Anda di halaman 1dari 35

CRITICAL BOOK REPORT

“ Hukum bisnis dan regulasi”

Disusun oleh : Say Gumira

Dosen PENGAMPU : Sabda Siahaan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
DESEMBER 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat tuhan yang


Maha esa karena berkah dan tuntunannya saya dapat menyelesaikan
makalah ini .saya ingin mengucapkan terima kasih :
1. Buk sabda Siahaan Selaku dosen Regulasi bisnis yang telah
memberikan tugas ini agar kami dapat belajar dan mengembangkan
ilmu tentang belajar pengenalan manajemen baik
2.orang tua yang selalu memberikan dukungan kepada kami dalam
perkulihaan , pandai memberikan semangat sehingga kami dapat
menulis makalah ini .
3.Teman teman yang selalu ingin bekerja sama dalam merubah
waktu , pikiran , dan tenaga agar tulisan ini direalisasikan .
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih belum
sempurna,oleh karena itu saya mencari kriBk dan saran yang
membangun untuk perbaikan makalah ini ,dan semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua

Medan, Desember 2020

Penulis

Say Gumira
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................
Bab l pendahuluan.....................................................................
A.LATAR BELAKANG................................................................
B. TUJUAN...............................................................................
C. MANFAAT.............................................................................
Bab ll pembahasan.......................................................................
D.IDENTITAS BUKU................................................................
E. RINGKASAN ISI BUKU.........................................................
F.KELEBIHAN DAN KEKURANGAN...........................................
Bab lll penutup............................................................................
G . KESIMPULAN.....................................................................
H.SARAN.................................................................................
BAB I
Pendahuluan

A.LATAR BELAKANG
Manusia dalam usaha memenuhi kebutuhan sehari hari memiliki
berbagai cara sesuai dengan perkembangan kehidupan saat ini
misalnya,pinjam meminjam maka Bmbul la hak dan kewajiban keBka
terjadi Wan prestasi maka Bmbul la pemikiran mengenai apa yang
dinamakan jaminan.asuransi merupakan mekanisme pemindahan
resiko saat pembisnis memindahkan sebagai keBdakpasBan sebagai
imbalan pembayaran premi. Definisi resiko adalah keBdakpasBan
terjadi atau Bdaknya suatu kerugian.

B. Tujuan
MengkriBk buku ini adalah memilih tujuan untuk membenahi
kekurangan yang masih terdapat dalam buku ini agar buku ini benar
benar relevan .

C.Manfaat
KriBkan buku ini bermanfaat untuk membangun jiwa yang kriBs
bagi penulis ataupun pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN

A. IDENTITAS BUKU
1 BUKU UTAMA
• Judul buku : HUKUM BISNIS
• Penulis buku : Dr.Munir Fuady ,S.H.,M.H.,LL.M,
• Penerbit buku : PT cintra Aditya bakT
• Tahun terbit : 2012
• Kota terbit : bandung
• ISBN : 978-979-491-026-9
• Tebal buku : 428 halaman
2. BUKU PEMBANDING
• Judul buku : Hukum Kontrak
• Penulis buku : Salim H.S., S.H., M.S.
• Penerbit buku : Sinar Grafika
• tahun terbit : 2016
• Kota terbit : Mataram
• ISBN : 979-3421-47-9
• Tebal buku : 189

B. RINGKASAN BUKU

1.Buku utama
1. pengerBan dan perkembangan hokum Bisnis 

* pengerTan hukum bisnis 

Hukum bisnis sebagai terjemahan dari isBlah business law sangat banyak
dipakai dewasa ini , bauk di kalangan akademis maupun di kalangan paa
prakBsi. Banyak isBlah lain yang sungguh pun Bdak persis sama arBnya , akan
tetapi mempunyai ruang lingkup yang mirip mirip dengan isBlah hokum bisnis
ini .

Bab 1

A. isTlah lain terhadap hukum bisnis tersebut 

1 hukum dagang 

2. Hukum perniagaan 

3. Hukum Ekonomi 

isBlah hukum dagang atau hokum perniagaan ‘’ merupakan isBlah dengan
cakupan yang sangat tradisional dan sangat sempit . sebab, pada prinsip nya
kedua isBlah tersebut hanya melingkupi topic topic yang terdapat dalam kitab
undang –undang hokum dagang ( KUHD).

Adapaun ruang lingkup dari hukum bisnis ini , antar lain :

* kontak bisnis

* jual beli 

* bentuk bentuk perusahaan 

* perusahaan GO Publik dan pasar modal 

* penanaman modal asing 

* kepailitan dan lukuidasi 

* merger dan akuisis

* perkreditan dan pembiayaan 

* jaminan Hutang 

* Surat berharga

* perburuhan 

* Ha katas kekayaan intelektual


* anB monopoli

* perlindungan konsumen 

* keagenan dan distribusi 

* asuransi

* perpajakan 

* penyelesaian sengketa bisnis

* bisnis internasional

* Hukum pengangkutan( darat, laut, udara, dan mulBmoda)


B. Hukum Bisnis di Indonesia

dasar – dasar hukum bisnis sudah lama dikenal di Indonesia.hukum dagang
dan kitab uud hokum perdata , yang mulai diberlakukan id Indonesia sejak
tahun 1848 berdasarkan asas konkordansi.dalam hokum adat ( seperB kontrak
, perjanjian adat ), aatau hokum jaul beli perdagangan secara sederhana .

