“PENGGOLONGAN OBAT”
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah: Farmakologi
Dosen pengampu: Rus Andraini A.Kp., MPH.
Disusun Oleh:
Hafidatul Aulia P07220120076
Mardiah P07220120084
Shindy Adella Putri P07220120094
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-
Nya, makalah ini dapat di selesaikan. Makalah ini sendiri di buat guna memenuhi
salah satu tugas kuliah dari dosen mata kuliah Farmakologi dengan judul
“Penggolongan Obat”.
Makalah ini disusun berdasarkan sumber-sumber yang ada namun kami
menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran demi perbaikan dan penyempurnaan akan kami terima dengan senang hati.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih.
Pemateri
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................................1
C. Tujuan.........................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................3
A. Obat Antiinflamasi dan Antiinfeksi............................................................................................3
1. Obat Antiinflamasi non-steroid............................................................................................5
2. Obat Anti-Gout......................................................................................................................7
3. Obat Antibiotik......................................................................................................................9
4. Obat Anti Fungi...................................................................................................................12
5. Obat AntiVirus.....................................................................................................................13
BAB III PENUTUP......................................................................................................................16
A. Kesimpulan...............................................................................................................................16
B. Saran..........................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid (OAINS) adalah suatu golongan obat yang
memiliki khasiat analgetik, antipiretik, serta anti radang dan banyak digunakan
untuk menghilangkan gejala penyakit reuma seperti arthritis reumatoid, artrosis
dan spondilosis.
Obat Anti-Inflamsi Nonsteroid (OAINS) merupakan obat yang paling sering
diresepkan di dunia belahan barat, dengan penjualan didunia melebihi 6 miliar
dollar Amerika pertahun. Risiko komplikasi gastroduodenum (perdarahan,
perforasi, atau obstruksi lambung) terjadi 1–4 % pertahun, obat ini menyebabkan
ulkus duodenum dengan menghambat aktivitas siklooksigenase (COX) dan
mengurangi sintesis prostaglandin mukosa. Siklooksigenase adalah enzim yang
berfungsi untuk mengkonversi asam arakidonat menjadi prostaglandin,
berkurangnya sintesis prostaglandin menyebabkan rusaknya pertahanan mukosa
duodenum. Obat ini menurunkan sekresi mukus dan bikarbonat, mengurangi
aliran darah mukosa, dan meningkatkan adhesi neutrofil pada endotel pembuluh
darah.
Inflamasi merupakan gangguan yang sering terjadi pada manusia serta
binatang, yang ditandai dengan timbulnya kemerahan, panas, pembengkakan, rasa
nyeri yang mengganggu, dan hilangnya fungsi dari jaringan. Inflamasi ini adalah
respons terhadap cedera jaringan dan infeksi. Respon ini adalah usaha tubuh
untuk menginaktivasi/merusak organisme yang menyerang, menghilangkan zat
iritan, dan mengatur derajat perbaikan jaringan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa obat antiinflamasi dan antiinfeksi?
a. Apa obat antiinflamasi non-steroid?
b. Apa obat anti-gout?
1
c. Apa obat antibiotik?
d. Apa obat anti fungi?
e. Apa obat anti virus?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami obat antiinflamasi dan antiinfeksi.
a. Mengetahui dan memahami obat antiinflamasi no-steroid.
b. Mengetahui dan memahami obat anti-gout.
c. Mengetahui dan memahami obat anti fungi.
d. Mengetahui dan memahami obat anti virus.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Obat Antiinflamasi dan Antiinfeksi
Inflamasi atau peradangan adalah proses penyembuhan yang merupakan
bagian dari upaya tubuh melindungi diri. Proses ini dilakukan untuk
menghilangkan atau mengurangi rangsangan berbahaya bagi tubuh (seperti sel
rusak, iritasi, masuknya patogen) dan memulai proses penyembuhan. Peradangan
adalah bagian dari respons kekebalan tubuh. Ketika zat berbahaya masuk, tubuh
merespons dengan melakukan perlawanan. Gejala fisik yang muncul setelahnya
(seperti demam) menunjukkan bahwa tubuh sedang berusaha untuk
menyembuhkan dirinya sendiri. Bisa disimpulkan bahwa peradangan menjadi
tanda terjadinya infeksi bakteri, virus, atau jamur.
Perlu diingat bahwa peradangan merupakan bagian dari proses penyembuhan.
Sebagian besar kasus peradangan tidak membutuhkan penanganan medis. Namun
pada sebagian kasus, peradangan diatasi dengan konsumsi obat anti-inflamasi
seperti ibuprofen, aspirin, atau kortikosteroid. Obat ini terbagi menjadi dua, yakni
steroid dan non-steroid.
