Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

Psoriasis adalah penyakit kulit kronik residif dengan lesi yang khas berupa bercak-
bercak eritema berbatas tegas, ditutupi oleh skuama yang tebal berlapis-lapis berwarna putih
mengkilap serta transparan, disertai fenomen tetesan lilin, Auspitz dan Kobner, Psoriasis ini
juga disebut dengan psoriasis.1,2
Psoriasis berasal dari bahasa Yunani “psora” yang berarti gatal, ketombe atau ruam,
meskipun sebagian besar pasien tidak mengeluhkan rasa gatal. Psoriasis merupakan penyakit
multifaktor dengan beberapa predisposisi seperti faktor genetik, lingkungan, inflamasi
(dimediasi proses imunologis), serta beberapa faktor penyerta seperti obesitas, trauma,
infeksi, serta defisiensi bentuk aktif vitamin D3.3
Tempat prediksi pada Scalp, perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstremitas
bagian ekstensor terutama siku serta lutut dan daerah lumbosakral.1,2
Penyakit ini penting diketahui dan dipelajari karena tatalaksananya tidak terbatas pada
lesi kulit. Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai studi dilakukan untuk dapat menjelaskan
mekanisme molekulernya. Namun, masih belum diketahui secara jelas, termasuk penyebab
utamanya, apakah gangguan imunologis ataukah epitelial, penyebab autoimun proses
inflamasi, relevansi faktor sistemik versus faktor dermatologis, serta peran gen versus
pengaruh lingkungan dalam inisiasi, progresi, serta responsnya terhadap terapi.3

1
BAB II
LAPORAN KASUS

Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 63 tahun
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jln. Halmahera RT 20
Status Pernikahan : Menikah
Suku Bangsa : Melayu
Hobi : Memasak
Tanggal Berobat : 20 Juli 2017

Autoanamnesis
Keluhan Utama : Bercak Kemerahan yang meninggi pada kulit yang disertai
rasa gatal dan bersisik tebal, berlapis-lapis berwarna putih
pada kedua lengan, perut, kedua tungkai sejak ± 2 bulan
yang lalu.
Keluhan Tambahan : -
Riwayat Perjalanan Penyakit :
Sejak ± 3 bulan yang lalu pasien mengeluhkan timbulnya bercak -bercak kemerahan
pada kulit yang disertai rasa gatal di perut, kedua lengan, siku dan kedua tungkai. Awalnya
pertama kali pasien mengeluhkan bercak kemerahan sebesar uang koin 100 rupiah yang
terdapat pada perut bagian bawah nya lama kelamaan bercak tersebut semakin gatal, lama
kelamaan bercak-bercak tersebut membesar sehingga membentuk bercak-bercak kemerahan
yang meninggi dan bersisik tebal dan berlapis berwarna putih dan tidak berminyak. Jika
bercak-bercak kemerahan terasa gatal pasien mengaruk nya dan mengakibatkan kulitnya
mengelupas. Bila keringatan dan pada malam hari terasa lebih gatal sehingga menggaruknya
sampai berdarah, kemudian pasien berobat ke Puskesmas dan diberikan obat dan salep.
± 2 bulan yang lalu pasien merasa keluhan tersebut tidak berkurang kemudian lama
kelamaan muncul kembali bercak-bercak kemerahan disertai dengan gatal dan bersisik tebal
dan berlapis berwarna putih sepertih serpihan ketombe jika di garuk, dan makin meluas ke
bagian paha dan tungkai bercak-bercak kemerahan yang sedikit meninggi yang terasa gatal,
2
Pasien tidak demam sebelumnya. Akhir-akhir ini pasien mengeluh sedang banyak pikiran.
Pasien akhirnya pasien memutuskan untuk berobat ke poliklinik Rumah Sakit H. Abdul
Manap Kota Jambi.
± 1 bulan yang lalu pasien memulai pengobatan rutin dari RS H. Abdul Manap,
dengan keluhan gatal dan bercak kemerahan yang semakin berkurang. Sampai saat ini pasien
sudah 3 kali control ke poliklinik.

Riwayat Penyakit Dahulu :


 Pasien pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya ± 3 bulan yang lalu.
 Riwayat diabetes (+)

Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama seperti Pasien.

