Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA

DISUSUN OLEH:

Kelompok 4

1 NOVA PUTRI AYU NINGTYAS 205080200111038 2020


2 GERHAD RONALDO NADAPDAP 205080200111002 2020
3 MUHAMMAD PUTRA RAYVANSYAH 205080200111010 2020
4 ISKHAK AGUSTINUS ERIC PRAYITNO 205080200111034 2020
5 ARVENDO RAFFEL SENDY 205080200111048 2020
PRATAMA
6 MUHAMMAD AHSANUL MUJAHIDIN 205080200111040 2020
7 BREMA ALEXANDER SEBAYANG 205080200111044 2020
8 IAN FAJAR RAMADHAN 205080200111008 2020

PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

I
Kata Pengantar

Pertama-tama kami ucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang


Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah Kewarganegaraan ini dengan baik.

Makalah yang berjudul “Pelanggaran Ham di Indonesia” disusun


untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewarganegaraan yang diampu oleh
Bapak Afrizal Mukti Wibowo, S.H., M.H. Makalah ini telah kami susun
dengan baik dan saksama yang disertai dengan landasan teori dari
beberapa referensi.

Kami menyadari akan adanya beberapa kekurangan dalam


susunan makalah kami, sehingga saran dan masukan dari pembaca
sangat bermanfaat bagi kami.

Malang, 14 Maret 2021

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................

DAFTAR ISI.........................................................…......................................

BAB I PENDAHULUAN.................................................................

1.1 Latar Belakang.................................................................................

1.2 Rumusan Masalah............................................................................

1.3 Tujuan.............................….............................................................

BAB II PEMBAHASAN.................….........................................................

2.1 Pengertian Pelanggaran HAM..............................................…........

2.2 Jenis Penggaran HAM............................................................……..

2.3 Subjek Pelanggaran HAM...............................................................

2.4 Contoh Pelanggaran HAM.................................................................

2.5 Undang-Undang Terkait Pelanggaran HAM..........................................

2.6 Bentuk Sanksi Pelanggaran HAM..........................................……...….

2.7 Pelaku Pelanggran HAM...........................................................…..……

III
2.8 Perkembangan Pemikiran HAM..................................................

BAB III Penutup..................................................…….............................

3.1 Kesimpulan........................................…...........................................

3.2 Saran……………………………………....………………..

3.3 Daftar Pustaka……………………………………….……….

IV
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hak Asasi Manusia atau disingkat HAM adalah seperangkat hak


yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahkluk
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum dan
pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta harkat dan martabat
manusia.1 Urgensinya penghormatan terhadap hak asasi karena
diberikan oleh Tuhan secara lansung sejak lahir sehingga tak bisa
dikurangi oleh siapapun bahkan Negara

Gagasan atau ide tentang HAM, muncul setelah berakhirnya


perang dunia II (dua) bahwa hak asasi tersebut harus dilindungi oleh
hukum. Maka dari itu, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) sebagai
lembaga dunia kemudian membahas mengenai gagasan HAM yang terdiri
atas: aspek universal, kepatutan-kepatutan dan kemerdekaan yang harus
tetap ditegakan tanpa membedakan ras, warna kulit, jenis kelamin,
bahasa, agama, politik maupun pendapat lain yang berlainan mengenai
asal mula kebangsaan atau kemasyarakatan, hak milik, kelahiran ataupun
kedudukan lainnya. Fakor-faktor inilah yang melatarbelakangi deklarasi
memorial kemanusiaan pada tanggal 10 Desember 1948, The Universal
Declaration Of human Rights yang didukung oleh 160 Negara.
Penghormatan terhadap HAM sangat penting karena hak yang
terkandung dalam diri manusia merupakan pemberian Tuhan oleh
karenanya harus dihormati dan dilindungi

1
Indonesia merupakan negara hukum yang mana di dalam negara
hukum selalu ada pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi
manusia. Semua manusia akan mendapat perlakuan yang sama
kedudukannya dalam hukum, sosial, ekonomi, dan kebudayaan.
Termasuk juga hak seorang anak ini semua telah di atur di dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada
Pasal 28B ayat 2 yang berbunyi “Setiap anak berhak atas kelangsungan
hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari
kekersan dan diskriminasi”. Dapat terlihat jelas bahwa di negara Republik
Indonesia dijamin adanya perlindungan hak asasi manusia berdasarkan
ketentuan-ketentuan hukum dan bukan kemauan seseorang atau
golongan yang menjadi dasar kekuasaan.

