Anda di halaman 1dari 23

Laporan Sementara

Laboratorium Bioproses

UJI FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROBA

Disusun oleh :
Kelompok B5
Revisi 1
(30.11.2020)

Arif Aulia Rizki 2004103010055 Revisi 2


(3.12.2020)
Aldi 2004103010004
Muammar Khadafi 2004103010045
Muhammad Hafist 2004103010096

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA

DARUSSALAM, BANDA ACEH

2020
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jasad hidup yang ukurannya kecil sering disebut sebagai mikroba atau
mikroorganisme atau jasad renik. Jasad renik tersebut disebut sebagai mikroba
bukan hanya karena ukurannya yang kecil, sehingga sukar dilihat oleh mata biasa,
tetapi juga pengaturan kehidupannya yang lebih sederhana dibanding jasad tingkat
tinggi. Mikroba ini disebut juga sebagai organisme mikroskopis, dan dalam hal ini
mata biasa tidak dapat dilakukan untuk melihatnya (Fifendy, 2017).
Mikroorganisme sendiri pun sangat erat hubungannya dengan kehidupan kita,
ada yang bermanfaat, dan tentunya juga ada yang merugikan. Adapun yang
bermanfaat bagi kita yaitu seperti dalam pembuatan keju, anggur, yoghurt, dan
lain sebagainya. Dalam pertumbuhan mikroba sendiri, mikroba dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Namun, faktor lingkungan merupakan faktor yang paling
mempengaruhi, yang mana faktor tersebut terjadi diluar kendali mikroorganisme.
Salah satu faktor lingkungan adalah faktor fisis, yang mana dipengaruhi oleh
suhu, pH, tekanan osmosis, kelembapan dan pengaruh cahaya. Misalnya adalah
faktor suhu, suhu lingkungan merupakan suhu yang disebabkan bukan karena atas
kendali si mikroorganisme. Akan tetapi, selama proses metabolisme suhu dapat
naik akibat aktivitas metabolisme, bukan karena suhu lingkungan (Hidayat, 2018).
1.2 Rumusan Masalah
Dengan adanya latar belakang diatas, maka penulis merumuskan rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa saja faktor fisis yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba ?
2. Bagaimana faktor lingkungan fisis dapat mempengaruhi pertumbuhan
mikroba ?
1.3 Tujuan Pratikum
Adapun tujuan dari dilakukannya pratikum ini adalah :
1. Untuk dapat mengetahui faktor-faktor fisis yang mempengaruhi
pertumbuhan mikroba
2. Untuk melakukan pengujian faktor lingkungan terhadap pertumbuhan
mikroba
3. Mengetahui faktor lingkungan yang optimum terhadap mikroba
1.4 Manfaat Pratikum
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah :
1. Mahasiswa dapat mengetahui faktor lingkungan yang mempengaruhi
pertumbuhan mikroba.
2. Mampu melakukan pengujian terhadap pertumbuhan mikroba.
3. Mampu mengetahui faktor lingkungan yang optimum untuk pertumbuhan
mikroba.
4. Mampu mengetahui jenis-jenis medium yang tepat untuk pertumbuhan
mikroba.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, mikroorganisme dipengaruhi
oleh faktor-faktor lingkungan. Yang mana faktor lingkungan tersebut dibagi
menjadi 2, yaitu faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik yaitu dipengaruhi oleh
adanya makhluk hidup yang berkembang secara bersama antara mikroorganisme.
Sedangkan faktor abiotik yaitu terdiri atas faktor fisika yaitu seperti suhu, pH,
kelembapan, cahaya, matahari dan tekanan osmotik.
2.1 Suhu
Menurut (Irianto, 2006), faktor suhu ini merupakan salah satu faktor
lingkungan yang penting dalam pertumbuhan dan kehidupan mikroba, yang mana
hal tersebut karena enzim yang menjalankan metabolisme sangat peka terhadap
suhu. Suhu merupakan faktor fisik yang berpengaruh pada laju pertumbuhan
melalui pengaruhnya diantaranya terhadap reaksi kimia dan stabilitas struktur
molekul protein.
Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, tentu saja faktor suhu merupakan
salah satu faktor yang sangat penting, tidak hanya mikroba, bahkan hal tersebut
berlaku untuk semua makhluk hidup. Beberapa jenis mikroba dapat hidup pada
daerah suhu yang luas, sedangkan jenis yang lainnya pada daerah suhu yang
terbatas. Pada umumnya batas daerah suhu bagi kehidupan mikroba terletak antara
0 sampai dengan 90oC. Daya tahan mikroba terhadap suhu tidak sama untuk tiap-
tiap spesies. Hal tersebut dapat dibagi dalam 3 macam jenis mikroba, yaitu
psikofilik adalah bakteri yang hidup di suhu 0oC-30oC. Mesofilik adalah bakteri
yang dapat hidup antara 25oC-60oC. Dan termofilik adalah bakteri yang dapat
hidup pada suhu antara 55oC-85oC (Dwidjoseputro, 2005).
2.2 pH
Kondisi pH sangat berpengaruh pada jenis mikroba yang tumbuh. Mikroba
pada umumnya dapat tumbuh pada kisaran pH 3-6 unit. Kebanyakan mikroba
dipengaruhi oleh pH optimum yang menyebabkan pertumbuhannya menjadi
optimum. Menurut (Waluyo, 2005), berdasarkan daerah pH kehidupannya,
mikroba dibagi menjadi 3 golongan yaitu :
1. Mikroba asidofilik
Mikroba yang dapat tumbuh pada pH berkisar 2,0-5,0
2. Mikroba mesofilik
Mikroba yang dapat tumbuh pada pH berkisar 5,5-8,0
3. Mikroba alkalifilik
Mikroba yang dapat tumbuh pada pH berkisar 8,4-9,5
2.3 Kadar Air
Menurut (Kasmadiharja, 2008), kadar air yang meningkat dipengaruhi oleh
jumlah air bebas yang terbentuk sebagai hasil samping dari aktivitas bakteri. Air
sangatlah penting bagi kelangsungan hidup dan pertumbuhan bakteri, karena
mikroorganisme hanya dapat mengambil makanan dari luar ke dalam larutan
(Suhartini, 2006). Semua bakteri dan jamur tumbuh baik pada media yang basah
dan udara yang lembab. Yang mana bakteri dan jamur memerlukan kelembaban di
atas 85% untuk pertumbuhannya.
2.4 Cahaya
Pada umumnya, bakteri adalah kemotropisme, yang mana tidak memerlukan
cahaya untuk tumbuh. Pada beberapa bakteri, cahaya bakteri dapat membunuhnya
jika terkena cahaya matahari. Karena pada umumnya cahaya matahari dapat
menyebabkan terjadinya ionisasi komponen sel yang berakibat mengahambat
pertumbuhan atau menyebabkan kematian (Tamher, 2008).
2.5 Tekanan Osmosis
Tekanan osmosis sangat diperlukan oleh bakteri untuk mempertahankan
bakteri agar tetap hidup, jika bakteri berada pada larutan yang hipertonik atau
konsentrasinya lebih tinggi daripada konsentrasi yang ada dalam sel bakteri, maka
akan terjadi keluarnya cairan dari sel bakteri melalui membran sitoplasma yang
disebut plasmolysis. Sebaliknya, apabila bakteri berada pada larutan yang
hipotonis maka dapat mengakibatkan pecahnya sel bakteri akibat cairan masuk ke
dalam sel tersebut yang disebut plasmoptisa (Fatmariza. dkk., 2017).
Sehingga, dalam mempertahankan hidupnya, sel bakteri harus berada pada
tingkat tekanan osmotik yang sesuai, walaupun sel bakteri memiliki daya adaptasi,
perbedaan tekanan osmotik dengan lingkungannya tidak boleh terlalu besar
(Jawetz dan Adelberg's, 2008).
Berdasarkan tekanan osmosis ini, mikroba dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Mikroba Osmofil
Mikroba yang dapat tumbuh pada kadar gula tinggi.
2. Mikroba Halofil
Mikroba yang dapat tumbuh pada kadar garam halogen yang
tinggi.
3. Mikroba Halodurik
Mikroba yang dapat tahan (tidak mati) tetapi tidak dapat tumbuh
pada kadar garam tinggi, kadar garamnya dapat mencapai 30%
(Lestari, 2017).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Pratikum dengan judul “Uji Faktor Lingkungan terhadap Pertumbuhan
Mikroba” ini dilaksanakan pada hari Kamis, 26 November 2020 pada pukul
08.00-18.00 WIB secara virtual dari rumah masing-masing.
3.2 Alat dan bahan
3.2.1 Alat :