Pemeriksan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Kompos Mentis
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 130/70 mmHg
Nadi : 78x/i
Pernafasan : 20x/i
Suhu : Afebris
Kepala :
Bentuk : Normochepali
Mata : Konjungtiva anemis (-/-),
sklera ikterik (-/-).
Pupil isokor kiri kanan
Hidung : Septum deviasi (-), sekret (-)
Mulut : Bibir kering (-),
dinding faring hiperemis (-)
Telinga : Normal, tanda radang (-)

Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)


3
Thoraks :
Inspeksi : Bentuk normal, gerak nafas kedua dada Simetris, lesi kulit (-)
Palpasi : Vokal fremitus (+/+) simetris
Perkusi : Sonor dikedua paru
Auskultasi :
- Jantung : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
- Paru : SN vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Abdomen :
Inspeksi : Datar, tampak lesi kulit
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba membesar
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal

Ekstremitas Superior : akral hangat, oedem (-), sianosis (-)


Ekstermitas Inferior : akral hangat, oedem (-), sianosis (-)
Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan secara langsung

4
Status Dermatologis
1. Regio abdominis lateralis

Regio femoralis anterior dextra dan sinistra Regio femoralis anterior dextra dan
sisnistra
Plak eritematosa, hipopigmentasi, skuama
kasar, miliar, sirkumkripta, tepi tidak aktif,
daerah sekitar kulit normal

Regio abdominis lateralis dextra dan sinistra

Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan tetesan lilin
2. Pemeriksaan Auspitz

5
Diagnosis Banding
1. Psoriasis
2. Dermatofitosis
3. Dermatitis seboroik

Diagnosis Kerja
Psoriasis

Terapi
Terapi umum
Penatalaksanaan umum yaitu dengan memberikan edukasi kepada pasien, seperti:
- Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit dan penatalaksanaannya.
- Membersihkan serta memotong kuku.
- Mencegah garukan dan gosokan
- Cukup istirahat
- Menghindari faktor pencetus.
Terapi khusus
a. Sistemik
Cetirizine 1 x10 mg tablet per hari selama 7 hari jika gatal.
b. Topikal
Biomoist (emolien) digunakan sebelum menggunakan krim betamethasone
dipropionat 0,05% krim.
Betamethason dipropionat 0.05% dicampur dengan calcipotriol  krim yang di oleh
tipis – tipis pada lesi yang diberikan 2 kali sehari terutama pada pagi dan malam hari.

Prognosis
Quo Ad vitam : Bonam
Quo Ad functionam : Bonam
Quo Ad sanationam : Bonam

Pemeriksaan Anjuran
1. Pemeriksaan Kobner
2. Histopatologi

6
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
Psoriasis merupakan penyakit autoimun, bersifat kronik dan residif, ditandai dengan
adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama kasar, berlapis-lapis dan
transparan; disertai dengan fenomenon tetesan lilin, Auspitz, dan Kobner.1,2

3.2 Epidemiologi
Kasus psoriasis makin sering dijumpai. Insiden pada orang kulit putih lebih tinggi
daripada penduduk kulit berwarna. Di Eropa dilaporkan sebanyak 3-7%, di Amerika 1-2%,
sedangkan di Jepang 0,6%. Pada bangsa kulit hitam, misalnya di Afrika, jarang dilaporkan,
demikian pula bangsa indian di amerika. Insiden pada pria agak lebih banyak daripada
wanita, psoriasis terdapat pada semua usia tetapi umumnya pada orang dewasa.1,2
Insidens psoriasis menurut Cholis dkk. (1996-1998), dari 6 – 10 rumah sakit di
Indonesia bervariasi antara 0,62% - 0,92%, sedangkan Ekarini dkk (1995 –1998) melaporkan
di RSDK terdapat 0,85% kasus psoriasis. Psoriasis pada anak tidak banyak ditemukan dan
jarang pada usia di bawah 3 tahun. Djajadilaga dkk di RSCM Jakarta melaporkan psoriasis
anak sebesar 0,44% dari seluruh pasien baru di poliklinik kulit anak dan 7,95% dari seluruh
pasien psoriasis selama kurun waktu 5 tahun.3

