Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TRAUMA MEDULA SPINALIS

DI SUSUN OLEH :

1. HAIRUNNISA

2. SURYANTI JERRY

POLTEKKES KEMENKES PALU

PRODI DIII KEPERAWATAN TOLITOLI

T.A 2020/ 2021


Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas dengan judul
Pendidikan Budaya Anti Korupsi dengan baik.

Keberhasilan dalam menyusun makalah ini tentunya tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh
karena itu, tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.Rekan-rekan yang memberikan dukungan serta motivasi kami menyadari
bahwa makalah ini masih banyak kekurangan yang terdapat di dalamnya. Oleh karena itu, saran dan kritik
dari para pembaca sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini. Semogamakalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Trauma medulla spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan
seringkali oleh kecelakaan lalu lintas. Apabila Trauma itu mengenai daerah L1-L2 dan/atau di
bawahnya maka dapat mengakibatkan hilangnya fungsi motorik dan sensorik serta
kehilangan fungsi defekasi dan berkemih.
Cedera medula spinalis adalah cedera yang mengenai servikalis vertebralis dan
lumbalis akibat dari suatu trauma yang mengenai tulang belakang. Cedera medula spinalis
adalah masalah kesehatan mayor yang mempengaruhi 150.000 sampai 500.000 orang
hampir di setiap negara, dengan perkiraan 10.000 cedera baru yang terjadi setiap tahunnya.
Kejadian ini lebih dominan pada pria usia muda sekitar 75% dari seluruh cedera. Setengah
dari kasus ini akibat dari kecelakaan kendaraan bermotor, selain itu banyak akibat jatuh,
olahraga dan kejadian industri dan luka tembak.
Vertebra yang paling sering mengalami cedera adalah medula spinalis pada daerah
servikal ke-5, 6, dan 7, torakal ke-12 dan lumbal pertama. Vertebra ini adalah paling rentan
karena ada rentang mobilitas yang lebih besar dalam kolumna vertebral pada area ini. Pada
usia 45-an fraktur banyak terjadi pada pria di bandingkan pada wanita karena olahraga,
pekerjaan, dan kecelakaan bermotor. Tetapi belakangan ini wanita lebih banyak
dibandingkan pria karena faktor osteoporosis yang di asosiasikan dengan perubahan
hormonal (menopause). Klien yang mengalami trauma medulla spinalis khususnya bone loss
pada L2-L3 membutuhkan perhatian lebih diantaranya dalam pemenuhan kebutuhan hidup
dan dalam pemenuhan kebutuhan untuk mobilisasi. Selain itu klien juga beresiko mengalami
komplikasi trauma spinal seperti syok spinal, trombosis vena profunda, gagal napas,
pneumonia dan hiperfleksia autonomic. Maka dari itu sebagai perawat merasa perlu untuk
dapat membantu dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan trauma medulla
spinalis dengan cara promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif sehingga masalahnya dapat
teratasi dan klien dapat terhindar dari masalah yang paling buruk.
Kecelakaan medula spinalis terbesar disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, tempat
yang paling sering terkena cidera adalah regio servikalis dan persambungan thorak dan regio
lumbal. Lesi trauma yang berat dari medula spinalis dapat menimbulkan transaksi dari
medula spinalis atau merobek medula spinalis dari satu tepi ke tepi yang lain pada tingkat
tertentu disertai hilangnya fungsi. Pada tingkat awal semua cidera akibat medula spinalis /
tulang belakang terjadi periode fleksi paralise dan hilang semua reflek. Fungsi sensori dan
autonom juga hilang, medula spinalis juga bisa menyebabkan gangguan sistem perkemihan,
disrefleksi otonom atau hiperefleksi serta fungsi seksual juga dapat terganggu.

