Penulis
Say Gumira
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................
Bab l pendahuluan.....................................................................
A.LATAR BELAKANG................................................................
B. TUJUAN...............................................................................
C. MANFAAT.............................................................................
Bab ll pembahasan.......................................................................
D.IDENTITAS BUKU................................................................
E. RINGKASAN ISI BUKU.........................................................
F.KELEBIHAN DAN KEKURANGAN...........................................
Bab lll penutup............................................................................
G . KESIMPULAN.....................................................................
H.SARAN.................................................................................
BAB I
Pendahuluan
A.LATAR BELAKANG
Manusia dalam usaha memenuhi kebutuhan sehari hari memiliki
berbagai cara sesuai dengan perkembangan kehidupan saat ini
misalnya,pinjam meminjam maka Bmbul la hak dan kewajiban keBka
terjadi Wan prestasi maka Bmbul la pemikiran mengenai apa yang
dinamakan jaminan.asuransi merupakan mekanisme pemindahan
resiko saat pembisnis memindahkan sebagai keBdakpasBan sebagai
imbalan pembayaran premi. Definisi resiko adalah keBdakpasBan
terjadi atau Bdaknya suatu kerugian.
B. Tujuan
MengkriBk buku ini adalah memilih tujuan untuk membenahi
kekurangan yang masih terdapat dalam buku ini agar buku ini benar
benar relevan .
C.Manfaat
KriBkan buku ini bermanfaat untuk membangun jiwa yang kriBs
bagi penulis ataupun pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
A. IDENTITAS BUKU
1 BUKU UTAMA
• Judul buku : HUKUM BISNIS
• Penulis buku : Dr.Munir Fuady ,S.H.,M.H.,LL.M,
• Penerbit buku : PT cintra Aditya bakT
• Tahun terbit : 2012
• Kota terbit : bandung
• ISBN : 978-979-491-026-9
• Tebal buku : 428 halaman
2. BUKU PEMBANDING
• Judul buku : Hukum Kontrak
• Penulis buku : Salim H.S., S.H., M.S.
• Penerbit buku : Sinar Grafika
• tahun terbit : 2016
• Kota terbit : Mataram
• ISBN : 979-3421-47-9
• Tebal buku : 189
B. RINGKASAN BUKU
1.Buku utama
1. pengerBan dan perkembangan hokum Bisnis
* pengerTan hukum bisnis
Hukum bisnis sebagai terjemahan dari isBlah business law sangat banyak
dipakai dewasa ini , bauk di kalangan akademis maupun di kalangan paa
prakBsi. Banyak isBlah lain yang sungguh pun Bdak persis sama arBnya , akan
tetapi mempunyai ruang lingkup yang mirip mirip dengan isBlah hokum bisnis
ini .
Bab 1
A. isTlah lain terhadap hukum bisnis tersebut
1 hukum dagang
2. Hukum perniagaan
3. Hukum Ekonomi
isBlah hukum dagang atau hokum perniagaan ‘’ merupakan isBlah dengan
cakupan yang sangat tradisional dan sangat sempit . sebab, pada prinsip nya
kedua isBlah tersebut hanya melingkupi topic topic yang terdapat dalam kitab
undang –undang hokum dagang ( KUHD).
Adapaun ruang lingkup dari hukum bisnis ini , antar lain :
* kontak bisnis
* jual beli
* bentuk bentuk perusahaan
* perusahaan GO Publik dan pasar modal
* penanaman modal asing
* kepailitan dan lukuidasi
* merger dan akuisis
* perkreditan dan pembiayaan
* jaminan Hutang
* Surat berharga
* perburuhan
* Ha katas kekayaan intelektual
* anB monopoli
* perlindungan konsumen
* keagenan dan distribusi
* asuransi
* perpajakan
* penyelesaian sengketa bisnis
* bisnis internasional
* Hukum pengangkutan( darat, laut, udara, dan mulBmoda)
B. Hukum Bisnis di Indonesia
dasar – dasar hukum bisnis sudah lama dikenal di Indonesia.hukum dagang
dan kitab uud hokum perdata , yang mulai diberlakukan id Indonesia sejak
tahun 1848 berdasarkan asas konkordansi.dalam hokum adat ( seperB kontrak
, perjanjian adat ), aatau hokum jaul beli perdagangan secara sederhana .