Pelanggaran HAM terjadi di mana-mana, terutama di Indonesia


pelanggarannya sangat mengerikan. Nilai manusia kurang begitu dihargai,
keadilan dilecehkan dan kebenaran serta kejujuran rupanya jauh dari
kenyataan yang ada. Setiap hari terjadi pelanggaran HAM dan hidup
warga masyarakat kuranglah mendapat jaminan bahwa hak-hak asasinya
akan dilindungi oleh orangorang yang berwenang

Hal tersebut tercermin dari kejadian berupa penangkapan yang

tidak sah, penganiyaan, perkosaan, bahkan pembunuhan, pembakaran

rumah tinggal dan tempat ibadah penyerangan pemuka agama beserta

keluarganya. Selain itu, terjadi pula penyalagunaan kekuasaan oleh

pejabat publik dan aparat negara yang seharusnya menjadi penegak

hukum, pemeliharaan keamanan, dan perlindungan rakyat, tetapi justru

mengintimidasi, menganiaya, menghilangkan paksa dan atau

menghilangkan nyawa

2
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu pelanggaran HAM dan apa saja jenis macam-macam


pelanggaran HAM?
2. Apa dan siapa saja subjek pelanggaran HAM?
3. Apa saja contoh-contoh pelanggaran HAM?
4. Apa saja undang-undang yang terkait dengan pelanggaran HAM?
5. Bagaimana bentuk sanksi dari pelanggaran HAM?
6. Bagaimana kita mengetahui perkembangan pemikiran HAM dari
masa ke masa?
7. Bagaimana kita mengetahui siapa saja pelaku pelanggaran HAM?

1.3 Tujuan

1. Untuk menjelaskan tentang apa itu pelanggaran HAM dan macam-


macam jenis pelanggaran HAM.

2. Untuk mengetahui siapa saja subjek pelanggar HAM.

3. Untuk menjelaskan apa saja contoh-contoh pelanggaran HAM.

4. Untuk menyebutkan undang-undang apa saja yang terkait dengan


pelanggaran HAM.

5. Untuk menjelaskan bentuk sanksi yang akan didapat dari pelanggaran


HAM.

6. Untuk mengetahui perkembangan-perkembangan pemikiran HAM dari


masa ke masa.

7. Untuk mejelaskan siapa saja pelaku-pelaku pelanggaran HAM.

1.4 Manfaat

1. Sebagai pemahaman ilmu dasar mengenai apa itu yang disebut


pelanggaran HAM dan bisa mengetahui macam-macam
pelanggarannya.

3
2. Sebagai penambah pengetahuan tentang undang-undang yang terkait
dengan pelanggaran HAM.

3. Sebagai pembelajaran agar tidak melanggar Hak Asasi Manusia dan


bisa terhindar dari pelanggarannya.

4. Untuk penambahan ilmu mengenai tokoh-tokoh perkembangan


pemikiran HAM.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pelanggaran HAM

Hak asasi manusia merupakan hak dasar dan mutlak yang dimiliki
setiap orang karena ia adalah manusia. Hak ini ada mengingat rentannya
posisi manusia dalam proses bermasyarakat, budaya, ekonomi, sosial dan
dimaksudkan untuk memberikan perlindungan. Setiap manusia memiliki
hak ini walaupun sejauh mana hak-hak tersebut dipenuhi dalam praktik,
sangat bervariasi dari negara ke negara. Hak asasi bertujuan menjamin
martabat setiap orang. Hak asasi memberikan kekuatan moral untuk
menjamin dan melindungi martabat manusia berdasarkan hukum, bukan
atas dasar kehendak, keadaan, ataupun kecenderungan politik tertentu.
Hak-hak dan kebebasan tersebut memiliki ciri-ciri yakni: tidak dapat
dicabut atau dibatalkan, universal, saling terkait satu sama lain dan tidak
dapat dipisah-pisahkan. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa setiap
manusia memiliki sekaligus hak atas kebebasan, rasa aman, dan standar
hidup yang layak (Krisnalita, 2018)

Hak asasi manusia dapat diartikan sebagai hak-hak yang melekat


pada diri segenap manusia sejak lahir hingga mereka meninggal,
sehingga mereka diakui keberadaannya tanpa membedakan seks, ras,
warna kulit, bahasa, agama, politik, kewarganegaraan, kekayaan, dan
kelahiran. Sebaliknya, Pelanggaran HAM merupakan tindakan
pelanggaran kemanusiaan baik yang dilakukan oleh individu maupun oleh
institusi negara atau institusi lainnya terhadap hak asasi individu lain tanpa

5
ada dasar atau alasan yuridis dan alasan rasional yang menjadi
pijakannya.

Menurut UU No. 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM,


pelanggaran hak asasi manusia perbuatan seseorang atau kelompok
orang termasuk aparat negara baik disengaja ataupun tidak disengaja
atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi
dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang
yang dijamin oleh undang-undang, dan tidak didapatkan, atau
dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan
benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku. Pelanggaran
terhadap hak asasi manusia dapat dilakukan baik oleh aparatur negara
(state actor) maupun bukan aparatur negara (non state actor).