2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

a. Apa Pengertian Cedera Medula Spinalis ?

b. Bagaimana Anatomi Fisiologi Struktur Medula Spinalis ?

c. Apa Penyebab atau Etiologi terjadinya Cedera Medula Spinalis ?

d. Bagaimana Patofisiologi dan Manifestasi Klinis Cedera Medula Spinalis ?


d. Bagaiman mekanisme cedera Medula Spinalis ?
e. Bagaimana Komplikasi yang akan terjadi pada Cedera Medula Spinalis?
f.Bagaimana Pemeriksaan Diagnostik dan Pemeriksaan Penunjang yang dapat dilakukan pada
kasus g.Cedera Medula Spinalis ?
h.Bagaimana Penatalaksanaan dan Pengobatan yang dapat dilakukan pada kasus Cedera
Medula Spinalis ?
i. Bagaimana Pelaksanaan Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada kasus Cedera Medula
Spinalis ?
3.Tujuan
a. Mengetahui Pengertian Cedera Medula Spinalis.
b.Mengetahui Anatomi Fisiologi Struktur Medula Spinalis
c.Mengetahui Penyebab atau Etiologi adanya Cedera Medula Spinalis.
d.Mengetahui Patofisiologi dan Manifestasi Klinis Cedera Medula Spinalis.
e.Memahami mekanisme terjadinya Cedera Medula Spinalis.
f.Memahami Komplikasi yang akan terjadi pada kasus Cedera Medula Spinalis..
g.Mengetahui Pemeriksaan Diagnostik yang dapat dilakukan pada kasus Cedera Medula Spinalis.
h.Memahami Penatalaksanaan dan Pengobatan yang dapat dilakukan pada kasus Cedera Medula
Spinalis.
i. Mengetahui Pelaksanaan Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada kasus Cedera Medula Spinalis.
j. Mengetahui Sistem Layanan Kesehatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

1. Trauma Medulla Spinalis adalah Trauma yang terjadi pada jaringan medulla spinalis yang dapat
menyebabkan fraktur atau pergeseran satu atau lebih tulang vertebrata atau kerusakan jaringan
medulla spinalis lainnya termasuk akar-akar saraf yang berada sepanjang medulla spinalis sehingga
mengakibatkan defisit neurologi. ( Lynda Juall,carpenito,edisi 10 ).

2. Trauma pada medula spinalis adalah cedera yang mengenai servikalis, vertebra, dan lumbal akibat
trauma, seperti jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan olahraga, dan sebagainya. (Arif
Muttaqin, 2005, hal. 98)

3. Trauma medula spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan oleh benturan
pada daerah medulla spinalis (Brunner & Suddarth, 2001)

B. Etiologi

- Trauma

- Kelainan pada vertebra (arthropathi spinal)

- Keganasan yang menyebabkan fraktur patologik

- Infeksi

- Osteoporosis

- Kelainan congenital

- Gangguan vaskuler

- Kecelakaan lalu lintas

- Olah raga

- Tumor

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi trauma medulla spinalis

- Usia Pada usia 45-an fraktur banyak terjadi pada pria di bandingkan pada wanita karena olahraga,
pekerjaan, dan kecelakaan bermotor.
- Jenis Kelamin Belakangan ini wanita lebih banyak dibandingkan pria karena faktor osteoporosis yang di
asosiasikan dengan perubahan hormonal (menopause).

- Status Nutrisi

D. Manifestasi Klinis Trauma Medula Spinalis (Brunner dan Suddarth, 2001)

a. nyeri akut pada belakang leher, yang menyebar sepanjang saraf yang terkena

b. paraplegia

c. tingkat neurologik

d. paralisis sensorik motorik total

e. kehilangan kontrol kandung kemih (refensi urine, distensi kandung kemih)

f. penurunan keringat dan tonus vasomoto

g. penurunan fungsi pernafasan

h. Kelemahan motorik ekstermitas atas lebih besar dari ekstermitas bawah

E. Patofisiologi

Kerusakan medulla spinalis berkisar dari komosis sementara (dimana pasien sembuh sempurna) sampai
kontusio, laserasi, dan kompresi substansi medulla (baik salah satu atau dalam kombinasi), sampai
transeksi lengkap medulla (yang membuat pasien paralisis di bawah tingkat cedera). Bila hemoragi
terjadi pada daerah medulla spinalis darah dapat merembes ke ekstradural, subdural atau daerah
subarakhnoid pada kanal spinal. Segera setelah terjadi kontusion atau robekan akibat cedera,
serabutserabut saraf mulai membengkak dan hancur. Sirkulasi darah ke substansi grisea medulla spinalis
menjadi terganggu. Tidak hanya hal ini saja yang terjadi pada cedera pembuluh darah medulla spinalis,
tetapi proses patogenik dianggap menyebabkan kerusakan yang terjadi pada cedera medulla spinalis
akut. Suatu rantai sekunder kejadian-kejadian yang menimbulkan iskemia, hipoksia, edema, dan lesi-lesi
hemoragi, yang pada gilirannya mengakibatkan mielin dan akson. Reaksi sekunder ini, diyakini menjadi
penyebab prinsip degenerasi medulla spinalis pada tingkat cedera, sekarang dianggap reversibel 4
sampai 6 jam setelah cedera. Untuk itu jika kerusakan medulla tidak dapat diperbaiki, maka beberapa
metode mengawali pengobatan dengan menggunakan kortikosteroid dan obat-obat antiinflamasi
lainnya yang dibutuhkan untuk mencegah kerusakan sebagian dari perkembangannya, masuk kedalam
kerusakan total dan menetap.