3.3 Etiopatogenesis
Penyebab psoriasis tidak diketahui, tetapi faktor genetik berperan dalam penyakit ini.
Bila orang tuanya tidak menderita psoriasis risiko mendapatkan psoriasis 12%, sedangkan
jika salah satu orang tuanya menderita psoriasis maka resikonya mencapai 34-39%.1

3.4 Manifestasi Klinis


Lesi psoriasis vulgaris berupa plak eritematous, berbatas tegas, simetris, kering, tebal
dengan ukuran yang beragam serta dilapisi oleh skuama tebal berlapis-lapis dan berwarna
putih seperti mika. Plak eritematous yang tebal menandakan adanya hiperkeratosis,
parakeratosis, akantosis, pelebaran pembuluh darah dan inflamasi. Tempat predileksi lesi
psoriasis yaitu pada scalp, ekstensor lengan, kaki, lutut, siku, dorsum manus dan dorsum
pedis (skor PASI 4,3). Keluhan yang dirasakan adalah gatal dan kadang rasa panas yang

7
membuat pasien merasa tidak nyaman. Bentuk kelainan bervariasi : lentikuler, numular atau
plakat dapat berkonfluensi.1,4

Gambar 3.1 Daerah Predileksi Psoriasis

Lesi psoriasis memiliki empat karakteristik yaitu: (1) bercak-bercak eritem yang
meninggi (plak) dengan skuama di atasnya. Eritema sirkumskripta dan merata, tetapi pada
stadium lanjut sering eritema yang ditengah menghilang dan hanya terdapat dipingir, (2)
skuama berlapis-lapis, kasar, dan berwarna putih seperti mika dan transparan, (3) pada kulit
terdapat eritema mengkilap yang homogen dan terdapat perdarahan kecil jika skuama dikerok
(Auspitz sign) (4) ukuran lesi bervariasi-lentikuler, numuler, plakat.1,4
Pada psoriasis terdapat fenomena yang khas yaitu fenomena tetesan lilin dimana bila
lesi yang berbentuk skuama dikerok maka skuama akan berubah warna menjadi putih yang
disebabkan oleh karena perubahan indeks bias. Auspitz sign ialah bila skuama yang berlapis-
lapis dikerok akan timbul bintik-bintik pendarahan yang disebabkan papilomatosis yaitu
papilla dermis yang memanjang tetapi bila kerokan tersebut diteruskan maka akan tampak
pendarahan yang merata. Fenomena kobner ialah bila kulit penderita psoriasis terkena trauma
misalnya garukan maka akan muncul kelainan yang sama dengan kelainan psoriasis.1,4

8
a. Bentuk Klinis1,5,6
a. Psoriasis vulgaris
Bentuk ini adalah yang lazim terdapat karena itu disebut psoriasis vulgaris.
Dinamakan juga tipe plak karena lesi-lesinya pada umumnya berbentuk plak. Tempat
predileksinya yaitu pada scalp, perbatasan scalp dengan wajah, ekstremitas terutama bagian
ekstensor yaitu lutut, siku dan daerah lumbosakral.
b. Psoriasis gutata
Diameter kelainan biasanya tidak melebihi 1 cm. Timbulnya mendadak dan
diseminata, umumya setelah infeksi Streptococcus di saluran napas bagian atas sehabis
influenza atau morbili terutama pada anak dan dewasa muda. Selain itu juga dapat timbul
setelah infeksi yang lain baik bacterial maupun viral.
c. Psoriasis pustularis generalisata dan lokalisata
Generalisata
- Juga disebut von Zumbusch
- Secara khas ditandai oleh pustule steril yang mengenai sebagian besar area tubuh dan
ekstremitas
- Pada kasus berat pustule dapat bergabung dan membentuk kumpulan pus (lake of
pustules)
- Fungsi perlindungan kulit hilang. Dan pasien rentan terhadap infeksi, hilangnya cairan
dan nutrient
- Sering disertai dengan gejala sistemik missal demam dan malaise
- Dapat membahayakan kehidupan
Lokalisata
- Pustule terlokalisasi pada palmar dan plantar
- Pustule dapat terletak diatas plak
- Sangat mengganggu karena kesulitan menggunakan tangan atau kaki

d. Psoriasis eritoderma
Tipe ini mengenai hampir seluruh bagian tubuh, dengan efl oresensi utama eritema.
Skuama tipis, superf sial, tidak tebal, serta melekat kuat pada permukaan kulit di bawahnya
seperti psoriasis pada umumnya, dengan kulit yang hipohidrosis. Risiko hipotermia sangat
besar karena vasodilatasi luas pada kulit.