1. Cawan petri 6 buah
2. Tabung reaksi 9 buah
3. Erlenmeyer 500ml 1 buah
4. Gelas beker 250ml 1 buah
5. Gelas beker 50ml 1 buah
6. Gelas ukur 25ml 1 buah
7. Gelas ukur 10 ml 1 buah
8. Erlenmeyer 250ml 1 buah
9. Pipet tetes 1 buah
10.Tabung durham 9 buah
11.Spatula 1 buah
12.Magnetic stirrer 1 buah
13.Jarum ose 1 buah
14.Termometer 1 buah
15.Bunsen 1 buah
16.Kertas Wrap Secukupnya
3.2.2 Bahan
1. Air keran
2. Cuka
3. Ekstrak timun
4. Kentang rebus
5. Ragi roti
6. NaCl
7. Glukosa
8. Ekstrak daging
9. Kapas
10. Nutrient agar
11. Biakan jamur
12. Aquades
13. Aluminium foil
14. Kapas
3.3 Posedur percobaan
3.3.1 Sterilisasi dengan autoclave
1. Disiapkan alat-alat yang akan disterilisasikan
2. Dibungkus alat-alat tersebut dengan menggunakan kertas sampul
coklat
3. Dipersiapkan autoclave (hal yang harus diperhatikan : aquadest yang
berada didasar autoklaf tidak berlebihan dan tidak kurang, keran
ditutup, selang tidak terlipat, dan air dalam jerrycaen pada batas
cukup)
4. Dimasukkan alat tersebut ke dalam rak-rak dan kemudian tutup
autoclave.
5. Proses sterilisasi dimulai saat suhu 121oC dan tekanan 15 psi.
Umumnya dibutuhkan waktu 15-20 menit.
3.3.2 Pembuatan media cair
1. Ditimbang 1 gram glukosa dan 1 gram NaCl menggunakan
timbangan digital.
2. Diukur 200 mL aquadest menggunakan gelas beker.
3. Diukur 20 mL ekstrak daging menggunakan gelas ukur 25 mL.
4. Dicampurkan semua bahan ke dalam Erlenmeyer.
5. Erlenmeyer ditutup menggunakan kapas kemudian diaduk.
6. Erlenmeyer dibungkus menggunakan kertas sampul.
3.3.3 Pengujian pengaruh suhu
1. Disiapkan 3 set tabung reaksi yang telah dilengkapi dengan tabung
durham dan diberi label pada setiap tabung reaksi yaitu 5 oC, 30oC,
dan 60oC.
2. Diukur 10 mL media cair dan masukkan ke dalam tabung reaksi.
3. Diinokulasikan biakan bakteri di dalam clean bench.
4. Clean bench dibersihkan menggunakan alkohol kemudian di lap
menggunakan kapas.
5. Dimasukkan bunsen dan nyalakan, kemudian masukkan tabung
reaksi ke dalam clean bench untuk diinokulasikan.
6. Tabung reaksi ditutup menggunakan aluminium foil.
7. Diinkubasikan tabung reaksi berlabel 5oC ke dalam lemari es, tabung
reaksi 30oC ke dalam inkubator, dan tabung reaksi 60oC ke dalam
oven.
8. Diamati perubahan pada sampel setelah 24, 48, dan 96 jam.
3.3.4 Pengujian pengaruh pH
1. Disiapkan 3 tabung reaksi ya telah dilengkapi dengan tabung durham
dan diberi label pada setiap tabung reaksi yaitu basa, asam, dan
netral.
2. Diukur 10 mL media cair kemudian tuangkan ke dalam tabung
reaksi.
3. Diukur 10 mL larutan ekstrak timun kemudian tuang ke dalam
tabung reaksi berlabel basa.
4. Diukur 10 mL cuka kemudian tuangkan ke dalam tabung reaksi
berlabel asam.
5. Diukur 10 mL air mineral lalu tuangkan ke dalam tabung reaksi
berlabel netral.
6. Dilakukan proses inokulasi biakan bakteri dengan cara yang sama
seperti pada pengujian pengaruh suhu.
7. Tabung reaksi ditutup dengan menggunakan aluminium foil
kemudian inkubasikan pada suhu 30oC ke dalam inkubator.
8. Diamati pertumbuhan bakteri setelah 24, 48, dan 96 jam.
3.3.5 Pengujian pengaruh teakanan osmosis
1. Disiapkan 3 set tabung reaksi yang dilengkapi dengan tabung
durham dan beri label pada setiap tabung yaitu 5%, 15%, dan 35%.
2. Untuk konsentrasi 5% glukosa ditimbang 0,71 lalu dilarutkan dalam
10 ml aquades dan homogenkan, kemudian masukan dalam tabung
reaksi berlabel 5%
3. Untuk konsentrasi 15% glukosa ditimbang 0,13 gram lalu dilarutkan
dalam 10 ml aquades dan homogenkan, kemudian dimasukan
kedalam tabung reaksi berlabel 15%.
4. Untuk konsentrasi 35% glukosa ditimbang 1,97 gram lalu dilarutkan
dalam 10 ml aquades dan homogenkan, kemudian dimasukan