F. WOC

G. Pemeriksaan Diagnostik

a. Sinar X spinal
Menentukan lokasi dan jenis Trauma tulan (fraktur, dislokasi), unutk kesejajaran, reduksi setelah
dilakukan traksi atau operasi

b. Skan ct

Menentukan tempat luka / jejas, mengevaluasi ganggaun struktural

c. MRI

Mengidentifikasi adanya kerusakan saraf spinal, edema dan kompresi

d. Mielografi.

Untuk memperlihatkan kolumna spinalis (kanal vertebral) jika faktor putologisnya tidak jelas atau
dicurigai adannya dilusi pada ruang sub anakhnoid medulla spinalis (biasanya tidak akan dilakukan
setelah mengalami luka penetrasi).

e. Foto ronsen torak, memperlihatkan keadan paru (contoh : perubahan pada diafragma, atelektasis)

f. Pemeriksaan fungsi paru (kapasitas vita, volume tidal) : mengukur volume inspirasi maksimal
khususnya pada pasien dengan trauma servikat bagian bawah atau pada trauma torakal dengan
gangguan pada saraf frenikus /otot interkostal).

g. GDA : Menunjukan kefektifan penukaran gas atau upaya ventilasi

H. Komplikasi

a. Neurogenik shock.

b. Hipoksia.

c. Gangguan paru-paru

d. Instabilitas spinal

e. Orthostatic Hipotensi

f. Ileus Paralitik

g. Infeksi saluran kemih

h. Kontraktur

i. Dekubitus

j. Inkontinensia blader
k. Konstipasi

I. Penatalaksanaan

1. Lakukan tindakan segera pada cedera medula spinalis.

Tujuannya adalah mencegah kerusakan lebih lanjut pada medula spinalis.sebagian cedera medula
spinalis diperburuk oleh penanganan yang kurang tepat,efek hipotensi atau hipoksia pada jaringan saraf
yang sudah terganggu.

- Letakkan pasien pada alas yang keras dan datar untuk pemindahan.

- Beri bantal,guling atau bantal pasir pada sisi pasien u/ mencegah pergeseran.

- tutup dengan selimut untuk menghindari hawa panas badan.

- pindahkan pasien ke RS yang memiliki fasilitas penanganan kasus cedera medula spinalis.

2.Perawatan khusus

- Kontusio / transeksi / kompresi medula spinalis.

a) metil prednisolon 30 mg / kg BB bolus intra vena selama 15 menit dilanjutkan dg 5,4mg /kg BB/ jam,
45 menit.setelah bolus ,selama 23 jam hasil optimal bila pemberian dilakukan < 8 jam onset.

b) Tambahkan profilaksis stres ulkus : antasid / antagonis H2

3.Tindakan operasi diindikasikan pada :

- Fraktur servikal dg lesi parsial medula spinalis

- Cedera terbuka dg benda asing / tulang dlm kanalis spinalis.

- Lesi parsial medula spinalis dg hematomielia yang progresif.

A. Pengkajian

A. Identitas

Trauma medula spinalis dapat terjadi pada semua usia dan jenis kelamin.

B.Keluhan utamaKeluhan utama yang menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan adalah
nyeri,kelemahan dan kelumpuhan ekstremitas,inkontinensia defekasi dan urine,deformitas pada daerah
trauma.

