Anda di halaman 1dari 12

Proposal Penelitian

Pemanfaatan Ekstrak Daun Mint Sebagai Obat Herbal

Disusun Oleh :
1. I Gede Indra Wiraguna ( 08 )
2. I Komang Bagus Putra Setyawan (13 )
3. I Wayan Bagus Perbawa Kusuma ( 20 )
4. Made Camilla Pratama ( 27 )

XI MIPA 8

SMA Negeri 1 Denpasar


Halaman Persetujuan

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Putu Ayu Savitri , S.Pd


Jabatan : Guru Bahasa Indonesia

Telah membaca sekaligus mencermati proposal judul penelitian : “ Pemanfaatan


Esktrak Daun Mint Sebagai Obat Herbal “ . Berdasarkan hal tersebut dan diskusi
dengan pembimbing diputuskan bahwa proposal penelitian ini disetujui dan layak
untuk diikutsertakan pada berbagai event penelitian.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

Denpasar, 30 Januari 2021

Putu Ayu Savitri , S.Pd


Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas proposal penelitian
yang berjudul “Pemanfaatan Ekstrak Daun Mint” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas ibu guru Savitri pada mata pelajaraan Bahasa Indonesia. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Pemanfaatan
Ekstrak Daun Mint” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu guru Savitri, selaku guru pada


mata pelajaran Bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan apa yang ibu ajarkan.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini.

Kami menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Denpasar , 30 Januari 2020

Penulis
1. Latar Belakang Masalah
Upaya pengobatan secara tradisional dengan obat tradisional merupakan
salah satu bentuk peran serta masyarakat dan sekaligus merupakan teknologi
tepat guna yang potensial untuk menunjang pembangunan kesehatan. Tanaman
obat sendiri dapat dikonsumsi dengan cara diolah terlebih dahulu. Beberapa
tanaman obat dapat digunakan sehari-hari dan diolah dengan cara sederhana
seperti direbus dan dicampur dengan air atau bahan-bahan lainnya, sedangkan
tanaman yang lain diolah secara modern oleh pabrik atau industri rumah tangga
dengan cara dikeringkan dan dikemas dalam kemasan yang praktis untuk
dikonsumsi.
Tanaman obat tradisional adalah tanaman yang dapat digunakan sebagai
bahan atau ramuan obat untuk memelihara, mencegah, serta mengobati suatu
penyakit. Banyak dari tanaman yang berguna sebagai obat , mudah didapatkan
dari lingkungan sekitar dan dijumpai setiap hari, salah satu tanaman yang
berfungsi sebagai obat adalah daun mint ( Mentha piperita ).
Daun mint mengandung minyak atsiri yang terdiri dari menthol, juga
mengandung vitamin C, vitamin A, potasium, zat besi, fosfor, kalsium, fitonutrien,
dan klorofil. aroma mint yang menyegarkan merupakan obat ampuh mengatasi
mual, melegakan saluran pernapasan dengan membuka kongesti hidung,
tenggorokan, dan paru-paru. Rasa mint yang sejuk juga bisa membantu
meringankan batuk, meringankan asma, dan mengusir kuman di mulut. Daun
mint juga kaya akan zat antioksidan yang membantu melawan sel kanker.
Klebsiella pneumonia menyebabkan infeksi pada paru-paru misalnya
pneumonia, infeksi saluran kemih, dan sepsis pada penderita dengan daya tahan
tubuh yang lemah. Berdasarkan pemaparan diatas, tersebut maka perlu
dilakukan penelitian untuk mengetahui daya hambat ekstrak daun mint terhadap
pertumbuhan bakteri Klebsiella pneumoniae yang merupakan salah satu
penyebab masalah infeksi pada paru-paru yaitu penyakit pneumonia.

A. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka diperoleh rumusan masalah “bagaimanakah
daya hambat ekstrak daun mint (Mentha piperita) terhadap pertumbuhan bakteri
Klebsiella pneumoniae?”. Senyawa metabolit apa dari kandungan ekstrak
daun mint, yang memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap bakteri
Klebisella pneumoniae ? .
2. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemanfaatan dari ekstrak daun mint, dapat digunakan
untuk apa saja dan untuk mengetahui nilai ekonomisnya. Daun mint adalah obat
alami yang bisa dimanfaatkan sebagai pereda nyeri alami. Mengetahui daya
hambat ekstrak daun mint ( Mentha piperita ) terhadap pertumbuhan bakteri
Klebsiella pneumoniae. Mengetahui konsentrasi ekstrak etanol daun mint yang
paling baik dalam menghambat pertumbuhan bakteri Klebsiella pneumonia.