Namun demikian , dasar hukum dari hukum bisnis di Indonesia yang
tertulis yaitu :

1. KUH dagang yang belum banyak di ubah 

2. KUH dagang yang sudah diganB berubah 

3. KUH dagang yang sudah diganB dengan perundang undangan yang baru 

4. KUH perdata yang belum banyak di ubah 

5. KUH perdata yang sudah banyak di ubah 

6. KUH perdata yang sudah diganB dengan perundang undangan yang baru 

7. Perundang undanngan yang Bdak terkait dengan KUH dagang maupun
KUH perdata.



Bab II 

KONTRAK

A. PengerTan kontrak

kontrak adalah suatu kesepakatan yang dijanjikan antar 2 org atau lebih
yang dapat di menimbulkan , memodifikasih , atau menghilagkan hubungan
hukum . 


B. Kontrak dan perikatan 

adapun yang merupakan contoh perikatan yang Bdak berdasarkan atas
kontrak , tetapi berdasarkan atas undangan sebagai berikut :

1.perikatan yang menimbulkan kewajiban tertentu di antara penghuni
pekarangan yang saling berdampingan 

2. Perikatan an menimbulkan kewajiban mendidik dan memelihara anak 

3. Perikatan yang Bmbul dari pembayaran Bdak terhutang 

4. Perikatan yang Bmbul dari perikatan wajar 


C. Asas asas Kontrak

dalam ilmu hukum , dikenal beberapa asas hukum terhadap suatu kontrak ,
yaitu :

1. Asas kontrak sebagai hukum mengatur 

2. Asa kebebasan berkontrak

3. Asa konsensual 

4. Asas obligatoir

D . Syarat sah kontrak
1.Syarat sah yang objekBf berdasarkan pasal 1320 KUH perdata

2. Syarat sah yang subjekBf berdasarkan pasal 1320 KUH perdata

3. Syarat sah yang Umum di luar pasa; 1320 KUH Perdata

4. Syarat dah yang khusus


E. Prestasi wan prestasi 



yang dimasuksud dengan ‘prestasi’ dalam hukum kontrak dengan
isBlah “ pormance’’ adalah pelaksanaan dari isi kontrak ysng telah diperjanjikan
menurut tata cara yang telah di sepakaB bersama.

model nya seperB 

* memberikan sesuatu 

* berbuat sesuatu 

* Bdak berbuat sesuatu 


F. GanT rugi
Apabila salah satu pihak Bdak melaksanakan prestasinya , maka Bmbul
lah kerugian bagi pihak lain nya .sebagai konsekuensi dari Bndakannya yang
Bdak mau mengikuB kontrak.perganBan inilah yang dalam hukum disebut
dengan isBlah ganB rugi

komponen ganB rugi ialah :

1 biaya 

2. Rugi ( dalam arB sempit)

3. Bunga 



Bab III

Tentang perusahaan 

dalam menjalankan bisnis nya , berbagai bentuk usaha ditempuh oleh
pebisnis sesuai denngan sifat dan hakikat dari bisnis tersebut.oleh sebat itu
setelah di uji oleh perkembangan zaman , maka terbentuklah seperangkat
aturan hukum yang mengatur tentang berbagai bentuk perusahaan , dengan
berbagai konsekuensi dan liku liku yuridisnya 

berbagai bentuk perusahaan tersebut adalah :

a. perseoran terbatas (pt )

b. Firma ( fa)

c. commanditaire vennoobschap (cv)

d. usaha dagang( UD)

e. badan usaha milik Negara ( BUMN)

F. koperasi 

g. yayasan 



A. perseroan terbatas 

1. PengerBan peseroan terbatas dan dasar hukum 

perseoran terbatas adalah bentuk yang paling popular dari semua bentuk
usaha bisnis.
B . Firma

pengerBan firma adalah suatu usaha bersama antara 2 orang atau lebih
yang dimasukdkan untuk menjalankan suatu usaha di bawah suatu nama
bersama.

C. Usaha dagang 

usaha dagang atau dalam praktek sering disingkat dengan U.D dalam
bahasa inggris disebut dengan ‘’sole propietorship’’ merupakan suatu xara
berbisnis secara pribadi dan sendiri tanpa partner tanpan mendirikan suatu
badan hukum .



Bab IV 

Jaminan hutang 

A. latar belakang dan pengerTan jaminan hutang 

menurut pasal 1131 KUH perdata , maka semua benda milik debitur, ber
gerak atau Bdak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada,
menjadi tanggungan hutang yang dibuatnya .Namun demikian , disampingan
jaminan umum berdasarkan atas pasal 1131 KUH pedata, dalam ilmu jaminan ,
dikenal pula jaminan yang bersifat khusus.


B . Hak Tanggungan 

1 pengerBan hak dan tanggungan dan latar belakang 

hak tanggungan adalah hak jaminan yang di bebankan atas ha katas tanah
yang di maksudkan sebagai pelunasan hutang tertentu . hak tanggungan ini
lahir setelah keluarnya uu hak tanggungan nomor 4 tahun 1996. Sebelumnya
uu pokok agrarian nomor 5 tahun 1960 lewat pasa 57 memang
mengamanankan agar segera dibentuk suatu uu tentang hak tanggung an yang
merupakan sistem jaminan hutang yang menjadikan tanah sebagai objek
jaminan tersebut .



Bab V

Surat berharga 

A. pengerBan dan dasar hukum 

surat berharga adalah sebuah dokumen yang diterBbkan oleh penerbitnya
sebgai pemenuhan suatu prestasi berupa pembayaran sejumlah uang
sehinggga berfungsi sebagi alat bayar yang di dalam nya berisikan suatu
perintah untuk membayar kepada pihak pihak yang memegang surat tersebut.


B. CEK 

cek merupakan suatu suat berharga bertanggal dan menyebutkan tempat
penerbitnya, yang merupakan perintah tanpa syarat oleh penarik untuk
membayar kepada pihak pemegang atau pemabawanya.