kedalam tabung reaksi berlabel 35%.
5. Diinokulasikan suspensi ragi sebanyak masing-masing 1 ml pada
medium, dan diratakan
6. Diamati pertumbuhan ragi setelah 24, 48, dan 96 jam.
3.3.6 Pengujian pengaruh cahaya
1. Pembuatan nutrient agar dengan menimbang 5 gram nutrient agar
lalu ukur 250 mL aquadest kemudian dicampurkan kedua bahan
tersebut ke dalam erlenmeyer.
2. Ditutup Erlenmeyer menggunakan aluminium foil lalu masukkan
magnetic stirrer ke dalam erlenmeyer, kemudian dipanaskan diatas
hotplate pada suhu 100˚C dan tombol speed disesuaikan.
3. Setelah mendidih media nutrient agar didiamkan selama beberapa
menit.
4. Disiapkan 3 cawan petri dengan label A, B, dan C.
5. Dituangkan media nutrient agar ke dalam masing-masing cawan
petri lalu tunggu sehingga media memadat.
6. Dilarutkan ragi ke dalam aquadest untuk membuat suspensi ragi.
7. Diinokulasikan pada setiap cawan petri secara zig zag di dalam
clean bench.
8. Cawan petri A (0 menit) diinkubasikan di dalam incubator, cawan
petri B dimasukkan ke inkubator setelah penyinaran selama 15
menit, dan cawan petri C dimasukkan ke inkubator setelah
penyinaran selama 30 menit.
9. Diamati perubahan pada sampel setelah 24, 48, dan 96 jam.
3.3.7 Pengujian pengaruh kadar air
1. Disiapkan 3 cawan petri dan beri label pada tiap cawan petri yaitu A,
B, dan C.
2. Dimasukkan beras ke dalam tiap cawan petri hingga penuh.
3. Cawan petri A tanpa diberi air, cawan petri B diberi air sedikit
hingga terasa lembab, dan cawan petri C diberi air hingga
permukaan beras terendam.
4. Diinokulasi biakan jamur pada tiap cawan petri secara zig zag di
dalam clean bench.
5. Ketiga cawan petri dibungkus menggunakan plastic wrap.
6. Diinkubasikan ke dalam inkubator pada suhu 30oC.
7. Diamati perubahan setelah 24, 48 dan 96 jam.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Makhluk hidup dalam pertumbuhannya pasti membutuhkan makanan.
Makanan tersebut juga disebut dengan nutrisi. Begitupun dengan mikroba,
mikroba sendiri membutuhkan nutrisi yang cukup serta lingkungan yang
mendukung demi proses pertumbuhannya. Dan berikut faktor-faktor lingkungan
tersebut sebagaimana akan dibahas dalam hasil dan pembahasan pratikum yang
sudah kami laksanakan ini :
4.1 Pengujian pengaruh Suhu
Sebagaimana pratikum yang telah dilaksanakan, dalam pengujian suhu ini
disiapkan 3 buah tabung reaksi yang sudah dilengkapi dengan tabung durham dan
media cair. Yang mana nantinya, dalam pengujian suhu ini dilakukan dalam 3
suhu yang berbeda, yaitu pada suhu 5oC, 30oC, dan 60oC, dan sampelnya adalah
Eschericia Coli dari air parit. Dalam hal tersebut, dibedakan menjadi 3 suhu
dikarenakan hal tersebut bisa dikatakan mengambil 3 bagian, yaitu suhu
minimum, pertengahan, dan suhu maksimal. Dan hal tersebut juga terbukti
dikarenakan dalam pengujian suhu ini nantinya bakteri tersebut dibagi kedalam 3
pembagian, yaitu psikrofil (hidup diantara suhu 0-30oC), mesofil (15-55oC), dan
termofil (40-75oC). Dan juga hal tersebut juga dapat kita lihat pada saat pratikum,
yang mana pada saat diinkubasikan,yang suhu 5°C tersebut diinkubasikan pada
lemari es, yang suhu 30°C di dalam inkubator, dan yang suhu 60°C di dalam
oven.
Setelah diamati dalam waktu yang telah ditentukan, gelembung udara
semakin lama semakin banyak pada suhu 30oC, yang mana dapat kita lihat pada
waktu 24 jam tidak terdapat gelembung udara, pada waktu 48 jam sedikit, dan
waktu 96 jam semakin bertambah dan warna media cair semakin keruh. Berbeda
dengan 2 suhu yang lainnya, yang mana pada suhu 5 oC, pada waktu 24 jam, 48
jam maupun 96 jam tidak terdapat gelembung udara, begitupun pada suhu 60 oC,