2.2 Macam-macam Pelanggaran HAM

Jenis-jenis pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) terdiri atas


pelanggaran HAM Ringan dan pelanggaran HAM Berat (Randang, 2018)

2.2.1 Pelanggaran HAM berat


Pelanggaran HAM yang berat merupakan pelanggaran HAM
yang bersifat berbahaya, dan mengancam nyawa manusia.
Menurut Undang-Undang RI Nomor 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan HAM, pelanggaran HAM yang berat dapat
diklasifikasikan menjadi 2 yakni:
a. Kejahatan Genosida
Setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud
menghancurkan atau memusnahkan seluruh maupun
sebagian kelompok, bangsa, ras, kelompok, maupun agama
dengan cara Membunuh setiap anggota kelompok.
Mengakibatkan terjadinya penderitaan fisik dan mental yang
berat terhadap anggota kelompok. Menciptakan kondisi
kehidupan kelompok yang bisa mengakibatkan kemusnahan
secara fisik baik seluruh atau sebagiannya, dan

6
Memindahkan paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke
dalam kelompok yang lain
b. Kejahatan terhadap kemanusiaan
Suatu tindakan/perbuatan yang dilakukan sebagai bagian
dari serangan yang meluas atau sistematik yang
diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara
langsung terhadap penduduk sipil.
c. Kejahatan apartheid
Yakni sistem pemisahan ras yang diterapkan oleh suatu
pemerintahan bertujuan untuk melindungi hak istimewa dari
suatu ras atau bangsa.

2.2.2 Pelanggaran HAM ringan

Pelanggaran HAM yang ringan merupakan pelanggaran


HAM yang tidak mengancam jiwa manusia, namun berbahaya
apabila tidak segera diatasi/ditanggulangi. Misal, seperti kelalaian
dalam memberikan pelayanan kesehatan, pencemaran lingkungan
secara disengaja oleh masyarakat, melakukan penganiayaan,
melakukan tindakan yang dapat mencemarkan nama baik
seseorang, melakukan segala bentuk pemukulan, menghalangi
jalan seseorang untuk menyampaikan aspirasinya dan sebagainya.

2.3 Subjek Pelanggaran HAM

Menurut Mastricht Guidelines3 pelanggaran HAM terjadi lewat acts of


commission (tindakan untuk melakukan),oleh pihak Negara atau pihak lain
yang tidak diatur secara memadai oleh Negara atau lewat acts of
discommission (tindakan untuk tidak melakukan tindakan apapun) oleh
Negara. Pelanggaran HAM oleh pihak Negara dapat dilihat dalam hal
kegagalannya untuk memenuhi tiga jenis kewajiban yang berbeda, yakni:

a. Kegagalan dalam kewajiban untuk menghormati, seperti pembunuhan


diluar hukum.

7
b. Kegagalan dalam kewajiban untuk melindungi, seperti kegagalan untuk
mencegah terjadinya penyerangan etnis tertentu.
c. Kegagalan dalam kewajiban untuk memenuhi, seperti kegagalan dalam
memberikan layanan pendidikan dan kesehatan yang memadai.

Sedangkan bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh satuan bukan


pemerintahan diantaranya pembunuhan oleh tentara, pemberontakan dan
serangan bersenjata oleh salah satu pihak melawan pihak lain.

2.4 Contoh Pelanggaran HAM

Salah satu kasus pelanggaran HAM berat di Indonesia adalah kasus


pembumihangusan di Timor-Timur, yang telah mendorong dunia
internasional agar dibentuk peradilan internasional (international tribunal)
bagi para pelakunya. Desakan untuk adanya peradilan internasional
khususnya bagi pelanggaran HAM yang berat yang terjadi di Timor-Timur
semakin menguat bahkan Komisi Tinggi PBB untuk hak-hak asasi
manusia telah mengeluarkan resolusi untuk mengungkapkan
kemungkinan terjadinya pelanggaran HAM berat di Timor-Timur. Atas
resolusi Komisi HAM PBB tersebut Indonesia secara tegas menolak dan
akan menyelesaikan kasus pelanggaran HAM dengan menggunakan
ketentuan nasional karena konstitusi Indonesia memungkinkan untuk
menyelenggarakan peradilan HAM. Atas penolakan tersebut, mempunyai
konsekuensi bahwa Indonesia harus melakukan proses peradilan atas
terjadinya pelanggaran HAM di Timor-Timur (Zainal Abidin, 2005:2).

