Inkontinensia Urine
Inkontinensia Urine
Pendahuluan
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Pembaca
Agar pembaca dapat menambah pengetahuan tentang inkontinensia urin.
1.4.2 Bagi Penulis
Mampu memahami tentang bagaimana asuhan keperawatan pada pasien
inkontinensia urine
BAB 2
Tinjauan Pustaka
Kandung kemih terdiri dari dua bagian yaitu fundus dan leher kandung kemih yang
juga disebut uretra posterior. Mukosa kandung kemih dilapisi oleh epitel transisional
yang mengandung ujung-ujung saraf sensoris. Di bawahnya terdapat lapisan
submukosa yang sebagian besar tersusun dari jaringan ikat dan jaringan elastin. Otot
polos kandung kemih disebut otot detrusor, membentuk lapisan di luar submukosa
terdiri dari tiga lapisan otot longitudinal di lapisan luar dan dalam serta otot sirkuler di
bagian tengahnya. Otot detrusor meluas ke uretra membentuk dinding uretra. Pada
lapisan ini ototnya banyak mengandung jaringan elastin (Junizaf (2002) dalam Sinaga
(2011)).
b. Uretra
Uretra merupakan tabung muskularis yang kompleks yang memanjang dari batas
bawah dasar kandung kemih. Panjang uretra berkisar antara 3-4 cm dengan dinding
yang terdiri dari beberapa lapisan. Pada lapisan paling luar adalah otot lurik spinkter
urogenital yang juga dikenal dengan sebutan otot lurik sirkuler, spinkter lurik, atau
rhabdosphincter. Otot lurik ini melingkari selapis tipis otot polos sirkuler yang juga
melingkari otot-otot polos longitudinal. Diantara otot polos dan mukosa terdapat
submukosa yang sangat kaya suplai vaskuler (Syukur (2010) dalam Sinaga (2011)).
3) Teori Integral
Teori ini menyatakan bahwa lemasnya dinding anterior vagina menimbulkan
aktivasi reseptor regang pada leher kandung kemih dan uretra proksimal, sehingga
memicu refleks mikturisi, dan menimbulkan aktivitas detrusor. Lemasnya dinding
vagina juga menimbulkan stres inkontinensia urin karena hilangnya tekanan
penutupan uretra (Daneshgari & Moore, 2007).
4) Teori Hammock
Teori hammock menjelaskan bahwa uretra berada di atas lapisan penyokong
yang terdiri atas fasia endopelvik dan dinding vagina anterior. Lapisan penyokong ini
memperoleh stabilitas melalui perlekatannya di bagian lateral dengan fasia arkus
tendineus dan otot levator ani, sehingga dapat disimpulkan dalam sebuah teori bahwa
tekanan intraabdomen diteruskan ke leher kandung kemih dan uretra proksimal,
menutup lubang keluar karena lubang ini tertekan kearah penyokong kaku yaitu fasia
puboservikal dan dinding anterior vagina (Daneshgari & Moore, 2007).
2.2 Definisi
Inkontinensia urine merupakan ketidakmampuan menahan kemih dalam vesika
urinaria yang bisa terjadi karena gangguan neurologis atau mekanis pada sistem yang
mengontrol fungsi berkemih normal (Isselbacher, 1999).
The International Continence Society (ICS) medefinisikan inkontinensia urin
adalah keadaan dimana urin keluar secara involunter yang tampak jelas dan obyektif dan
menjadi masalah sosial dan hygiene. Secara epidemiologi inkotinensia urin adalah adanya
pengeluaran urin yang tidak dapat dikontrol dalam jangka waktu setahun atau lebih dari
episode dalam sebulan (Sinaga, 2011).
Menurut Dmochowsky (2003) dalam Sinaga (2011) Stres inkontinensia urin
adalah pengeluaran urin yang tidak dapat dikontrol, disebabkan oleh tekanan intravesika
cenderung melebihi tekanan penutupan uretra yang berhubungan dengan aktivitas tubuh
(batuk, tertawa, aktivitas fisik) sedangkan kandung kemih tidak berkontraksi.
2.3 Etiologi dan Klasifikasi
Penyebab inkontinensia transien adalah delirium, infeksi (uretritis atau vaginitis),
obat obatan seperti sedatif, hipnotik, diuretik, opiar, penghambat saluran kalsium,
antikolinergik (antidepresan, antihistamin), dekongestan, dan lain-lain. Penyebab lain
yang lebih jarang adalah depresi, pembentukan urin berlebih (diabetes), mobilisasi yang
terbatas (Graber, 2006).