C.Riwayat penyakit sekarangAdanya riwayat trauma yang mengenai tulang belakang akibat dari
kecelakaan lalu lintas,olah raga,jatuh dari pohon atau bangunan,luka tusuk,luka tembak dan kejatuhan
benda keras.Perlu ditanyakan pada klien atau keluarga yang mengantar klien atau bila klien tidak sadar
tentang penggunaan obat-obatan adiktif dan penggunaan alkohol yang sering terjadi pada beberapa
klien yang suka kebut-kebutan.

D. Riwayat penyakit dahuluPengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat penyakit
degeneratif pada tulang belakang,seperti osteoporosis,osteoartritis,spondilitis,spondilolistesis,spinal
stenosis yang memungkinkan terjadinya kelainan pada tulang belakang.

E.Riwayat penyakit keluargaKaji apakah dalam keluarga px ada yang menderita hipertensi,DM,penyakit
jantung untuk menambah komprehensifnya pengkajian.

F.Riwayat psiko-sosioPengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respon emosi
klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga.Apakah ada
dampak yang timbul pada klien,yaitu timbul seperti ketakutan akan kecacatan,rasa cemas,rasa ketidak
mampuan untuk melakukan aktifitas secara optimal dan pandangan terhadap dirinya yang salah.

G.Pola aktivitas

-Aktifitas dan istirahat

* Kelumpuhan otot ( terjadi kelemahan selama syok spinal ) pada bawah lesi.

* Kelemahan umum / kelemahan otot ( Trauma dan adanya kompresi saraf ).

-Makanan / cairan

* Mengalami distensi yang berhubungan dengan omentum.

* Peristaltik usus hilang ( ileus paralitik ).

-Eliminasi* Inkonti nensia defekasi berkemih.

*Retensi urine-Hygien

* Sangat ketergantungan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

B. Diagnosa Keperawatan

a. Ketidak efektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan kelemahan /paralisis otot-otot
abdomen dan intertiostal dan ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi.

b. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan fungsi motorik dan sesorik.

c. Resiko terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan penurunan immobilitas,
penurunan sensorik.

d. Retensi urine yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk berkemih secara spontan.
e. Konstipasi berhubungan dengan adanya atoni usus sebagai akibat gangguan autonomik.

f. Nyeri yang berhubungan dengan pengobatan immobilitas lama, Trauma psikis dan alt traksi

C. Intervensi

Tujuan yang di harapkan :

- Mempertahankan posisi fungsi dibuktikan oleh tak adanya kontraktur, Footdrop,

- Meningkatkan kekuatan bagian tubuh yang sakit /kompensasi, mendemonstrasikan teknik /perilaku
yang memungkinkan melakukan kembali aktifitas.

No Intervensi Rasional

1. Kaji kemampuan batuk dan reproduksi 1. Hilangnya kemampuan motorik tingkat


secret intercosta berpengaruh terhadap kemampuan
batuk

2. Pertahankan jalan nafas (hindari fleksi 2. Menutup Jalan nafas


leher, brsihkan sekret)

3. Monitor warna, jumlah dan konsistensi 3. Hilangnya reflex batuk berisiko pneumonia
sekret, lakukan kultur

4. Lakukan suction bila perlu 4. Pengambilan secret dan menghindari aspirasi

5. Auskultasi bunyi napas 5. Mendeteksi adanya secret dalam paru

6. Lakukan latihan nafas 6. Mengembangkan alveoli

7. Berikan minum hangat jika tidak 7. Mengencerkan secret


kontraindikasi

8. Berikan oksigen dan monitor analisa gas 8. Meninghkatkan suplai oksigen dan mengetahui
darah kadar olsogen dalam darah