C. Surat berharga lainnya 

selain dari surat berharga yang telah disebutkan diatas , yaitu , wesel , cek,
surat sanggup , promes dan bilyet giro , masih banyak lagi model surat
berharga lainnya 

1. Saham

2. Surat berharga pasal modal 

3. Surat berharga pasar uang 

4 . kuitansi atas tunjuk

5. Promes atas tunjuk 


Bab VI

perlindungan konsumen 

A. pengerTan dan dasar hukum 

para konsumen merupakan golongan yang rentan dieksploitasi oleh pelaku
usaha. Atau yang dimasukdu dengan produsen atau pelaku usaha adalah seBap
perorangan atau badan usaha yang didirikan dan berkedudukan atau
melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara republic Indonesia, baik diri
sendiri maupun orang lain melalui pejanjian menyelenggarakan kegiatan
usaha dalam berbagai kegiatan ekonomi .

Yang merupakan asas dari pelindungan konsumen yaitu :

1. Untuk mendapatkan keadilan 

2. Untuk mencapai asas manfaat 


3. Untuk mencapai asas manfaat

4. Untuk mendapatkan keamanan dan keselmatan konsumen 

5. Untuk mendapakan kepasBan umum.


B. Hak dan kewajiban konsumen dan pelaku usaha

ada 4 :

1 . hak katas keamanan dan kesehatan 

2. Hak atas informasi yang jujur

3. Hak pilih

4. Hak untuk di dengar


C. Perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha 

untuk melindungi pihak dari konsumen dari keBdakadilan , perundang
undangan memberikan larangan tertentu krpada pelaku usaha dalam
hubungan dengan kegiatannya sebagai pelaku usaha.

Larangan tersebut dapat dinyatakan :

1. Larangan yang berhubungan dengan barang dan jasa yang diperdagangkan

2. Larangan yang berhubungan dengan promosi / iklan yang menyesatkan 

3. Larangandalam hubungan dengan penjualan barang secara obral atau
lelang yang menyesatkan 

4. Larangan yang berhubungan dengan waktu dan jumlah yang Bdak
diinginkan 

5. Larangan terhadap tawaran dengan iming iming hadiah 

6. Larangan terhadap tawaran dengan paksaan 

7. Larangan terhadap tawaran dalam hubungan dengan pembelian melalui
pesanan.


D. penegakan hukum konsumen 

1. Konsekuensi yuridis terhadap pelanggaran per undang – undangan
tentang perlindungam konsumen 

2. Badan pelinfungan konsumen nasional 

3. Lembaga perlindungan konsumen swadya masyarakat 

4 badan penyelesaian sengketa konsumen 

5. Penerapan sakB saksi 


Bab VII

ASURANSI 

A . pengerTan dan dasar hukum 

Asuransi merupakan suatu perjanjian dimana seseorang penanggung
mengikat diri kepada seseorang tertanggung, dengan menerima premi , unut
memberikan perganBan kepada tertanggung karena suatu kerugian , kerusakan
atau kehilangan keuntungan yang di harapkan ,yang mungkin aka nada
deritanya karena suatu perisBwa yang Bdak tertentu ( pasal 246 KUH dagang )


B. Risiko dalam asuransi 

risiko dalam hukum asuransi adalah suatu kejadian yang terjadi di luar
kehendak pihak tertanggung yang menimbulkan kerugian bagi tertanggung,
risiko mana merupakan objek jaminan asuransi.

Risiko dalam hukum asuransi yaitu :

1. Risiko murni 

2. Risiko spekulasi 

3. Risiko khusus

4. Risiko fundamental

5. Ririko staBs

6. Risiko dinamis 


C .Asuransi menurut KUH perdata

Dari segi hukum perdata , jelas bahwa asuransi termasuk ke dalam ruang
jelajah hukum / kontrak perjanjian .

Syarat sahnya suatu kontrak menurut pasal 1320 yaitu 

1. Adanya kesepakatan kehendak 

2. Cakap berbuat

3. Adanya hal tertentu 

4. Kausa yang halal 



D. KONTRAK ASURANSI 

Sebagaimana dengan kebanyakn bisnis-bisnis lainnya , maka suatu
asuransi juga diawali dengan suatu kontak / perjanjian asas – asa umum
berlaku untuk suatu kontrak , makas terhadap suatu kontrak asuransi berlaku
juga asa- asas sebagai berikut :

* Asas indemnity 

* Asas kepenBngan yang diasuransi 

* Asas keterbukaan 

* Asas subrograsi untuk kepenBngan penanggung 


E. Jenis jenia asuransi 

1. Asuransi kerugian 

2. Asuransi kebakaran 

3. Asuransi pengangkutan laut 

4. Asuransi pengangkutan darat , sungai , dan perairan pedalaman 

5. Asuransi jiwa

6. Asuransi kecelakaan 

7. Asuransi kesehatan 

8. Asuransi penerbangan 

9. Asuransi gangguan usaha

10. Asuransi tanggung jawab hukum 

2. BUKU PEMBANDING
BAB 1
a. Konsep dan pengerBan hukum kontrak
A. IsTlah dan pengerTan hukum kontrak
Hukum kontrak merupakan terjemahan dari bahasa inggris yaitu contract of
law, sedangkan dalam bahasa Belanda disebut dwengan insBlah overeencecom
strecht.
ArBnya, hukum kontrak adalah sebagai aturan hukum yang berkaitan
pelaksanaan perjanjian atau persetujuan.