Namun demikian , dasar hukum dari hukum bisnis di Indonesia yang
tertulis yaitu :
1. KUH dagang yang belum banyak di ubah
2. KUH dagang yang sudah diganB berubah
3. KUH dagang yang sudah diganB dengan perundang undangan yang baru
4. KUH perdata yang belum banyak di ubah
5. KUH perdata yang sudah banyak di ubah
6. KUH perdata yang sudah diganB dengan perundang undangan yang baru
7. Perundang undanngan yang Bdak terkait dengan KUH dagang maupun
KUH perdata.
Bab II
KONTRAK
A. PengerTan kontrak
kontrak adalah suatu kesepakatan yang dijanjikan antar 2 org atau lebih
yang dapat di menimbulkan , memodifikasih , atau menghilagkan hubungan
hukum .
B. Kontrak dan perikatan
adapun yang merupakan contoh perikatan yang Bdak berdasarkan atas
kontrak , tetapi berdasarkan atas undangan sebagai berikut :
1.perikatan yang menimbulkan kewajiban tertentu di antara penghuni
pekarangan yang saling berdampingan
2. Perikatan an menimbulkan kewajiban mendidik dan memelihara anak
3. Perikatan yang Bmbul dari pembayaran Bdak terhutang
4. Perikatan yang Bmbul dari perikatan wajar
C. Asas asas Kontrak
dalam ilmu hukum , dikenal beberapa asas hukum terhadap suatu kontrak ,
yaitu :
1. Asas kontrak sebagai hukum mengatur
2. Asa kebebasan berkontrak
3. Asa konsensual
4. Asas obligatoir
D . Syarat sah kontrak
1.Syarat sah yang objekBf berdasarkan pasal 1320 KUH perdata
2. Syarat sah yang subjekBf berdasarkan pasal 1320 KUH perdata
3. Syarat sah yang Umum di luar pasa; 1320 KUH Perdata
4. Syarat dah yang khusus
Bab V
Surat berharga
A. pengerBan dan dasar hukum
surat berharga adalah sebuah dokumen yang diterBbkan oleh penerbitnya
sebgai pemenuhan suatu prestasi berupa pembayaran sejumlah uang
sehinggga berfungsi sebagi alat bayar yang di dalam nya berisikan suatu
perintah untuk membayar kepada pihak pihak yang memegang surat tersebut.
B. CEK
cek merupakan suatu suat berharga bertanggal dan menyebutkan tempat
penerbitnya, yang merupakan perintah tanpa syarat oleh penarik untuk
membayar kepada pihak pemegang atau pemabawanya.
C. Surat berharga lainnya
selain dari surat berharga yang telah disebutkan diatas , yaitu , wesel , cek,
surat sanggup , promes dan bilyet giro , masih banyak lagi model surat
berharga lainnya
1. Saham
2. Surat berharga pasal modal
3. Surat berharga pasar uang
4 . kuitansi atas tunjuk
5. Promes atas tunjuk
Bab VI
perlindungan konsumen
A. pengerTan dan dasar hukum
para konsumen merupakan golongan yang rentan dieksploitasi oleh pelaku
usaha. Atau yang dimasukdu dengan produsen atau pelaku usaha adalah seBap
perorangan atau badan usaha yang didirikan dan berkedudukan atau
melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara republic Indonesia, baik diri
sendiri maupun orang lain melalui pejanjian menyelenggarakan kegiatan
usaha dalam berbagai kegiatan ekonomi .