9
b. Pemeriksaan Penunjang
Histopatologi
Psoriasis memberikan gambaran histopatologik yang khas yakni parakeratosis dan
akantosis. Pada stratum spinosum terdapat kelompok leukosit yang disebut abses Munro.
Selain itu terdapat pula papilomatosis dan vasodilatasi di subepidermis.1

c. Diagnosis Banding
Jika gambaran klininya khas, tidaklah susah untuk menegakkan diagnosis psoriasis.
Jika tidak khas maka harus dibedakan dengan beberapa penyakit lain yang tergolong dalam
dermatosis eritroskuamosa. Dalam mendiagnosis psoriasis perlu diperhatikan menganai ciri
khas psoriasis yaitu skuama kasar, transparan serta berlapis-lapis disertai fenomena tetesan
lilin, Auspitz dan Kobner. 1
Pada stadium penyembuhan dapat ditemukan eritema yang hanya terdapat di pinggir
sehingga menyerupai dermatofitosis. Perbedaanya adalah terdapat keluhan yang sangat gatal
pada dermatofitosis dan pada pemeriksaan sediaan langsung ditemukan adanya jamur.1,5
Sifilis stadium II dapat menyerupai psoriasis dan disebut sifilis psoriaformis.
Perbedaanya adalah pada sifilis terdapat riwayat hubungan seksual dengan tersangka yang
juga menderita sifilis, pembesaran KGB menyeluruh dan tes serologic untuk sifilis positif.1,5
Dermatitis seboroik berbeda dengan psoriasis karena skuamanya berminyak dan
kekuning-kuningan dan tempat predileksinya pada tempat yang seboroik.1,5

3.8 Tatalaksana1,3,4,5
Secara garis besar, pengobatan pada psoriasis terdiri dari pengobatan secara sistemik,
pengobatan secara topical, terapi penyinaran dengan PUVA dan pengobatan dengan cara
Goeckman.

1. Pengobatan Sistemik
a. Kortikosteroid
Kortikosteroid dapat mengontrol psoriasis dengan dosis ekuivalen prednisone
30mg per hari. Setelah membaik dosis diturunkan perlahan-lahan lalu diberikan dosis
pemeliharaan. Penghentian obat secara mendadak akan menyebabkan kekambuhan
dan dapat terjadi psoriasis pustulosa generalisata.

