Anda di halaman 1dari 11

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah selesai mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan dapat menyebutkan reaksi
hipersensitivitas yang menyebabkan bercak merah pada kulit dan menjelaskan tentang
penyebab, patomekanisme reaksi yang bersangkutan, terutama imunopatogenesis terjadinya
reaksi ini. Kerusakan jaringan, tanda/gejala yang ditemukan, cara diagnosis penunjang, serta
penatalaksanaan kasus yang bersangkutan.

KASUS
SKENARIO: Bercak Merah pada Kulit
Seorang ibu rumah tangga berumur 20 tahun datang ke Dokter Praktek Swasta dengan
keluhan bercak kemerahan berbatas tegas di pergelangan tangan, muncul 4 hari yang lalu.
Bercak tersebut agak hangat pada perabaan, terasa gatal, dan tidak ada nyeri pada penekanan.
Keadaan ini sifatnya kambuhan terutama setelah mencuci. Lokasi kelainannya bisa di sela-
sela jari tangan atau di sela-sela jari kaki.

LEMBAR KERJA
a. Klarifikasi Kata Sulit
1. Bercak = daerah yang berbatas tegas
2. Nyeri = perasaan sedih, menderita, atau agoni disebabkan oleh rangsangan
pada ujung-ujung saraf khusus
b. Kata/Kalimat Kunci
1. Ibu rumah tangga 20 tahun
2. Bercak merah berbatas tegas di pergelangan tangan
3. Muncul 4 hari lalu
4. Bercak agak hangat pada perabaan, terasa gatal, dan tidak nyeri pada penekakan
5. Bercak bersifat kambuhan terutama setelah mencuci
6. Lokasi bercak di sela-sela jari tangan atau di sela-sela jari kaki

c. Pertanyaan
1. Jelaskan anatomi, histologi, dan fisiologi kulit!
2. Jelaskan etiologi bercak merah!
3. Bagaimana patomekanisme bercak merah?
4. Sebutkan DD yang berkaitan dengan bercak merah dan diagnois dari penyakit
pada skenario!
5. Jelaskan etiologi dari diagnosis penyakit!
6. Jelaskan patomekanisme dari diagnosis penyakit!
7. Tuliskan gejala dan tanda dari diagnosis penyakit!
8. Tuliskan pemeriksaan fisik yang bisa dilakukan untuk menunjang proses
penegakan diagnosis!
9. Jelaskan pemeriksaan penunjang yang dapat membantu dalam terapi penyakit!
10. Bagaimana penatalaksanaan dari diagnosis penyakit?
11. Bagaimana upaya pencegahan yang dapat dilakukan agar terhindar dari penyakit
tersebut?

1
d. Jawaban
1. Jelaskan anatomi, histologi, dan fisiologi kulit!

a) Anatomi
Kulit merupakan organ terbesar tubuh terdiri dari lapisan di permukaan
yang disebut dengan epidermis, dan lapisan jaringan ikat yang lebih dalam
dikenal sebagai dermis. Kulit juga merupalan alat tubuh yang terberat dan
terluas ukurannya, yaitu 15% dari tebal tubuh dan luasnya 1,50-1,75m2. Rata-
rata tebal kulit 1-2 mm. Paling tebal (6 mm) terdapat di telapak tangan dan
kaki dan.paling tipis (0,5 mm) terdapat dipenis.
Kulit terbagi 3 lapisan, yaitu: epidermis, dermis, dan.jaringan subkutan
atau subkutis.
 Epidermis
Epridermis terdiri atas 4 bagian: lapisan basal, spinosum, granulosum,
dan korneum. Epidermis mengandung kelenjar ekrin, apokrin, kelenjar
sebaseus rambut dan kuku
- rambut terdapat di seluruh tubuh terdiri atas rambut panjang di
kepala, pubis dan jenggot. Rambut pendek di lubang hidung, liang
telinga, dan alis. Rambut bulu lanugo di seluruh tubuh, dan rambut
seksual di pubis dan axila. Rambut tumbuh dari folikel rambut di
dalamnya epidermis, folikel rambut dibatasi oleh epidermis
sebelah atas, dasarnya terdapat papul, terdapat otot polos kecil
sebagai penegak rambut.
- Kuku merupakan lempemg yang terbuat dari sel tanduk yang
menutupi permukaan dorsal ujung jari tangan dan kaki, terdiri atas
3 bagian : pinggir bebas, badan, dan akar yang melekat pada kulit
dan dikelilingi oleh lapisan lateral dan proksimal.