3. Manfaat Penelitian
a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi mengenai
pemanfaatan ekstrak daun mint sebagai obat herbal dalam menyembuhkan
penyakit.
b. Memberikan informasi tentang zona hambat ekstrak daun mint sebagai bahan
antimikroba khususnya bakteri Klebsiella pneumonia sebagai penyebab
penyakit pneumonia.
c. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang ekstrak daun mint yang
kaya akan manfaat dan bisa dijadikan obat herbal selain penyakit pneumonia.
4. Tinjauan Pustaka
A. Daun Mint ( Mentha piperita )
a) Morfologi dan Klasifikasi Daun Mint
Tanaman mint berasal dari benua Eropa. Tanaman ini bisa tumbuh di
mana saja seperti di benua Eropa, Asia, Afrika, Australia dan Amerika
Utara. Tanaman mint adalah tanaman aromatic dikenal sebagai salah satu
tanaman herbal tertua di dunia .
Klasifikasi daun mint adalah sebagai berikut :
 Filum : Spermatophyta
 Kelas : Magnoliopsida
 Sub kelas : Asteridae
 Ordo : Lamiales
 Famili : Lamiaceae
 Genus : Mentha
 Spesies : Mentha piperita
Daun mint merupakan herbal berakar rizoma serta berbatang
halus yang tumbuh mencapai tinggi antara 30-90 cm. Daunnya
memiliki panjang antara 4-9 cm dan lebar antara 1,5-4 cm, berwarna
hijau gelap dengan pembuluh daun kemerah-merahan, ujungnya tajam
dan tepi kasar seperti gigi. Daun dan batangnya teraba bulu yang kecil-
kecil. Bunga daun mint bewarna ungu dengan panjang 6-8 mm,
bermahkota empat lobus berdiameter sekitar 5 mm. Di sekitar batang
terdapat duri tebal tapi tumpul tersusun melingkar. Bunga muncul pada
pertengahan akhir musim panas .
b) Kandungan Daun Mint
Kandungan utama daun mint adalah minyak atsiri yang
komponennya terdiri dari menthol, monoterpen lainnya termasuk
menthone (10-40%), mentil asetat (1-10%), menthofuran (1-10%),
cineol (eucalyptol, 2-13%) dan limonene (0,2-6%). Monoterpen seperti
pinene, terpinene, myrcene, β- caryophyllene, piperitone, piperitenon,
piperitone oksida, pulegone, eugenol, menthone, isomenthone,
carvone, cadinene, dipentene, linalool, α-
phellendrene, ocimene, sabinene, terpinolene, γ-terpinene, fenchrome,
p - menthane dan β-thujone juga hadir dalam jumlah kecil. Selain itu
daun mint juga mengandung flavonoid, phenolic acids, triterpenes,
vitamin C dan provitamin (precursor vitamin) A, mineral fosfor, besi,
kalsium dan potassium .
Minyak atsiri dalam industri digunakan sebagai antibakteri,
antifungi, antiseptik, pengobatan lesi, antinyeri, dapat digunakan
sangat luas dan spesifik, khususnya dalam berbagai bidang industri.
Banyak contoh kegunaan minyak atsiri, antara lain dalam industri
kosmetik (sabun, pasta gigi, sampo dan losion) dalam industri
makanan digunakan sebagai bahan penyedap atau penambah cita
rasa dalam industri parfum sebagai pewangi dalam berbagai produk
minyak wangi, dalam industri bahan pengawet bahkan digunakan pula
sebagai insektisida .
c) Manfaat Daun Mint
Daun mint bermanfaat sebagai antibakteri untuk mengatasi
kesehatan organ mulut dan gigi serta merangsang produksi air liur.
Selain itu, daun mint mengatasi masalah pernapasan dan peradangan,
meningkatkan kerja sistem pencernaan, mencegah heartburn,
meringankan rasa mual dan kembung, merelaksasikan kerja otot polos
di perut sehingga terhindar dari kram otot. Daun mint juga dapat
meningkatkan kelembapan kulit, mengobati jerawat, mengangkat sel
mati, menghaluskan kulit. Serta vitamin A mampu mengontrol minyak
berlebih .
Daun mint banyak dimanfaatkan dalam industri farmasi, rokok,
makanan antara lain untuk pembuatan pasta gigi, minyak angin,
balsam, kembang gula dan lain-lain

