DISUSUN OLEH:
1. AGUNG ZAELANI
2. AKBAR JULIANSYAH
3. ATIKA
4. DYAH AYU RAHMAWATI
5. GLADIS
6. MONICA SYAFITRI
7. QUANITA
8. SUCI INDAH
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmatNyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Sistem Endokrin” tepat pada waktunya. Makalah ini penulis susun untuk
melengkapi tugas Pendidikan Sains, selain itu untuk mengetahui dan memahami
Sistem Endokrin Manusia. Penulis mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak
yang telah membantu menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu setiap pihak diharapkan dapat
memberikan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... 1
DAFTAR ISI ....................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang.......................................................................................... 3
1.2. Rumusan masalah .................................................................................... 3
1.3. Tujuan Penulisan...................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
1. Anatomi dan Fisisologi Sistem Endokrin ................................................ 4
2. Fungsi Sistem Endokrin........................................................................... 21
3. Klasifikasi dalam hal Struktur Kiminya .................................................. 21
BAB III PENUTUP
A . Simpulan .................................................................................................. 28
B . Saran ........................................................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 29
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem Endokrin disebut juga kelenjar buntu, yaitu kelenjar yang tidak mempunyai
saluran khusus untuk mengeluarkan sekretnya. Sekret dari kelenjar endokrin
dinamakan hormon. Hormon berperan penting untuk mengatur berbagai aktivitas
dalam tubuh hewan, antara lain aktivitas pertumbuhan, reproduksi, osmoregulasi,
pencernaan, dan integrasi serta koordinasi tubuh. Sistem endokrin hamper selalu
bekerja sama dengan sistem saraf, namun cara kerjanya dalam mengendalikan
aktivitas tubuh berbeda dari sistem saraf. Ada dua perbedaaan cara kerja antara
kedua sistem tersebut. Kedua perbedaan tersebut adalah sebagai berikut.
Dasar dari sistem endokrin adalah hormin dan kelenjar (glandula), sebagai
senyawa kimia perantara, hormon akan memberikan informasi dan instruksi dari
sel satu ke sel lainnya. Banyak hormon yang berbeda-beda masuk ke aliran darah,
tetapi masing-masing tipe hormon tersebut bekerja dan memberikan pengaruhnya
hanya untuk sel tertentu.
Sel-sel Penyusun Organ Endokrin
Sel-sel penyusun organ endokrin dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai
berikut.
1. Sel Neusekretori, adalah sel yang berbentuk seperti sel saraf, tetapi berfungsi
sebagai penghasil hormon. Contoh sel neusekretori ialah sel saraf pada
hipotalamus. Sel tersebut memperhatikan fungsi endokrin sehingga dapat
juga disebut sebagai sel neuroendokrin. Sesungguhnya, semua sel yang
dapat menghasilkan sekret disebut sebagai sel sekretori. Oleh karena itu, sel
saraf seperti yang terdapat pada hipotalamus disebut sel neusekretori.
2. Sel endokrin sejati, disebut juag sel endokrin kelasik yaitu sel endokrin yang
benar-benar berfungsi sebagai penghasil hormon, tidak memiliki bentuk
seperti sel saraf. Kelenjat endokrin sejati melepaskan hormon yang
dihasilkannya secara langsung ke dalam darah (cairan tubuh). Kelenjar
endokrin sejati dapat ditemukan pada hewan yang memepunyai sistem
sirkulasi, baik vertebrata maupun invertebrata. Hewan invertebrata yang
sering menjadi objek studi sistem endokrin yaitu Insekta, Crustaceae,
Cephalopoda, dan Moluska. Kelenjar ensokrin dapat berupa sel tunggal atau
berupa organ multisel.
Hormon
Hipotalamus
Angiotensin
Somatostatin Katekolamin, meliputi :
Testosteron Noradrenalin
Hormon Pertumbuhan
Gastrin Prolaktin
Esterogen Adrenalin
LH Hormon Tiroid,
Progesteron
Sekretin meliputi :
FSH
Kortikosteroid
Glukagon Tiroksin (T4)
TSH
Vitamin D-3
Kalsitonin Triiodotironin (T3)
Insulin
Parathormon
Selain berbagai hormon yang telah disebutkan di atas, terdapat sejumlah zat kimia
yang menyerupai hormon, antara lain :
Hormon Thymic : Hormon dari kelenjar timus (thymus), berperan untuk
mempengaruhi perkembangan sel limfosit B menjadi sel plasma, yaitu sel
penghasin antibodi.