Pasca jatuhnya pemerintahan Soeharto pada Mei 1998, Pemerintah


mengambil kebijakan untuk menyelesaikan persoalan Timor-Timur
dengan dua opsi: opsi pertama adalah pemberian Otonomi Khusus, dan
opsi kedua adalah memisahkan diri dari Indonesia, hasil jajak pendapat
pada 30 Agustus 1999 menunjukan bahwa 78,5% peserta jajak pendapat
memilih Timor-Timur melepaskan diri dari Indonesia. Pasca pengumuman
hasil jajak pendapat tersebut berkembang tindak kekerasan yang luas,
pembumihangusan, penjarahan, dan pengungsian secara besar-besaran

8
di wilayah Timor-Timur. Desakan kuat masyarakat internasional dan PBB
terhadap pemerintah untuk bertanggung jawab atas peristiwa tersebut,
mendorong Komnas HAM sebagai pemangku kewenangan penyelidikan,
membentuk Komisi Penyelidik Pelanggaran HAM Timor-Timur (KPP HAM
Timor-Timur) pada 23 September 1999 berdasarkan Undang-Undang
HAM dan Perppu No. 1 Tahun 1999 tentang Pengadilan HAM.

KPP HAM Timor-Timur sebagai perwujudan kewenangan penyelidikan


Komnas HAM dalam penyelesaian kasus pelanggaran HAM berat di
Indonesia, pada Februari 2000 melalui Komnas HAM menyerahkan
berkas penyelidikan KPP HAM Timor-Timur kepada Kejaksaan Agung
untuk dilanjutkan ke tingkat penyidikan. Pemerintah akhirnya mensahkan
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi
Manusia, dan dibentuk Pengadilan HAM Ad Hoc berdasarkan Keputusan
Presiden No. 96 Tahun 2001. Pengadilan HAM Timor-timur ini mengadili
18 orang, dan dalam putusannya 16 orang diantaranya telah divonis
bebas, satu orang dibebaskan di Pengadilan Tinggi, dan hanya satu orang
yang menjalankan hukuman penjara.

Selain kasus Timor-timur, berikut adalah beberapa contoh kasus


pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia:

1. Persitiwa berdarah G30SPKI 1965


2. Peristiwa tanjung priok 1984
3. Tragedi Trisakti 1998
4. Kasus Marsinah 1993
5. Tragedi Wamena 2003
6. Peristiwa Talangsari 1989
7. PETRUS 1982-1985

2.5 Undang-Undang Terkait Pelanggaran HAM

Pengaturan mengenai Hak Asasi Manusia telah ada sejak di sahkannya


Pancasila sebagai dasar pedoman negara Indonesia, meskipun secara
tersirat.Baik yang menyangkut mengenai hubungan manusia dengan

9
Tuhan Yang Maha Esa, maupun hubungan manusia dengan manusia. Hal
ini terkandung dalam nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila yang
terdapat pada pancasila.Dalam Undang- Undang No. 39 tahun 1999
tentang Hah Asasi Manusia, pengaturan mengenai Hak Asasi Manusia
ditentukan dengan berpedoman pada deklarasi Hak Asasi Manusia
Perserikatan Bangsa Bangsa. Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa
tentang penAghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap wanita,
konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa tentang hak-hak anak dan
berbagai instrumen internasional lain yang mengatur mengenai Hak Asasi
Manusia. Materi UndangUndang ini tentu saja harus disesuaikan dengan
kebutuhan hukum masyarakat dan pembangunan hukum nasional yang
berdasarkan pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945.

Sedangkan di dalam Undang- Undang Dasar 1945 (yang telah


diamandemen), masalah mengenai Hak Asasi Manusia dicantumkan
secara khusus dalam bab XA pasal 28A sampai dengan 28J yang
merupakan hasil amandemen kedua tahun 2000.9 Pemerintah dalam hal
untuk melaksanakan amanah yang telah diamanatkan melalui TAP MPR
tersebut di atas, di bentuklah Undang- Undang No. 39 tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia, pada tanggal 23 September 1999 telah disahkan
UndangUndang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang
mengatur beberapa hal penting yang menyangkut Pengadilan Hak Asasi
Manusia.

2.6 Bentuk Sanksi Pelanggaran HAM

Pengaturan tentang penegakan hukum atas pelanggaran terhadap Hak


Asasi Manusia sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun
2000 Tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia sebagaimana tercantum
dalam tabel berikut.