B. Klebsiella pneumonia
a) Morfologi dan Klasifikasi Klebsiella pneumonia
Klebsiella pneumonia (K. pneumonia) adalah kelompok
enterobacteriaceae. Enterobacteriaceae merupakan kelompok bakteri
gram negatif berbentuk batang yang paling banyak dibiakkan dalam
laboratorium klinis bersama dengan Staphylococus dan Streptococus
yang paling umum menyebabkan penyakit .
Klasifikasi bakteri Klebsiella pneumonia
 Kingdom : Bacteria
 Divisi : Proteobacteria
 Kelas : Gamma proteobacteria
 Ordo : Enterobacteriales
 Family : Enterobacteriaceae
 Genus : Klebsiella
 Spesies : Klebsiella pneumonia
Bakteri K. pneumonia ketika dikultur akan menunjukkan
pertumbuhan koloni yang mucoid dan memiliki kapsul polisakarida
yang besar. Bakteri ini merupakan bakteri fakultatif anaerob
maksudnya bakteri ini dapat hidup dengan baik pada lingkungan tanpa
oksigen maupun dengan oksigen. Selain itu bakteri ini tidak melakukan
pergerakan dalam sel (non motil) namun mereka biasanya
memberikan hasil tes yang positif untuk lisin dekarboksilasi, sitrat dan
dapat memfermentasikan laktosa. Untuk kelompok bakteri Klebsiella,
Enterobacter dan Serratiaakan memberikan reaksi yang positif untuk
pemeriksaan Voges- Proskuer (VP) .
b. Patogenesis Klebsiella
Klebsiella pneumonia dapat menyebabkan pneumonia, nekrosis
pada paru-paru dan kadang-kadang dapat menyebabkan infeksi pada
saluran kemih. Bakteri ini terdapat pada saluran napas dan feses
sekitar 5% pada orang normal. Pneumonia adalah inflamasi parenkim
paru yang biasanya berhubungan dengan pengisisan cairan didalam
alveoli. Hal ini terjadi karena adanya agen infeksius yang mengganggu
saluran napas. Dengan demikian bakteri yang flora normal endogen
menjadi pathogen ketika memasuki saluran pernapasan, K.
pneumonia juga terlibat pielonefritis akut pada wanita hamil dengan
kelainan saluran kemih.
Klebsiella merupakan kelompok spesies paling umum dalam
menghasilkan enzim extended spectrum β-lactamase (ESBL).
Organisme penghasil enzim ESBL telah menjadi masalah diberbagai
belahan dunia. Enzim ini akan menghidrolisa cincin β-lactam dari
antibiotik. Prevalensi organisme penghasil ESBL didunia tinggi namun
pengobatan terhadap organisme ini masih jarang .

5. Hipotesis
Terdapat pengaruh ekstrak etanol daun mint ( Mentha piperita ) terhadap
pertumbuhan bakteri Klebsiella pneumonia.

6. Metode Penelitian
A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium SMA Negeri 1 Denpasar , Jl.


Kamboja No.4, Dangin Puri Kangin, Kec. Denpasar Utara, Kota Denpasar,
Bali. Waktu penelitian bulan Januari 2021.
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah ekstrak daun mint sebagai obat herbal
untuk bakteri Klebsiella pneumonia. Objek dari penelitian ini adalah ekstrak
bakteri Klebsiella pneumonia diperoleh dari Laboratorium yang diuji dengan
ekstrak daun mint.
C. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Eksplanatif yaitu menguji suatu


kebenaran melalui pengujian hipotesis tentang sebab-akibat antara
bebrbagai variable yang diteliti dengan cara survei, observasi, wawancara,
dan eksperimen.

D. Metode Analisis Data


Pada penelitian ini menggunakan metode analisis data dengan uji statistik
merupakan analisis dengan menggunakan formula tertentu yaitu data primer ,
data yang diperoleh langsung dari hasil pengukuran zona hambat yang
terbentuk dari masing-masing konsetrasi ekstrak daun mint yang menunjukan
aktivitas hambatan yang diukur menggunakan penggaris dan hasilnya
dinyatakan dalam millimeter ( mm) yang di tabulasikan dalam bentuk tabel.
Daftar Pustaka

Baharutan, K.N, Fatimali, Wullur, Adeanne. 2015. Uji Kepekaan Bakteri Yang
Diiolasi Dari Sputum Pasien Penderita Bronkhitis yang Menjalani
Rawat Jalan Di RSUP. Prof D. R Kondoumanado Terhadap Antibiotik
Ampicillin, Eritomisin Dan Ciprofloxasin. Pharmacon Jurnal Ilmiah
Farmasi UNSRAT. 4(4): 139- 146

Brooks, G.F., Butel, J. S. and Morse, S. A., 2005, “Jawetz, Melnick &
Adelbergh’s: Mikrobiologi Kedokteran”. Buku I, Edisi I, Alih bahasa:
Bagian Mikrobiologi, FKU Unair, Salemba Medika. Jakarta.

Depkes RI. 2000. Parameter Standard Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.


Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan: Jakarta.