Inflamasi adalah respons terhadap cedera jaringan dan infeksi. Ketika proses
inflamasi berlangsung, terjadi reaksi vaskular di mana cairan, elemen-elemen
darah, sel darah putih (lekosit), dan mediator kimia berkumpul pada tempat
cedera jaringan atau infeksi. Proses inflamasi merupakan suatu mekanisme
perlindungan di mana tubuh berusaha untuk menetralisir dan membasmi agen-
agen yang berbahaya pada tempat cedera dan untuk mempersiapkan keadaan
untuk perbaikan jaringan.
Meskipun ada hubungan antara inflamasi dan infeksi, istilah-istilah ini tidak
boleh dianggap sama. Infeksi disebabkan oleh mikroorganisme dan menyebabkan
inflamasi, tetapi tidak semua inflamasi disebabkan oleh infeksi.
Obat-Obat anti-inflamasi, seperti obat-obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)
dan steroid (preparat kortison), menghambat mediator-mediator kimia, sehingga
3
mengurangi proses inflamasi. Lima ciri khas dari inflamasi, dikenal sebagai
tanda-tanda utama inflamasi, adalah kemerahan, panas, pembengkakan (edema),
nyeri dan hilangnya fungsi. Dua tahap inflamasi adalah tahap vaskular yang
terjadi 10-15 menit setelah terjadinya cedera dan tahap lambat. Tahap vaskular
berkaitan dengan vasodilatasi dan bertambahnya permeabilitas kapiler di mana
substansi darah dan cairan meninggalkan plasma dan pergi menuju ke tempat
cedera. Tahap lambat terjadi ketika leukosit menginfiltrasi jaringan inflamasi.
Berbagai mediator kimia dilepaskan selama proses inflamasi. Prostaglandin
yang telah berhasil diisolasi dari eksudat pada tempat inflamasi adalah salah satu
di antaranya. Protaglandin (mediator kimia) mempunyai banyak efeknya,
termasuk di antaranya adalah vasodilatasi, relaksasi otot polos, meningkatnya
permeabilitas kapiler, dan sensitisasi sel-sel saraf terhadap nyeri. Obat-obat,
seperti aspirin, menghambat biosintese prostaglandin sehingga obat ini juga
dikenal sebagai penghambat prostaglandin. Karena penghambat prostaglandin
mempengaruhi proses inflamasi, maka juga disebut sebagai agen-agen
antiinflamasi. Agen-Agen antiinflamasi mempunyai khasiat tambahan, seperti
meredakan nyeri (analgesik), menurunkan suhu tubuh yang naik (antipiretik), dan
menghambat agregasi platelet (antikoagulan). Aspirin adalah obat anti-inflamasi
tertua, tetapi mula-mula dipakai untuk khasiat analgesik dan antipiretiknya.
Setelah dilakukan banyak riset untuk mencari obat yang lebih efektif dengan efek
samping yang lebih sedikit, kini telah banyak ditemukan agen-agen antiinflamasi
atau penghambat prostaglandin.
Meskipun obat-obat ini mempunyai efek antiinflamasi yang kuat yang
menyerupai efek kortikosteroid (kortison), tetapi obat-obat ini secara kimia tidak
ada hubungannya dan karena itu disebut sebagai obat-obat antiinflamasi non-
steroid, atau NSAID (= nonsteroidal antiinflammatory drugs).
Infeksi. Kondisi infeksi disebabkan oleh adanya serangan dan
perkembangbiakan mikroorganisme seperti bakteri, virus, dan parasit yang pada
dasarnya tidak berasal dari dalam tubuh. Infeksi bisa terjadi pada satu area saja
4
pada tubuh atau bisa menyebar melalui darah sehingga menjadi bersifat
menyeluruh.
Obat antiinfeksi adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan penyakit
infeksi yang disebabkan oleh spesies tertentu dari golongan parasit, bakteri,
jamur, serangga, metazoa, protozoa, riketsia atau virus. Berdasarkan kegunaannya
obat antiinfeksi dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu ektoparasitisida, obat
antiinfeksi setempat (antiseptika dan disinfektan), antelmintik, obat
antimikobakteri (antituberkulosis dan antilepra), antiseptik saluran seni, obat
antijamur, obat antivirus dan obat antiprotozoa (antiamuba, antileismania,
antitrikomonas, antitripanosoma dan antimalaria).
