Anda di halaman 1dari 12

ABSTRAK

Indonesia terdiri atas beragam agama. Maka toleransi sangatlah dibutuhkan diantara
maasysarakat di Negara Indonesia lantaran banyak ras, suku, budaya, dan agama. Toleransi
secara bahasa berasal dari bahasa latin "tolerare", toleransi berarti sabar dan menahan diri.
Toleransi juga dapat berarti suatu sikap saling menghormati dan menghargai antarkelompok atau
antarindividu dalam masyarakat atau dalam lingkup lainnya. Sikap toleransi dapat menghindari
terjadinya diskriminasi, walaupun banyak terdapat kelompok atau golongan yang berbeda dalam
suatu kelompok masyarakat. Toleransi beragama juga merupakan sifat atau sikap saling
menghargai antar umat yang beragama lain. Manusia sendiri merupakan makhluk individu
sekaligus juga sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia diwajibkan mampu
berinteraksi dengan individu atau manusia lain dalam rangka memenuhi kebutuhan. Dalam
menjalani kehidupan sosial dalam masyarakat, seorang individu akan dihadapkan dengan
kelompok-kelompok yang berbeda dengannya salah satunya adalah perbedaan kepercayaan atau
agama.

Indonesia consists of various religions. So tolerance is needed among people in the State of
Indonesia because of the many races, ethnicities, cultures and religions. Tolerance is
linguistically derived from the Latin "tolerare", tolerance means patience and restraint. Tolerance
can also mean an attitude of mutual respect and respect between groups or between individuals
in society or in other spheres. An attitude of tolerance can avoid discrimination, even though
there are many different groups or groups in a community group. Religious tolerance is also an
attitude or mutual respect between people of other religions. Humans themselves are individual
creatures as well as social creatures. As social beings, humans are obliged to be able to interact
with other individuals or humans in order to fulfill their needs. In living a social life in society,
an individual will be faced with different groups, one of which is a difference in belief or
religion.

Kata kunci: Toleransi, Beragama, Kerukunan


BAB I
PENDAHULUAN

A.     LATAR BELAKANG
Kerukunan umat beragama adalah suatu bentuk sosialisasi yang damai dan tercipta berkat
adanya toleransi dalam kehidupan beragama.Toleransi adalah sikap saling pengertian dan
menghargai tanpa adanya diskriminasi dalam hal apapun, khususnya dalam masalah kehidupan
beragama.Kerukunan umat beragama adalah hal yang sangat penting untuk mencapai sebuah
kesejahteraan hidup di negeri ini.Sila Ketuhanan yang maha Esa mempunyai makna bahwa
segala aspek penyelenggaraan hidup bernegara harus sesuai dengan nilai-nilai yang berasal dari
Tuhan.Karena sejak awal pembentukan bangsa ini, bahwa negara Indonesia berdasarkan atas
Ketuhanan.Maksudnya adalah bahwa masyarakat Indonesia merupakan manusia yang
mempunyai iman dan kepercayaan terhadap Tuhan, dan iman kepercayaan inilah yang menjadi
dasar dalam hidup berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Kebebasan beragama pada
hakikatnya adalah dasar bagi terciptanya kerukunan antar umat beragama.Tanpa kebebasan
beragama tidak mungkin ada kerukunan antar umat beragama. Kebebasan beragama adalah hak
setiap manusia.Hak untuk menyembah Tuhan diberikan oleh Tuhan, dan tidak ada seorang pun
yang boleh mencabutnya.Demikian juga sebaliknya, toleransi antarumat beragama adalah cara
agar kebebasan beragama dapat terlindungi dengan baik. Kebebasan dan toleransi tidak dapat
diabaikan.Dalam pembukaaan UUD 1945 pasal 29 ayat 2 disebutkan bahwa “Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat
menurut agamanya dan kepercayaannya itu.”Olehnya itu kita sebagai warga Negara sudah
sepatutnya menjunjung tinggi sikap saling toleransi antar umat beragama dan saling
menghormati antar hak dan kewajiban yang ada diantara kita demi keutuhan Negara.