B. TEMPAT PENGATURAN HUKUM KONTRAK


Hukum kontrak diatur dalam Buku III KUH Perdata, yang terdiri atas 18
bab dan 631 pasal. Dimulai dari Pasal 1233 KUH Perdata sampai dengan Pasal
1864 KUH Perdata. Masing-masing bab dibagi dalam beberapa bagian. Di
dalam
NBW Negeri Belanda, tempat pengaturan hukum kontrak dalam Buku IV
tentang
van Verbintenissen, yang dimulai dari Pasal 1269 NBW sampai dengan Pasal
1901 NBW.
Hal-hal yang diatur di dalam Buku III KUH Perdata adalah sebagai berikut.
1. Perikatan pada umumnya (Pasal 1233 sampai dengan Pasal 1312 KUH
Perdata)
Hal-hal yang diatur dalam Pasal 1233 sampai dengan Pasal 1312 KUH Perdata,
melipuB: sumber perikatan; prestasi; pengganBan biaya, rugi, dan bunga
karena
Bdak dipenuhinya suatu perikatan; dan jenis-jenis perikatan.
2. Perikatan yang dilahirkan dari perjanjian (Pasal 1313 sampai dengan Pasal
1351 KUH Perdata)
Hal-hal yang diatur dalam bab ini melipuB: ketentuan umum, syarat-syarat
sahnya perjanjian; akibat perjanjian, dan penafsiran perjanjian.
3. Hapusnya perikatan (Pasal 1381 sampai dengan Pasal 1456 KUH Perdata)
Hapusnya perikatan dibedakan menjadi 10 macam, yaitu karena pembayaran;
penawaran pembayaran tunai yang diikuB dengan penyimpanan atau
peniBpan;
pembaruan utang; perjumpaan utang atau kompensasi; percampuran utang
pembebasan utang; musnahnya barang terutang; kebatalan atau pembatalan.

C. SISTEM PENGATURAN HUKUM KONTRAK


Sistem pengaturan hukum kontrak adalah sistem terbuka (open system).
ArBnya bahwa seBap orang bebas untuk mengadakan perjanjian, baik yang
sudah diatur maupun yang belum diatur di dalam undang-undang. Hal ini
dapat
disimpulkan dari ketentuan yang tercantum dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH
Perdata, yang berbunyi: ’’Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya.”


Ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata memberikan kebebasan kepada
para pihak untuk:
1. membuat atau Bdak membuat perjanjian,

2. mengadakan perjanjian dengan siapa pun,
3. menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya, dan
4. menentukan bentuknya perjanjian, yaitu tertulis atau lisan (Salim H.S., 1993:
100) .

Menurut HR 1919 yang diarBkan dengan perbuatan melawan hukum adalah
berbuat atau Bdak berbuat yang:
1. melanggar hak orang lain
Yang dimaksud dengan hak orang lain, bukan semua hak, tetapi hanya hakhak
pribadi, seperB integritas tubuh, kebebasan, kehormatan, dan lain-lain.
Termasuk dalam hal ini hak-hak absolut, seperB hak kebendaan, hak atas
kekayaan intelektual (HAKI), dan sebagainya;
2. bertentangan dengan kewajiban hukum pelaku
Kewajiban hukum hanya kewajiban yang dirumuskan dalam aturan
undangundang;
3. bertentangan dengan kesusilaan, arBnya perbuatan yang dilakukan oleh
seseorang itu bertentangan dengan sopan santun' yang Bdak tertulis yang
tumbuh dan berkembang dalam masyarakat;
4. bertentangan dengan kecermatan yang harus diindahkan dalam masyarakat;
Aturan tentang kecermatan terdiri atas dua kelompok, yaitu
(1) aturan-aturan yang mencegah orang lain terjerumus dalam bahaya, dan
(2) aturan-aturan yang melarang merugikan orang lain keBka hendak
menyelenggarakan kepenBngannya sendiri (Nieuwenhuis, 1985:118).



D. ASAS HUKUM KONTRAK
Di dalam hukum kontrak dikenal lima asas penBng, yaitu asas kebebasan
berkontrak, asas konsensualisme, asas pacta sunt servanda (asas kepasBan
hukum), asas ikBkad baik, dan asas kepribadian. Kelima asas itu disajikan
berikut
ini.
1. Asas Kebebasan Berkontrak
Asas kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari ketentuan Pasal 1338 ayat
(1) KUH Perdata, yang berbunyi:’’Semua perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.”
Asas kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang memberikan kebebasan
kepada para pihak untuk:
a. membuat atau Bdak membuat perjanjian,
b. mengadakan perjanjian dengan siapa pun,
c. menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya, dan
d. menentukan bentuknya perjanjian, yaitu tertulis atau lisan.
Latar belakang lahirnya asas kebebasan berkontrak adalah adanya paham
individualisme yang secara embrional lahir dalam zaman Yunani, yang
diteruskan
oleh kaum Epicuristen dan berkembang pesat dalam zaman renaisance melalui
antara lain ajaran-ajaran Hugo de Grecht, Thomas Hobbes, Jhon Locke dan
Rosseau (dalam Mariam Badrulzaman, 1997: 19-20).

2. Asas Konsensualisme
Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1) KUH
Perdata. Dalam pasal itu ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian,
yaitu adanya kesepakatan kedua belah pihak. Asas konsensualisme merupakan
asas yang menyatakan bahwa perjanjian pada umumnya Bdak diadakan secara
formal, tetapi cukup dengan adanya kesepakatan kedua belah pihak.


3. Asas Pacta Sunt Servanda
Asas pacta sunt servanda atau disebut juga dengan asas kepasBan hukum.
Asas ini berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas pacta sunt servanda
merupakan asas bahwa hakim atau pihak keBga harus menghormaB substansi
kontrak
yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah undang-undang. 