10
Tabel 1
Pasal Isi Sanksi
Pasal 7 Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang
berat meliputi:
- kejahatan genosida;

- kejahatan terhadap kemanusiaan


Pasal 8 Kejahatan genosida sebagaimana Pasal 36
dimaksud dalam Pasal 7 huruf a adalah Pidana mati atau pidana
setiap perbuatan yang dilakukan penjara seumur hidup atau
dengan maksud untuk menghancurkan pidana penjara paling lama
atau memusnahkan seluruh atau 25 (dua puluh lima) tahun
sebagian kelompok bangsa, ras, dan paling singkat 10
kelompok etnis, kelompok agama, (sepuluh) tahun.
dengan cara:
1. membunuh anggota kelompok;

2. mengakibatkan penderitaan fisik atau


mental yang berat terhadap anggota-
anggota kelompok;
3. menciptakan kondisi kehidupan
kelompok yang akan mengakibatkan
kemusnahan secara fisik baik seluruh
atau sebagiannya;
4. memaksakan tindakan-tindakan yang
bertujuan mencegah kelahiran di
dalam kelompok; atau
5. memindahkan secara paksa anak-
anak dari kelompok tertentu ke
kelompok lain.
Pasal 9 Kejahatan terhadap kemanusiaan Pasal 37
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Pasal 9 huruf a, b, d, e,

11
huruf b adalah salah satu perbuatan atau j dipidana:
yang dilakukan sebagai bagian dari - pidana mati;
serangan yang meluas atau sistematik
- pidana penjara seumur
yang diketahuinya bahwa serangan
hidup;
tersebut ditujukan secara langsung
- pidana penjara 10-25
terhadap penduduk sipil, berupa:
tahun.
a. pembunuhan;

b. pemusnahan; Pasal 38
Pasal 9 huruf c, dipidana
c. perbudakan;
pidana penjara 5-15 tahun.
d. pengusiran atau pemindahan
penduduk secara paksa;
e. perampasan kemerdekaan atau
dengan maksud untuk menghancurkan pidana penjara paling lama
atau memusnahkan seluruh atau 25 (dua puluh lima) tahun
sebagian kelompok bangsa, ras, dan paling singkat 10
kelompok etnis, kelompok agama, (sepuluh) tahun.
dengan cara:
6. membunuh anggota kelompok;

7. mengakibatkan penderitaan fisik atau


mental yang berat terhadap anggota-
anggota kelompok;
8. menciptakan kondisi kehidupan
kelompok yang akan mengakibatkan
kemusnahan secara fisik baik seluruh
atau sebagiannya;
9. memaksakan tindakan-tindakan yang
bertujuan mencegah kelahiran di
dalam kelompok; atau
10. memindahkan secara paksa anak-
anak dari kelompok tertentu ke
kelompok lain.
Pasal 9 Kejahatan terhadap kemanusiaan Pasal 37

12
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Pasal 9 huruf a, b, d, e,
huruf b adalah salah satu perbuatan atau j dipidana:
yang dilakukan sebagai bagian dari - pidana mati;
serangan yang meluas atau sistematik
- pidana penjara seumur
yang diketahuinya bahwa serangan
hidup;
tersebut ditujukan secara langsung
- pidana penjara 10-25
terhadap penduduk sipil, berupa:
tahun.
f. pembunuhan;

g. pemusnahan; Pasal 38
Pasal 9 huruf c, dipidana
h. perbudakan;
pidana penjara 5-15 tahun.
i. pengusiran atau pemindahan
penduduk secara paksa;
j. perampasan kemerdekaan atau
perampasan kebebasan fisik lain secara
sewenang-wenang yang melanggar Pasal 39
(asas-asas) ketentuan pokok hukum Pasal 9 huruf f, dipidana
internasional; pidana penjara 5-15 tahun.
f. penyiksaan;

g. perkosaan, perbudakan seksual,


pelacuran secara paksa, pemaksaan
kehamilan, pemandulan atau
sterilisasi secara paksa atau bentuk-
bentuk kekerasan seksual lain yang
setara;
Pasal 40
h. penganiayaan terhadap suatu
Pasal 9 huruf g, h, atau i
kelompok tertentu atau perkumpulan
dipidana pidana penjara
yang didasari persamaan paham
10-20 tahun.
politik, ras, kebangsaan, etnis,
budaya, agama, jenis kelamin atau
alasan lain yang telah diakui secara
universal sebagai hal yang dilarang

13
menurut hukum internasional;
i. penghilangan orang secara paksa;
atau
j. kejahatan apartheid.

Pengaturan terkait pelanggaran Hak Asasi Manusia


sebagaimana diatur dalam tabel diatas, ternyata belum
sepenuhnya memberikan dampak yang signifikan terhadap
pelaksanaan hukuman bagi pelanggaran Hak Asasi Manusia
terlebih lagi pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia yang berat.
Dalam konteks ini banyak faktor yang mempengaruhi penegakan
hukum terhadap pelanggaran Hak Asasi Manusia. Pembaharuan
dijadikan sebagai topik utama dalam penegakan hukum atas
pelanggaran Hak Asasi Manusia yang terjadi. Masing-masing
bagian terdapat pengaturan jenis pidana maupun sanksi pidana
yang berbeda sebagaimana diatur dalam tabel berikut.