Hormon Brakidin : Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar yang sedang aktif,
bekerja sebagai vasodilator (yang menyebabkan pembuluh darah membesar)
sehingga dapat meningkatkan aliran darah dan merangsang pengeluaran keringat
dan air ludah dalam jumlah lebih banyak.
Hormon Eritropuitin : Merupakan glikoprotein yang proses sintesisnya melibatkan
hati dan ginjal, hormon ini dapat merangsang pusat pembentukan sal darah di
sumsum tulang sehingga tubuh akan menghasilkan sel darah merah dalam jumlah
yang lebih banayak. Hal ini bermanfaat dalam meningkatkan jumlah oksigen yang
dapat diangkut oleh darah.
Hormon Prostaglin, Eritropuitin, Histamin, Kinin, dan Renin dapat disintesis
secara luas oleh berbagai jaringan tau organ yang sebenarnya tidak berfungsi
sebagai organ endokrin.
Hormon Feromon : suatu senyawa kimia spesifik yang dilepaskan oleh hewan ke
lingkunganya.dan dpapat menimbulkan respons prilaku, perkembangan,
reproduktif. Dan untuk membereikan daya tarik seksual, menandai daerah
kekuasaan, mengenali individu lain dalam spesies yang sama dan berperan penting
dalam sinkronisasi siklus seksual
2. Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid adalah salah satu dari kelenjar endokrin terbesar pada tubuh
manusia. Kelenjar ini dapat ditemui di leher. Kelenjar ini berfungsi untuk mengatur
kecepatan tubuh membakar energi, membuat protein dan mengatur kesensitifan
tubuh terhadap hormon lainnya.
Kelenjar tiroid dapat distimulasi dan menjadi lebih besar oleh epoprostenol. Fungsi
tiroid diatur oleh hormon perangsang tiroid (TSH) hipofisis, dibawah kendali
hormon pelepas tirotropin (TRH) hipotalamus melalui sistem umpan balik
hipofisis-hipotalamus. Faktor utama yang mempengaruhi laju sekresi TRH dan
TSH adalah kadar hormon tiroid yang bersirkulasi dan laju metabolik tubuh.
Kelenjar tiroid berada pada regio servikal di sebelah anterior laring yang terdiri
dari dua lobus yang disatukan oleh isthmus (gambar 6). Pada masa awal
embrionik, tiroid berkembang dari endoderm saluran cerna di dekat dasar bakal
lidah. Kelenjar tiroid berfungsi untuk membuat hormon tiroid yaitu tiroksin
(tetraiodotironin atau T4) dan triiodotironin (T3) yang penting untuk pertumbuhan,
diferensiasi sel, pengaturan laju metabolisme basal dan konsumsi oksigen sel di
seluruh tubuh.
Junqueira et al, et al (2012) menjelaskan bahwa parenkim tiroid terdiri dari jutaan
epitel kubus yang disebut folikel tiroid. Folikel tiroid ini dilapisi oleh selapis epitel
kubus dengan lumen sentral yang terisi dengan suatu substansi gelatinosa yang
disebut koloid (gambar 7) yang mengandung glikoprotein besar yaitu tiroglobulin.
Tiroid adalah satu-satunya kelenjar dengan jumlah besar simpanan produk
sekretorisnya.
Kelenjar tiroid dilapisi oleh suatu capsula fibrosa, dari capsula ini septa terjulur ke
dalam parenkim dan membaginya menjadi lobulus dan membawa pembuluh darah,
saraf, dan pembuluh limfe. Folikel terkemas secara rapat yang terpisah satu sama
lain dan tersebar pada jaringan ikat retikuler. Sel folikel memiliki bentuk yang
berfariasi sesuai aktivitas fungsional, yaitu kerika kelenjar aktif memiliki lebih
banyak folikel yang terdiri atas epitel kolumnar rendah sedangkan kelenjar dengan
sebagian besar sel folikular skuamosa dianggap hipoaktif.