4. Asas IkBkad Baik (Goede Trouw)
Asas ikBkad baik dapat disimpulkan dari Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata.
Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata berbunyi: ’’Perjanjian harus dilaksanakan
dengan baik .


5. Asas Kepribadian (Personalitas)
Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang
akan melakukan dan atau membuat kontrak hanya untuk kepenBngan
perseorangan saja. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUH
Perdata. Pasal 1315 KUH Perdata berbunyi: ’’Pada umumnya seseorang Bdak
dapat mengadakan perikatan atau perjanjian selain untuk dirinya sendiri.

Jika dibandingkan kedua pasal itu maka dalam Pasal 1317 KUH Perdata
mengatur tentang perjanjian untuk pihak keBga, sedangkan dalam Pasal 1318
KUH Perdata untuk kepenBngan:
a. dirinya sendiri,
b. ahli warisnya, dan
c. orang-orang yang memperoleh hak dari padanya.
Pasal 1317 KUH Perdata mengatur tentang pengecualiannya, sedangkan
Pasal 1318 KUH Perdata, ruang lingkupnya yang luas.


E. SUM BER HUKUM KONTRAK
Pada dasarnya sumber hukum kontrak dapat dibedakan menurut sistem hukum
yang mengaturnya. Sumber hukum, dapat dilihat dari keluarga hukumnya. Ada
keluarga hukum Romawi, common law, hukum sosialis, hukum agama, dan
hukum tradisional.
BAB 2

ketentuan -ketentuan umum dalam hukum kontrak 


A. SOMASI
1. Dasar Hukum dan PengerBan Somasi
IsBlah pernyataan lalai atau somasi merupakan terjemahan dari
ingebrekestelling. Somasi diatur dalam Pasal 1238 KUH Perdata dan Pasal 1243
KUH
Perdata. Somasi adalah teguran dari si berpiutang (kreditur) kepada si berutang
(debitur) agar dapat memenuhi prestasi sesuai dengan isi perjanjian yang telah
disepakaB antara keduanya. Somasi Bmbul disebabkan debitur Bdak memenuhi
prestasinya, sesuai dengan yang diperjanjikan. Ada Bga cara terjadinya somasi
itu, yaitu
a. debitur melaksanakan prestasi yang keliru, misalnya kreditur menerima
sekeranjang jambu seharusnya sekeranjang apel;
b. debitur Bdak memenuhi prestasi pada hari yang telah dijanjikan. Tidak
memenuhi prestasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelambatan
melaksanakan prestasi dan sama sekali Bdak memberikan prestasi. Penyebab
Bdak melaksanakan prestasi sama sekali karena prestasi Bdak mungkin
dilaksanakan atau karena debitur terang-terangan menolak memberikan
prestasi.
c. prestasi yang dilaksanakan oleh debitur Bdak lagi berguna bagi kreditur
setelah
lewat waktu yang diperjanjikan.

2. Bentuk dan Isi Somasi
Dari telaahan berbagai ketentuan tentang somasi, tampaklah bahwa bentuk
somasi yang harus disampaikan kreditur kepada debitur adalah dalam bentuk
surat perintah atau sebuah akta yang sejenis.
Yang berwenang mengeluarkan surat perintah itu adalah kreditur atau pejabat
yang berwenang untuk itu. Pejabat yang berwenang adalah Juru Sita, Badan
Urusan Piutang Negara, dan lain-lain.

Isi atau hal-hal yang harus dimuat dalam surat somasi, yaitu
1. apa yang dituntut (pembayaran pokok kredit dan bunganya);
2 dasar tuntutan (perjanjian kredit yang dibuat antara kreditur dan debitur);
dan
3. tanggal paling lambat untuk melakukan pembayaran angsuran, pada tanggal
15 Juli 2002.

3. PerisBwa-PerisBwa yang Tidak Memerlukan Somasi
Ada lima macam perisBwa yang Bdak mensyaratkan pernyataan lalai,
sebagaimana dikemukakan berikut ini (Niewenhuis, 1988).
a. Debitur menolak pemenuhan.
Seorang kreditur Bdak perlu mengajukan somasi apabila debitur menolak
pemenuhan prestasinya, sehingga kreditur boleh berpendirian bahwa dalam
sikap penolakan demikian suatu somasi Bdak akan menimbulkan suatu
perubahan (HR 1-2-1957).
b. Debitur mengakui kelalaiannya.
Pengakuan demikian dapat terjadi secara tegas, akan tetapi juga secara
implisit (diam-diam), misalnya dengan menawarkan ganB rugi.
c. Pemenuhan prestasi Bdak mungkin dilakukan.
Debitur lalai tanpa adanya somasi, apabila prestasi (di luar perisBwa
overmacht) Bdak mungkin dilakukan, misalnya karena debitur kehilangan
barang
yang harus diserahkan atau barang tersebut musnah. Tidak perlunya
pernyataan lalai dalam hal ini sudah jelas dari sifatnya
(somasi untuk pemenuhan prestasi).
d. Pemenuhan Bdak berarB lagi (zinloos)
Tidak diperlukannya somasi, apabila kewajiban debitur untuk memberikan
atau melakukan, hanya dapat diberikan atau dilakukan dalam batas waktu
tertentu, yang dibiarkan lampau. Contoh klasik, kewajiban untuk menyerahkan
pakaian penganBn atau peB maB. Penyerahan kedua barang tersebut setelah
perkawinan atau setelah pemakaman Bdak ada arBnya lagi.
e. Debitur melakukan prestasi Bdak sebagaimana mesBnya.
Kelima cara itu Bdak perlu dilakukan somasi oleh kreditur kepada debitur.
Debitur dapat langsung dinyatakan wanprestasi.