Tabel 2
Pasal Isi Sanksi
394 Setiap orang yang dengan maksud - Pidana mati
menghancurkan atau memusnahkan seluruh
- Pidana Penjara
atau sebagian kelompok bangsa, ras, etnis,
Seumur Hidup
atau agama melakukan perbuatan:
- Pidana Penjara 5 -20
a. membunuh anggota kelompok tersebut;
Tahun
b. mengakibatkan penderitaan fisik atau
mental berat terhadap anggota kelompok;
c. menciptakan keadaan kehidupan yang
bertujuan mengakibatkan kelompok tersebut
musnah secara fisik baik seluruh atau
sebagiannya;
d. memaksakan cara-cara yang bertujuan
mencegah kelahiran di dalam kelompok

14
tersebut; atau
e. memindahkan secara paksa anak-anak dari

kelompok tertentu ke kelompok lain.

Tabel 3 Tindak Pidana Kemanusiaan

Pasal Isi Sanksi


395 setiap orang yang melakukan salah satu Pidana mati
perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari
Pidana Penjara
serangan yang meluas atau sistemik yang
Seumur Hidup
diketahuinya bahwa serangan tersebut
ditujukan secara langsung terhadap penduduk Pidana Penjara 5 -20
sipil berupa: Tahun

a. pembunuhan;
b. pemusnahan;

15
c. perbudakan;
d. pengusiran atau pemindahan penduduk
secara paksa;
e. perampasan kemerdekaan atau
perampasan kebebasan fisik lain secara
sewenang-wenang yang melanggar asas-
asas atau ketentuan pokok hukum
internasional;
f. penyiksaan;
g. perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran
secara paksa, pemaksaan kehamilan,
pemandulan, atau sterilisasi secara paksa
atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain
yang setara; penganiayaan terhadap suatu
kelompok tertentu atau perkumpulan yang
didasari persamaan paham politik, ras,
kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis
kelamin atau alasan lain yang telah diakui
secara universal sebagai hal yang dilarang
menurut hukum internasional;
h. penghilangan orang secara paksa;
i. kejahatan apartheid; atau
j. perbuatan lain tidak manusiawi yang
mempunyai sifat sama dengan perbuatan
untuk menimbulkan penderitaan mental
maupun fisik yang berat

2.7 Pelaku Pelanggaran HAM

Unsur lain dalam HAM adalah masalah pelangaran dan pengadilan


HAM. Pelanggaran HAM merupakan tindakan pelanggaran kemanusiaan

16
baik yang dilakukan oleh individu maupun institusi negara atau institusi
lainnya terhadap hak asasi individu lain tanpa dasar atau alasan yuridis
dan alasan rasional yang menjadi pijakannya

Menurut UU No. 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM,


pelanggaran hak asasi manusia perbuatan seseorang atau kelompok
orang termasuk aparat negara baik disengaja ataupun tidak disengaja
atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi
dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang
yang dijamin oleh undang-undang, dan tidak didapatkan, atau
dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan
benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku. Pelanggaran
terhadap hak asasi manusia dapat dilakukan baik oleh aparatur negara
(state actor) maupun bukan aparatur negara (non state actor). State actor
atau aparatur negara atau aktor negara ialah mereka, baik perorangan
maupun institusi yang berada dalam kapasitas atau sebagai perwakilan
negara (legislatif, eksekutif, yudikatif). Pelanggaran HAM yang terjadi
karena dalam melaksanakan kewajiban mereka sebagai perwakilan
negara tidak menghormati, melindungi dan memenuhi hak asasi manusia
warga negaranya, contohnya seperti polisi kerap melakukan penyiksaan
dalam melakukan introgasi terhadap tersangka atau militer melakukan
penyerangan terhadap warga sipil dalam situasi darurat. Sedangkan non
state actor atau bukan aparatur negara atau bukan aktor negara ialah
orang atau kelompok di luar aktor negara yang dapat menjadi pelaku
pelanggaran HAM dalam berbagai tindakan tertentu, mereka biasanya
memiliki kekuasaan, baik pengaruh maupun modal. Dan pelaku memiliki
struktur dan jaringan yang terorganisir. Tindakan pelanggaran yang
dilakukan aktor bukan negara tidak jauh berbeda dengan tindakan yang
dilakukan aktor negara atau aparatnya, seperti penyerangan yang
dilakukan anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM) terhadap anggota
militer dan terjadinya penyerangan terhadap warga sipil oleh kelompok
milisi seperti yang terjadi di Timor Timur. Untuk menjaga pelaksanaan
HAM, penindakan terhadap pelanggaran HAM dilakukan melalui proses

17
peradilan HAM melalui tahapan-tahapan penyelidikan, penyidikan, dan
penuntutan.