10
b. Obat Sitostatik
Obat sitistatik yang biasa digunakan adalah metotrexate. Obat ini bekerja
dengan cara menghambat enzim dihidrofolat reduktase, sehingga menghambat
sintesis timidilat dan purin. Obat ini menunjukkan hambatan replikasi dan fungsi sel T
dan mungkin juga sel B karena adanya efek hambatan sintesis.
Indikasinya ialah untuk psoriasis, psoriasis pustulosa, psoriasis arthritis
dengan lesi kulit dan eritroderma karena psoriasis yang sukar terkontrol dengan obat
standar. Kontraindikasinya ialah bila terdapat kelainan hepar, ginjal, system
hematopoetik, kehamilan, penyakit infeksi aktif (misalnya TBC, Ulkus peptikum,
colitis ulserosa dan psikosis). Pada awalnya metotrexate diberikan dengan dosis inisial
5 mg per orang dengan psoriasis untuk melihat apakah ada gejala sensitivitas atau
gejala toksik. Jika tidak terjadi efek yang tidak diinginkan maka MTX diberikan
dengan dosis 3 x 2.5mg dengan interval 12 jam selama 1 minggu dengan dosis total
7.5mg. Jika tidak ada perbaikan maka dosis dinaikkan 2,5 - 5 mg per minggu dan
biasanya dengan dosis 3 x 5 mg akan tampak ada perbaikan. Cara lain adalah dengan
pemberian MTX i.m dosis tunggal sebesr 7,5 – 25 mg. Tetapi dengan cara ini lebih
banyak menimbulkan reaksi sensitivitas dan reaksi toksik. Jika penyakit telah
terkontrol maka dosis perlahan diturunkan dan diganti ke pengobatan secara topical.
Setiap 2 minggu dilakukan pemeriksaan hematologic, urin lengkap, fungsi
ginjal dan fungsi hati. Bila jumlah leukosit < 3500/uL maka pemberian MTX
dihentikan. Bila fungsi hepar baik maka dilakukan biopsy hepar setiap kali dosis
mencapai dosis total 1,5 gram, tetapi bila fungsi hepar abnormal maka dilakukan
biopsy hepar bila dosis total mencapai 1 gram.
Efek samping dari penggunaan MTX adalah nyeri kepala, alopecia, saluran
cerna, sumsul tulang, hepar dan lien. Pada saluran cerna berupa nausea, nyeri
lambung, stomatitis ulcerosa dan diare. Pada reaksi yang hebat dapat terjadi enteritis
hemoragik dan perforasi intestinal. Depresi sumsum tulang menyebabkan timbulnya
leucopenia, trombositopenia dan kadang-kadang anemia. Pada hepar dapat terjadi
fibrosis dan sirosis.
c. Levodopa
Levodopa sebenarnya dipakai untuk penyakit Parkinson. Pada beberapa pasien
Parkinson yang juga menderita psoriasis dan diterapi dengan levodopa menunjukkan
perbaikan. Berdasarkan penelitian, Levodopa menyembuhkan sekitar 40% pasien
dengan psoriasis. Dosisnya adalah 2 x 250 mg – 3 x 250 mg. Efek samping levodopa
11
adalah mual, muntah, anoreksia, hipotensi, gangguan psikis dan gangguan pada
jantung.
d. Diaminodifenilsulfon
Diaminodifenilsulfon (DDS) digunakan pada pengobatan psoriasis pustulosa
tipe Barber dengan dosis 2 x 100 mg sehari. Efek sampingnya adalah anemia
hemolitik, methemoglobinuria dan agranulositosis.
e. Etretinat & Asitretin
Etretinat merupakan retinoid aromatik, derivat vitamin A digunakan bagi
psoriasis yang sukar disembuhkan dengan obat-obat lain mengingat efek sampingnya.
Etretinat efektif untuk psoriasis pustular dan dapat pula digunakan untuk psoriasis
eritroderma. Pada psoriasis obat tersebut mengurangi proliferasi sel epidermal pada
lesi psoriasis dan kulit normal. Dosisnya bervariasi : pada bulan pertama diberikan
1mg/kgbb/hari, jika belum terjadi perbaikan dosis dapat dinaikkan menjadi 1½
mg/kgbb/hari. Efek sampingnya berupa kulit menipis dan kering, selaput lendir pada
mulut, mata, dan hidung kering, kerontokan rambut, cheilitis, pruritus, nyeri tulang
dan persendian, peninggian lipid darah, gangguan fungsi hepar, hiperostosis, dan
teratogenik. Kehamilan hendaknya tidak terjadi sebelum 2 tahun setelah obat
dihentikan. Asitretin (neotigason) merupakan metabolit aktif etretinat yang utama.
Efek sampingnya dan manfaatnya serupa dengan etretinat. Kelebihannya, waktu
paruh eliminasinya hanya 2 hari, dibandingkan dengan etretinat yang lebih dari 100
hari.
f. Siklosporin
Siklosporin berikatan dengan siklofilin selanjutnya menghambat kalsineurin.
Kalsineurin adalah enzim fosfatase dependent kalsium dan memgang peranan kunci
dalam defosforilasi protein regulator di sitosol, yaitu NFATc (Nuclear Factor of
Activated T Cell). Setelah mengalami defosforilasi, NFATc ini mengalami translokasi
ke dalam nukleus untuk mengaktifkan gen yang bertanggung jawab dalam sintesis
sitokin, terutama IL-2. Siklosporin juga mengurangi produksi IL-2 dengan cara
meningkatkan ekspresi TGF-ß yang merupakan penghambat kuat aktivasi limfosit T
oleh IL-2. Meningkatnya ekspresi TGF-ß diduga memegang peranan penting pada
efek imunosupresan siklosporin.
Efeknya ialah imunosupresif. Dosisnya 1-4 mg/kgbb/hari. Bersifat nefrotoksik
dan hepatotoksik. Hasil pengobatan untuk psoriasis baik, hanya setelah obat
dihentikan dapat terjadi kekambuhan.
12
g. Terapi biologic
Obat biologic merupakan obat yang baru dengan efeknya memblok langkah
molecular spesifik yang penting paa pathogenesis psoriasis. Contoh obatnya adalah
alefaseb, efalizumab dan TNF-α-antagonist.