Elfidasari, D, et.al. 2013. Deteksi Bakteri Klebsiella pneumonia Pada


Beberapa Jenis Rokok Konsumsi Masyarakat. Jurnal Al-Azhar
Indonesia Seri Sains Dan Teknologi. 2(1): 41-47.

Hadipoentyanti, E. 2012. Pedoman Teknis Mengenal Tanaman


Mentha(Mentha arvensis L.) Dan Budidayanya. Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat. Bogor

Heinrich, et al. 2004. Fundamental of pharmacognosy and phytotherapi.


Hungary.Elsevier.

Jawetz, et al. 2001. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba Medika. Jakarta

Jawetz, Melnick, dan Adelberg’s. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Penerbit


Salemba Medika. Jakarta

Khasanah, I. Sarwiyono dan Surjowardojo, P . 2014. Ekstrak Etanol Daun


Kersen (Muntingia calabura L.) Sebagai Antibakteri Terhadap
Streptococcus agalactiae Penyebab Mastitis Subklinis Pada Sapi
Perah. Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya. Malang

Kusnaeni, V. 2008.Isolasi dan Karakterisasi Senyawa Fraksi n-Heksana dari


ekstrak kulit batang Angsret (Spathoda campanulata Beauv). Skripsi.
Universitas Brawijaya.Malang.

Lutony T.L., & Rahmayati Y. 2000. Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri.
Penebar Swadaya. Jakarta

Mukhriani. 2014. Ekstraksi, PemisahanSenyawa Dan Identifikasi Senyawa


Aktif.
Jurnal Kesehatan. 7(2): 361- 367.
Mycek, M.J., Harvey, R.A., Champe, P.C. (2001). Farmakologi Ulasan
Bergambar. Widya Medika. Jakarta
Paterson, D. L, et.al. Antibiotic Therapy For Klebsiella pneumonia
Bacteremia: Implications Of Production Of Extended-Spectrum Β-
Lactamases. Clinical Infectionus Diseses. 39(7): 31-37.
Pratiwi, S.T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Edisi 5. Erlangga Medical Series.
Jakarta.

Puspaningtyas, D. 2014. Variasi Favorit Infused Water Berkhasiat. Fmedia.


Jakarta

Rahmat, H. 2009. Identifikasi Senyawa Flovonoid pada Sayuran Indigenous


Jawa Barat. Skripsi Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Bogor.

Ravichitra, K. N, Prakash, P. H, Subbarayudu, S, Rao, U. Screenivasa. 2014.


Isolation AndAntibiotic Sensitivity Of KlebsiellaPneumonia From Pus,
Sputum And Urine Samples.International Journal OfCurren
Microbiology And Applied Science. 3(3): 115- 119.

Shah, P. P, et al . 2014. A Review Of Medicinal Uses and Pharmacologital


Effects Of Mentha Piperita. Natural Product Radiance. Mumbai. Vol
3(4)

Sikarwar, A. S dan Batra, H. V. 2011. Prevalence Of Antimicrobial Drug


Resistence Of Klebsiella pneumoniae In India. International Journal Of
Bioscience, Biochemistry, And Bio Informatics. 1(3): 211-215.

Siswandono & Soekardjo, B. 2008. Kimia Medicinal. Airlangga Universy Press.


Surabaya.

Sood, Smita. 2014. Identification and Differentiation of Carbapenemases in


Klebsiella pneumoniae: A Phenotypic Test Evaluation Study from
Jaipur, India. JornalOf Clinical And Diagnostic Research. 8(7): 301-
304.

Subakti, yazid & Anggrani D. R. 2012. Bahan Makanan Terbaik menurut Al-
Qur’an dan Sunnah. Pustaka Albana. Yogyakarta

Suryaningrum, S. 2009. Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Buah Jeruk


Purut Terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Skripsi.
Fakultas Farmasi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Susilo, J, dkk. 2004. Deteksi Bakteri Klebsiella Pneumoniae Pada Sputum


Dengan Metode Imunositokimia Menggunakan Anti Outer Membrane
Protein Berat Molekul 40 Kda Klebsiella Pneumoniae Sebagai Antibodi.
Jurnal Kedokteran Brawijaya. 20(1).
Tjay, T.H. dan K. Rahardja. 2002.Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan,
dan Efek-Efek Sampingnya Edisi Kelima Cetakan Pertama. Penerbit
PT Elex Media. Jakarta
TIM KKN FMIPA. 2012. Tanaman Obat Keluarga (TOGA) Desa Krisik.
Universitas Brawijaya

United States Departement of Agriculture (USDA). 2009. Natural Resources


Conservation Service. https://plants.usda.gov/core/profile?
symbol=MEPI. Diakses tanggal 28 Mei 2017.

Anda mungkin juga menyukai