Jenis sel lain yaitu sel parafolikel atau sel C yang juga terdapat pada lamina basal
epitel folikel membentuk kelompok sendiri diantara folikel-folikel (gambar 8). Sel
C ini menyintesis dan mensekresi kalsitonin yang berfungsi menekan reabsopsi
tulang oleh osteoklas (Junqueira et al 2012).
Hampir semua kedua hormon tiroid dibawa dalam darah dengan berikatan erat
dengan protein plasma. Tiroksin (tetraiodotironin atau T 4) adalah senyawa yang
lebih banyak dijumpai, dan membentuk 90% hormon tiroid yang beredar.
3. Kelenjar Paratiroid
Ada 2 jenis sel dalam kelejar paratiroid, ada sel utama yang mensekresi hormon
paratiroid (PTH) yang berfungsi sebagai pengendali keseimbangan kalsium dan
fosfat dalam tubuh melalui peningkatan kadar kalsium darah dan penuurunan kadar
fosfat darah dan sel oksifilik yang merupakan tahap perkembangan sel chief.
Sruktur Kelenjar Paratiroid
Kelenjar paratiroid terdiri atas empat massa oval kecil, terletak di belakang
kelenjar tiroid, satu pada masing-masing kutub atas dan bawah, umumnya
terbenam dalam simpai kelenjar yang besar. Setiap kelenjar terdapat dalam simpai
yang menjulurkan septa ke dalam kelenjar yang berbaur dengan serat retikular
yang menyangga kelompok sel sekretoris yang berderet memanjang.
Kelenjar ini memiliki jenis sel prinsipal (utama/chief cell) dan sel oksifil. Sel
utama merupakan sel poligonal kecil dengan inti bulat dan sitoplasma sedikit
asidofilik dan bergranula sekretoris yang di dalamnya terdapat polipeptida hormon
paratiroid (PTH) yaitu suatu regulator utama kadar kalsium darah. Sel oksifil
berukuran lebih besar dan berjumlah lebih sedikit daripada sel utama. Sel ini
merupakan derivat transisional dari sel utama.
Kelenjar paratiroid menghasilkan hormon paratiroid dan kalsitonin yang memiliki
efek yang berlawanan yang menciptakan mekanisme ganda pengaturan kadar
Ca2+ darah yang merupakan faktor penting dalam homeostatis. Hormon paratiroid
menargetkan osteoblas yang merespon dengan menghasilkan suatu faktor
penstimulasi-osteoklas untuk meningkatkan jumlah dan aktivitas osteoklas.
Hal ini meningkatkan resorpsi matriks tulang berkapur dan pelepasan
Ca2+ sehingga meningkatkan kadar Ca2+ dalam darah yang mengakibatkan
produksi hormon paratiroid menurun. Kalsitonin dari kelenjar tiroid menghambat
aktivitas osteoklas sehingga menurunkan kadar Ca2+ darah dan meningkatkan
osteogenesis.
Hormon paratiroid juga meningkatkan penyerapan Ca2+ dari saluran cerna dengan
menstimulasi sintesis vitamin D. Hormon ini juga berperan dalam menurunkan
kadar fosfat darah ysng merupakan efek dari sel tubulus ginjal yang mengurangi
penyerapan fosfatnya dan memungkinkan lebih banyak ekskresi fosfat dalam urin.
Kekurangan hormon ini menyebabkan ketidaknormalan tulang dan gigi. Adapun
aktivitas partiroid dikendalikan oleh kadar kalsium darah dan tidak dipengaruhi
langsung oleh kelnjar endokrin lain maupun sistem saraf (Tenzer, 1998).