2
 Dermis
atas dengan epidermis dilapisi oleh membran basalis dan bagian bawah
berbatasan dengan subkutis sebagai patokan terdapatnya sel lemak,
terdiri atas pars papillaris dan pars retikularis.
 Subkutis
Terdiri kumpulan sel-sel lemak dan di antara gerombolannya berjalan
serabut-serabut jaringan ikat dermis. Bagian bawahnya terdapat selaput
otot kemudian baru terdapat otot
Sumber:Wasitaatmadja, M. Syarif. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Jakarta:FK UI. Hal: 3-5
b) Histologi
Struktur kulit terdiri dari 2 (dua) lapisan yang embriologis asalnya berbeda,
lapisan tersebut adalah:
1. Epidermis (Epi= atas, derma= kulit)
Lapisan basal duduk pada membrane basalis yang merupakan batas
antara epidermis dan dermis. Sebagian besar (85%) sel-sel epidermis
mengalami keratinisasi, sisanya(15%) tidak mengalami keratinisasi adalah
sel melanosit. Epidermis merupakan bagian avaskuler, terdiri dari 4 jenis
sel yaitu
a. sel keratinosit yang akan mengalami keratinisasi
b. sel Langhans
c. sel Merkel
d. sel melanosit
Epidermis terdiri dari 5 lapisan yang tersusun teratur dari dalam ke
permukaan yaitu sbb:
a. Stratum Basalis/ germinativum
b. Stratum Spinosum
c. Stratum Granulosum
d. Stratum Lusidum
e. Stratum Korneum
2. Dermis/ korium
Lapisan tebal yang terdiri dari jaringan ikat dan merupakan tempat
epidermis melekat. Pada lapisan dermis inilah ditemui folikel rambut,
kelenjar keringat dan kelenjar sebasea. Dermis terdiri dari 2 lapisan yaitu:
a. Lapisan papillaris :
 terdiri dari jaringan ikat longgar yang mengandung sel fibroblast,
leukosit, mast sel, makrofag dan serat kolagen tipis
 merupakan lapisan yang tipis dari dermis
 terletak tepat di bawah epidermis
b. Lapisan retikularis :
 merupakan lapisan dermis paling tebal
 jaringan ikat lebih padat

3
 zat interseluler pada lapisan ini terdiri dari asam mukopolisakarida,
glikosaminoglikan, dermatan sulfat, asam hialuronat
Sumber: Dianury, N. Robby. 2015. Buku Ajar Histologi Biomedik II.
Makasar:Universitas Hasanudin
c) Fisiologi
Kulit berkontak langsung dengan lingkunagan luar. Akibatnya, kulit
melakukan banyak fugsi penting, yang sebagian besar bersifat protektif.
Fungsi kulit, yaitu:
a. Perlindungan
Epitel berlapis dengan lapisan tanduk melindungi permukaan tubuh
terhadap abrasi mekanik dan mrmbentuk sawar fisik terhadap patogen atau
mikroorganisme asing. Karena adanya lapisan glikolipid di antara sel-sel
stratum granulosum, epidermis juga tidak permeabel terhadap air. Lapisan
ini juga mencegah hilangnya cairan tubuh melalui dehidrasi. Peningkatan
sintesis pigmen melanin melindungi kulit dari radiasi ultraviolet.
b. Regulasi suhu
Latihan fisik atau lingkungan yang panas meningkatkan proses
berkeringat. Mekanisme ini memungkinkan hilangnya sebagian panas
tubuh melalui penguapan keringat dari permukaan kulit. Selain
berkeringat, termoregulasi juga melibatkan dilatasi pembuluh darah untuk
memungkinkan aliran darah maksimum ke kulit. Fungsi ini juga
meningkatkan pengeluaran panas. Sebaliknya, di daerah dingin, panas
tubuh dipertahankan dengan konstriksi pembuluh darah dan penurunan
aliran darah ke kulit.
c. Persepsi sensorik
Kulit adalah organ sensorik bagi lingkungan luar. Banyak ujung saraf
sensorik terbungkus dan bebas di dalam kulit berespon terhadap suhu
(panas dan dingin), sentuhan, nyeri, dan tekanan.
d. Ekskresi
Melalui pembentukan keringat oleh kelenjar keringat, air, larutan garam,
urea, dan produk sisa bernitrogen dapat diekskresikan melalui permukaan
kulit.
e. Pembentukan vitamin D
Bila kulit terpapar sinar ultraviolet dari matahari, akan terbentuk vitamin D
dari molekul prekursor yang disintesis di dalam epidermis. Vitamin D
diperlukan untuk absorbsi kalsium dari mukosa usus dan metabolisme
mineral yang memadai.
Sumber: Eroschenko, P. Viktor.2007.Atlas Histologi diFiore dengan
Korelasi Fungsional.Jakarta:EGC

4
2. Jelaskan etiologi bercak merah!

