SISTEM SARAF
PENDAHULUAN
Saat melakukan aktivitas sehari hari, secara sadar dan tanpa sadar seluruh anggota
tubuh bekerja sesuai fungsinya masing masing. Semua organ melakukan pekerjaannya
untung menunjang aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Dari sekedar berjalan, mengangkat
beban, hingga berolah raga, anggota tubuh bekerja agar kita mampu melaksanakan semua
kegiatan tersebut. Atau bahkan hal-hal kecil yang secara tidak sadar dilakukan, seperti
bernafas, mengedip, dan gerakan refleks saat ada ancaman datang organ tubuh secara refleks
menanggulangi ancaman tersebut supaya tidak membahayakan tubuh seperti ada benda padat
melayang ke arah kepala, tubuh refleks mengelak atau menangkap benda tersebut.
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari fungsi-fungsi dari pusat
sistem saraf dimana diketahui bagian-bagian otak dan sumsum tulang belakang adalah pusat
dari sistem saraf. Dengan menghilangkan pusat sistem saraf, dapat diamati reaksi yang
terjadi. Pengamatan dilakukan terhadap:
a. Katak normal
b. Katak deserebrasi
c. Katak spinal
BAB II
LANDASAN TEORI
Sistem saraf pusat (SSP) terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang, yang terletak
di rongga tubuh dorsal. Ini adalah sangat penting untuk kesejahteraan kita dan tertutup dalam
tulang untuk perlindungan. Otak bersambungan dengan sumsum tulang belakang di foramen
magnum. Fungsi utama dari sumsum tulang belakang adalah untuk menyampaikan impuls
sensorik dari tepi (perifer) ke otak dan untuk mengkonduksikan impuls motorik dari otak ke
tepi.
Keduanya otak dan sumsum tulang belakang adalah lunak, organ halus yang akan
mudah rusak tanpa perlindungan yang memadai. Sekitar tulang dan membran fibrosa
memberikan perlindungan dan dukungan. Otak menempati rongga tengkorak dibentuk oleh
tulang tengkorak (kranial), dan sumsum tulang belakang terletak di dalam kanal tulang
belakang yang dibentuk oleh tulang belakang. Tiga membran terletak antara SSP dan tulang
sekitarnya. Membran ini secara kolektif disebut meninges.
Ada tiga tingkat utama dari fungsi sistem saraf pusat. pertama sumsum tulang
belakang (spinal cord), memproses refleks, mengirimkan impuls saraf ke dan dari otak.
Kedua batang otak (brainstem), berfungsi menerima input sensorik dan mengawali output
motorik, mengontrol proses kelangsungan hidup (misalnya, respirasi, sirkulasi, pencernaan) .
Ketiga adalah otak besar (serebrum) dan korteks serebral, berfungsi emproses,
mengintegrasikan, dan menganalisis informasi; terlibat dengan tingkat tertinggi kognisi,
mengawali gerakan secara sadar, persepsi sensorik, dan untuk manusia mengatur juga bahasa.
Serebrum juga berfungsi mengontrol persepsi sadar, pikiran, dan aktivitas motorik sadar; bisa
mengabaikan kebanyakan sistem lainnya. Mengontrol aktivitas otot dan postur; umumnya
menghambat gerakan yang tidak disengaja saat istirahat.
METODE
1. Katak
2. Stop-watch
3. Baskom berisikan air
4. Gunting
5. Skalpel
6. Tusuk gigi atau lidi yang diruncingkan.
7. Alat tulis
HASIL PENGAMATAN
PEMBAHASAN
Hasil yang didapatkan dari praktikum ini menunjukan bahwa katak yang normal
memiliki postur tubuh yang normal, badan tegap dan kepala tegak ditunjang oleh kaki depan.
Reaksi katak normal saat disentuh secara tiba-tiba adalah langsung spontan, menunjukan
refleks katak normal. Saat katak normal dibalik badannya, katak langsung membalikkan diri,
menunjukan keseimbangan katak normal. Di dalam baskom berisikan air, katak normal dapat
berenang, menunjukan kemampuan berenang katak yang normal. Hasil perhitungan frekuensi
napas katak normal adalah 180/menit, dimana frekuensi tersebut terhitung frekuensi napas
yang cepat, tapi dikatakan normal karena katak waspada akan peneliti yang memeganginya.
Hasil perhitungan frekuensi denyut jantung katak normal adalah 88/menit, dimana frekuensi
tersebut terhitung frekuensi denyut janting katak yang normal. Semua objek pengamatan dari
katak normal didapatkan normal. Ini berarti sistem saraf pusat katak normal adalah normal,
tidak ada anomali yang terjadi.