4. Kelenjar Adrenalin
Kelenjar adrenal merupakan sepasang organ yang terletak dekat kutub atas ginjal
(gambar 1), dan terbenam dalam dalam jaringan adiposa perirenal. Kelenjar
adrenal dibungkus oleh simpai jaringan ikat padat yang mengirimkan septa tipis ke
bagian dalam kelenjar sebagai trabekula. Kelenjar adrenal terdiri dari dua lapisan
konsentris, yaitu korteks adrenal dan medula adrenalis
Korteks dan medula dapat dibedakan berdasarkan asal, fungsi, dan ciri morfologi
selama masa perkembangan embrional. Kedua struktur tersebut berasal dari lapisan
germinal yang berbeda, korteks berasal dari mesoderm dan medula terdiri dari sel-
sel yang berasal dari krista neuralis. Secara morfologi korteks adrenal berada pada
lapisan perifer dan berwarna kekuningan, sedangkan medula adrenalis berada di
tengah dan berwarna coklat-kemerahan (Junqueira et al 2012).
Junqueira et al, et al (2012) menyebutkan bahwa kelenjar adrenal disuplai oleh
sejumlah arteri yang masuk di berbagai tempat di sekitar tepinya. Sel medula
adrenalis menerima darah arteri dan arteri medula serta darah vena yang berasal
dari kapiler korteks. Kapiler korteks dan medula membentuk vena medularis di
sentral yang bergabung dan meninggalkan kelenjar sebagai vena adrenalis.
Pada korteks adrenal, memiliki sel-sel khas yaitu sel penyekresi steroid. Sel
penyekresi hormon tersebut tidak menyimpan produknya di dalam granul, namun
steroid berdifusi bebas melalui membran plasma dan tidak memerlukan eksositosis
yang akan dilepaskan dari sel. Korteks adrenal memiliki tiga zona konsentris
dengan seretan sel epitel yang tersusun agak berbeda.
Zona glomerulosa
Lapisan ini berada tepat di dalam simpai jaringan ikat dengan deretan sel-sel
kolumnar atau piramidal yang berhimpitan dan membentuk deretan bundar atau
melengkung, yang dikelilingi kapiler. Sel-sel zona glomerulosa
mensekresikan mineralocorticoids, senyawa yang berfungsi dalam pengaturan
natrium, kalium, dan air. Produk utama adalah aldosteron, bekerja pada tubulus
kontortus distal nefron dalam ginjal, mukosa lambung, dan ludah dan kelenjar
keringat untuk merangsang reabsorpsi natrium (Ross, 2011).
Zona fasciculata
Zona ini terdiri dari deretan panjang setebal satu atau dua sel polihedral panjang
yang dipisahkan oleh kapiler sinusoid. Sel pada zona ini mensekresikan
glukokortilois, terutama kortisol yang mempengaruhi metabolisme karbohidrat.
Kortisol menginduksi mobilisasi lemak di jaringan adiposa subkutan dan
pemecahan protein di otot.
Zona retikularis
Lapisan ini merupakan lapisan yang berbatasan dengan medula dan terdiri dari sel
kecil yang tersebar disuatu jalinan korda irregular dengan kapiler yang lebar. Sel
zona ini juga mensekresi kortisol, tetapi yang utama adalah mensekresi androgen
lemah yaitu dehidroepiandrosteron (DHEA) yang diubah menjadi testosteron
pada beberapa jaringan lain
Medula adrenalis terdiri dari sel-sel polihedral besar, tersusun berupa deretan atau
kelompok dan ditunjang oleh serabut retikuler. Sebagian besar kapiler sinusoid
berada bersebelahan dan terdapat juga sejumlah sel ganglion parasimpatis. Sel
parenkim medula yang dikenal sebagai sel kromafin memiliki banyak granula
untuk sekresi dan penyimpanan hormon. Granula tersebut mengandung salah satu
dari dua katekolamin, epinefrin atau norepinefrin.
Sel kromafin medula dipersyarafi oleh ujung syaraf kolinergik dari neuron simpatis
praganglionik yang memicu pelepasan hormon melalui eksositosis. Epinefrin dan
norepinefrin dilepaskan ke darah dalam jumlah besar selama reaksi emosional
yang intens (Junqueira et al 2012).
5. Kelenjar Pineal
Ross (2011) menjelaskan bahwa kelenjar pineal merupakan kelenjar endokrin atau
neuroendokrin yang mengatur irama harian aktivitas tubuh. Pada manusia, kelenjar
ini terletak di dinding posterior ventrikel ketiga yang melekat pada otak dan
berbentuk kerucut yang sangat kecil.