2.8 Perkembangan Pemikiran HAM

a. Dibagi dalam 4 generasi, yaitu :


• Generasi pertama berpendapat bahwa pemikiran HAM hanya
berpusat pada bidang hukum dan politik. Fokus pemikiran HAM
generasi pertama pada bidang hukum dan politik disebabkan oleh
dampak dan situasi perang dunia II, totaliterisme dan adanya
keinginan Negara-negara yang baru merdeka untuk menciptakan
sesuatu tertib hukum yang baru.
• Generasi kedua pemikiran HAM tidak saja menuntut hak yuridis
melainkan juga hakhak sosial, ekonomi, politik dan budaya. Jadi
pemikiran HAM generasi kedua menunjukan perluasan pengertian
konsep dan cakupan hak asasi manusia. Pada masa generasi kedua,
hak yuridis kurang mendapat penekanan sehingga terjadi
ketidakseimbangan dengan hak sosial-budaya, hak ekonomi dan hak
politik.
• Generasi ketiga sebagai reaksi pemikiran HAM generasi kedua.
Generasi ketiga menjanjikan adanya kesatuan antara hak ekonomi,
sosial, budaya, politik dan hukum dalam suatu keranjang yang disebut
dengan hak-hak melaksanakan pembangunan. Dalam
pelaksanaannya hasil pemikiran HAM generasi ketiga juga mengalami
ketidakseimbangan dimana terjadi penekanan terhadap hak ekonomi
dalam arti pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama, sedangkan
hak lainnya terabaikan sehingga menimbulkan banyak korban, karena
banyak hak-hak rakyat lainnya yang dilanggar.
• Generasi keempat yang mengkritik peranan negara yang sangat
dominant dalam proses pembangunan yang terfokus pada
pembangunan ekonomi dan menimbulkan dampak negative seperti
diabaikannya aspek kesejahteraan rakyat. Selain itu program
pembangunan yang dijalankan tidak berdasarkan kebutuhan rakyat

18
secara keseluruhan melainkan memenuhi kebutuhan sekelompok elit.
Pemikiran HAM generasi keempat dipelopori oleh Negara-negara di
kawasan Asia yang pada tahun 1983 melahirkan deklarasi hak asasi
manusia yang disebut Declaration of the basic Duties of Asia People
and Government.

2.8.1 Perkembangan pemikiran HAM dunia bermula dari:


a. Magna Charta
Pada umumnya para pakar di Eropa berpendapat bahwa lahirnya
HAM di kawasan Eropa dimulai dengan lahirnya magna Charta
yang antara lain memuat pandangan bahwa raja yang tadinya
memiliki kekuasaan absolute (raja yang menciptakan hukum, tetapi
ia sendiri tidak terikat dengan hukum yang dibuatnya), menjadi
dibatasi kekuasaannya dan mulai dapat diminta pertanggung
jawabannya dimuka hukum(Mansyur Effendi,1994).
b. The American declaration
Perkembangan HAM selanjutnya ditandai dengan munculnya The
American Declaration of Independence yang lahir dari paham
Rousseau dan Montesquuieu. Mulailah dipertegas bahwa manusia
adalah merdeka sejak di dalam perut ibunya, sehingga tidaklah
logis bila sesudah lahir ia harus dibelenggu.
c. The French declaration
Selanjutnya, pada tahun 1789 lahirlah The French Declaration
(Deklarasi Perancis), dimana ketentuan tentang hak lebih dirinci
lagi sebagaimana dimuat dalam The Rule of Law yang antara lain
berbunyi tidak boleh ada penangkapan tanpa alasan yang sah.
Dalam kaitan itu berlaku prinsip presumption of innocent, artinya
orang-orang yang ditangkap, kemudian ditahan dan dituduh,
berhak dinyatakan tidak bersalah, sampai ada keputusan
pengadilan yang berkekuatan hukum tetap yang menyatakan ia
bersalah.
d. The Four Freedom

19
Ada empat hak kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat,
hak kebebasan memeluk agama dan beribadah sesuai dengan
ajaran agama yang diperlukannya, hak kebebasan dari kemiskinan
dalam Pengertian setiap bangsa berusaha mencapai tingkat
kehidupan yang damai dan sejahtera bagi penduduknya, hak
kebebasan dari ketakutan, yang meliputi usaha, pengurangan
persenjataan, sehingga tidak satupun bangsa berada dalam posisi
berkeinginan untuk melakukan serangan terhadap Negara lain
( Mansyur Effendi,1994).