2. Pengobatan Topikal
a. Preparat Ter
Obat topikal yang biasa digunakan adalah preparat ter, yang efeknya adalah
anti radang. Menurut asalnya preparat ter dibagi menjadi 3, yakni yang berasal dari:
 Fosil, misalnya iktiol.
 Kayu, misalnya oleum kadini dan oleum ruski.
 Batubara, misalnya liantral dan likuor karbonis detergens
Preparat ter yang berasal dari fosil biasanya kurang efektif untuk psoriasis, yang
cukup efektif ialah yang berasal dari batubara dan kayu. Ter dari batubara lebih
efektif daripada ter berasal dari kayu, sebaliknya kemungkinan memberikan iritasi
juga besar. Pada psoriasis yang telah menahun lebih baik digunakan ter yang berasal
dari batubara, karena ter tesbut lebih efektif daripada ter yang berasal dari kayu dan
pada psoriasis yang menahun kemungkinan timbulnya iritasi kecil. Sebaliknya pada
psoriasis akut dipilih ter dari kayu, karena jika dipakai ter dari batu bara dikuatirkan
akan terjadi iritasi dan menjadi eritroderma.
Ter yang berasal dari kayu kurang nyaman bagi penderita karena berbau
kurang sedap dan berwarna coklat kehitaman. Sedangkan likuor karbonis detergens
tidak demikian. Konsentrasi yang biasa digunakan 2 – 5%, dimulai dengan
konsentrasi rendah, jika tidak ada perbaikan konsentrasi dinaikkan. Supaya lebih
efektif, maka daya penetrasi harus dipertinggi dengan cara menambahkan asam
salisilat dengan konsentrasi 3 – 5 %. Sebagai vehikulum harus digunakan salap
karena salap mempunyai daya penetrasi terbaik.
b. Kortikosteroid
Kortikosteroid topikal memberi hasil yag baik. Potensi dan vehikulum
bergantung pada lokasinya. Pada skalp, muka dan daerah lipatan digunakan krim, di
tempat lain digunakan salap. Pada daerah muka, lipatan dan genitalia eksterna dipilih
potensi sedang, bila digunakan potensi kuat pada muka dapat memberik efek samping
di antaranya teleangiektasis, sedangkan di lipatan berupa strie atrofikans. Pada batang
tubuh dan ekstremitas digunakan salap dengan potensi kuat atau sangat kuat
13
bergantung pada lama penyakit. Jika telah terjadi perbaikan potensinya dan
frekuensinya dikurangi.
c. Ditranol (Atralin)
Obat ini dikatakan efektif. Kekurangannya adalah mewarnai kulit dan pakaian.
Konsentrasi yang digunakan biasanya 0,2-0,8 persen dalam pasta, salep, atau krim.
Lama pemakaian hanya ¼ – ½ jam sehari sekali untuk mencegah iritasi.
Penyembuhan dalam 3 minggu.
d. Pengobatan dengan Penyinaran
Seperti diketahui sinar ultraviolet mempunyai efek menghambat mitosis,
sehingga dapat digunakan untuk pengobatan psoriasis. Cara yang terbaik ialah
penyinaran secara alamiah, tetapi sayang tidak dapat diukur dan jika berlebihan akan
memperberat psoriasis. Karena itu digunakan sinar ultraviolet artifisial, diantaranya
sinar A yang dikenal dengan UVA. Sinar tersebut dapat digunakan secara tersendiri
atau berkombinasi dengan psoralen (8-metoksipsoralen, metoksalen) dan disebut
PUVA, atau bersama-sama dengan preparat ter yang dikenal sebagai pengobatan cara
Goeckerman.
Dapat juga digunakan UVB untuk pengobatan psoriasis tipe plak, gutata,
pustular, dan eritroderma. Pada yang tipe plak dan gutata dikombinasikan dengan
salep likuor karbonis detergens 5 -7% yang dioleskan sehari dua kali. Sebelum disinar
dicuci dahulu. Dosis UVB pertama 12 -23 m J menurut tipe kulit, kemudian dinaikkan
berangsur-angsur. Setiap kali dinaikkan sebagai 15% dari dosis sebelumnya.
Diberikan seminggu tiga kali. Target pengobatan ialah pengurangan 75% skor PASI
(Psoriasis Area and Severity Index). Hasil baik dicapai pada 73,3% kasus terutama
tipe plak.
e. Calcipotriol
Calcipotriol ialah sintetik vitamin D. Preparatnya berupa salep atau krim 50
mg/g. Perbaikan setelah satu minggu. Efektivitas salep ini sedikit lebih baik daripada
salap betametason 17-valerat. Efek sampingnya pada 4 – 20% berupa iritasi, yakni
rasa terbakar dan tersengat, dapat pula telihat eritema dan skuamasi. Rasa tersebut
akan hilang setelah beberapa hari obat dihentikan.
f. Tazaroten
Merupakan molekul retinoid asetilinik topikal, efeknya menghambat
proliferasi dan normalisasi petanda differensiasi keratinosit dan menghambat petanda
proinflamasi pada sel radang yang menginfiltrasi kulit. Tersedia dalam bentuk gel,
14
dan krim dengan konsentrasi 0,05 % dan 0,1 %. Bila dikombinasikan dengan steroid
topikal potensi sedang dan kuat akan mempercepat penyembuhan dan mengurangi
iritasi. Efek sampingnya ialah iritasi berupa gatal, rasa terbakar dan eritema pada 30
% kasus, juga bersifat fotosensitif.
g. Emolien
Efek emolien ialah melembutkan permukaan kulit. Pada batang tubuh (selain
lipatan), ekstremitas atas dan bawah biasanya digunakan salep dengan bahan dasar
vaselin 1-2 kali/hari, fungsinya juga sebagai emolien dengan akibat meninggikan daya
penetrasi bahan aktif. Jadi emolien sendiri tidak mempunyai efek antipsoriasis.