Kelenjar pineal dibungkus oleh jaringan ikat pia meter dan terjulur septa yang
mengandung pembuluh darah kecil membagi berbagai kelompok sel sekretoris
yang mencolok dan berjumlah banyak yaitu pinealosit. Sel-sel ini menghasilkan
melatonin yang merupakan suatu derivat triptofan.
Serabut saraf simpatis tidak bermielin memasuki kelenjar pineal dan berakhir di
antara pinealosit. Selain sel pinealosit juga terdapat sel glia interstisial yang
menyerupai astrosit. Sel tersebut memiliki inti panjang yang terpulas lebih kuat
daripada inti pinealosit. Jumlah atrosit pineal ini hanya sekitar 5% (Junqueira, et al,
2012).
Melatonin yang dilepaskan dari pinealosit bertambah pada kegelapan dan menurun
selama terang. Pada manusia perubahan jumlah sekresi melatonin ini berperan
penting dalam pengaturan irama harian aktivitas tubuh. Melatonin yang dilepaskan
saat kegelapan mengatur fungsi reproduksi untuk menghalangi aktivitas
steroidogenik pada gonad (Ross, 2011).
6. Pankreas
Pankreas : Kelenjar ini menghasilkan hormon insulin
7. Testis
Testis : Menghasilkan hormon testosteron
8. Ovum
Ovum :Menghasilkan hormon estrogen yang berfungsi untuk menebalkan
dinding rahim dan progesteron yang berfungsi untuk menjaga ketebalan dinding
rahim.
Suplai darah hipofisis berasal dari dua kelompok pembuluh darah yang berasal dari
arteri carotis interna. arteri hypophysealis superior mendarahi eminentia mediana
dan tangkai infundibulum. Arteri hypophysealis inferior mendarahi neurohypofisis
dengan sejumlah kecil mendarahi tangkai. Arteri hypophysealis superior
membentuk jalinan kapiler primer. Kapiler ini kemudian bergabung menjadi
venula yang bercabang lagi menjadi jalinan kapiler sekunder di adenohipofisis.
Kapiler kedua jalinan bertingkap. Sistem ini sangat penting karena sistem tersebut
membawa neuropeptida dari eminentia mediana dalam jarak tertentu ke
adenohipofisis tempat peptida tersebut menstimulasi atau menghambat pelepasan
hormon oleh sel endokrin (Junqueira et al, 2012).
Hormon
Jenis Sel yang Aktivitas Fisiologis Utama
Dihasilkan
Sel
mammatropi Prolaktin
Membantu sekresi air susu
k (sel (PRL)
akrotropik)
Kortikotropin
Sel adrenal
(ACTH) Menstimulus sekresi hormon korteks adrenal.
kortikotropik
Pengaturan metabolisme lipid.
Lipotrofin
Aktivitas adenohipofisis diatur oleh hormon peptida yang dihasilkan oleh neuron
khusus di nukleus hypothalami tertentu di akson yang berjalan ke eminentia
mediana.
Hormon ini merupakan hormon pelepas hipotalamik, setelah dilepaskan dari akson
hormon diangkut kapiler menuju pars distalis tempat hormon ini merangsang
sintesis dan atau pelepasan hormon (Junqueira et al, 2012).
Tabel 2 Hormon Hipotalamus yang Mengatur Hipofisis Anterior
Menghambat pelepas
Somatostatin 14 asam amino somatotropin (GH) dan
Tirotropin (TSH)
Asam amino
Hormon penghambat
yang Menghambat pelepasan prolaktin
prolaktin (Dopamin)
termodifikasi
Menstimulasi sintesis
Polipeptida
Hormon pelepas proopiomelanokortin (POMC)
dengan 41 asam
kortikotropin (CRH) dan adrenokortikotropin (ACTH)
amino
dan β-lipotropin (β-LPH)
Hormon Fungsi
Kelenjar endokrin ini membentuk sistem endokrin. Hormon yang mereka hasilkan
dan membantu mensekresikan untuk mengatur perkembangan generatif,
pencernaan, pertumbuhan, reproduksi dan fungsi jaringan. Kelenjar ini termasuk
tiroid, pankreas, kelenjar paratiroid, kelenjar adrenal, badan pineal dan kelenjar
reproduksi.
