I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gawat Darurat adalah suatu kondisi yang membutuhkan tindakan medis
segera untuk penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan. Kriteria
kegawatdaruratan adalah situasi yang mengancam nyawa, membahayakan diri
dan orang lain/lingkungan; adanya gangguan pada jalan nafas, pernafasan, dan
sirkulasi; adanya penurunan kesadaran; adanya gangguan hemodinamik;
dan/atau memerlukan tindakan segera. Kasus gawat darurat dapat akibat trauma
atau non trauma.
Dibandingkan dengan kasus trauma, kasus gawat darurat non trauma
yang lebih sering menyebabkan kematian terutama penyakit kardiovaskuler.
Tahun 2018 diperkirakan 17,3 juta kematian disebabkan oleh penyakit
kardiovaskuler dan lebih dari 3 juta kematian tersebut terjadi pada usia di bawah
60 tahun. Kasus gawat darurat dapat terjadi kapan saja, di mana saja tanpa dapat
diprediksi.
Pelayanan Kegawatdaruratan meliputi penanganan kegawatdaruratan
prafasilitas , intrafasilitas pelayanan kesehatan; dan antarfasilitas pelayanan
kesehatan. Keterlambatan respon waktu sebelum ke rumah sakit (penanganan
pra-fasilitas) dapat berakibat kematian. Di Amerika Serikat, 330.000 orang
meninggal di luar RS/di ruang IGD (CDC). Waktu tanggap penanganan kasus
gawat darurat menentukan keselamatan jiwa dan menurunkan resiko
kecatatatan.
Penanganan kegawatdaruratan prafasilitas pelayanan kesehatan
dilakukan oleh tenaga kesehatan dan dapat melibatkan masyarakat awam
(tanaga non medis). Mengenali adanya bahaya dan pengaktifan system gawat
darurat kemudian memberikan bantuan hidup dasar, merupakan langkah awal
dalam tatalaksana gawat darurat. Bantuan hidup dasar adalah usaha
mengembalikan fungsi nafas dan sirkulasi dan penanganan akibat henti nafas dan
atau henti jantung.
Penanganan kegawatdaruratan menjadi penting untuk dipahami oleh
tidak hanya tenaga medis tapi juga tenaga non medis. Bagi tenaga medis,
penanganan kegawatdaruratan merupakan salah satu skill yang wajib dimiliki.
Namun tenaga non medis jarang terpapar materi kegawatdaruratan. Oelh karena
itu, perlu diadakan sebuah mini workshop atau in-house training tentang
kegawtdaruratan yang dapat diikuti oleh tanaga medis namun juga tenaga non
medis (awam).
B. TUJUAN
1. Memberikan pengetahuan kepada tenaga non medis dalam mengenali dan
menangani kegawatdaruratan
2. Merefresh kembali tenaga medis dalam menangani kegawatdaruratan
Pretest
Kurang
cukup
Baik
Setelah mengikuti in-house training, terdapat kenaikan nilai posttest yang
cukup signifikan. Distribusi perolehan nilai posttest adalah 1 peserta dengan nilai
masih kurang, 10 peserta dengan nilai cukup dan 18 peserta memperoleh nilai
baik. Rata-rata skor posttest adalah 81 (medis 80 dan non medis 81). Terdapat 5
peserta memperoleh skor maksimal (100).
Postest
KURANG
CUKUP
BAIK
Baik nilai pre maupun post test tenaga medis dan non medis tidak ada
perbedaan yang signifikan. Tenaga medis yang seharusnya lebih memahami
pananganan gawat darurat ternyata memiliki skor pretest dan posttest yang rata-
rata sama dengan tenaga non medis. Secara umum, tejadi peningkatan nilai
posttest baik tenaga medis maupun non medis.
Mengetahui,
Koordinator UKP
dr. Dwiyanti
NIP.19830222 201402 2003