B.     RUMUSAN MASALAH
Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai batasan
dalam pembahasan bab isi. Beberapa masalah tersebut antara lain :
1. Apa pengertian toleransi?
2. Apa yang dimaksud dengan trilogi kerukunan umat beragama ?
3. Bagaimana kerukunan umat beragama di Indonesia ?
4. Apa saja landasan hukum yang di gunakan ?
5.  Bagaimana upaya mewujudkan kerukunan beragama ?

C.     TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penulisan makalah ini sebagai berikut
1. Dapat mengetahui pengertian toleransi.
2. Dapat mengetahui makna dari trilogi kerukunan umat beragama secara terperinci
3. Dapat mengetahui kerukanan umat beragama di Indonesia
4. Dapat mengetahui landasan hukum yang di gunakan
5. Dapat memahami bagaimana upaya mewujudkan kerukunan beragama
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Toleransi
Toleransi berasal dari kata “ Tolerare ” yang berasal dari bahasa latin yang berarti dengan
sabar membiarkan sesuatu. Jadi pengertian toleransi secara luas adalah suatu sikap atau
perilakumanusia yang tidak menyimpang dari aturan, dimana seseorang menghargai atau
menghormati setiap tindakan yang orang lain lakukan. Toleransi juga dapat dikatakan istilah
dalam konteks sosial budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang
adanya deskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh
mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah toleransi beragama dimana penganut
mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya. Istilah
toleransi juga digunakan dengan menggunakan definisi “kelompok” yang lebih luas , misalnya
partai politik, orientasi seksual, dan lain-lain. Hingga saat ini masih banyak kontroversi dan
kritik mengenai prinsip-prinsip toleransi baik dari kaum liberal maupun konservatif. Jadi
toleransi antar umat beragama berarti suatu sikap manusia sebagai umat yang beragama dan
mempunyai keyakinan, untuk menghormati dan menghargai manusia yang beragama lain.
Dalam masyarakat berdasarkan pancasila terutama sila pertama, bertaqwa kepada tuhan
menurut agama dan kepercayaan masing-masing adalah mutlak.Semua agama menghargai
manusia maka dari itu semua umat beragama juga wajib saling menghargai. Dengan demikian
antar umat beragama yang berlainan akan terbina kerukunan hidup. Sebagaimana dalam konsep
hidup beragama mencakup tiga kerukunan, yakni: Kerukunan intern umat beragama,
Kerukunan antar umat beragama dan, Kerukunan antara umat beragama dengan Pemerintah.
Hal ini harus dihormati, ditaati dan dijalankan dengan kecerdasan hati, bukan dengan kekuatan
otot bahkan dengan cara anarkis. Kerukunan umat beragama adalah hal yang sangat penting
untuk mencapai sebuah kesejahteraan hidup di negeri ini. Seperti yang kita ketahui, Indonesia
memiliki keragaman yang begitu banyak.Tak hanya masalah adat istiadat atau budaya seni, tapi
juga termasuk agama. Walau mayoritas penduduk Indonesia memeluk agama Islam, ada
beberapa agama lain yang juga dianut penduduk ini. Kristen, Khatolik, Hindu, dan Budha
adalah contoh agama yang juga banyak dipeluk oleh warga Indonesia. Setiap agama tentu
punya aturan masing-masing dalam beribadah. Namun perbedaan ini bukanlah alasan untuk
berpecah belah. Sebagai satu saudara dalam tanah air yang sama, kita harus menjaga kerukunan
umat beragama di Indonesia agar negara ini tetap menjadi satu kesatuan yang utuh Persamaan
Membangun Kerukunan Antar Umat Beragama. Tidak bisa dibantah bahwa pada akhir-akhir
ini, ketidak rukunan antar dan antara umat beragama (yang terpicu karena bangkitnya fanatisme
keagamaan) menghasilkan berbagai ketidak harmonisan di tengah-tengah hidup dan kehidupan
berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Oleh sebab itu, perlu orang-orang yang menunjukkan
diri sebagai manusia beriman (dan beragama) dengan taat, namun berwawasan terbuka, toleran,
rukun dengan mereka yang berbeda agama. Disinilah letak salah satu peran umat beragama
dalam rangka hubungan antar umat beragama, yaitu mampu beriman dengan setia dan sungguh-
sungguh, sekaligus tidak menunjukkan fanatik agama dan fanatisme keagamaan. Di balik aspek
perkembangan agama-agama, ada hal yang penting pada agama yang tak berubah, yaitu credo
atau pengakuan iman. Credo merupakan sesuatu khas, dan mungkin tidak bisa dijelaskan secara
logika, karena menyangkut iman atau percaya kepada sesuatu di luar jangkauan kemampuan
nalar manusia. Dan seringkali credo tersebut menjadikan umat agama-agama melakukan
pembedaan satu sama lain. Dari pembedaan, karena berbagai sebab, bisa berkembang menjadi
pemisahan, salah pengertian, beda persepsi, dan lain sebagainya, kemudian berujung pada
konflik. Di samping itu, hal-hal lain seperti pembangunan tempat ibadah, ikon-ikon atau
lambang keagamaan, cara dan suasana penyembahan atau ibadah, termasuk di dalamnya
perayaan keagamaan, seringkali menjadi faktor ketidaknyamanan pada hubungan antar umat
beragama. Jika semua bentuk pembedaan serta ketidaknyamanan itu dipelihara dan dibiarkan
oleh masing-masing tokoh dan umat beragama, maka akan merusak hubungan antar manusia,
kemudian merasuk ke berbagai aspek hidup dan kehidupan. Misalnya, masyarakat mudah
terjerumus ke dalam pertikaian berdasarkan agama (di samping perbedaan suku, ras dan
golongan). Untuk mencegah semuanya itu, salah satu langkah yang penting dan harus terjadi
adalah kerukunan umat beragama.Suatu bentuk kegiatan yang harus dilakukan oleh semua
pemimpin dan umat beragama. Toleransi sendiri terbagi atas tiga yaitu :