ETIOLOGI BERCAK
MERAH

INFEKSI NON INFEKSI

BAKTERI VIRUS BAHAN IRITAN IMMUNOLOGIK

DERMATITIS KONTAK
FRAMBUSIA OLEH HERPES OLEH IRITAN DAN DERMATOSIS
BAKTERI Treponema
Herpesviridae DERMATITIS KONTAK ERITROSKUAMOSA
pertenue
ALERGI

Etiologi Bintik Merah

1. Infeksi
a. Bakteri
Frambusia disebabkan karena infeksi Treponema pertenue yang masuk melalui
lesi pada kulit. Lesi primer (disebut mother of yaws) muncul setelah masa
inkubasi 3 minggu. Berbeda dengan sifilis, frambusia tidak ditularkan dari ibu ke
janin.
b. Virus
Herpes simpleks. Virus herpes merupakan virus DNA (keluarga Herpesviridae).
Terdapat dua tipe virus herpes, yaitu HSV tipe 1 dan HSV tipe 2. HSV tipe 1 tidak
ditularkan secara seksual, sedangkan HSV tipe 2 ditularkan secara seksual.
Transmisi dari virus ini terjadi secara kontak langsung, kemudian diikuti dengan
fase invasif asimtomatis, dilanjutkan dengan fase replikasi dan berakhir dengan
fase lisis sel. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu siklus ini adalah
5-6 jam. Masa inkubasi dapat terjadi dalam 2-20 hari.
2. Non-Infeksi
a. Dermatitis
 Bahan iritan: pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam, alkali dan serbuk
kayu
 Faktor yang berpengaruh: lama kontak, frekuensi, gesekan, trauma fisik,
suhu, kelembapan.
b. Dermatosis Eritroskuamosa
Salah satu penyakit dari Dermatitis Eritoskuamosa (kelompok penyakit yang
ditandai dengan adanya eritema dan skuama) yaitu psoriasis. Penyakit ini

5
merupakan penyakit autoimun, kronis, residif, yang ditandai dengan bercak-
bercak eritema berbatas tegas, dengan skuama transparan berlapis.
Sumber: Tanto, Chris, dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Edisi IV.

3. Bagaimana patomekanisme bercak merah?

DKA timbul atas imunoglobin tipe IV yang terdiri dari dua fase, yaitu fase
sensilisasi dengan fase Elisilasi
Fase Sensilisasi yaitu ketika hapten melewati stratum korneum dan ditangkap
sel langerhans lalu di konjugasikan dengan HLA-DR sehingga menjadi antigen
lengkapdengan aktivasi sitokin (IL-1 TNF ) kemudian di presentasikan kepada
sel T spesifik dan berpoliferasi menghasilkan sek T memori yang beredar lewat
kelenjar getah bening berlangsung selama 2-3 minggu.
Fase Elisilasi yaitu saat pajanan ulang hapten atau alergen dipresentasikan
kepada sel T memori dan aktivasi mengeluarkan IFN γ untuk aktivasi keratinosit
(IL-1, IL-6, TNF  dan GMSCF). Lalu aktivasi sel mast dan makrofag. Aktivasi
sel mast akan menyebabkan vasodilatasi, aktivasi komplemen dan kinin masuk ke
dalam epidermis dan dermis, aktivasi neutrofil dan monosit.
Sumber: Tanto, Chris, dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Edisi IV.

4. Sebutkan DD yang berkaitan dengan bercak merah dan diagnois dari


penyakit pada skenario!