namun pada suhu 60oC ini terdapat sedikit gelembung pada waktu 96 jam.
Adanya gelembung udara yang terdapat didalam tabung reaksi, menunjukkan
adanya aktivitas mikroba, yang mana semakin banyak gelembung udara yang ada
atau terbentuk, maka semakin tinggi aktivitas mikrobanya. Dari pengamatan yang
telah dilakukan, pada suhu 5oC, menandakan sedikitnya bakteri yang tumbuh pada
suhu tersebut, sehingga bakteri tersebut disebut dengan psikofil. Bakteri psikofil
adalah bakteri yang dapat hidup dalam suhu 0-30 oC. Sehingga, pada sampel yang
kita gunakan ini, dapat kita asumsikan, bahwa dalam air parit, terdapat sedikit
bakteri jenis psikrofil, dan juga sedikit thermofil pada suhu 60oC yang ditandai
adanya sedikit gelembung. Sedangkan bakteri Eschericia Coli sendiri,
sebagaimana menurut (Arivo dan Annissatussholeha, 2017) dalam penelitian
mereka, bakteri E. coli dapat tumbuh optimum pada suhu 37°C. Sehingga dengan
demikian dapat kita simpulkan bahwa bakteri E.coli tersebut tergolong ke dalam
mikroorganisme mesofilik, yaitu bakteri yang dapat hidup dengan suhu 25-40oC
(Dwidjoseputro, 2005).
4.2 Pengujian pengaruh pH
Pada pengujian pH ini disiapkan 3 buah tabung reaksi yang didalamnya sudah
dilengkapi dengan tabung durham. Dalam pengujian pengaruh pH ini, sampel
yang digunakan masih sama, yaitu Eschericia coli dari air parit. Pengujian
pengaruh Ph ini dilakukan pada media yang berbeda, yaitu cuka (asam), air keran
(netral) dan air deterjen (basa).
Pada data pengamatan yang telah didapat, dapat dilihat pada media cuka (pH
2) dan larutan deterjen (pH 9), pada waktu 24 dan 48 jam tidak terdapat
gelembung udara, sedangkan pada waktu 96 jam terdapat sedikit gelembung
udara, yang menandakan pada kedua sampel ada bakteri yang tumbuh, namun
hanya sedikit. Sedangkan pada sampel air keran (pH 7), awalnya pada waktu 24
jam tidak terdapat gelembung udara, lalu terlihat sedikit pada waktu 48 jam, dan
pada waktu 96 jam semakin banyak, yang mana hal tersebut menandakan banyak
bakteri yang tumbuh. Sehingga dengan demikian dapat kita simpulkan, bahwa
bakteri E.coli dapat tumbuh dengan baik atau optimal pada media air keran
(netral) yang memiliki pH 7 (Yulianti, 2017).
4.3 Pengujian pengaruh Kadar Air
Berbeda dengan 2 pengujian sebelumnya, pada pengujian pengaruh kadar air
ini, disiapkan 3 buah cawan petri, yang mana pada masing-masing cawan petri
nantinya diberi label A, B, dan C. Pada cawan petri A, tidak diberi air (kering),
cawan petri B diberi air hingga lembab, sedangkan cawan petri C diberi air
sampai permukaan kentang rebus terendam oleh air.
Pada pengujian ini, adapun media yang dipakai adalah kentang rebus yang
mana dengan kondisi kering, lembab, dan terendam air dengan sampel yang
digunakan adalah jamur roti. Sebagaimana dapat kita lihat dari data pengamatan
yang ada, dapat kita lihat bahwa pada dalam keadaan kering, pada waktu 24 jam
tidak ada perubahan warna atau bau, namun pada waktu 48 jam jamur mulai
tumbuh di permukaan, sedangkan pada waktu 72 jam jamur mulai bertambah
dalam jumlah sedikit. Berbeda pada keadaan lembab, pada waktu 24 jam jamur
mulai tumbuh dan berbau busuk, pada waktu 48 jam jamur semakin bertambah
dan bau menyengat, dan pada waktu 72 jam jamur semakin banyak dan bau
menyengat. Dan dalam keadaan terendam sepenuhnya, juga berbeda lagi, yang
mana pada waktu 24 jam tidak ada perubahan warna, namun ada bau, pada waktu
48 jam jamur mulai tumbuh, sedangkan pada waktu 72 jam, jamur mulai
bertambah dalam jumlah sedikit.
Dalam masalah kelembaban, suatu mikroorganisme memiliki kelembabab
optimum. Bakteri dan jamur memerlukan kelembaban di atas 85% untuk