Berikut jenis inkontinensia dan penyebabnya yang spesifik menurut Graber (2006)
a. Inkontinensia dorongan
Pengeluaran urine involunter yang disebabkan oleh dorongan dan keinginan
mendadak untuk berkemih. Hal ini berkaitan dengan kontraksi detrusor secara
involunter. Penyebabnya adalah gangguan neurologik (misalnya stroke, sklerosis
multipel) serta infeksi saluran kemih.
b. Ikontinensia tekanan
Pengeluaran urin involunter selama batuk, bersin, tertawa, atau peningkatan
tekanan intraabdomen lainnya. Paling lazim terjadi pada wanita setelah usia
setengah baya (dengan kehamilan dan pelahiran per vaginam berulang);
inkontinensia tekanan sering disebabkan oleh kelemahan dasar panggul dan
kurangnya dukungan unit sfingter vesikouretra. Penyebab lainnya adalah
kelemahan sfingter uretra intrinsik seperti akibat mielomeningokel, epispadia,
prostatektomi, trauma, radiasi, atau lesi medula spunalis bagian sakral.
c. Inkontinensia aliran berlebih
Pengeluaran urine involunter akibat distensi kandung kemih yang berlebihan. Bisa
terdapat penetasan urine yang sering atau berupa inkontinensia dorongan atau
tekanan. Dapat disertai dengan kandung kemih yang yang kurang aktif,
obstruksijalan keluar kandung kemih (seperti tumor, hipertrofi prostat), obat-
obatan (seperti deuretik), nefropati diabetik, atau defisiensi vitamin B12.
d. Inkontinensia fungsional
Imobilitas, defisist koognitif, paraplegia, atau daya kembang kandung kemih
buruk.
Berikut dibawah ini akan dijelaskan jenis inkontinensia dan etiologinya
menurut Baradero dkk,
a. Inkontinensia overflow. Dapat disebabkan oleh overdistensi kandung kemih..
Infeksi saluran kemih juga mengakibatkan inkontinensia karena bakteri dalam
urine mengiritasi mukosa kandung kemih. Inflamasi akan menstimulasi refleks
urethro-bladder. Demikian juga dengan kerusakan jaringan pada sfingter kandung
kemih akibat pembedahan, trauma, parut uretra karena infeksi, dan relaksasi
perineum dapat mengakibatkan inkontinensia.
b. Inkontinensia stress. Terlihat terutama pada ibu yang mempunyai otot pelvik yang
relaks. Hal ini dapat juga tampak pada individu yang mengalami prostatektomi.
Oksibutinin
Bentyl
3) Pembedahan
Pada inkontinensia stres berat, pembedahan yang disebut vesikouretropeksi
(prosedur Marshall-Marchetti) dapat dilaksanakan. Pada vesiko-uretropeksi
fiksasi uretra pada fasia otot rektus abdominis dengan sokongan pada leher
kandung kemih. Dokter melakukan insisi suprapubik. Kateter uretra dipasang
dan dipertahankan selama 5-6 hari paska operasi. Setelah kateter retra dilepas,
pasien dapat mengalami kesulitan untuk berkemih. Pasien tidak boleh
melakukan manuver Valsava sehingga obat laksatif diberikan untuk mencegah
konstipasi.
4) Diet
Modifikasi diet terdiri dari penjadwalan asupan cairan. Asupan cairan setelah
makan malam perlu dikurangi. Makanan yang dapat menstimulasi kandung
kemih perlu dihindari, misalnya kopi, teh, alkohol, dan cokelat.
BAB 3
Asuhan Keperawatan
3.1 Pengkajian
Beberapa pertanyaan yang dapat ditanyakan pada pasien untuk memperoleh data
subjektif meliputi:
1) Inkonteninsia stress berhubungan dengan kelemahan otot pelvis dan struktur dasar
penyokongnya.
3) Resiko Kerusakan Integitas kulit yang berhubungan dengan irigasi konstan oleh urine
3.6 INTERVENSI
c. Ikuti kewaspadaan
umum (cuci tangan
sebelum dan sesudah
kontak langsung,
pemakaian sarung
tangan)
d. . Kecuali
dikontraindikasikan,
ubah posisi pasien
setiap 2jam dan
anjurkan masukan
sekurang-kurangnya
2400 ml / hari. Bantu
melakukan ambulasi
sesuai dengan
kebutuhan
Klien atas nama Ny. Y umur 50 tahun datang ke Rumah Sakit Z mengatakan kencingnya
lebih dari 10 kali dalam sehari. Klien juga mengatakan dia tidak bisa menahan
kencingnya, karena dia tidak sempat lagi untuk sampai toilet. klien mengaku dia
mengurangi minum agar tidak mengompol lagi. Klien mengatakan sering menahan haus.
Klien mengatakan lecet-lecet pada kulit kemaluannya. Klien mengatakan malu apabila
keluar rumah, karena mengompol dan bau air kencingnya yang menyengat. sehingga
hanya diam dirumah. Klien sebelumnya pernah mengalami inkontinensia sekitar 6 bulan
yang lalu dan sempat terpasang kateter. TD : 160/90 mmHg, ND : 90x/i, S : 37 0C, RR :
18x/menit.
a. Pengkajian
Identitas klien
Nama : Ny. Y
Umur : 50 th
Jenis Kelamin : perempuan
Agama : islam
Status Perkawinan : kawin
Suku Bangsa : serawai
Pendidikan : SD
Pekerjaan : tidak bekerja
Tgl masuk RS : 1 April 20114
No. Register : 15665
2. Riwayat Kesehatan
Alasan kunjungan/keluhan utama :
Klien datang dengan keluarganya ke RS dengan keluhan ingin BAK terus-menerus dan
tidak bisa ditahan sampai ke toilet.
Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan kencingnya lebih dari 10 kali dalam sehari. Klien juga mengatakan dia
tidak bisa menahan kencingnya, karena dia tidak sempat lagi untuk sampai toilet. klien
mengaku dia mengurangi minum agar tidak mengompol lagi. Klien mengatakan sering
menahan haus. Klien mengatakan lecet-lecet pada kulit kemaluannya. Klien mengatakan
malu apabila keluar rumah, karena mengompol dan bau air kencingnya yang menyengat.
sehingga hanya diam dirumah.
Analisa Data
N Data Etiologi Masalah
O
1. DS : Sering berkemih, Perubahan pola
- Klien mengatakan ingin BAK terus urgensi eliminansi
menerus
- Klien mengatakan kencingnya lebih
dari 10 kali dalam sehari.
- Klien juga mengatakan dia tidak bisa
menahan kencingnya
DO:
- Klien sering mengompol
2. DS : Irigasi konstan oleh Kerusakan
- Klien mengatakan nyeri pada saat urine integritas kulit
mengeluarkan urine
Kklien mengatakan lecet pada kulit
area kemaluannya
DO:
Kulit area genitalia tampak kemerahan
3. Perubahan Mengurangi Individu akan a. Tentukan pola a. Biasanya
pola eliminasi atau Menjadi kontinen berkemih frekuensi dan
berhubungan mengatasi (terutama selama normal pasien urgensi
dengan sering pola eliminasi siang hari, dan tentukan meningkat
berkemih, agar dapat malam, 24 jam) variasi bila kalkulus
urgensi berkemih dan mampu b. Dorong mendekati
normal mengidentifikasi mningkatkan pertemuan
penyebab pemasukan uretrovesikal
inkontinens dan cairan b. Peningkatan
rasional untuk c. kaji keluhan hidrasi
pengobatan kandung kemih membilas
penuh, palpasi bakteri,
untuk daerah darah,dan
suprapubik debris dan
d. Kolaborasi: dapat
Ambil urine untuk membantu
kultur dan uji lewatnya batu
sensivitas c. Retensi urine
dapat terjadi
menyebabkan
distensi
jaringan dan
potensial
resiko infeksi,
gagal ginjal
d. Menentukan
adanya ISK,
atau gejala
komplikasi
4 Resiko isolasi Setelah Klien tidak a. Yakinkan a. Memberikan
sosial dilakukan menarik diri dari apakah informasi
berhubungan tindakan lingkungan konseling tentang
dengan keperawatan dilakukan dan tingkat
keadaan yang 2x24 jam atau perlu pengetahuan
memalukan klien mau diversi urinaria, pasien / orang
akibat menceritakan diskusikan pada terdekat
mengompol keluhannya saat pertama. tentang
dan bau urine b. Dorong pasien / situasi
orang terdekat individu dan
untuk Pasien
mengatakan menerimanya
perasaan. Akui (contoh;
kenormalan inkontinensia
perasaan marah, tak sembuh,
depresi, dan infeksi)
kedudukan b. Memberikan
karena kesempatan
kehilangan. menerima
Diskusikan isu / salah
“peningkatan konsep.
dan penurunan” Membantu
tiap hari yang pasien / orang
dapat terjadi terdekat
setelah pulang. menyadari
c. Perhatikan bahwa
perilaku perasaan
menarik diri, yang dialami
peningkatan tidak biasa
ketergantungan, dan bahwa
manipulasi atau perasaan
tidak terlibat bersalah pada
pada asuhan mereka tidak
d. Berikan perlu /
kesempatan membantu.
untuk pasien / c. Dugaan
orang terdekat masalah pada
untuk penyesuaian
memandang dan yang
menyentuh memerlukan
stoma, gunakan evaluasi
kesempatan lanjut dan
untuk terapi lebih
memberikan efektif.
tanda positif d. Meskipun
penyembuhan, integrasi
penampilan, stoma ke
normal dalam citra
e. Berikan tubuh
kesempatan memerlukan
pada klien waktu
untuk menerima berbulan-
keadaannya bulan /
melalui tahunan,
partisipasi melihat stoma
dalam dan
perawatan diri mendengar
f. Pertahankan komentar
pendekatan dapat
positif, selama membantu
aktivitas pasien dalam
perawatan, penerimaan.
menghindari e. Kemandirian
ekspresi dalam
menghina atau perawatan
reaksi memperbaiki
mendadak harga diri.
f. Meningkatka
n rasa kontrol
dan
memberikan
pesan bahwa
pasien dapat
mengatasiny,
meningkatkan
harga diri.