GEJALA Alergi
DKA DKI DA DS Selulitis Dermatofitosis Urtikaria
KLINIS Serangga
Usia
(20 + + +/- + + + +/- +
Tahun)
Jenis
+ + + + + + + +
Kelamin
Pekerjaan
+ + + + + + + +
(IRT)
Bercak
Merah
+ + + - - + + +
Berbatas
Tegas
Waktu
Terjadiny + - - - - + - -
a Reaksi
Hangat
Pada + + - - - - - -
Perabaan
Terasa
+ + + + - + + +
Gatal
Kambuh
Setelah + + - - - - - -
Mencuci

6
Lokasi Di
Sela-Sela
Jari + + - - - - - -
Tangan &
Kaki

Sumber :
Tanto, Chris,dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran ed. IV jilid I.
Baratawidjaja, G. Karnen, Rengganis, Iris. 2009. Alergi Dasar Edisi Ke-1.
Jakarta:Interna Publishing
Juanda, ADHI, dkk. 2013. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin ed.6

5. Jelaskan etiologi dari diagnosis penyakit!


DKA adalah epidermodermatitis yang subyektif memberi keluhan pruritus dan
obyektif mempunyai efloresensi polimorfik disebabkan kontak ulang dengan
bahan dari luar, dimana sebelumnya kulit telah tersensitisasi dengan bahan
tersebut.
Penyebab DKA adalah alergen, peling sering berupa bahan kimia dengan berat
molekul (BM) epidermis, berikatan dengan protein jaringan, dan membentuk
molekul yang beratnya lebih dari 5000 Dalton, contohnya seperti plastik,
kosmetik, tanaman, krom, nikel, obat-obatan. Alergen-alergen ini biasanya tidak
menyebabkan perubahan kulit yang nyata pada kontak pertama, namun akan
kelihatan perubahan yang spesifik setelah 5 – 7 hari.
Kontak yang lebih lama pada bagian tubuh yang sama atau pada bagian tubuh
lainnya dengan alergen akan menyebabkan dermatitis. Dermatitis yang timbul
dipengaruhi oleh potensi sensitisasi alergen derajat pajanan, dan luasnya penetrasi
dikulit.
Sumber : Scribd.doc. Dermatitis Kontak Alergi

6. Jelaskan patomekanisme dari diagnosis penyakit!


DKA timbul atas imunoglobin tipe IV yang terdiri dari dua fase, yaitu fase
sensilisasi dengan fase Elisilasi
Fase Sensilisasi yaitu ketika hapten melewati stratum korneum dan ditangkap sel
langerhans lalu di konjugasikan dengan HLA-DR sehingga menjadi antigen
lengkapdengan aktivasi sitokin (IL-1 TNF ) kemudian di presentasikan kepada
sel T spesifik dan berpoliferasi menghasilkan sek T memori yang beredar lewat
kelenjar getah bening berlangsung selama 2-3 minggu.
Fase Elisilasi yaitu saat pajanan ulang hapten atau alergen dipresentasikan kepada
sel T memori dan aktivasi mengeluarkan IFN γ untuk aktivasi keratinosit (IL-1,
IL-6, TNF  dan GMSCF). Lalu aktivasi sel mast dan makrofag. Aktivasi sel
mast akan menyebabkan vasodilatasi, aktivasi komplemen dan kinin masuk ke
dalam epidermis dan dermis, aktivasi neutrofil dan monosit.
Sumber: Tanto, Chris, dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Edisi IV.

7. Tuliskan gejala dan tanda dari diagnosis penyakit!

7
Dermatitis Kontak Alergi, keluhan utama adalah gatal. keluhan lain bergantung
derajat penyakit dan lokasi. Lesi akut berbentuk erimatosa batas tegas, dengan
edema, papul, vesikel, bula, erosi dan eksudasi. Lesi kronis berbentuk kulit
kering, berskuama, papul, likenifikasi, fisur, dengan batas tidak jelas. lokasi DKA
tersering adalah tangan (mencuci,memasak), lengan, wajah, telinga,leher, badan ,
genitalia, dan paha.
Sumber: Tanto, Chris, dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Edisi IV.

