluang
untuk masyarakat, akademisi, pelaku industri serta pemerintah untuk menjaga
kelestarian lingkungan Teluk Sepang.

1.2 Latar Belakang


Upaya menyeimbangkan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan
hidup merupakan melalui penataan ruang yang berbasis tercapainya kelestarian
fungsi lingkungan hidup. Pelestarian fungsi lingkungan dapat terjamin dengan
kegiatan pemanfaatan ruang yang memperhatikan daya dukung lingkungan hidup.
Daya dukung lingkungan hidup menjadi pertimbangan terpenting dalam
penataan ruang, baik dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
maupun dalam evaluasi pemanfaatan ruang. Menurut Tarigan (2004) perencanaan
adalah suatu proses yang berkesinambungan yang mencakup keputusan-keputusan
atau pilihan-pilhan berbagai alternatif penggunaan sumber daya untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu pada masa yang akan datang.
Penyelenggaraan tata ruang di Indonesia telah diatur dengan Undang-
Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (UUPR). UUPR
mengatur bahwa masing-masing daerah harus menetapkan Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Provinsi maupuan kabupaten/kota. Pada saat ini masalah
lingkungan menjadi masalah krusial yang pada intinya berpengaruh terhadap
pembangunan berkelanjutan. Ketika ketidakseimbangan lingkungan terjadi maka
dapat mempengaruhi proses implementasi kebijakan yang dilakukan. Hal ini
terjadi pada pembangunan PLTU Teluk Sepang.
Pembangunan PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) Teluk Sepang,
Bengkulu Utara, Bengkulu tidak sesuai dengan tata ruang wilayah. hal ini tertuang
pada Tata Ruang Wilayah Provinsi Bengkulu pasal 23 ayat 2 yang menyebutkan
bahwa pembangunan listrik pembangkit baru, meliputi Pembangkit Listrik
Tenaga Uap (PLTU) di Napal Putih. Namun pendirian PLTU justru dibangun di
Teluk Sepang yang melanggar peraturan pemerintah seperti asas kepastian
hukum, asas tertib penyelenggara negara, asas kepentingan umum dan asas
keterbukaan. Hal ini mengakibatkan terdampaknya berbagai segi kehidupan
masyarakat. PLTU yang notabene penmbangkit listrik bermanfaat untuk penghasil
listrik masyarakat namun manfaat ini tidak sebanding dengan dampak negatif
yang dihasilkan.
Berdasarkan urgensi tersebut penulis tertarik mengambil isu pembangunan
terkait Tata Ruang dan Wilayah PLTU Teluk Sepang untuk dikaji lebih lanjut.
Pengkajian isu dilakukan dengan cara studi literatur dan pegelohan data yang
kemudian disajikan dalam bentuk pendeskripsian untuk menjawab permasalahan
dan memberikan solusi terhadap isu pembangunan PLTU Teluk Sepang,
Bengkulu Utara, Bengkulu.

DAFTAR PUSTAKA
Dinas Pekerjaan Umum Kota Bengkulu Tahun Anggaran 2014. Rencana Terpadu
dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RTPI2-JM) Bidang
Cipta Karya Tahun 2015 - 2019. Bengkulu.
Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu. 2012. Peraturan Daerah Provinsi
Bengkulu Nomor 02 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Provinsi Bengkulu Tahun 2012-2032 pasal 23 ayat 2. Benkulu:
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Bengkulu.
Republik Indonesia. 2009. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 08
Tahun 2009 Tentang Baku Mutu Air Limbah. Lembaran Negara RI tahun
2009. Jakarta: Sekretariat Negara
Republik Indonesia. 2001 Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air. Lembaran
Negara RI tahun 2001. Jakarta: Sekretariat Negara.
Sahlan. 2013. Sistem Pengolahan Air Limbah Pada Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU) : Studi Kasus PLTU Muara Karang. Jurnal Power Plant. Vol
6(1):78

Tarigan, Robinson. (2004) Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: Bumi


Aksara.

Anda mungkin juga menyukai