1.Negatif
Isi ajaran dan penganutnya tidak dihargai. Isi ajaran dan penganutnya hanya dibiarkan saja
karena menguntungkan dalam keadaan terpaksa. Contoh PKI atau orang-orang yang beraliran
komunis di Indonesia pada zamanIndonesia baru merdeka.

2.Positif
Isi ajaran ditolak, tetapi penganutnya diterima serta dihargai. Contoh Anda beragama Islam wajib
hukumnya menolak ajaran agama lain didasari oleh keyakinan pada ajaran agama Anda, tetapi
penganutnya atau manusianya Anda hargai.

3. Ekumenis
Isi ajaran serta penganutnya dihargai, karena dalam ajaran mereka itu terdapat unsur-unsur
kebenaran yang berguna untuk memperdalam pendirian dan kepercayaan sendiri. Contoh Anda
dengan teman Anda sama-sama beragama Islam atau Kristen tetapi berbeda aliran atau paham.
Dalam kehidupan beragama sikap toleransi ini sangatlah dibutuhkan, karena dengan sikap
toleransi ini kehidupan antar umat beragama dapat tetap berlangsung dengan tetap saling
menghargai dan memelihara hak dan kewajiban masing-masing.

Mengingat pentingnya toleransi, maka ia harus diajarkan kepada anak-anak baik dilingkungan
formal maupun lingkungan informal. Di lingkungan formal contohnya siswa dapat dibekali
tentang nilai-nilai yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama melalui bidang studi
Agama, Kewarganegaraan, ataupun melalui aspek pengembangan diri seperti Pramuka, PMR,
OSIS, dll. Hal yang sama dapat juga dilakukan di lingkungan informal oleh orang tua kepada
anak-anaknya melalui pengajaran nilai-nilai yang diajarkan sedini mungkin di rumah.

