TIM KADERISASI
1
Ahmad warson Munawwir, kamus Al-Munawwir (Yogyakarta: Ponpes Al-
Munawwir Krapyak, 1983), hlm 29-30
2
Ibid 478
Dari dua hal diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Ushul Fiqh
adalah kaidah-kaidah yang menjelaskan tentang cara (methode)
pengambilan (penggalian) hukum-hukum yang berkaitan dengan
perbuatan manusia dari dalil syara’. Atau cara mudahnya ushul fiqh
menjelaskan cara untuk mengambil hukum atas kegiatan dari mukallaf.
Prof. Abu Zahra menjelaskan bahwa Ushul Fiqh adalah Ilmu untuk
menemukan kaidah kaidah untuk menghasilkan istinbat hukum.
Sedangkan Abdul Wahab Khallaf mendefinisikan Ilmu pengetahuan
tentang kaidah-kaidah dan metode penggalian hukum-hukum syara’
mengenai perbuatan dari dalil-dalil terperinci.
Dalam buku Ushul Fiqh karya Dr. Mardani dikutip objek kajian
ushul fiqh dengaan empat klasifikiasi dari Abu Hamid Al-Ghazali
membagi objek kajian ushul fiqh dengan empat klasifikasi (1)
Pembaahasan tentang hukum syara’ dan yang berubungan denganya,
seperti hakim, mahkum fih, hukum, dan mahkum ‘alaih. (2)
Pembahasan tentang sumber-sumber dan dalil-dalil hukum, (3)
Pembahasan tentang cara mengistinbathkan hukum dari sumber-sumber
dan dalil-dalil itu, dan (4) Pembahasan tentang ijtihad.
Dari uraian diatas, maka dapat diketahui, jika diibaratkan dalam
suatu proses produksi. Sedang kaidah dan cara penerapanya diibaratkan
dengan alat produksi. Sementara, pelaku (Hakim) diibaratkan sebagai
tenaga kerja dan Fiqh adalah produk.
E. Ijtihad
Dalam ushul fiqh proses untuk mengambil hukum disebut
dengan ijtihad. Para ulama’ madzhab semuanya melakukan ijtihad untuk
menemukan hukum terhadap kasus kasus baru. Imam Al-Ghazali
mendefininiskan ijtihad dengan mengerahkan segala kemampuan
seorang mujtahid untuk memperoleh pengetahuan tentang hukum-
hukum syara’. Sedangkan menurut Asy-Syaukani, Ijtihad adalah
mengerahkan kemampuan dalam memperoleh hukum syar’i yang
bersifat amali melalui cara istinbath.
Dari dua definisi diatas dapat diambil hakikat dari ijtihad sebagai
berikut.
1. Ijtihad adalah pengerahan daya nalar secara maksimal.
2. Usaha ijtihad dilakukan oleh orang yant telah mencapai
derajat tertentu di bidang keilmuan disebut faqih.
3. Produk atau usaha yang diperoleh dari ijtihad itu adalah
dugaan kuat tentang hukum syara’ yang bersifat ‘amaliah.
4. Usaha ijtihad ditempuh dengan cara-cara istinbath.
Syarat Berijtihad
F. Maqasid syari’ah