Anda di halaman 1dari 2

MATA KULIAH BANK & LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA

Sesuai dengan amanat Pasal 34 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia, dipersyaratkan pembentukan suatu lembaga pengawasan sektor jasa keuangan
yang
baru dan independen yang dibentuk dengan Undang-Undang. Sebagai perwujudan pasal
tersebut, dibentuklah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui Undang-Undang Nomor 21
Tahun
2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. Sejak dibentuknya OJK maka peraturan & pengawasan
di sektor lembaga keuangan pun berubah. Dengan demikian, OJK merupakan satu-satunya
otoritas pengaturan dan pengawasan industri jasa keuangan yang memiliki kewenangan untuk
mengawasi seluruh lembaga jasa keuangan formal di Indonesia. Pengaturan dan pengawasan
industri jasa keuangan tersebut meliputi sektor Perbankan, Pasar Modal, Perasuransian, Dana
Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.
Ada beberapa kasus penting terkait lembaga keuangan di Indonesia yang ditangani oleh OJK.
Salah satunya adalah kasus PT. Asuransi Jiwasraya yang menyita perhatian publik karena
kasus
gagal bayar. Kejaksaan Agung menilai bahwa hingga Agustus 2019 perusahaan tersebut
mengalami kerugian sekitar Rp13,7 Triliun, nasabah yang menjadi korban jumlahnya tidak
sedikit bahkan ada WNA yang turut menjadi korban. Beredar kabar, kinerja perusahaan yang
buruk sekadar kesalahan tata kelola melainkan ada dugaan fraud yang dilakukan oleh para
direksi.
Menurut pendapat saya pihak OJK harus memperketat proses pengawasan terhadap lembaga
keuangan, karena pada Januari 2018 OJK telah mengetahui potensi gagal bayar yang
diakibatkan oleh produk saving plan yang dinilai terlalu riskan karena menjanjikan
pengembalian dana sebesar 9-13%, ditambah komisi agen dan operasional dan minimum
imbal
hasil yang mencapai 19-20 persen, dengan pengembangan dana nasabah 9-13 persen, kepada
pemegang polis jiwasraya, padahal permasalahan jiwasraya telah terlihat sejak 2004 yang
pada
saat itu mengalami defisit mencapai Rp2,769T. Namun pada Oktober 2018 pihak OJK
terkesan
bersifat pasif dan lebih memilih untuk menunggu langkah apa yang akan ditempuh oleh
jiwasraya untuk menyelesaikan sendiri masalahnya ( auto pilot).
Sumber :
https://news.harianjogja.com/read/2020/01/28/500/1030470/begini-kronologi-kasus
jiwasraya-dari-2004-versi-ojk
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5e37f6b6a9bb4/kasus-jiwasraya-tak-lepas-dari
lemahnya-pengawasan-regulator

Anda mungkin juga menyukai