2.8.2 Perkembangan pemikiran HAM di Indonesia:


Pemikiran HAM periode sebelum kemerdekaan yang paling
menonjol pada Indische Partij adalah hak untuk mendapatkan
kemerdekaan serta mendapatkan perlakukan yang sama hak
kemerdekaan.Sejak kemerdekaan tahun 1945 sampai sekarang di
Indonesia telah berlaku 3 UUD dalam 4 periode, yaitu: 1. Periode
18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949, berlaku UUD 1945 2.
Periode 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950, berlaku
konstitusi Republik Indonesia Serikat 3. Periode 17 Agustus sampai
5 Juli 1959, berlaku UUD 1950 4. Periode 5 Juli 1959 sampai
sekarang, berlaku Kembali UUD 1945

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau


kelompok orang termasuk aparat Negara baik disengaja maupun tidak
tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi,
menghalangi, membatasi dan atau mencabut HAM seseorang atau
kelompok orang yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak
didapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian
hukum yang berlaku. Pelanggaran HAM di Indonesia masih banyak
terjadi. Pelanggaran tersebut terjadi karena berbagai hal. Terkadang
media juga jarang menyorot beberapa kasus pelanggaran HAM di
Indonesia. Meskipun banyak Undang-undang yang berisi mengenai
hukuman dari tindakan kasus pelanggaran HA, pada nyatanya
penanganan kasus pelanggaran HAM di Indonesia masih kurang tegas.
Terbukti dari beberapa kasus seperti pembunuhan munir dan lain
sebagainya yang masih belum ditemukan pelaku tindak pidana. Terlepas
dari hal itu, HAM di junjung tinggi di Indonesia. Banyak aparat hukum yang
berani menindak hukum pelaku kejahatan pelanggaran HAM. Meskipun
banyak yang beropini bahwa “hukum itu tumpul ke atas tetapi lancip ke
bawah”, para aparat yang jujur masih menjunjung tinggi nilai keadilan bagi
korban pelanggaran HAM.

3.2 Saran

Sebagai makhluk social kita seharusnya bisa menjaga baik-baik


HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati HAM
orang lain dan menjaganya, jangan sampai kita melakukan pelanggaran
HAM terhadap orang lain karena hal tersebut akan merugikan diri kita

21
sendiri. Selain menjaga HAM orang lain, jangan sampai HAM kita sendiri
dihalangi atau dikurangi oleh orang lain. Dengan kata lain, dalam menjaga
HAM diri sendiri, kita harus bisa menyesuaikan porsi untuk mengimbangi
HAM diri kita sendiri dan HAM orang lain.

Daftar Pustaka

Sabila, Y., Bustamam, K., &Badri, B. (2019). LANDASAN TEORI HAK


ASASI MANUSIA DAN PELANGGARAN HAK ASASI
MANUSIA. JurnalJustisia: JurnalIlmuHukum, Perundang-
undangandanPranataSosial, 3(2), 205-224.

Krisnalita, L. Y. (2018). Perempuan, Ham danPermasalahannya di


Indonesia. BinamuliaHukum, 7(1), 71-81.

Randang, I. I. E. (2018). PERLINDUNGAN HAK


TERSANGKA/TERDAKWA YANG MELAKUKAN KEJAHATAN
PELANGGARAN HAM BERAT MENURUT KUHAP. LEX
CRIMEN, 7(3).

Awaludin.dkk. (2019). PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI


INDONESIA.Makalah.

Supriyanto, B. H. (2016). Penegakan Hukum Mengenai Hak Asasi


Manusia (HAM) Menurut Hukum Positif di Indonesia. Jurnal Al-Azhar
Indonesia Seri Pranata Sosial, 2(3), 151-168.

Astuti, L. (2017). Penegakan Hukum Pidana Indonesia dalam


Penyelesaian Pelanggaran Hak Asasi Manusia. Kosmik Hukum, 16(2).

Firmandiaz, V., & Husodo, J. A. PENYELESAIAN KASUS


PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA BERAT DI INDONESIA OLEH
KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA DITINJAU DARI

22
KEWENANGANNYA (STUDI KASUS TIMOR-TIMUR). RES
PUBLICA, 4(1), 92-105.

Qomar Nurul. Hak Asasi Manusia Dalam Negara Hukum Demokrasi.


Jakarta: Sinar Grafik. 2014.

Asri Wijayanti 2008 Sejarah perkembangan, Hak Asasi


Manusiahttp://kumpulanmakalhttps://makalah-
update.blogspot.com/2012/11/makalah-hak-asasi-manusia

Wikipedia Indonesia. 2007. Hak Asasi Manusia.


id.wikipedia.Org/wiki/HakAsasi Manusia26k.Diakses 02 Desember 2011

23
Daftar Tabel

1 Tabel 1 Pengaturan Tindak Pidana Hak Asasi Manusia dalam Undang-


Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi
Manusia

2 Tabel 2 Genosida

3 Tabel 3 Tindak Pidana Kemanusiaan

24

Anda mungkin juga menyukai