Yang merupakan asas dari pelindungan konsumen yaitu :
1. Untuk mendapatkan keadilan
2. Untuk mencapai asas manfaat
3. Untuk mencapai asas manfaat
4. Untuk mendapatkan keamanan dan keselmatan konsumen
5. Untuk mendapakan kepasBan umum.
B. Hak dan kewajiban konsumen dan pelaku usaha
ada 4 :
1 . hak katas keamanan dan kesehatan
2. Hak atas informasi yang jujur
3. Hak pilih
4. Hak untuk di dengar
C. Perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha
untuk melindungi pihak dari konsumen dari keBdakadilan , perundang
undangan memberikan larangan tertentu krpada pelaku usaha dalam
hubungan dengan kegiatannya sebagai pelaku usaha.
Larangan tersebut dapat dinyatakan :
1. Larangan yang berhubungan dengan barang dan jasa yang diperdagangkan
2. Larangan yang berhubungan dengan promosi / iklan yang menyesatkan
3. Larangandalam hubungan dengan penjualan barang secara obral atau
lelang yang menyesatkan
4. Larangan yang berhubungan dengan waktu dan jumlah yang Bdak
diinginkan
5. Larangan terhadap tawaran dengan iming iming hadiah
6. Larangan terhadap tawaran dengan paksaan
7. Larangan terhadap tawaran dalam hubungan dengan pembelian melalui
pesanan.
D. penegakan hukum konsumen
1. Konsekuensi yuridis terhadap pelanggaran per undang – undangan
tentang perlindungam konsumen
2. Badan pelinfungan konsumen nasional
3. Lembaga perlindungan konsumen swadya masyarakat
4 badan penyelesaian sengketa konsumen
5. Penerapan sakB saksi
Bab VII
ASURANSI
A . pengerTan dan dasar hukum
Asuransi merupakan suatu perjanjian dimana seseorang penanggung
mengikat diri kepada seseorang tertanggung, dengan menerima premi , unut
memberikan perganBan kepada tertanggung karena suatu kerugian , kerusakan
atau kehilangan keuntungan yang di harapkan ,yang mungkin aka nada
deritanya karena suatu perisBwa yang Bdak tertentu ( pasal 246 KUH dagang )
B. Risiko dalam asuransi
risiko dalam hukum asuransi adalah suatu kejadian yang terjadi di luar
kehendak pihak tertanggung yang menimbulkan kerugian bagi tertanggung,
risiko mana merupakan objek jaminan asuransi.
Risiko dalam hukum asuransi yaitu :
1. Risiko murni
2. Risiko spekulasi
3. Risiko khusus
4. Risiko fundamental
5. Ririko staBs
6. Risiko dinamis
C .Asuransi menurut KUH perdata
Dari segi hukum perdata , jelas bahwa asuransi termasuk ke dalam ruang
jelajah hukum / kontrak perjanjian .
Syarat sahnya suatu kontrak menurut pasal 1320 yaitu
1. Adanya kesepakatan kehendak
2. Cakap berbuat
3. Adanya hal tertentu
4. Kausa yang halal
D. KONTRAK ASURANSI
Sebagaimana dengan kebanyakn bisnis-bisnis lainnya , maka suatu
asuransi juga diawali dengan suatu kontak / perjanjian asas – asa umum
berlaku untuk suatu kontrak , makas terhadap suatu kontrak asuransi berlaku
juga asa- asas sebagai berikut :
* Asas indemnity
* Asas kepenBngan yang diasuransi
* Asas keterbukaan
* Asas subrograsi untuk kepenBngan penanggung
E. Jenis jenia asuransi
1. Asuransi kerugian
2. Asuransi kebakaran
3. Asuransi pengangkutan laut
4. Asuransi pengangkutan darat , sungai , dan perairan pedalaman
5. Asuransi jiwa
6. Asuransi kecelakaan
7. Asuransi kesehatan
8. Asuransi penerbangan
9. Asuransi gangguan usaha
10. Asuransi tanggung jawab hukum
2. BUKU PEMBANDING
BAB 1
a. Konsep dan pengerBan hukum kontrak
A. IsTlah dan pengerTan hukum kontrak
Hukum kontrak merupakan terjemahan dari bahasa inggris yaitu contract of
law, sedangkan dalam bahasa Belanda disebut dwengan insBlah overeencecom
strecht.
ArBnya, hukum kontrak adalah sebagai aturan hukum yang berkaitan
pelaksanaan perjanjian atau persetujuan.
A. SOMASI
1. Dasar Hukum dan PengerBan Somasi
IsBlah pernyataan lalai atau somasi merupakan terjemahan dari
ingebrekestelling. Somasi diatur dalam Pasal 1238 KUH Perdata dan Pasal 1243
KUH
Perdata. Somasi adalah teguran dari si berpiutang (kreditur) kepada si berutang
(debitur) agar dapat memenuhi prestasi sesuai dengan isi perjanjian yang telah
disepakaB antara keduanya. Somasi Bmbul disebabkan debitur Bdak memenuhi
prestasinya, sesuai dengan yang diperjanjikan. Ada Bga cara terjadinya somasi
itu, yaitu
a. debitur melaksanakan prestasi yang keliru, misalnya kreditur menerima
sekeranjang jambu seharusnya sekeranjang apel;
b. debitur Bdak memenuhi prestasi pada hari yang telah dijanjikan. Tidak
memenuhi prestasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelambatan
melaksanakan prestasi dan sama sekali Bdak memberikan prestasi. Penyebab
Bdak melaksanakan prestasi sama sekali karena prestasi Bdak mungkin
dilaksanakan atau karena debitur terang-terangan menolak memberikan
prestasi.
c. prestasi yang dilaksanakan oleh debitur Bdak lagi berguna bagi kreditur
setelah
lewat waktu yang diperjanjikan.
2. Bentuk dan Isi Somasi
Dari telaahan berbagai ketentuan tentang somasi, tampaklah bahwa bentuk
somasi yang harus disampaikan kreditur kepada debitur adalah dalam bentuk
surat perintah atau sebuah akta yang sejenis.
Yang berwenang mengeluarkan surat perintah itu adalah kreditur atau pejabat
yang berwenang untuk itu. Pejabat yang berwenang adalah Juru Sita, Badan
Urusan Piutang Negara, dan lain-lain.
Isi atau hal-hal yang harus dimuat dalam surat somasi, yaitu
1. apa yang dituntut (pembayaran pokok kredit dan bunganya);
2 dasar tuntutan (perjanjian kredit yang dibuat antara kreditur dan debitur);
dan
3. tanggal paling lambat untuk melakukan pembayaran angsuran, pada tanggal
15 Juli 2002.
3. PerisBwa-PerisBwa yang Tidak Memerlukan Somasi
Ada lima macam perisBwa yang Bdak mensyaratkan pernyataan lalai,
sebagaimana dikemukakan berikut ini (Niewenhuis, 1988).
a. Debitur menolak pemenuhan.
Seorang kreditur Bdak perlu mengajukan somasi apabila debitur menolak
pemenuhan prestasinya, sehingga kreditur boleh berpendirian bahwa dalam
sikap penolakan demikian suatu somasi Bdak akan menimbulkan suatu
perubahan (HR 1-2-1957).
b. Debitur mengakui kelalaiannya.
Pengakuan demikian dapat terjadi secara tegas, akan tetapi juga secara
implisit (diam-diam), misalnya dengan menawarkan ganB rugi.
c. Pemenuhan prestasi Bdak mungkin dilakukan.
Debitur lalai tanpa adanya somasi, apabila prestasi (di luar perisBwa
overmacht) Bdak mungkin dilakukan, misalnya karena debitur kehilangan
barang
yang harus diserahkan atau barang tersebut musnah. Tidak perlunya
pernyataan lalai dalam hal ini sudah jelas dari sifatnya
(somasi untuk pemenuhan prestasi).
d. Pemenuhan Bdak berarB lagi (zinloos)
Tidak diperlukannya somasi, apabila kewajiban debitur untuk memberikan
atau melakukan, hanya dapat diberikan atau dilakukan dalam batas waktu
tertentu, yang dibiarkan lampau. Contoh klasik, kewajiban untuk menyerahkan
pakaian penganBn atau peB maB. Penyerahan kedua barang tersebut setelah
perkawinan atau setelah pemakaman Bdak ada arBnya lagi.
e. Debitur melakukan prestasi Bdak sebagaimana mesBnya.
Kelima cara itu Bdak perlu dilakukan somasi oleh kreditur kepada debitur.
Debitur dapat langsung dinyatakan wanprestasi.
C. GANTI RUGI
Ada dua sebab Bmbulnya ganB rugi, yaitu ganB rugi karena wanprestasi dan
perbuatan melawan hukum. GanB rugi karena wanprestasi diatur dalam Buku
III
KUH Perdata, yang dimulai dari Pasal 124 KUH Perdata s.d. Pasal 1252 KUH
Perdata. Sedangkan ganB rugi karena perbuatan melawan hukum diatur dalam
Pasal 1365 KUH Perdata. GanB rugi karena perbuatan melawan hukum adalah
suatu bentuk ganB rugi yang dibebankan kepada orang yang telah
menimbulkan
kesalahan kepada pihak yang dirugikannya. GanB rugi itu Bmbul karena adanya
kesalahan, bukan karena adanya perjanjian.
GanB rugi karena wanprestasi adalah suatu bentuk ganB rugi yang dibebankan
kepada debitur yang Bdak memenuhi isi perjanjian yang telah dibuat antara
kreditur
dengan debitur. Misalnya, A berjanji akan mengirimkan barang kepada B pada
tanggal 10 Januari 1996.
D. KEADAAN MEMAKSA
1. Dasar Hukum dan PengerBan Keadaan Memaksa
Ketentuan tentang overrnacht (keadaan memaksa) dapat dilihat dan di baca
dalam Pasal 1244 KUH Perdata dan Pasal 1245 KUH Perdata. Pasal 1244 KUH
Perdata berbunyi: ’’Debitur harus dihukum untuk mengganB biaya, kerugian,
dan
bunga, bila tak dapat membukBkan bahwa Bdak dilaksanakannya perikatan itu
atau Bdak tepatnya waktu dalam melaksanakan perikatan itu disebabkan oleh
suatu hal yang Bdak terduga, yang tak dapat dipertanggung jawabkan
kepadanya,
walaupun Bdak ada ikBkad buruk padanya. Selanjutnya dalam Pasal 1245 KUH
Perdata yang berbunyi: ’’Tidak ada pengganBan biaya, kerugian, dan bunga,
bila
karena keadaan memaksa atau karena hal yang terjadi secara kebetulan,
debitur
terhalang untuk memberikan atau berbuat sesuatu yang diwajibkan, atau
melakukan
sesuatu perbuatan yang terlarang olehnya.”
Ketentuan ini memberikan kelonggaran kepada debitur untuk Bdak melakukan
pengganBan biaya, kerugian, dan bunga kepada kreditur, oleh karena suatu
keadaan yang berada di luar kekuasaannya.
Ada Bga hal yang menyebabkan debitur Bdak melakukan pengganBan biaya,
kerugian dan bunga, yaitu
1. adanya suatu hal yang tak terduga sebelumnya, atau
2. terjadinya secara kebetulan, dan atau
3. keadaan memaksa.
2. Macam Keadaan Memaksa
Keadaan memaksa dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu
1) keadaan memaksa absolut, dan
2) keadaan memaksa yang relaBf.
BAB 3
A. CARA BERAKHIRNYA KONTRAK
Saran untuk penulisKedua buku ini sangat bagus,akan tetapi penulis harus lebih
memperhaBkan penggunaan kata baku dalam penulisan dan alangkah lebih
baiknya penulis menggunakankertas yang lebih bermutu sehingga dapat
meningkatkan kualitas karyanya.