Sistem endokrin tidak bekerja sendiri, bekerja sama dengan sistem saraf dan sistem
kekebalan tubuh untuk dapat membentu fungsi tubuh dengan cara yang benar.
Kelenjar ialah sekelompok sel yang memproduksi dan mengeluarkan atau
melepaskan bahan kimia. Menyeleksi kelenjar dan menghilangkan bahan dari
darah ialah proses yang mereka lakukan dan mengeluarkan produk kimia untuk
digunakan di suatu tempat di tubuh.
Beberapa jenis kelenjar yang melepaskan sekresinya di daerah tertentu, misalnya
kelenjar eksokrin seperti kelenjar keringat dan ludah, melepaskan sekresi pada
kulit atau di dalam mulut. Kelenjar endokrin di sisi lain, melepaskan lebih dari 20
hormon utama langsung ke dalam aliran darah dimana mereka dapat diangkut ke
sel-sel di bagian lain dari tubuh.
HIPOFUNGSI
Destruksi Kelenjar
Penyebab yang paling lazim dari destruksi kelenjar endokrin adalah penyakit
autoimun. Hal ini ditemukan pada sebagian besar dari diabetes mellitus dependen-
insulin, hipotiroidisme, insufisiensi adrenal, dan kegagalan gonad. Pada kelenjar
hipofisis, suatu gangguan seperti tumor atau hipotensi sebagai akibat syok atau
perdarahan merupakan penyebab yang lebih khas.
Setiap kelenjar endokrin dapat mengalami kerusakan, dengan akibat hipofungsi,
oleh karena neoplasma, infeksi, atau perdarahan.
Gangguan Ekstraglanduler
Gangguan ini merupakan gangguan kerusakan terhadap kelenjar endokrin yang
merupakan organ dengan fungsi utama lain. Contoh pada penyakit ginjal,
menimbulkan konversi cacat akibat kelainan metabolik, kerusakan terhadap sel
juxtaglomeruler penghasil rennin yang menyebabkan hipoaldoteronisme
hiporeninemik, dan kerusakan terhadap sel-sel penghasil eritropoietin yang
menyebabkan anemia.
HIPERFUNGSI
Hiperrfungsi dari sebagian besar kelenjar endokrin biasanya timbul sebagai akibat
tupmor. Adanya tumor menghasilkan kelebihan hormon. Contoh tumor pada
hipofisis dapat menyebabkan produksi kelebihan dari sebagian besar hormone
(ACTH, GH, PRL, TSH, LH, FSH, dll).
Cacat dalam kepekaan terhadap hormon
Resistensi primer terhadap sejumlah hormone telah diketahui; hal ini dapat
disebabkan oleh sejumlah tipe yangberbeda dari cacat pada reseptor hormone
ataupun akibat fungsi di distal reseptor. Cacat genetic pada reseptor yang
menimbulkan sindroma resistensi telah dilaporkan untuk glukokortikoid, hormone
tiroid, androgen, vitamin D, PTH, ADH, GH, insulin, dan TSH. Cacat
pascareseptor diketahui terjadi pada beberapa kasus pseudohipoparatiroidisme dan
juga pada diabetes mellitus non dependen-insulin.
SINDROMA KELENJAR ENDOKRIN MULTIPEL
Kelenjar-kelenjar yang paling sering terlibat adalah paratiroid, hipofisis, pancreas,
tiroid, dan adrenal. SIndroma ini biasanya ditemukan dalam pola pewarisan
autosomal dominan.
Terdapat tiga jenis MEN:
A. Kesimpulan
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling
berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Sistem
endokrin memiliki fungsi untuk mempertahankan hemoestatis, membatu
mensekresikan hormon-hormon yang bekerja dalam sistem persyarafan,
pengaturan pertumbuhan dan perkembangan dan kontrol perkembangan seksual
dan reproduksi.
B. Saran
Pada sistem endokrin ditemukan berbagai macam gangguan dan kelainan,
baik karena bawaan maupun karena faktor luar, seperti virus atau kesalahan
mengkonsumsi makanan. Untuk itu jagalah kesehatan anda agar selalu dapat
beraktivitas dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA