Penyakit Kronik
Penyakit Kronik
BELLA OKASARI
NURKHOIROH JANNAH
PRODI S1 KEPERAWATAN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Keperawatan
Menjelang Ajal dan Paliatif dengan Judul “askep dengan Penyakit Kronik”. Kami sangat
berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................
C. Tujuan ............................................................................................................
D. Pendekatan Psikologis....................................................................................
A. Kesimpulan.......................................................................................................
B. Saran.................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah ini adalah:
1. Apakah yang di maksud dengan penyakit kronik?
2. Bagaimana pendekatan psikologis dalam penyakit kronik?
C. Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Christensen et al. (2009) ada beberapa jenis penyakit kronis yaitu,
seperti di bawah ini:
a. Lived with illnesses
Pada kategori ini individu di haruskan beradaptasi dan mempelajari kondisi
penyakitnya selama hidup dan biasanya tidak mengalami kehidupan yang
mengancam. Penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah diabetes, asma,
arthritis dan epilepsy.
b. Mortal illnesses
Pada kategori ini secara jelas kehidupan individu terancam dan individu yang
menderita penyakit ini hanya bisa merasakan gejala-gejala penyakit dan ancaman
kematian. Penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah kanker dan penyakit
kardiovaskular
c. At risk illnesses
Kategori penyakit ini sangat berbedadari dua kategori sebelumnya. Pada
kategori ini tidak di tekankan pada penyakitnya, tatapi pada resiko penyakitnya.
Penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah hipertensi dan penyakit yang
berhubungan dengan hereditas
5
C. Pathofisiologi Berbagai Penyakit Kronis
Menurut Smeltzer & Bare (2010), terdapat 9 fase yang umumnya dilalui oleh
pasien dan keluarga dalam menghadapi kondisi kronik :
a. Pre trajectory phase
Fase dimana seseorang berisiko untuk mengalami kondisi kronis yang
berkembang dari situasi atau penyakit yang dialaminya. Perkembangan kondisi
ini dapat terjadi akibat faktor genetik ataupun gaya hidup yang dapat memicu
perkembangan kondisi jatuh ke kondisi kronis
b. Trajectory phase
Karakteristik pada fase ini adalah terjadinya onset atau awal mula munculnya
gejala, gangguan ataupun ketidakmampuan yang berhubungan dengan kondisi
kronis. Sejak diagnosa ditegakkan, kondisi ketidakpastian akan kehidupan mulai
dirasakan pasien.
c. Stable phase
Pada fase ini, individu gejala dan ketidakmampuan telah tampak dan dapat di
manajemen dengan baik. Meskipun dalam kondisi ini pasien telah dapat
memanajemen kondisinya dengan baik, tetapi dibutuhkan peran perawat untuk
memberikan reinforcement positif.
d. Unstable phase
Pada fase ktidakstabilan, kondisi gejala penyakit, perkembangan komplikasi,
aktifitas harian pasien terganggu karena kondisi tidak terkontrol.
e. Acute phase
Pada fase akut, kondisi penyakit kronis pasien dapat tiba-tiba mengalami
serangan mendadak yang berisiko mengalami kondisi kegawatan. Sehingga
terkadang dapat membuat pasien dan keluarga panik dan cemas.
f. Chrisis phase
Karakteristik kondisi ini adalah kondisi pasien jatuh kedalam kondisi yang
mengancam nyawa yang membutuhkan perawatan dan pengobatan
kegawatdaruratan.
g. Comeback phase
Pada Fase ini pasien kembali dari fase akut dan krisis. Proses belajar dan
menerima kondisi gangguan dan ketidakmampuan yang dialami perlu mendapat
dukungan oleh keluarga dan perawat.
6
h. Downward phase
Karakteristik kondisi ini adalah adanya penurunan kondisi pasien terhadap
penyakit yang dialaminya.
i. Dying phase
Merupakan fase persiapan kematian dengan tenang yang harus diterima oleh
keluarga dan pasien. Pada kondisi ini perawat memiliki tugas untuk membantu
pasien menghadapi kematian dengan tenang dan baik, dan mendukung keluarga
untuk dapat menerima kematian pasien
D. Pendekatan Psikologis
Peran perawat dalam masalah psikososial pada klien dengan penyakit kronis
dalam ,memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan penyakit kronis,
perawat memegang peranan sangat penting, pengenalan, penerimaan, pengertian dan
respon klien, keluarga, lingkungan terhadap penyakit kronis tersebut mempengaruhi
7
sensitifitas perawat dalam mengenali kebutuhan dan masalah yang dihadapi klien dan
selanjutnya dapat menentukan intervensi keperawatan yang tepat.
8
2. Diagnosa keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang dapat ditimbulkan dari proses pengkajian klien
dengan penyakit kronis adalah (Purwaningsih dan kartina, 2009) :
a. Respon pengingkaran yang tidak kuat berhubungan dengan kehilangan dan
perubahan
b. Kecemasan yang meningkat berhubungan dengan ketidakmampuan
mengekspresikan perasaan
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan dampak penyakit yang dialami
d. Defisit perawatan diri personal Hygine berhubungan dengan ketidakmampuan dan
ketidak pedulian karena stress
e. Isolasi sosial berhubungan dengan gangguan kondisi kesehatan
f. Harga diri rendah kronik berhubungan dengan persepsi kurang di hargai
10
9
F. ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENYAKIT KRONIS
1. KASUS
Ny. N berumur 42 tahun, seorang ibu rumah tangga, di rawat di rumah sakit umum daerah
dengan diagnosa medis Diabetes Miletus, dan sudah dirawat selama 3 bulan. Sebelumnya
klien juga pernah di rawat di rumah sakit dengan penyakit yang sama, namun tidak
separah yang sekarang. Dari hasil pengkajian, klien mengatakan tidak menyangka
penyakitnya bertambah parah, klien juga malu dengan keluarga dan teman-temannya
karena kondisi tubuh yang sekarang, merasa tidak berguna lagi untuk keluarganya (suami
dan anak-anaknya), klien merasa ingin mati saja, klien mengatakan tidak nyaman berada
di dekat orang lain karena takut tidak diterima, dan lebih senang jika sendiri, klien juga
takut tidak diterima oleh keluarga terdekatnya, klien sulit untuk tidur karena merasa
cemas dengan keluarganya di rumah. Dari hasil observasi, tampak luka gangren pada kaki
kiri klien sudah mengalami nekrotik yang membuat klien sulit untuk beraktivitas dan
semakin parah, dan sudah mulai mengeluarkan bau tidak sedap, klien tampak menyendiri
dan hanya mau berkomunikasi dengan perawat yang merawatnya, klien pun tampak tidak
merawat kebersihan diri, dan keluarga klien hanya sesekali menjenguk klien. Pengkajian
keluarga, respon keluarga seperti tidak peduli dengan keadaan klien, keluarga
menyerahkan penuh prosedur perawatan kepada rumah sakit, keluarga terdekat klien
(suami) mengatakan sudah pasrah dengan kondisi yang dialami klien. Klien tampak
bernafsu untuk makan, setiap makanan yang di saji kan selalu di habiskan, BB klien 70
kg.
2. PENGKAJIAN
a. Pengkajian Pola Gordon
1) Persepsi kesehatan-penatalaksanaan kesehatan
· Klien mengatakan kurang mengetahui semua tentang penyakitnya
· Klien tampak pasrah dengan penyakitnya, dan hanya mengikuti prosedur
keperawatan rumah sakit
2) Pola nutrisi metabolic
· Nafsu makan klien meningkat.
· Peningkatan berat badan 5 kg
·
Klien dilarang mengkonsumsi makanan yang terlalu banyak mengandung gula
3) Pola eliminasi
· Klien sering BAK
· Karakteristik warna urine klien kuning, baunya khas.