3. PUVA
Karena psoralen bersifat fotoaktif, maka dengan UVA akan terjadi efek yang sinergik.
Mula-mula 10 – 20 mg psoralen diberikan per os, 2 jam kemudian dilakukan penyinaran.
Terdapat bermacam-macam bagan, di antaranya 4 x seminggu. Penyembuhan mencapai 93%
setelah pengobatan 3 – 4 minggu, setelah itu dilakukan terapi pemeliharaan seminggu sekali
atau dijarangkan untuk mencegah rekuren. PUVA juga dapat digunakan untuk eritroderma
psoriatik dan psoriasis pustulosa. Beberapa penyelidik mengatakan pada pemakaan yang
lama kemungkinan akan terjadi kanker kulit.

4. Pengobatan Cara Goeckerman


Pada tahun 1925 Goeckerman menggunakan pengobatan kombinasi ter berasal dari
batubara dan sinar ultraviolet. Kemudian terdapat banyak modifikasi mengenai ter dan sinar
tersebut. Yang pertama digunakan ialah crude coal ter yang bersifat fotosensitif. Lama
pengobatan 4 – 6 minggu, penyembuhan terjadi setelah 3 minggu. Ternyata bahwa UVB
lebih efektif daripada UVA.

15
BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien yang dicurigai dengan psoriasis datang dengan keluhan timbul bercak putih
kemerahan bersisik. Bercak terdistribusi di perut dan kedua tungkai. Pada pemeriksaan
dermatologis ditemukan gambaran lesi berupa eritema, plak, skuama kasar putih berlapis-
lapis. gambaran klinis ini cocok dengan gambaran klinis pada pasien psoriasis. Pada
penderita psoriasis keadaan umum tidak dipengaruhi, kecuali pada psoriasis yang menjadi
eritroderma. sebagian penderita mengeluh gatal ringan.
Tempat predileksinya pada skalp, perbatasan daerah tersebut dengan muka,
ekstremitas bagian ekstensor terutama siku serta lutut, dan daerah lumbosakral. Kelainan
kulit terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi (plak) dengan skuama diatasnya.
Eritema sirkumskrip dan merata, tetapi pada stadium penyembuhan sering eritema yang di
tengah menghilang dan hanya terdapat di pinggir. Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna
putih seperti mika, serta transparan. Besar kelainan bervariasi: lentikuler, numular atau
plakat, dapat berkonfluensi.
Diagnosis banding dari psoriasis, antara lain : pada diagnosis banding hendaknya
selalu diingat, bahwa pada psoriasis terdapat tanda-tanda khas, yakni skuama kasar,
transparan serta berlapis-lapis, fenomena tetesan lilin, dan fenomena Auspits. Psoriasis dapat
dibedakan dengan beberapa kelainan dibawah ini :
1. Pada stadium penyembuhan dapat ditemukan eritema yang hanya terdapat di pinggir
sehingga menyerupai dermatofitosis. Perbedaanya adalah terdapat keluhan yang sangat
gatal pada dermatofitosis dan pada pemeriksaan sediaan langsung ditemukan adanya
jamur.
2. Sifilis stadium II dapat menyerupai psoriasis dan disebut sifilis psoriaformis. Perbedaanya