5
antipiretiknya tidak sekuat dari efek antiinflamasinya. Kecuali aspirin,
preparat-preparat NSAID tidak dianjurkan pemakaiannya untuk meredakan
sakit kepada yang ringan dan demam. Pemilihan obat untuk sakit kepala dan
demam adalah aspirin dan Asetaminofen. NSAID lebih cocok untuk
mengurangi pembengkakan, nyeri, dan kakakuan sendi-sendi.
a) Mual.
b) Muntah.
c) Konstipasi.
d) Diare.
e) Penurunan nafsu makan.
f) Sakit kepala.
g) Pusing.
h) Ruam kulit.
Selain itu, ada juga efek samping lainnya yang lebih serius, yaitu:
a) Masalah pencernaan
b) Tekanan darah tinggi
c) Perdarahan saluran cerna
d) Gangguan hati dan ginjal
e) Gangguan jantung
6
Berikut ini adalah jenis-jenis obat yang termasuk ke dalam golongan NSAIDs
atau OAINS:
2. Obat Anti-Gout
7
Gout adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keadaan penyakit
yang berkaitan dengan hiperurisemia. Hiperurisemiad apat terjadi karena
peningkatan sintesis prekursor purin asam urat atau penurunan
eliminasi/pengeluaran asam urat oleh ginjal, atau keduanya.
Berikut adalah uraian mengenai penanganan gout akut dan kronis secara
farmakologis. Juga akan dijelaskan gout yang disebabkan oleh obat dan apa yang
harus diberikan pada pasien yang menderita gout.
a. Fase I
Tahap ini terjadi akibat peningkatan asam urat yang berasal dari
metabolisme purin yang berasal dari diet dan pemecahan sel tubuh. Pada
keadaan normal asam urat yang terbentuk selanjutnya akan dipecah oleh
8
enzim urikase menjadi substans yang larut pada urin sehingga mudah
diekskresikan. Tidak adanya enzim urikase ini dapat menimbulkan
peningkatan kadar asam urat.
Sekitar 10% peningkatan asam urat dapat terjadi akibat produksi asam urat
yang berlebihan akibat defek genetik enzim yang memecahkan purin,
peningkatan penghancuran DNA sel yang mengandung purin pada tindakan
kemoterapi, serta asupan diet yang tinggi purin.
b. Fase II
Fase ini adalah serangan akut yang ditandai dengan tanda radang, biasanya
pada sendi metatarsofalang digiti I, dorsum kaki, mata kaki, lutut, pergelangan
tangan, dan sendi siku. Fase ini terjadi akibat perpindahan monosodium urat
ke cairan sendi dan menimbulkan reaksi perlawanan dari sel neutrofil,
sehingga mencetuskan reaksi radang oleh beberapa sitokin inflamasi dan
ditandai dengan sendi yang merah, nyeri, panas, dan bengkak.
c. Fase III
Fase ini sering dikenal dengan fase interkritikal asimptomatik yaitu fase
tanpa adanya gejala namun kristal monosodium urat tetap terdeposit pada
cairan sendi. Keadaan ini dapat berlangsung sampai 10 tahun. Tanpa
penanganan asam urat yang baik dapat menimbulkan serangan akut yang
berulang akibat beberapa pencetus seperti trauma lokal, diet tinggi purin,
stress, dan pemakaian diuretik.
9
d. Fase IV
Fase ini adalah fase arthritis gout kronik yang ditandai dengan munculnya
tofus (deposit monosodium urat pada beberapa sendi namun tanpa tanda
radang). Tofus ini dapat pecah sendiri dan sering menimbulkan infeksi
sekunder. Pada fase ini sering terjadi kerusakan sendi, gangguan fungsi ginjal
dan gangguan kardiovaskuler.
3. Obat Antibiotik
a. Fungsi antibiotik
Dilansir dari Medical News Today, sistem daya tahan tubuh kita idealnya
dirancang mampu melawan bakteri sebelum kuman ini berkembang biak dan
menimbulkan gejala penyakit. Namun, ada kalanya jumlah bakteri berbahaya
terlalu banyak, sehingga sistem daya tahan tubuh kewalahan. Dalam kondisi
ini, tubuh memerlukan antibiotik.
10
Fungsi antibiotik selama ini terbukti membantu mengatasi penyakit atau
gangguan kesehatan seperti:
b) Infeksi gigi.
c) Infeksi kulit.
e) Radang tenggorokan.
h) Batuk rejan.
b. Penggunaan antibiotik
Obat antibiotik ampuh melawan bakteri apabila digunakan dengan
cara yang tepat. Dokter jamak merekomendasikan cara penggunaan
antibiotik dengan mengonsumsi obat ini sesuai dosis sampai habis. Alasan
mengapa antibiotik harus dihabiskan terkait dengan efektivitas obat. Apabila
pengobatan antibiotik berhenti di tengah jalan, infeksi dapat kambuh. Selain
itu, menghentikan konsumsi antibiotik sebelum sesi pengobatan tuntas bisa
11
meningkatkan risiko bakteri kebal terhadap pengobatan di masa mendatang.