4) Pola aktivitas dan latihan
· Klien tidak nyeri/sesak nafas saat beraktivitas
· Klien merasa lemah, dan merasa sakit pada kakinya saat beraktivitas sehari-hari
10
5) Pola tidur dan istirahat
· Klien mengalami gangguan pola tidur, karena cemas dan takut, dan klien juga
merasa depresi.
6) Pola kognitif/perseptual
· Terjadi penurunan pada fungsi penglihatan, daya ingat klien masih bagus, dan klien
tanggap terhadap semua pertanyaan yang diajukan, hanya klien banyak menunduk dan
kontak mata klien tidak baik.
7) Pola persepsi diri/konsep diri
· Klien merasa sedih dan lebih banyak murung
· Klien menjadi depresi
· Klien tampak pasrah dan hanya berserah pada prosedur keperawatan rumah sakit
8) Pola peran/hubungan
· Tidak ada upaya yang berarti dari klien untuk mengatasi masalahnya
· Klien seorang ibu rumah tangga
· Interaksi kliendengan orang terdekatnya (suami dan anak-anak) kurang baik, dan
orang terdekat klien pun hanya sesekali menjenguk klien.
9) Pola seksualitas/reproduksi
· Selama klien sakit, klien jarang berhubungan intim dengan suaminya, dan klien
merasa malu.
· Terjadi perubahan perhatian dari keluarga terdekat terutama suami dan anak-
anaknya
10) Pola koping/toleransi stress
·
Jika klien mengalami stress, klien berbagi dengan suaminya namun lebih sering untuk
memendam masalahnya.
11) Pola nilai/kepercayaan
· Klien tetap melaksanakan keagamaan dengan tetap shalat tepat pada waktunya
3. DIAGNOSA DAN RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA TUJUAN DAN
NO INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1 Harga diri rendah Setelah dilakukan· Identifikasi · Dengan cara
kronik berhubungan tindakan keperawatan kemampuan dan aspek mendiskusikan
dengan persepsi kurang selama 2x24 jam, positif yang masih bahwa klien masih
di hargai yang ditandai harga diri klien dimiliki klien. memiliki sejumlah
dengan : meningkat dengan kemampuan dan
DS : KH : aspek positif untuk
- Klien mengatakan- Klien mulai merasa meningkatkan rasa
merasa tidak berguna diterima oleh percaya diri klien.
11
lagi lingkungannya · Menghilangkan
- Klien juga malu dengan- Rasa malu klien rasa malu dan takut
keluarga dan teman- mulai menghilang · Beri pujian yang tidak diterima
temannya - Klien mulai mudah realistik/nyata dan lingkungan.
- Klien merasa ingin mati bergaul hindarkan penilaian· Meyakinkan klien
saja negatif. bahwa dirinya dapat
- Klien takut tidak diterima oleh
diterima oleh orang- · Yakinkan bahwa keluargnya dan tidak
orang terdekatnya keluarga mendukung perlu takut dan
DO : setiap aktifitas. malu.
- Klien tampak sulit
bergaul
- Bicara klien lambat dan
nada suara lemah
2 Isolasi sosial 13 · Bina hubungan saling· Rasa saling pecaya
berhubungan dengan percaya telah terbina,
gangguan kondisi Setelah dilakukan mempermudah
kesehatan yang ditandai tindakan keperawatan perawat untuk
selama 2x24 jam,
dengan : mengkaji dan
klien mulia bisa
DS : bergaul dengan KH : mendapatkan
- Klien mengatakan tidak- Klien mulai merasa informasi dari klien
nyaman jika berada nyaman jika berada · Cara-cara dan
didekat orang lain, didekat orang lain contoh yang
karena kondisinya- Klien bisa· Latih klien cara-cara merupakan
sekarang melakukan tindakan berinteraksi dengan pembelajaran yang
- Lebih senang sendiri di luar kamar orang lain secara efesien untuk klien
DO : - Klien bisa bergaul bertahap memulai untuk
- Klien banyak diam dan tanpa rasa malu dan berani bergaul
kurang mau berbicara takut dengan orang lain
- Klien tampak sedih, · Dukungan keluarga
ekspresi datar dan sangat berarti untuk
dangkal kesembuhan klien,
· Diskusikan dengan dengan interaksi
keluarga pentingnya yang baik dapat
interaksi klien dengan menunjukkan rasa
keluarga terdekat perhatian
· Untuk membuat
klien mampu
berinteraksi dengan
12
· Libatkan klien dalam baik, perlu bertahap
terapi kelompok secara dan perlahan.
bertahap Dengan terapi
kelompok
memungkinkan
klien bisa
berinteraski.
13
- Klien mengatakan tidak- sedikit tenang. Dan
menyangka penyakitnya 15 mampu menentukan
bertambah parah intervensi yang tepat
DO : 15 untuknya
- Perubahan aktual pada
· Untuk membantu
fungsi · Fasilitasi kontak
Mempertahankan klien agar dapat
- Luka gangren klien interaksi sosial dengan individu lain
bersosialisasi
bertambah parah dan dalam kelompok kecil
dengan oaring lain.
mulai mengeluarkan bau
tidak sedap
5 Defisit perawatan diri Setelah dilakukan· Bantu klien untuk · Agar kebutuhan
personal Hygine tindakan keperawatan personal hygine sesuai kebersihan terpenuhi
berhubungan dengan selama 2x24 jam, kebutuhan yang di secara baik
ketidakmampuan dan personal hygiene anjurkan
· Melatih klien untuk
ketidak pedulian karena klien terpenuhi
· Dukung kemandirian mandiri dan mampu
stress yang ditandai dengan KH :
untuk melakukan melakukan personal
dengan KH : - Klien mengatakan
personal hygine jika hygiene sendiri
DS : merasa segar dan
memungkinkan
- Klien mengatakan tidak nyaman
· Agar klien sadar
mampu untuk- Klien mampu · Berikan penjelasan
akan pentingnya
membersihkan diri menjaga kebersihan kepadaklien akan
kebersihan diri dan
secara maksimal dirinya pentingnya kebersihan
mampu menjaga
- Klien mengatakan tidak- Tidak tercium lagi diri baik secara
kebersihan dirinya
peduli mau mandi atau bau tidak sedap kesehatan, agama
sendiri.
tidak, yang dia pikirkan- maupun sosial
hanya penyakitnya 16
- Klien mengatakan tidak
mengetahui cara 10
merawat luka dengan
baik dan benar, hanya
Klien tampak bersih
menunggu perawat saja mulai dari pakaian
yang melakukannya
DO :
- Mulai tercium bau
tidak sedap dari tubuh
dan luka klien
- Klien tampak tidak
menjaga kebersihan diri.
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
15
phase, trajectory phase, stable phase, unstable phase, acute phase, chrisis phase,
comeback phase, downward phase, dying phase.
B. SARAN
Sebagai calon perawat profesional, alangkah lebih baik nya jika dalam
memberikan asuhan keperawatan menggunakan teknik teknik komonikasi secara
benar dan bijaksana sehingga terciptalah generasi generasi penerus yang
berkualitas.
16
DAFTAR PUSTAKA
Belsky, R.B. 2010. Infancy, Childhood & Adolescence. New Baskerville : York Graphic
Service Inc
Christensen, P.J & Janet W. Kenney 2009, Proses Keperawatan Aplikasi Model Konseptual
edisi 4. Jakarta: EGC.
Bare BG., Smeltzer SC. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Hal : 45-47.
Di muat dalam:
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/78b8ae893e64b1ef02093820eb4d4297.pdf
http://thinkgoodone.blogspot.com/2012/09/askep-pada-klien-penyakit-kronis.html?m=1
17