Hasil pengamatan katak deserebrasi (katak yang telah dihilangkan otak besarnya)
berbeda dengan hasil pengamatan pada katak normal, meskipun ada beberapa objek
pengamatan yang sama. Postur tubuh katak relatif normal, meskipun sedikit tidak tegap katak
normal. Secara teori, postur tubuh katak deserebrasi harusnya tidak normal karena otak besar
mengatur postur tubuh. Ketidak-sesuaian dengan teori ini diprediksi karena ketidak-telitian
dalam pemotongan otak besar. Saat diberi sentuhan secara mendadak, katak deserebrasi
bergerak kurang spontan dan gerakannya kurang terintegrasi. Hal ini kurang sesuai dengan
teori karena gerak refleks diatur oleh sumsum tulang belakang dan katak deserebrasi masih
memiliki sumsum tulang belakang. Keseimbangan katak deserebrasi masih baik. Saat di
dalam baskom berisi air, katak deserebrasi tidak menunjukan kemampuan berenang. Hal ini
sesuai dengan teori karena berenang adalah gerak motorik sadar dan katak deserebrasi
memang sepatutnya tidak dapat menunjukan kemampuan berenang. Hasil perhitungan
frekuensi napas katak deserebrasi adalah 16/menit. Sedangkan hasil perhitungan frekuensi
denyut jantung katak deserebrasi adalah 84/menit. Frekuensi ini lebih kecil dibandingkan
frekuensi napas normal. Katak deserebrasi masih memiliki batang otak yang mengatur denyut
jantung dan pernapasan, oleh karena itu katak deserebrasi masih dapat melakukan pernapasan
dan jantungnya masih berdenyut.
Merusak bagian batang otak menghasilkan katak yang mati, maka hasil pengamatan
katak spinal menunjukan reaksi katak yang telah mati. Katak spinal memiliki postur tubuh
yang jatuh, tidak tegap sama sekali dan kepala menyentuh tanah. Katak spinal juga tidak
berekasi saat disentuh secara tiba-tiba, diam saat dibalikkan badannya, tidak menunjukkan
reaksi akan membalikkan badannya kembali, dan tidak menunjukkan kemampuan berenang.
Hal ini dikarenakan rusaknya pusat refleks, yaitu sumsum tulang belakang. Hasil perhitungan
frekuensi napas katak adalah 0/menit. Hal ini sesuai teori karena secara teori katak spinal
tidak dapat melakukan pernapasan karena rusaknya batang otak dimana pengaturan
pernapasan berada.. Hasil perhitungan frekuensi denyut jantung katak spinal adalah 56/menit.
Meskipun batang otak telah rusak, tapi jantung katak memiliki otot yang mempunyai
kemampuan centrum automasi sendiri, yaitu merangsang dirinya sendiri untuk berkontraksi,
sehingga menyebabkan aksi potensial yang spontan dan menyebabkan proses kontraksi tanpa
harus mendapat rangsangan dari sistem saraf pusat.
BAB VI
KESIMPULAN
Katak deserebrasi meiliki postur tubuh yang relatif normal. Hal ini dimungkinkan
karena pengaturan postur tubuh, otak besar, tidak potong sempurna. Gerak refleks katak
deserebrasi juga masih normal karena sumsum tulang belakang katak masih ada. Katak
deserebrasi masih bisa membalikkan badan sendiri setelah dibalikkan. Hal ini dikarenakan
ketidak telitian saat memotong serebrum. Katak deserebrasi tidak menunjukan kemampuan
berenang karena pengaturan gerak motorik sadar, otak besar, telah terpotong. Meski lebih
kecil dari katak normal, frekuensi napas dan denyut jantung katak deserebrasi masih ada
karena pengaturan pernapasan dan denyut jantung, batang otak, masih ada pada katak
deserebrasi.
Katak spinal memiliki postur tubuh, gerak refleks, keseimbangan, dan kemampuan
berenang yang menunjukan katak spinal telah mati. Hal ini disebabkan semua sistem saraf
pusat telah hilang dan/atau rusak. Meskipun sangat kecil, katak spinal menunjukan
kemampuan bernapas. Hal ini dimungkinkan karena kurangnya pengerusakkan pengaturan
pernapasan, batang otak, pada katak spinal. Jantung katak spinal masih berdenyut karena sel
otot jantung katak memiliki centrum automasi sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Chalik, Raimandus. 2016. Anatomi Fisiologi Manusia. Jakarta Selatan: Pusdik SDM
Kesehatan.