9. Monitor tanda vital setiap 2 jam dan 9. Mendeteksi adanya infeksi dan status respirasi
status neurologi

D. Implementasi

Disesuaikan dengan Intervensi


E. Evaluasi

a. Klien dapat meningkatkan pernafasan yang adekuat

b. Klien dapat memperbaiki mobilitas

c. Klien dapat mempertahankan integritas kulit

d. klien mengalami peningkatan eliminasi urine

e. Klien mengalami perbaikan usus / tidak mengalami konstipasi

f. Klien menyatakan rasa nyaman

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Trauma medula spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan
oleh benturan pada daerah medulla spinalis (Brunner & Suddarth, 2001). Penyebab dari
Trauma medulla spinalis yaitu: kecelakaan otomobil, industri terjatuh, olah-raga, menyelam,
luka tusuk, tembak dan tumor.
Cedera medula spinalis adalah suatu trauma yang mengenai medula spinalis atau
sumsum tulang akibat dari suatu trauma langsung yang mengenai tulang belakang.
Penyebab cedera medula spinalis adalh kejadian-kejadian yang secara langsung dapat
mengakibatkan terjadinya kompresi pada medula spinalis seperti terjatuh dari tempat yang
tinggi, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan olaghara dan lain-lain.
Cedera medula spinalis dapat menyebabkan terjadinya kelumpuhan jika mengenai
saraf-saraf yang berperan terhadap suatu organ maupun otot. Cedera medula spinalis ini
terbagi menjadi 2 yaitu cedera medula spinalis stabil dan tidak stabil.
Bila hemoragi terjadi pada daerah medulla spinalis, darah dapat merembes ke
ekstradul subdural atau daerah suaranoid pada kanal spinal, segera sebelum terjadi kontusio
atau robekan pada Trauma, serabut-serabut saraf mulai membengkak dan hancur. Sirkulasi
darah ke medulla spinalis menjadi terganggu, tidak hanya ini saja tetapi proses patogenik
menyebabkan kerusakan yang terjadi pada Trauma medulla spinalis akut. Suatu rantai
sekunder kejadian-kejadian yang menimbulakn iskemia, hipoksia, edema, lesi, hemorargi.
Penatalaksanaan pasien segera ditempat kejadian adalah sangat penting, karena
penatalaksanaan yang tidak tepat dapat menyebabkan kerusakan kehilangan fungsi
neurologik.Pada kepala dan leher dan leher harus dipertimbangkan mengalami Trauma
medula spinalis sampai bukti Trauma ini disingkirkan. Memindahkan pasien, selama
pengobatan didepartemen kedaruratan dan radiologi,pasien dipertahankan diatas papan
pemindahan.
Penatalaksanaan untuk cedera medula spinalis adalah dengan pemberian obat
kortikosteroid dan melihat kepada sistem pernapasan, jika terjadi gangguan maka perlu
diberikan oksigen.
Asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien cedera medula spinalis adalah
melihat kepada diagnosa apa saja yang muncul. Intinya pemberian asuhan keperawatan
pada pasien dengan cedera medula spinalis adalah memperhatikan posisi dalam mobilisasi
pasien sehingga tidak memperparah cedera yang terjadi.
Asuhan Keperawatan yang diberikan pada pasien dengan Trauma medula spinalis
berbeda penanganannya dengan perawatan terhadap penyakit lainnya,karena kesalah dalam
memberikan asuhan keperawatan dapat menyebabkan Trauma semakin komplit dan dapat
menyebabkan kematian

B. Saran
Cedera medula spinalis adalah suatu kejadian yang sering terjadi dimasyarakat.
Tingkat kejadiannya cukup tinggi karena bisa terjadi pada siapa saja dan dimana saja.
Sehingga perlu tingkat kehati-hatian yang tinggi dalam melakukan setiap aktivitas agar tidak
terjadi suatu kecelakaan yang dapat mengakibatkan cedera ini.
Dengan adanya makalah ini diharapkan kepada mahasiswa agar dapat menjaga
kesehatannya terutama pada bagian tulang belakang agar Trauma medula spinalis dapat
terhindar. Adapun jika sudah terjadi, mahasiswa dapat melakukan perawatan seperti yang
telah tertulis dalam makalah ini

DAFTAR PUSTAKA
- Batti caca, Fran sisca B .2008 . Asuhan Keperawatan Klien dengan gangguan system persyarafan.Jakarta
: Salemba Medika

- Http :/ Tulus-Andi . blog spot . com/2009. Asuhan Keperawatan Spinal cord injury

. Diakses tanggal 2 september 2009.

- Mansjoer, Arif.2000 . Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga.Jakarta : Media

Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

- Muttaqim, Arif .2008 .Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem saraf . Jakarta : Salemba
Medika.

- http://emedicine.medscape.com/article/793582-overview#a0104

- http://emedicine.medscape.com/article/793582-overview#aw2aab6b2b4

- http://emedicine.medscape.com/article/793582-clinical

- emedicine.medscape.com/article/793582-overview#aw2aab6b2b4

Anda mungkin juga menyukai