C. GANTI RUGI
Ada dua sebab Bmbulnya ganB rugi, yaitu ganB rugi karena wanprestasi dan
perbuatan melawan hukum. GanB rugi karena wanprestasi diatur dalam Buku
III
KUH Perdata, yang dimulai dari Pasal 124 KUH Perdata s.d. Pasal 1252 KUH
Perdata. Sedangkan ganB rugi karena perbuatan melawan hukum diatur dalam
Pasal 1365 KUH Perdata. GanB rugi karena perbuatan melawan hukum adalah
suatu bentuk ganB rugi yang dibebankan kepada orang yang telah
menimbulkan
kesalahan kepada pihak yang dirugikannya. GanB rugi itu Bmbul karena adanya
kesalahan, bukan karena adanya perjanjian.
GanB rugi karena wanprestasi adalah suatu bentuk ganB rugi yang dibebankan
kepada debitur yang Bdak memenuhi isi perjanjian yang telah dibuat antara
kreditur
dengan debitur. Misalnya, A berjanji akan mengirimkan barang kepada B pada
tanggal 10 Januari 1996.


D. KEADAAN MEMAKSA
1. Dasar Hukum dan PengerBan Keadaan Memaksa
Ketentuan tentang overrnacht (keadaan memaksa) dapat dilihat dan di baca
dalam Pasal 1244 KUH Perdata dan Pasal 1245 KUH Perdata. Pasal 1244 KUH
Perdata berbunyi: ’’Debitur harus dihukum untuk mengganB biaya, kerugian,
dan
bunga, bila tak dapat membukBkan bahwa Bdak dilaksanakannya perikatan itu
atau Bdak tepatnya waktu dalam melaksanakan perikatan itu disebabkan oleh
suatu hal yang Bdak terduga, yang tak dapat dipertanggung jawabkan
kepadanya,
walaupun Bdak ada ikBkad buruk padanya. Selanjutnya dalam Pasal 1245 KUH
Perdata yang berbunyi: ’’Tidak ada pengganBan biaya, kerugian, dan bunga,
bila
karena keadaan memaksa atau karena hal yang terjadi secara kebetulan,
debitur
terhalang untuk memberikan atau berbuat sesuatu yang diwajibkan, atau
melakukan
sesuatu perbuatan yang terlarang olehnya.”
Ketentuan ini memberikan kelonggaran kepada debitur untuk Bdak melakukan
pengganBan biaya, kerugian, dan bunga kepada kreditur, oleh karena suatu
keadaan yang berada di luar kekuasaannya.
Ada Bga hal yang menyebabkan debitur Bdak melakukan pengganBan biaya,
kerugian dan bunga, yaitu
1. adanya suatu hal yang tak terduga sebelumnya, atau
2. terjadinya secara kebetulan, dan atau
3. keadaan memaksa.

2. Macam Keadaan Memaksa
Keadaan memaksa dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu
1) keadaan memaksa absolut, dan
2) keadaan memaksa yang relaBf.


BAB 3

A. CARA BERAKHIRNYA KONTRAK

Berakhirnya kontrak merupakan selesai atau hapusnya sebuah kontrak


yang
dibuat antara dua pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur tentang sesuatu hal.
Pihak kreditur adalah pihak atau orang yang berhak atas suatu prestasi,
sedangkan
debitur adalah pihak yang berkewajiban untuk memenuhi prestasi. Sesuatu hal
di sini bisa berarB segala perbuatan hukum yang dilakukan oleh kedua pihak,
bisa jual beli, utang piutang, sewa-menyewa, dan lain-lain.
Di dalam Rancangan Undang-Undang Kontrak telah ditentukan tentang
berakhirnya kontrak. Pengakhiran kontrak dalam rancangan itu diatur dalam
Pasal 7.3.1 sampai dengan Pasal 7.3.5. Ada lima hal yang diatur dalam pasal
tersebut, yaitu
1. hak untuk mengakhiri kontrak,
2. pemberitahuan pengakhiran,
3. keBdakpelaksanaan yang sudah dianBsipasi,
4. jaminan yang memadai dari keBdakpelaksanaan tersebut, dan
5. pengaruh dari pengakhiran secara umum.
Hak untuk mengakhiri kontrak diatur dalam Pasal 7.3.1. yang berbunyi:
’’Suatu pihak dapat mengakhiri kontrak tersebut di mana kegagalan untuk
melaksanakan suatu kewajiban sesuai dengan kontrak tersebut mencapai pada
Bngkat keBdakpelaksanaan yang mendasar (Pasal 7.3.1 ayat (1)).”
Hal-hal yang harus diperBmbangkan untuk menentukan kegagalan dalam
melaksanakan suatu kewajiban pada Bngkat keBdakpelaksanaan yang
mendasar,
yaitu
1. keBdakpelaksanaan tersebut pada prinsipnya telah menghilangkan hak dari
pihak yang dirugikan untuk mengharapkan apa yang menjadi haknya sesuai
dengan kontrak tersebut, kecuali pihak lainnya Bdak menduga atau Bdak
dapat menduga atau Bdak dapat menduga secara layak hasil semacam itu;
2. kesesuaian yang sangat ketat dengan kewajiban yang Bdak dilaksanakan
adalah penBng sesuai dengan kontrak tersebut;
3. keBdakpelaksanaan tersebut telah dilakukan secara sengaja atau karena
kecerobohan;