Ada beberapa manfaat yang akan kita dapatkan dengan menanamkan sikap toleransi, manfaat
tersebut adalah:
1. Hidup bermasyarakat akan lebih tentram
2. Persatuan, bangsa Indonesia, akan terwujud
3.  Pembangunan Negara akan lebih mudah
B.     Trilogi Kerukunan Umat Beragama
Hidup di era sekarang ini masyarakat dihadapkan pada kondisi kehidupan yang serba
majemuk dalam segala bidang kehidupan. Semua keberanekaragaman ada dalam bidang politik,
sosial, dan budaya. Dalam berpolitik misalnya adanya perbedaan partai, perbedaan sudut
pandang dalam isu-isu nasional, maupun perbedaan falsafah dan ideologi yang dianut oleh
masing-masing orang meskipun, di Indonesia sendiri sudah ada ideologi pemersatu yakni
pancasila. Sedangkan dalam bidang sosial dan budaya adalah adanya perbedaan suku, etnik,
adat-istiadat, norma, termasuk agama yang masing-masing dianut oleh warga negara Indonesia.
Kemajuan teknologi transportasi dan komunikasi dewasa ini semakin mempercepat arus interaksi
antara satu dengan yang lainnya sehingga keberagaman pun tidak hanya dalam lingkup terbatas
disekitar tempat tinggal akan tetapi juga dalam interaksi dengan orang lain pada media cetak
maupun elektronik yang sekarang ini maju seperti jejaring sosial misal facebook dan twiter juga
email account. Meskipun hanya melalui jejaring sosial, terkadang bisa timbul kekisruhan,
percecokan dan saling lempar hujatan menjadi hal yang biasa.Seolah-olah di dalam dunia maya
etika, toleransi dan prinsip hidup toleransi menjadi hal yang asing dan tidak berlaku.Hal-hal
tersebut diatas diperparah dengan adanya isu SARA yang dimanfaatkan oleh segelintir orang
untuk men-teror dan mengambil keuntungan dalam kekisruhan yang terjadi di masyarakat.Hal ini
sangat berbahaya dan mengancam terbentuknya kebhinekaan yang telah terjalin bertahun-tahun
lamanya bersemayam di tanah air kita tercinta Indonesia. Maka, hendaknyalah masyarakat mau
kembali kepada ideologi pancasila dan kembali mengenal trilogi kerukunan antar umat
beragama.Inilah yang mampu menjadi solusi untuk meredam konflik yang tengah terjadi dalam
kehidupan berbangsa sekarang ini.
Dalam setiap jenjang pendidikan, selalu dikenalkan adanya trilogi kerukunan umat
beragama yang harus dijunjung oleh masing-masing warga negara Indonesia guna terbentuknya
kerukunan, kedamaian, dan terciptanya stabilitas nasional. Trilogi kerukunan umat beragama itu
antara lain adalah:
1.      Kerukunan intern umat beragama.
2.      Kerukunan antar umat beragama.
3.      Kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah.

Hal-hal tersebut diataslah yang menjadi nilai-nilai yang bisa diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari sehingga tercipta kehidupan bermasyarakat yang madani, aman dan
sejahtera.Kerukunan intern umat beragama berarti adanya kesepahaman dan kesatuan untuk
melakukan amalan dan ajaran agama yang dipeluk dengan menghormati adanya perbedaan yang
masih bisa ditolerir. Misal dalam islam ada NU, Muhammadiyah, dsb. Dalam protestan ada GBI,
Pantekosta dsb.Dalam katolik ada Roma dan ortodoks. Hendaknya dalam intern masing-masing
agama tercipta suatu kerukunan dan kebersatuan dalam masing-masing agama.Kemudian,
kerukunan antar umat beragama adalah menciptakan persatuan antar agama agar tidak terjadi
saling merendahkan dan menganggap agama yang dianutnya paling baik.Ini perlu dilakukan
untuk menghindari terbentuknya fanatisme ekstrim yang membahayakan keamanan, dan
ketertiban umum. Bentuk nyata yang bisa dilakukan adalah dengan adanya dialog antar umat
beragama yang didalamnya bukan membahas perbedaan, akan tetapi memperbincangkan
kerukunan, dan perdamaian hidup dalam bermasyarakat. Intinya adalah bahwa masing-masing
agama mengajarkan untuk hidup dalam kedamaian dan ketentraman.Terakhir adalah kerukunan
umat beragama dengan pemerintah, maksudnya adalah dalam hidup beragama, masyarakat tidak
lepas dari adanya aturan pemerintah setempat yang mengatur tentang kehidupan bermasyarakat.
Masyarakat tidak boleh hanya mentaati aturan dalam agamanya masing-masing, akan tetapi juga
harus mentaati hukum yang berlaku di negara Indonesia. Bahwasanya Indonesia itu bukan
negara agama tetapi adalah negara bagi orang yang beragama. Tentunya, hal-hal diatas juga bisa
diaplikasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang di dalamnya terdapat beraneka
macam suku, agama, ras dan budaya yang berbeda satu sama lainnya. Dalam rangka
menciptakan keberhasilan pembangunan di bidang agama khususnya dalam hal pembinaan
kerukunan hidup beragama yang dinamis, maka semua pihak baik pemerintah maupun umat
beragama berkewajiban dan sangat berkepentingan untuk senantiasa berusaha membina dan
memelihara bagi terciptanya suasana dan kehidupan beragama yang penuh
kerukunan.Pembinaan dan pemeliharaan kerukunan tersebut antara lain; dengan cara
menghindarkan serta menghilangkan permasalahan yang muncul dilingkungan umat beragama
dan masyarakat pada umumnya. Sehingga umat beragamapun dapat terhindar dari permasalahan
yang akan merugikan bagi terciptanya stabilitas serta kelancaran jalannya pembangunan.

Oleh karena itu, semua pihak baik umat beragama, pemerintah atau instansi terkait maupun
pihak lainnya sangat berperan aktif dan sangat mempe ngaruhi demi terwujudnya nilai-nilai yang
berujung pada kehidupan yang rukun dan damai  antar umat beragama. Dengan tidak
menimbulkan konflik atau permasalahan yang ada, menghindari konflik yang muncul serta
mencari solusi terhadap permasalahan yang ada. Dengan demikian umat beragama dapat benar-
benar merasakan ketentraman dan kerukunan dalam kehidupan diantara umat beragama.

Jadi, kerukunan hidup umat beragama yang diharapkan adalah kerukunan antar para pemeluk
agama dalam semangat saling mengerti, memahami antara satu dengan yang lainnya. Dengan
kata lain secara bahasa mengerti artinya memahami, tahu tentang sesuatu hal, dapat diartikan
mengerti keadaan orang lain, tahu serta paham mengenai masalah-masalah sosial
kemasyarakatan, sehingga dapat merasakan apa yang orang lain rasakan. Dengan semangat
saling mengerti, memahami, dan tenggang rasa- maka akan menumbuhkan sikap dan rasa
berempati kepada siapa pun yang sedang mengalami kesulitan dan dapat memahami bila berada
di posisi orang lain. Sehingga akan terwujud dan terpelihara kerukunan antar umat beragama.

B. Kerukunan Umat Beragama di Indonesia

Kerukunan umat beragama adalah program pemerintah meliputi semua agama, semua
warga negara RI.Pada tahun 1967 diadakan musyawarah antar umat beragama, Presiden
Soeharto dalam musyawarah tersebut menyatakan antara lain: “Pemerintah tidak akan
menghalangi penyebaran suatu agama, dengan syarat penyebaran tersebut ditujukan bagi mereka
yang belum beragama di Indonesia. Kepada semua pemuka agama dan masyarakat agar
melakukan jiwa toleransi terhadap sesama umat beragama”.Pada tahun 1972 dilaksanakan dialog
antar umat beragama. Dialog tersebut adalah suatu forum percakapan antar tokoh-tokoh agama,
pemuka masyarakat dan pemerintah. Tujuannya adalah untuk mewujudkan kesadaran bersama
dan menjalin hubungan pribadi yang akrab dalam menghadapi masalah masyarakat.Kerukunan
umat beragama bertujuan untuk memotivasi dan mendinamisasikan semua umat beragama agar
dapat ikut serta dalam pembangunan bangsa.
D.    Landasan Hukum

1. Landasan Idiil, yaitu Pancasila (sila pertama yakni Ketuhanan Yang Maha Esa).
2. Landasan Konstitusional, yaitu Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 29 ayat 1: “Negara
berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dan Pasal 29 ayat 2: “Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”.
3. Landasan Strategis, yaitu Ketatapan MPR No.IV tahun 1999 tentang Garis-Garis Besar
Haluan Negara. Dalam GBHN dan Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) tahun
2000, dinyatakan bahwa sasaran pembangunan bidang agama adalah terciptanya suasana
kehidupan beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang penuh
keimanan dan ketaqwaan, penuh kerukunan yang dinamis antar umat beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, secara bersama-sama makin memperkuat
landasan spiritual., moral dan etika bagi pembangunan nasional, yang tercermin dalam
suasana kehidupan yang harmonis, serta dalam kukuhnya persatuan dan kesatuan bangsa
selaras dengan penghayatan dan pengamalan Pancasila.
4. Landasan Operasional
UU No. 1/PNPS/l 965 tentang larangan dan pencegahan penodaan dan penghinaan agama
Keputusan bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama RI.No.01/Ber/Mdn/1969
tentang pelaksanaan aparat pemerintah yang menjamin ketertiban dan kelancaran
pelaksanaan dan pengembangan ibadah pemeluk agama oleh pemeluknya.
SK. Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri RI. No.01/1979 tentang tata cara
pelaksanaan pensyiaran agama dan bantuan luar negeri kepada lembaga-lembaga
keagamaan swasta di Indonesia. Surat edaran Menteri Agama RI. No.MA/432.1981
tentang penyelenggaraan peringatan hari besar keagamaan .

E. Upaya Mewujudkan Kerukunan Umat Beragama

Menciptakan kerukunan umat beragama baik di tingkat daerah, provinsi, maupun


pemerintah merupakan kewajiban seluruh warga negara beserta instansi pemerintah lainnya.
Mulai dari tanggung jawab mengenai ketentraman, keamanan,  dan ketertiban termasuk
memfasilitasi terwujudnya kerukunan umat beragama, menumbuh kembangkan keharmonisan
saling pengertian, saling menghormati, dan saling percaya di antara umat beragama bahkan
menertibkan rumah ibadah.
Dalam hal ini untuk menciptakan kerukunan umat beragama dapat dilakukan dengan carA- cara
sebagai berikut:
1.      Saling tenggang rasa, menghargai, dan toleransi antar umat beragama
2.      Tidak memaksakan seseorang untuk memeluk agama tertentu.
3.      Melaksanakan ibadah sesuai agamanya   
4.      Mematuhi peraturan keagamaan baik dalam agamanya maupun peraturan Negara
atau Pemerintah.

Sikap tenggang rasa, menghargai, dan toleransi antar umat beragama merupakan indikasi
dari konsep trilogi kerukunan.Seperti dalam pembahasan sebelumnya upaya mewujudkan dan
memelihara kerukunan hidup umat beragama, tidak boleh memaksakan seseorang untuk
memeluk agama tertentu.Karena hal ini menyangkut hak asasi manusia (HAM) yang telah
diberikan kebebasan untuk memilih baik yang berkaitan dengan kepercayaan, maupun diluar
konteks yang berkaitan dengan hal itu.

Kerukunan antar umat beragama dapat terwujud dan senantiasa terpelihara, apabila
masing-masing umat beragama dapat mematuhi aturan-aturan yang diajarkan oleh agamanya
masing-masing serta mematuhi peraturan yang telah disahkan Negara atau sebuah instansi
pemerintahan.Umat beragama tidak diperkenankan untuk membuat aturan-aturan pribadi atau
kelompok, yang berakibat pada timbulnya konflik atau perpecahan diantara umat beragama yang
diakibatkan karena adanya kepentingan ataupun misi secara pribadi dan golongan
.Selain itu, agar kerukunan hidup umat beragama dapat terwujud dan senantiasa
terpelihara, perlu memperhatikan upaya-upaya yang mendorong terjadinya kerukunan secara
mantap dalam bentuk. :