adalah pada sifilis terdapat riwayat hubungan seksual dengan tersangka yang juga
menderita sifilis, pembesaran KGB menyeluruh dan tes serologic untuk sifilis positif.
3. Ptiriasis rosea biasanya berjalan subakut,lesi berbentuk oval, tepi sedikit meninggi dan
ditutupi skuama halus. Predileksi biasanya didaerah badan yang tertutup pakaian.

16
BAB V
KESIMPULAN

1. Telah dilaporkan pasien Ny. S, 63 tahun dengan diagnose psoriasis.


2. Psoriasis merupakan penyakit autoimun, bersifat kronik dan residif, ditandai dengan
adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama kasar, berlapis-lapis dan
transparan; disertai dengan fenomenon tetesan lilin, Auspitz, dan Kobner.
3. Secara garis besar, pengobatan pada psoriasis terdiri dari pengobatan secara sistemik,
pengobatan secara topical, terapi penyinaran dengan PUVA dan pengobatan dengan
cara Goeckman.

17
DAFTAR PUSTKA

1. Djuanda A. Dermatosis Eritroskuamosa . Dalam : Djuanda A, Hamzah M, Aisah S,


ed. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi ke-6. Jakarta : FK-UI. 2010. Hal. 189-
195.
2. Siregar, R. S. Atlas Berwarna Saripati penyakit Kulit. Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta (1996).
3. Yuliastuti, Dwinidya, Psoriasis. Cited 21 Juli 2017. Available from :
http://www.kalbemed.com/Portals/6/08_235Psoriasis.pdf.
4. Gudjonsson JE, Elder JT. Psoriasis. In : Feedberg IM et al, Editors. Psoriasis
Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine. 5th Edition. Volume 1. New York :
The McGraw-Hill Companies; 2008. p. 169-193.
5. Suriadiredja A, Toruan T.L, dkk. Panduan Layanan Klinis Dokter Spesialis
Dermatologi dan Venereologi. Jakarta : PERDOSKI. 2014. Hal. 166-178.
6. Davey, Patrick. Psoriasis. At. A Glance Medicine. Erlangga : Jakarta. 2005

18
Diskusi :

Tanya :
1. Mengapa diberikan betametashone dipropionate 0,05% krim pada pasien ini?
2. Apa yang terjadi jika pasien ini diberikan obat kortikosteroid sistemik?
Jawab :
1. Karena pada pasien ini termasuk psoriasis kronis tipe plak dengan derajat sedang
>3%-10% luas permukaan tubuh maka digunakan kortikosteroid topikal golongan
superpotent untuk mengobati skuama kasar dan bertingkat.
2. Psoriasis merupakan penyakit kronis residif. Bila diberikan kortikosteroid sistemik
risiko kambuh lebih tinggi jika pengobatan dihentikan dan akan terjadi rebound
phenomenom.

Tanya :
Bagaimana pemeriksaan kobner dilakukan?
Jawab :
Pada lesi dengan skuama berlapis di goreskan sampai ke kulit yang normal kemudian lesi
dari kulit normal yang sengaja dilukai dalam 3 minggu akan timbul skuama keras berlapis
seperti pada kulit yang menderita psoriasis.

19

Anda mungkin juga menyukai