4. keBdakpelaksanaan tersebut memberikan kepada pihak yang dirugikan
alasan
untuk percaya bahwa pihak tersebut Bdak dapat menyandarkan diri pada
pelaksanaan di masa yang akan datang dari pihak lainnya;
5. pihak yang Bdak dapat melaksanakan tersebut akan menderita kerugian
yang Bdak proporsional sebagai persiapan dari pelaksanaan apabila kontrak
diakhiri (Pasal 7.3.1 Rancangan Undang-Undang Kontrak).
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional
juga diatur secara rinci tentang berakhirnya perjanjian internasional. Ada
delapan
cara berakhirnya perjanjian internasional, yaitu
1. terdapat kesepakatan para pihak melalui prosedur yang ditetapkan dalam
perjanjian;
2. tujuan perjanjian telah tercapai;
3. terdapat perubahan mendasar yang mempengaruhi pelaksanaan perjanjian;
4. salah satu pihak Bdak melaksanakan atau melanggar ketentuan perjanjian;
5. dibuat suatu perjanjian baru yang mengganBkan perjanjian lama;
6. muncul norma-norma baru dalam hukum internasional;
7. objek perjanjian hilang;
8. terdapat hal-hal yang merugikan kepenBngan nasional (Pasal 18
UndangUndang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional).

B. PEMBAYARAN
1. PengerBan Pembayaran
Berakhirnya kontrak karena pembayaran dijabarkan lebih lanjut dalam
Pasal 1382 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1403 KUH Perdata. Ada dua
pengerBan pembayaran, yaitu pengerBan secara sempit dan yuridis teknis.
PengerBan pembayaran dalam arB sempit, adalah pelunasan utang oleh
debitur
kepada kreditur. Pembayaran seperB ini dilakukan dalam bentuk uang atau
barang. Namun, pengerBan pembayaran dalam arB yuridis Bdak hanya dalam
bentuk uang atau barang, tetapi juga dalam bentuk jasa, seperB jasa dokter
bedah, tukang cukur, atau guru privat.
2. Orang yang Berwenang dan Berhak untuk Melakukan Pembayaran
Orang yang dapat melakukan pembayaran utang, adalah
a. debitur yang berkepenBngan langsung,
b. penjamin atau borgtocher,
c. orang keBga yang berBndak atas nama debitur.
Orang yang berhak menerima pembayaran, yaitu
a. kreditur,
b. orang yang menerima kuasa dari kreditur,
c. orang yang telah ditunjuk oleh hakim, dan
d. orang-orang yang berhak menurut undang-undang (Pasal 1385 KUH
Perdata). 


B. PEMBAYARAN
1. PengerBan Pembayaran
Berakhirnya kontrak karena pembayaran dijabarkan lebih lanjut dalam
Pasal 1382 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1403 KUH Perdata. Ada dua
pengerBan pembayaran, yaitu pengerBan secara sempit dan yuridis teknis.
PengerBan pembayaran dalam arB sempit, adalah pelunasan utang oleh
debitur
kepada kreditur. Pembayaran seperB ini dilakukan dalam bentuk uang atau
barang. Namun, pengerBan pembayaran dalam arB yuridis Bdak hanya dalam
bentuk uang atau barang, tetapi juga dalam bentuk jasa, seperB jasa dokter
bedah, tukang cukur, atau guru privat.
2. Orang yang Berwenang dan Berhak untuk Melakukan Pembayaran
Orang yang dapat melakukan pembayaran utang, adalah
a. debitur yang berkepenBngan langsung,
b. penjamin atau borgtocher,
c. orang keBga yang berBndak atas nama debitur.
Orang yang berhak menerima pembayaran, yaitu
a. kreditur,
b. orang yang menerima kuasa dari kreditur,
c. orang yang telah ditunjuk oleh hakim, dan
d. orang-orang yang berhak menurut undang-undang (Pasal 1385 KUH
Perdata). 


Inovasi adalah suatu perjanjian antara debitur dan kreditur, di mana perjanjian
lama dan subjeknya yang ada dihapuskan dan Bmbul sebuah objek dan subjek
perjanjian yang baru.
Unsur-unsur novasi:
a. adanya perjanjian baru,
b. adanya subjek yang baru,
c. adanya hak dan kewajiban, dan
d. adanya prestasi.
D. KOMPENSASI
1. PengerBan Kompensasi
Kompensasi atau perjumpaan utang diatur dalam Pasal 1425 KUH Perdata
sampai dengan Pasal 1435 KUH Perdata. Yang diarBkan dengan kompensasi,
adalah penghapusan masing-masing utang dengan jalan saling
memperhitungkan
utang yang sudah dapat ditagih antara kreditur dan debitur (Pasal 1425 KUH
Perdata). Syarat terjadinya kompensasi:
a. kedua-duanya berpokok pada sejumlah uang; atau
b. berpokok pada jumlah barang yang dapat dihabiskan dari jenis yang sama;
atau
c. kedua-duanya dapat ditetapkan dan ditagih sekeBka.
Tujuan utama kompensasi adalah
a. penyederhanaan pembayaran yang simpang siur antara pihak kreditur dan
debitur;
b. dimungkinkan terjadinya pembayaran sebagian;
c. memberikan kepasBan pembayaran dalam keadaan pailit.