pertumbuhannya (Hernando, dkk., 2015). Dari apa yang sudah dijelaskan diatas,
dapat kita simpulkan, bahwa untuk sampel jamur roti yang digunakan,
kelembaban optimumnyanya yaitu pada keadaan lembab.
4.4 Pengujian pengaruh Cahaya
Pada pengujian yang keempat ini, disiapkan plate medium nutrient gar
dalam 3 buah cawan petri dan masing-masing cawan diberi kode A, B, dan C.
Adapun sampel yang digunakan adalah sampel ragi roti, yang mana dengan waktu
penyinaran 0; 30; 60 menit. Dari data pengamatan yang sudah didapatkan, dapat
dengan jelas kita lihat, pada waktu penyinaran 0 menit, perubahan pada waktu 24
jam tidak ada perubahan, pada 48 jam jamur tumbuh sedikit, dan jamur semakin
banyak pada waktu 72 jam.
Namun pada waktu penyinaran 30 dan 60 menit berbeda, yang mana pada
kedua waktu ini, pada saat inkubasi 24 jam, tidak ada perubahan sama sekali, pada
waktu 48 jam, juga masih tidak terlihat pertumbuhan jamur, dan pada waktu 72
jam, jamur bertambah, namun dalam jumlah sedikit. Pada beberapa mikroba,
intensitas cahaya bukanlah faktor terpenting yang membatasi pertumbuhannya
(Entjang, 2003), yang mana hal tersebut dapat terbukti dari data pengamatan yang
sudah didapatkan pada pratikum ini. Sebagaimana telah dijelaskan diatas, yaitu
jamur roti hanya dapat tumbuh dengan baik tanpa penyinaran.
4.5 Pengujian tekanan Osmosis.
Tekanan osmotik adalah peristiwa perpindahan pelarut dari larutan yang
konsentrasinya lebih kecil ke larutan yang konsentrasinya lebih besar melalui
membran semipermiabel (Arivo dan Annissatussholeha, 2017). Berdasarkan hasil
data pengamatan yang didapat, pada pengujian tekanan osmosis ini sampel yang
digunakan adalah sampel ragi roti, yang mana dengan media sukrosa dengan
konsentrasi 5%, 15%, dan 20%. Pada data yang pengamatan yang sudah
didapatkan, dapat kita lihat, pada konsentrasi sukrosa 5%, pada waktu 24 jam
gelembung udara sedikit, pada waktu 48 jam gelembung udara semakin banyak
dan warna media keruh, dan pada waktu 72 jam gelembungnya semakin
bertambah tapi dalam jumlah sedikit.
Sedangkan pada konsentrasi sukrosa 15%, pada waktu 24 jam tidak ada
gelembung udara, pada waktu 48 jam semakin banyak dan media mulai keruh,
dan pada waktu 72 jam semakin banyak dan warna media semakin keruh.
Sedangkan pada konsentrasi 35%, pada waktu 24 dan 48 jam tidak ada gelembung
udara, dan pada waktu 72 jam gelembung udaranya terlihat sedikit.
Adanya gelembung udara menunjukkan aktivitas dari pertumbuhan mikroba,
sehingga dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa pertumbuhan mikro yang
paling optimum adalah pada konsentrasi 5% dan 15%.
BAB V
KESIMPULAN
Dari pratikum yang telah selesai dilakukan, maka didapat kesimpulan sebagai
berikut :
1. Faktor-faktor fisis yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba adalah
suhu, pH, kadar air, cahaya dan tekanan osmosis.
2. Pada faktor suhu, bakteri Eschericia Coli tumbuh dengan baik pada suhu
suhu 30oC, sehingga termasuk ke dalam bakteri mesofilik.
3. Pada faktor pH, bakteri Eschericia Coli tumbuh dengan baik pada pH
netral, yaitu pada media air keran (Ph 7)
4. Pada faktor kadar air, kentang rebus sebagai media tumbuh dengan baik
dalam keadaan lembab, karena umumnya memang bakteri dan jamur
hidup di tempat basah atau lembab.
5. Pada faktor cahaya, sebagaimana sampel yang digunakan adalah ragi roti,
tumbuh secara optimal pada waktu penyinaran 0 menit, karena pada
dasarnya beberapa mikroba hidup tanpa penyinaran cahaya.
6. Pada faktor tekanan osmosis, pertumbuhan ragi roti optimal pada
konsentrasi sukrosa 5% dan 15%, dikarenakan adanya gelembung udara,
yang menunjukkan aktivitas dari pertumbuhan mikroba.
DAFTAR PUSTAKA

Arivo, D, dan Annisatussoleha, N. (2017). Pengaruh Tekanan Osmotik pH, dan


Suhu Terhadap Pertumbuhan Bakteri Eschericia Coli. Jurnal Ilmu
Kedokteran dan Kesehatan. 4 (3): 153-160.Dwijoseputro. (2005). Dasar-
Dasar Mikrobiologi. Djambatan.Jakarta
Entjang, Idan. (2003). Mikrobiologi dan Para Sitologi. Bandung: PT. Citra
Aditya.

Fifendy, Mades. (2017). Mikrobiologi. Jakarta: Kencana.

Hernando, Deni., Septinova, Dian., dan Kusuma, Adhianto. (2015). Kadar Air dan
Total Mikroba pada Daging Sapi di Tempat Pemotongan Hewan (TPH).
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. 3 (1): 61
Hidayat, N. dan Meitiniarti, I. (2018). Mikroorganisme dan pemanfaatannya.
Malang: UB Press.

Irianto, K. (2006). Menguak Dunia Mikroorganisme. Bandung: Yrama Widya.

Jawetz, Melnick. dan Adelberg's. (2008). Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta:


Salemba Medika.

Kasmadiharja, H. (2008). Kajian Penyimpanan Sosis, Naget Ayam dan Daging


Ayam Berbumbu dalam Kemasan Polipropilen Rigid. Skripsi, Fakultas
Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Lestari, Purwaning. B., Hartati, Triasih. W. (2017). Mikrobiologi berbasis inkuiry.


Edisi ke-1. Gunung Samudra. Pakis ,Malang

Mila Fatmariza, N. (2017). Tingkat Kepadatan Media Nutrient Agar terhadap


Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus. Jurnal Analis Medika Bio
Sains. 4 (2)

Suhartini, S. (2006). Diktat Kuliah Mikrobiologi Dasar. Yogyakarta: UPN


Veteran Yogyakarta.
Tamher. (2008). Mikrobiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Trans Info
Media.

Waluyo, L. (2005). Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press.