8. Tuliskan pemeriksaan fisik yang bisa dilakukan untuk menunjang proses


penegakan diagnosis!
1) Inspeksi
a) Dimana letak/lokasi kelainan kulit tersebut
Tergantung dari daerah yang kontak dengan penyebab area penyebarannya.
Misalnya tangan, luka pada pergelangan tangan, setelah mencuci
b) Perhatikanlah jenis effloresensi yang tampak :
- Eritema = kemerahan pada kulit yang disebabkan pelebaran
pembuluh darah kapiler.
- Vesikel = gelembung berisi cairan serum (jernih)
- Pustul = vesikel yang berisi nanah
- Bulla = vesikel yang berukuran lebih besar
- Makula = berbatas tegas berupa perubahan warna
semata-mata. Contoh: eritema, purpura, peteki
- Papul = penonjolan diatas permukaan kulit
- Skuama = lapisan stratum korneum yang terlepas dari
kulit
- Urtika = edema setempat yang timbul mendadak dan
hilang perlahan-lahan
c) Bila seluruh permukaan lesi rata, perhatikan bagaimana gambaran permukaan
kulit kering yang terlihat : kering atau basah
- Ekskoriasi = bila garukan lebih dalam lagi sehingga
tergores sampai ujung papila dermis
- Ulkus = hilangnya jaringan yang lebih dalam dari
ekskoriasi
- Krusta = cairan tubuh yang mengering diatas kulit
d) Perhatikanlah bentuk dan gambaran kelainan kulit yang tampak pada pasien
- Linier = seperti garis lurus
- Sisinar/anular = seperti lingkaran
- Arsinar = berbentuk bulan sabit
- Polisiklik = bentuk pinggiran sambung menyambung
- Korimbiformis = susunan seperti induk ayam yang dikelilingi
anak-anaknya
e) Bagaimana ukuran dan distribusi kelainan kulit yang terlihat pada pasien
- Ukuran:

8
 Miliar = sebesar kepala jarum pentul
 Lentikular = sebesar biji jagung
 Numular = sebesar uang logam (koin) 100 rupiah
 Plakat = lebih besar dari numular
- Distribusi :
 Sirkumskrip = berbatas tegas
 Difus = tidak berbatas tegas
 Simetrik = mengenai kedua belah badan yang sama
 Bilateral = mengenai kedua belah badan yang sama
 Unilateral = mengenai sebelah badan
- Perhatikanlah secara keseluruhan kulit disekitar kelainan yang ada apakah
terdapat tanda-tanda kekeringan kulit atau kulit tampak pecah-pecah
 Linefikasi = merupakan penebalan kulit yang disertai relief
kulit yang makin jelas
 Guma = infiltrat sirkumskrip, menahun, destruktif,
biasanya melunak.
2) Palpasi
- Nyeri tekan
- edema atau pembengkakan
- Kulit bersisik

Sumber:Linuwih Sri SW Menaldi. 2015. Ilmu Penyakit Kulut Dan Kelamin


Edisi Ketujuh. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

9. Jelaskan pemeriksaan penunjang yang dapat membantu dalam terapi


penyakit!
Alergi kontak dibuktikan dengan tes in vivo dan in vitro. Tes in vivo dapat
dilakukan dengan uji tempel.
Uji tempel adalah tes definitif untuk menentukan dermatitis kontak alergi.
Prosedur tes ini digunakan untuk mengidentifikasi alergen yang menyebabkan
dermatitis. Prosedur tes ini berupa penempelan satu set alergen yang dicurigai
yang ditutup rapat di atas kulit punggung bagian atas selama 48 jam.8 Setelah
dibiarkan menempel selama 48 jam, uji tempel dilepas. Pembacaan pertama
dilakukan 15-30 menit setelah dilepas agar efek tekanan bahan yang diuji telah
menghilang atau minimal. Pembacaan kedua dilakukan sampai satu minggu
setelah aplikasi, biasanya 72 atau 96 jam setelah aplikasi. Pembacaan kedua ini
penting untuk membantu membedakan antara respon alergik dan iritasi, dan juga
mengidentifikasi lebih banyak lagi respon positif alergen. Hasil positif dapat
bertambah setelah 96 jam setelah aplikasi.
Berdasarkan tekhnik pelaksanaannya dibagi menjadi tiga jenis tes tempe, yaitu :
• Uji Tempel Tertutup (Patch Test)
Merupakan jenis uji yang konvensional dan paling banyak digunakan. Disebut
juga uji oklusif. Digunakan untuk mendeteksi adanya hipersensitivitas terhadap