Akibatnya, bakteri bisa terus hidup dan berkembang biak di dalam tubuh
dengan membawa kekebalan dari obat antibiotik. Kondisi ini dikenal dengan
resistensi antibiotik.
Beberapa jenis antibiotik perlu diminum dalam kondisi perut belum
terisi makanan, tapi ada juga jenis obat yang dikonsumsi selang beberapa
jam setelah makan. Dokter biasanya juga merekomendasikan pantangan
minuman atau makanan selama minum antibiotik tertentu. Obat antibiotik
terkadang memicu efek samping dan alergi bagi sebagian orang. Segera beri
tahu dokter dan apoteker apabila mengalami kondisi ini. Penderita penyakit
liver, ginjal, ibu hamil, dan ibu menyusui juga perlu berhati-hati
mengonsumsi obat antibiotik. Konsultasikan ke dokter terkait pemilihan
jenis obat ini yang paling aman.
12
jamur kronik harus dievaluasi untuk mencari diabetes melitus dan AIDS.
Pengobatan dengan antibiotik untuk infeksi bakteri dapat membunuh bakteri
vagina normal yang biasanya berada dalam keseimbangan dengan ragi vagina.
Hal ini dapat menimbulkan infeksi ragi pada vagina wanita atau perempuan
muda (Farah, 2014).
Penggolongan Obat
yaitu:
a. Mikosis sistemik (infeksi jamur sistemik) terdiri dari deep mycosis (misalnya
aspergilosis, blastomikosis, koksidioidomikosis, kriptokokosis, histoplasmosis,
mukormikosis, parakoksidio – idomikosis, dan kandidiasis) dan sub – cutan
mycosis (misalnya, kromomikosis, misetoma, dan sporottrikosis.
b. Dermatofit, yaitu infeksi jamur yang menyerang kulit, rambut, dan kuku,
biasanya disebabkan oleh epidermofiton dan mikrosporum.
c. Mikosis mukokutan, yaitu infeksi jamur pada mukosa dan lipatan kulit yang
lembab, biasanya disebabkan oleh kandida (UNSRI, 2004).
Menurut indikasi klinis obat – obat antijamur dapat dibagi atas 2 golongan,
yaitu:
13
Beberapa infeksi virus dapat sembuh dengan sendirinya, terapi hanya
diperlukan untuk memperbaiki gejala saja. Misalnya pada penyakit influenza dan
DBD. Dalam hal infeksi virus yang membahayakan jiwa, misalnya pada
ensefalitis herper simpleks, hepatitis B dan C, dan lain-lain, maka diperlukan
suatu kemoterapi untuk melawan virus tersebut. Dengan kemajuan ilmu
pengetahuan, dimana tahap-tahap replikasi virus semakin dipahami, maka
kemoterapi pada infeksi virus dapat dicapai dengan efek minimal pada sel
hospes.
d) PI (Protease Inhibitor)
14
Asiklovir Dimetabolisme menjadi asiklovr trifosfat, yang
menghambat DNA polimerase virus
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) atau nonsteroidal anti-inflammatory
drugs (NSAIDs) adalah kelompok obat yang digunakan untuk mengurangi
peradangan, sehingga meredakan nyeri dan menurunkan demam. NSAIDs sering
dikonsumsi untuk mengatasi sakit kepala, nyeri menstruasi, keseleo, atau nyeri sendi.
16
obat-obat antivirus adalah untuk mencegah replikasi virus dengan menghambat salah
satu dari tahap-tahap tersebut, sehingga dengan demikian menghambat virus untuk
bereproduksi. Kelompok obat-obat ini efektif untuk melawan influenza, spesien
herpes, human immunodeficiency virus (HIV).
B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu kami meminta agar pembaca berkenan memberikan kritik dan saran demi
kesempurnaan dimasa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Farah, Nur. 2014. Asuhan keperawatan infeksi pada kulit akibat jamur, bakteri, virus.
Tersedia online di http://nurs_farah- fkp11.web.unair.ac.id/artikel_detail-
93836-Umum- Asuhan%20Keperawatan%20infeksi%20pada%20kulit%20akibat
%20jamur
,%20bakteri,%20virus.html [Diakses pada 18 januari 2021].
17
Siswandono. 2016. Kimia Medisinal 2 Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press.
18