Yulianti, E. (2017). Optimasi suhu dan pH media pertumbuhan bakteri pelarut


dari isolat bakteri termofilik. Jurnal Prodi Biologi. 6(7): 423-430.
LAMPIRAN A
DATA PENGAMATAN
Tabel A.1 Pengujian Pengaruh Suhu

Perubahan pada sampel


Media Suhu (ᵒC)
24 jam 48 jam 96 jam
Tidak
Tidak terdapat Tidak terdapat
terdapat
A 5 gelembung gelembung
gelembung
udara udara
udara
Gelembung
Tidak Gelembung udara semakin
terdapat udara sedikit, bertambah,
B 30
gelembung warna media warna media
udara cair agak keruh cair semakin
keruh

Tidak Terdapat
Tidak terdapat
terdapat sedikit
C 60 gelembung
gelembung gelembung
udara
udara udara

Tabel A.2 Pengujian Pengaruh pH


Media pH Perubahan pada sampel
24 jam 48 jam 96 jam

Tidak terdapat
Tidak Terdapat
gelembung
Asam (pH terdapat sedikit
Cuka udara
2) gelembung gelembung
bertambah
udara udara
banyak
Tidak
Gelembung Gelembung
Netral (pH terdapat
Air keran udara terlihat udara semakin
7) gelembung
sedikit banyak
udara
Tidak Terdapat
Tidak terdapat
Larutan terdapat sedikit
Basa (pH 9) gelembung
deterjen gelembung gelembung
udara
udara udara
Table A.3 Pengujian Pengaruh Kadar Air
Media Keadaan Perubahan pada sampel
24 jam 48 jam 72 jam

A Tiada Jamur
Kering Jamur mulai
perubahan bertambah
tumbuh di
warna atau dalam jumlah
permukaan
bau sedikit
B Jamur
Jamur mulai Jamur semakin semakin
Lembab tumbuh dan bertambah dan banyak dan
berbau busuk bau menyengat bau
menyengat
C Tiada Jamur
Terendam perubahan Jamur mulai bertambah
sepenuhnya warna, tapi tumbuh dalam jumlah
timbul bau sedikit

Tabel A.4 Uji Pengaruh Cahaya


Media Waktu Perubahan pada sampel
penyinaran
(menit) 24 jam 48 jam 72 jam

A 0 Jamur
semakin
Tidak ada Jamur tumbuh
banyak dan
perubahan sedikit
tersebar
merata
B 30 Jamur
Masih tidak
semakin
Tidak ada terlihat
bertambah
perubahan pertumbuhan
dalam jumlah
jamur
sedikit
C 60 Jamur
Masih tidak
semakin
Tidak ada terlihat
bertambah
perubahan pertumbuhan
dalam jumlah
jamur
sedikit
Tabel A.5 Pengujian Pengaruh Tekanan Osmosis
Media Konsentrasi Perubahan pada sampel
sukrosa (%)
24 jam 48 jam 72 jam

A 5 Gelembung
udara
Terdapat Gelembung
semakin
sedikit semakin banyak
bertambah
gelembung dan warna
tapi dalam
udara media keruh
jumlah
sedikit.
B 15 Gelembung
Gelembung udara
Terdapat
udara semakin semakin
sedikit
banyak dan banyak dan
gelembung
media mulai warna media
udara
keruh semakin
keruh
C 35
Tiada Masih tiada Gelembung
gelembung gelembung udara terlihat
udara udara sedikit
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN DATA
gram 1000
Rumus : M= x
mr V

Mr Glukosa = C12H22O11

= (12x12)+(1x22)+(11x16)

= 342

Keterangan : M = Molaritas suatu zat (mol/L)

V = Volume larutan (ml)

gr = massa suatu zat (gram)

Mr = massa molekul relative suatu zat (gr/mol)

B.1 Menghitung massa sukrosa dengan konsentrasi 5% dalam 10 mL


aquadest

5% = 0,05 M

gram 1000 ml
0,05 M = x = 0,71 gram
342 10 ml

B.2 Menghitung massa sukrosa dengan konsentrasi 15% dalam 10 mL


aquadest

15% = 0,15 M

gram 1000 ml
0,15 M = x = 0,513 gram
342 10 ml
B.3 Menghitung massa sukrosa dengan konsentrasi 35% dalam 10 mL
aquadest

35% = 0,35 M

gram 1000 ml
0,35M = x = 1,197 gram
342 10 ml

Anda mungkin juga menyukai