9
suatu bahan yang kontak dengan kulit sehingga dapat ditentukan bahan penyebab
dan terapinya. Bersifat konfirmatif dan diagnostik namun harus sesuai dengan
riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik pasien. Uji tempel tertutup meliputi
penempelan bahan alergen yang dicurigai sebagai penyebab pada kulit yang
intak, tidak meradang dan dalam konsentrasi non iritan. Penempelan dapat
dilakukan dengan menggunakan thin-layer rapid-use epicutaneus (TRUE) test atau
dengan wadah aluminium (Finn chamber) yang diletakan pada perekat scanpor.
Setelah 48 jam lembaran uji diangkat dan dilakukan pembacaan dengan sistem
skoring tertentu.
• Uji Tempel terbuka (Open Test)
Uji tempel terbuka dilakukan untuk bahan-bahan yang mudah menguap dan
pada penderita yang reaksi kepekaanya kuat terhadap suatu alergen kontak. Jika
dilakukan secara tertutup maka bahan tersebut akan bersifat iritan primer.
Contohnya parfum, semprotan rambut, penyegar kulit, larutan setelah bercukur
dan tonik rambut. Dilakukan dengan cara uji pakai (usage test) dan repeated open
application test (ROAT). Daerah aplikasinya biasanya di daerah belakang telinga,
dapat juga di lipat lengan dan lipat kaki. Bahan yang dicurigai dioles langsung ke
kulit normal di daerah tersebut seluas setengah inci persegi dan biarkan terbuka.
Selama 24 jam jangan dicuci atau terkena bahan lain. Setelah 24 jam jika tidak
ada reaksi, dilakukan uji lagi dengan cara yang sama dan dibaca kembali setelah
24 jam. Jika tidak ada reaksi setelah tiga kali pengulangan maka uji dapat disebut
negatif. Pada ROAT bahan dioleskan 2 kali sehari selama 7 hari atau hingga
timbul reaksi eksematisasi.
• Uji Tempel Sinar (Photo Patch Test)
Digunakan untuk bahan yang bersufat fotosensif. Pelaksanaan uji ini sama
dengan uji tempel tertutup hanya dilaksanakan secara duplo (menggunakan dua
set tes, satu set sebagai kontrol). Sebagai sumber sinar ultra violet yang ideal
adalah sinar matahari. Namun bisa juga digunakan lampu xenon, merkuri dan
Kromayer yang disaring dengan kaca jendela sehingga menghasilkan sinar ultra
violet A dengan panjang gelombang > 320 nm. Dapat juga digunakan lampu
Woods, Westinghouse dan Philips dengan panjang gelombang 280-320 nm atau
320-420 nm.
Untuk tes in vitro dengan melakukan uji laboratorium berupa pemeriksaan
eosinofil darah tepi. Uji tempel mempunyai kelebihan dibandingkan teknik in
vitro yang di lakukan di luar kulit, yang merupakan organ target untuk dermatitis
kontak alergi. Di dalam kulit, metabolisme senyawa dapat berikatan dengan
molekul biologi tertentu yang diperlukan untuk reaksi hepersensitivitas, ini hanya
terjadi (in vivo) pada uji tempel, tetapi tidak pada tes in vitro.

Sumber :
Siregar, R. S. 2004. Saripati penyakit kulit edisi 2. EGC : jakarta
Dewi, Komang Ayu Kristiana, dkk. jurnal Dermatitis kontak akibat kerja pada
penata rambut.

10
Trihapsoro, Iwan. 2003. Jurnal Dermatitis kontak alergik pada pasien rawat
jalan di RSUP Haji Adam Malik Medan.
Widjajahakim, Raymond. 2001. Insiden dan pola penyebab dermatitis kontak
alergi akibat kerja pada pekerja konstruksi bangunan di kodya semarang.

10. Bagaimana penatalaksanaan dari diagnosis penyakit?


a. Non-farmakologis
Upaya pengobtan dermatitis kontak yang terpenting adalah menghindari
pajanan bahan iritan, baik yang bersifat mekanik, fisis maupun kimiawi, serta
menyingkirkan faktor yang memperberat.
b. Farmakologis
Pemberian kortikosteroid dapat dilakukan untuk lesi akut (prednison 30
mg/hari). Lesi basah dapat diatasi dengan kompres NaCl. Bila lesi kering,
dapat diberikan kortikosteroid topikal.
Sumber: Tanto, Chris,dkk. Kapita Selekta Kedokteran Edisi IV. Hal 331

11. Bagaimana upaya pencegahan yang dapat dilakukan agar terhindar dari
penyakit tersebut?
Penanganan dermtitis kontak nonfarmakologik berupa meminimalkan kontak
dengan alergen, menemukan pengganti produk yang diperlukan, dan perlindungan
kulit dari iritan lain, memberikan edukasi, menjaga kebersihan lingkungan,
memakai pakaian yang menyerap keringat
Sumber: Baratawidjaja, G. Karnen, Rengganis, Iris. 2009. Alergi Dasar Edisi
Ke-1. Jakarta:Interna Publishing

11

Anda mungkin juga menyukai