E. PERCAMPURAN UTANG
Percampuran utang diatur dalam Pasal 1436 KUH Perdata sampai dengan
Pasal 1437 KUH Perdata. Di dalam NBW (BW Baru) negeri Belanda,
percampuran utang diatur dalam Pasal 1472 NBW. Percampuran utang adalah
percampuran kedudukan sebagai orang yang berutang dengan kedudukan
sebagai
kreditur menjadi satu (Pasal 1436 KUH Perdata). Ada dua cara terjadinya
percampuran utang, yaitu
1. dengan jalan penerusan hak dengan alas hak umum. Misalnya, si kreditur
meninggal dunia dan meninggalkan satu-satunya ahli waris, yaitu debitur. Ini
berarB bahwa dengan meninggalnya kreditur maka kedudukan debitur
menjadi kreditur;
2. dengan jalan penerusan hak di bawah alas hak khusus, misalnya pada jual
beli atau legaat.
Pada umumnya percampuran utang terjadi pada bentuk-bentuk debitur
menjadi
ahli waris dari kreditur.
E. PERCAMPURAN UTANG
Percampuran utang diatur dalam Pasal 1436 KUH Perdata sampai dengan
Pasal 1437 KUH Perdata. Di dalam NBW (BW Baru) negeri Belanda,
percampuran utang diatur dalam Pasal 1472 NBW. Percampuran utang adalah
percampuran kedudukan sebagai orang yang berutang dengan kedudukan
sebagai
kreditur menjadi satu (Pasal 1436 KUH Perdata). Ada dua cara terjadinya
percampuran utang, yaitu
1. dengan jalan penerusan hak dengan alas hak umum. Misalnya, si kreditur
meninggal dunia dan meninggalkan satu-satunya ahli waris, yaitu debitur. Ini
berarB bahwa dengan meninggalnya kreditur maka kedudukan debitur
menjadi kreditur;
2. dengan jalan penerusan hak di bawah alas hak khusus, misalnya pada jual
beli atau legaat.
Pada umumnya percampuran utang terjadi pada bentuk-bentuk debitur
menjadi
ahli waris dari kreditur.
G. KEBATALAN ATAU PEMBATALAN KONTRAK
1. PengerBannya
Kebatalan kontrak diatur dalam Pasal 1446 KUH Perdata s.d. Pasal 1456
KUH Perdata. Ada Bga penyebab Bmbulnya pembatalan kontrak, yaitu
a. adanya perjanjian yang dibuat oleh orang-orang yang belum dewasa dan
di bawah pengampuan;
b. Bdak mengindahkan bentuk perjanjian yang disyaratkan dalam undang-
undang;
c. adanya cacat kehendak.


H. BERLAKUNYA SYARAT BATAL
Syarat batal adalah suatu syarat yang bila dipenuhi akan menghapuskan
perjanjian dan membawa segala sesuatu pada keadaan semula, seolah-olah
Bdak
ada suatu perjanjian (Pasal 1265 KUH Perdata). Biasanya syarat batal berlaku
pada perjanjian Bmbal balik. SeperB pada perjanjian jual beli, sewa-menyewa,
dan lain-lain.


I. JANGKA WAKTU KONTRAK TELAH BERAKHIR
SeBap kontrak yang dibuat oleh para pihak, baik kontrak yang dibuat melalui
akta di bawah tangan maupun yang dibuat oleh atau di muka pejabat yang
berwenang telah ditentukan secara tegas jangka waktu dan tanggal
berakhirnya
kontrak.


j. KESEPAKATAN KEDUA BELAH PIHAK
Kesepakatan kedua belah pihak merupakan salah satu cara berakhirnya
kontrak, di mana kedua belah pihak telah sepakat untuk menghenBkan kontrak
yang telah ditutup antara keduanya. MoBvasi mereka untuk menyepakaB
berakhirnya kontrak tersebut adalah berbeda-beda antara satu dengan lainnya.
Ada yang menyepakaBnya didasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan dan ada
juga
yang menyepakaB karena bisnis. PerBmbangan karena bisnis adalah didasarkan
pada untung rugi. 


k. PEMUTUSAN KONTRAK SECARA SEPIHAK
Pada dasarnya kontrak harus dilaksanakan oleh para pihak berdasarkan
iBkad baik, namun dalam kenyataannya sering kali salah satu pihak Bdak
melaksanakan ^substansi kontrak, walaupun mereka telah diberikan somasi
sebanyak Bga kali berturut-turut. Karena salah satu pihak lalai melaksanakan
prestasinya maka pihak yang lainnya dengan sangat terpaksa memutuskan
kontrak
itu secara sepihak. Pemutusan kontrak secara sepihak merupakan salah satu
cara untuk mengakhiri kontrak yang dibuat oleh para pihak.ArBnya pihak
kreditur menghenBkan berlakunya kontrak yang dibuat dengan debitur,
walaupun jangka waktunya belum berakhir. Ini disebabkan debitur Bdak
melaksanakan prestasi sebagaimana mesBnya.
BAB III
PENUTUPAN
KESIMPULAN
Berdasarkan isi dari kedua buku dapat diambil kesimpulan bahwa kedua
bukusudah sangat bagus dan sangat cocok dijadikan sebagai peganggan atau
referensi bagimahasiswa yang ingin memperkaya khazanah tentang ilmu
hukum bisnis dan yang inginmempelajari lebih dalam tentang pelaku bisnis dan
prakBsi di bidang hukum dan bisnis.
B. SARAN
Saran untuk pembacaSecara keseluruhan isi yang terdapat dalam Kedua buku
Hukum Bisnis ini sangatlayak untuk dijadikan buku pegangan bagi mahasiswa
atau pembaca karna selaininformasi yang disajikan lengkap penggunaan
bentuk kalimat yang Bdak rumit jugamemudahkan pembaca memahami
maksud kalimat dalam buku tersebut.

Saran untuk penulisKedua buku ini sangat bagus,akan tetapi penulis harus lebih
memperhaBkan penggunaan kata baku dalam penulisan dan alangkah lebih
baiknya penulis menggunakankertas yang lebih bermutu sehingga dapat
meningkatkan kualitas karyanya.

Anda mungkin juga menyukai