1.      Memperkuat dasar-dasar kerukunan internal dan antar umat beragama, serta antar
umat beragama dengan pemerintah.
2.      Membangun harmoni sosial dan persatuan nasional, dalam bentuk upaya mendorong
dan mengarahkan seluruh umat beragama untuk hidup rukun dalam bingkai teologi dan
implementasi dalam menciptakan kebersamaan dan sikap toleransi.
3.      Menciptakan suasana kehidupan beragama yang kondusif, dalam rangka
memantapkan pendalaman dan penghayatan agama serta pengamalan agama, yang
mendukung bagi pembinaan kerukunan hidup intern umat beragama dan antar umat
beragama.
4.      Melakukan eksplorasi secara luas tentang pentingnya nilai-nilai kemanusiaan dari
seluruh keyakinan plural umat manusia, yang fungsinya dijadikan sebagai pedoman
bersama dalam melaksanakan prinsip-prinsip berpolitik dan berinteraksi sosial satu sama
lainnya dengan memperlihatkan adanya sikap keteladanan.
5.      Melakukan pendalaman nilai-nilai spiritual yang implementatif bagi kemanusiaan
yang mengarahkan kepada nilai-nilai ketuhanan, agar tidak terjadi penyimpangan-
penyimpangan nila-nilai sosial kemasyarakatan maupun sosial keagamaan.
6.      Menempatkan cinta dan kasih dalam kehidupan umat beragama dengan cara
menghilangkan rasa saling curiga terhadap pemeluk agama lain, sehingga akan tercipta
suasana kerukunan yang manusiawi tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu.
7.      Menyadari bahwa perbedaan adalah suatu realita dalam kehidupan bermasyarakat,
oleh sebab itu hendaknya hal ini dijadikan mozaik yang dapat memperindah fenomena
kehidupan beragama.

Dalam upaya memantapkan kerukunan itu, hal serius yang harus diperhatikan adalah fungsi
pemuka agama, tokoh masyarakat dan pemerintah. Dalam hal ini pemuka agama, tokoh
masyarakat adalah figur yang dapat diteladani dan dapat membimbing, sehingga apa yang
diperbuat mereka akan dipercayai dan diikuti secara taat. Selain itu mereka sangat berperan
dalam membina umat beragama dengan pengetahuan dan wawasannya dalam pengetahuan
agama.Kemudian pemerintah juga berperan dan bertanggung jawab demi terwujud dan
terbinanya kerukunan hidup umat beragama.Hal ini menunjukkan bahwa kualitas umat beragama
di Indonesia belum berfungsi seperti seharusnya, yang diajarkan oleh agama masing-
masing.Sehingga ada kemungkinan timbul konflik di antara umat beragama.
Oleh karena itu dalam hal ini, ”pemerintah sebagai pelayan, mediator atau fasilitator merupakan
salah satu elemen yang dapat menentukan kualitas atau persoalan umat beragama tersebut. Pada
prinsipnya, umat beragama perlu dibina melalui pelayanan aparat pemerintah yang memiliki
peran dan fungsi strategis dalam menentukan kualitas kehidupan umat beragama, melalui
kebijakannya.

Untuk menjaga dan meningkatkan kerukunan hidup umat beragama dan keutuhan bangsa, perlu
dilakukan upaya-upaya:
1. Meningkatkan efektifitas fungsi lembaga-lembaga kearifan lokal dan keagamaan
masyarakat;
2.Meningkatkan wawasan keagamaan masyarakat;
3.Menggalakkan kerjasama sosial kemanusiaan lintas agama, budaya, etnis dan profesi
4.Memperkaya wawasan dan pengalaman tentang kerukunan melalui program kurikuler
di lingkungan lembaga pendidikan.

F. Menghormati Dan Memelihara Hak Dan Kewajiban Antar Umat


Beragama

Pengertian  Hak

Hak adalah sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan penggunaannya tergantung kepada
kita sendiri.
Contoh dari hak adalah:
1. Setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan hukum;
2. Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak;
3. Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata hukum dan di dalam      
4. Setiap warga negara bebas untuk memilih, memeluk dan menjalankan agama
dan kepercayaan masing-masing yang dipercayai; 
5. Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran;
6. Setiap warga negara berhak mempertahankan wilayah negara kesatuan Indonesia atau
nkri   dari serangan musuh;dan
7. Setiap warga negara memiliki hak sama dalam kemerdekaan berserikat, berkumpul
mengeluarkan pendapat secara lisan dan tulisan sesuai undang-undang yang berlaku.

Pengertian Kewajiban

Kewajiban adalah sesuatu yg dilakukan dengan tanggung jawab.Contoh dari kewajiban adalah:
1. Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk berperan serta dalam membela,
mempertahankan kedaulatan negara indonesia dari serangan musuh;
2. Setiap warga negara wajib membayar pajak dan retribusi yang telah ditetapkan oleh
pemerintah pusat dan pemerintah daerah (pemda);
3. Setiap warga negara wajib mentaati serta menjunjung tinggi dasar negara, hukum dan
pemerintahan tanpa terkecuali, serta dijalankan dengan sebaik-baiknya;
4. Setiap warga negara berkewajiban taat, tunduk dan patuh terhadap segala hukum yang
berlaku di wilayah negara Indonesia;dan
5. Setiap warga negara wajib turut serta dalam pembangunan untuk membangun bangsa
agar bangsa kita bisa berkembang dan maju ke arah yang lebih baik.

Kewajiban merupakan hal yang harus dikerjakan atau dilaksanankan.Jika tidak dilaksanankan
dapat mendatangkan sanksi bagi yang melanggarnya.Sedangkan hak adalah kekuasaan untuk
melakukan sesuatu.Namun, kekuasaan tersebut dibatasi oleh undang-undang. Pembatasan ini
harus dilakukan agar pelaksanaan hak seseorang tidak sampai melanggar hak orang lain. Jadi
pelaksanaan hak dan kewajiban haruslah seimbang, artinya, kita tidak boleh terus menuntut hak
tanpa memenuhi kewajiban. Indonesia adalah bangsa yang terdiri dari beragam suku dan agama,
dengan adanya sikap toleransi dan sikap menjaga hak dan kewajiban antar umat beragama,
diharapkan masalah-masalah yang berkaitan dengan sara tidak muncuk kepermukaan. Dalam
kehidupan masyarakat sikap toleransi ini harus tetap dibina, jangan sampai bangsa Indonesia
terpecah antara satu sama lain.Toleransi Hak dan kewajiban dalam umat beragama telah
tertanam dalam nilai-nilai yang ada pada pancasila. Indonesia adalah Negara majemuk yang
terdiri dari berbagai macam etnis dan agama, tanpa adanya sikap saling menghormati antara hak
dan kewajiban maka akan dapat muncul berbagai macam gesekan-gesekan antar umat beragama.
Pemeluk agama mayoritas wajib menghargai ajaran dan keyakinan pemeluk agama lain, karena
dalam UUD 1945 Pasal 29 ayat 2 dikatakan bahwa “setiap warga diberi kemerdekaan atau
kebebasan untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agama dan
kepercayaannya.” Hal ini berarti kita tidak boleh memaksakan kehendak, terutama dalam hal
kepercayaan, kepada penganut agama lain, termasuk mengejek ajaran dan cara peribadatan
mereka.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kerukunan hidup umat beragama yang diharapkan adalah kerukunan antar para pemeluk
agama dalam semangat saling mengerti, memahami antara satu dengan yang lainnya.Dengan
kata lain secara bahasa mengerti artinya memahami, tahu tentang sesuatu hal, dapat diartikan
mengerti keadaan orang lain, tahu serta paham mengenai masalah-masalah sosial
kemasyarakatan, sehingga dapat merasakan apa yang orang lain rasakan. Dengan semangat
saling mengerti, memahami, dan tenggang rasa- maka akan menumbuhkan sikap dan rasa
berempati kepada siapa pun yang sedang mengalami kesulitan dan dapat memahami bila berada
di posisi orang lain. Sehingga akan terwujud dan terpelihara kerukunan antar umat beragama.

` B.     Saran

Agar kerukunan hidup umat beragama dapat terwujud dan senantiasa terpelihara, perlu
memperhatikan upaya-upaya yang mendorong terjadinya kerukunan secara mantap dalam bentuk
memperkuat dasar-dasar kerukunan internal dan antar umat beragama, serta antar umat beragama
dengan pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA

Mhiqbah, 2015 Pancasila dalam kerukunan beragama,


http://mhiqbah.blogspot.co.id/2015/04/pengalaman-nilai-nilai-pancasila-dalam.html. Diakses
pada tanggal 21/11/2015 jam 19.22 WIB
Dety Nurbaity, 2015 Contoh makalah toleransi,
http://dhepurplelove.blogspot.co.id/2015/07/contoh-makalah-toleransi.html. Diakses pada
tanggal 22/11/2015 jam 21.30 WIB

Anda mungkin juga menyukai