Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH BANK SYARIAH

(BANK DAN KEUANGAN LEMBAGA LAINNYA )

Disusun oleh :

Kelompok 9

Melati Milenia Sari (18023000135)

Ni Kadek Lina Anggia K.D (18023000138)

Ilma Ayu Asanti (18023000139)

Novia Andriyani (18023000141)

Chesia Amelyta Ninef (18023000162)

Gusti Ayu Vera Bellinda (18023000164)

S1 AKUNTANSI 3D

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MERDEKA MALANG


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita dan tak lupa pula kita mengirim salam dan salawat kepada baginda
Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawakan kita suatu ajaran yang benar yaitu
agama Islam, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Bank Lembaga dan Keuangan
Lainnya yang berjudul “Bank Syariah”  ini dengan lancar.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Ibu Any Rustia Dewi selaku dosen mata
kuliah Bank Lembaga dan Keuangan Lainnya yang telah memberikan pengajaran kepada
kami, serta kepada teman-teman yang membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Namun, makalah Bank Lembaga dan Keuangan Lainnya ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun untuk menyempurnakan makalah ini.

Malang, 19 October 2019

Kelompok 9

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3
A. Pengertian Bank Syariah...................................................................... 3
B. Prinsip Bank Syariah........................................................................... 4
C. Dasar Hukum Bank Syariah................................................................ 5
D. Konsep Perbangkan Syariah Negara................................................... 5
E. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional............................... 7
F. Sejarah Singkat Bank Syariah............................................................. 8
G. Produk Bank Syariah .......................................................................... 9
H. Penilaian Kesehatan Bank Syariah...................................................... 13
BAB III PENUTUP.................................................................................................. 17
A. Kesimpulan.......................................................................................... 17
B. Saran ................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak langkah pertama pendiriannya, bank-bank syariah telah menunjukkan
trend perkembangan yang positif sehingga dapat memainkah peranan pentingnya dalam
memobilisasi, mengalokasi, dan memanfaatkan sumber daya dengan lebih baik (Haron
dan Ahmad, 2001).
Hal paling umum yang manjadi salah satu penggerak ekonomi konvensional
adalah riba atau interest. Suku bunga yang menjadi mesin penggerak perekonomian
konvensional memang menjadi rancu penggunaanya dalam sistem konvensional
sendiri. Menurut Adiwarman Karim, suku bunga sendiri pada awalnya merupakan rate
of return bagi kepemilikan modal, atau imbal jasa atas modal yang digunakan dalam
proses produksi, bukan merupakan sebuah keuntungan atau uang yang dipinjamkan
kepada investor yang menjalankan perekonomian. Namun seiring berjalannya waktu,
riba atau interest akhirnya lazim digunakan untuk menggerakan perekonomian,
terutama institusi perbankan sebagai sebuah medium of intermesdiary.
Dalam ekonomi islam, riba dapat diartikan sebagai sebuah tambahan atas
pinjaman yang diberikan kepada pihak peminjam terhadap pihak yang dipinjamkan
tanpa keikhlasan dari pihak yang meminjamkan. Ekonomi Islam kini menganggap
bahwa interest rate sebagai perannya dalam menggerakkan perekonomian
konvensional sekarang dapat diubah dengan rate on kapital, yaitu pendapatan atas
modal barang dan jasa dalam proses produksi. Dengan alasan ini, Adiwarman Karim
menjelaskan bahwa perbankan Islam dapat menggerakan perputaran kegiatan atau
aktivitasnya dengan ikut masuk ke dalam proses produksi yaitu dengan ikut atau
berperan aktif dalam kegiatan usaha. Oleh karena itu, maka dua produk perbankan
Islam yang sekarang ada terbentuk dari ide dasar ini. Mudharabah dan musyarokah
dapat dikedepankan sebagai dua produk Islam yang muncul dari ide dasar bahwa
perbankan Islam haruslah perbankan yang mengambil untung dari ikut berperannya
mereka dalam proses produksi dengan mendapat bagian dri bagi hasil pendataan atau
dari untung usaha yang didapatkan perusahaan yang menjadi rekan usahanya.
Selain produk Mudharobah dan  Musyarokah, perbankan Islam juga menganut
prinsip dual system. Perbankan Islam selain berperan sebagai partner usaha juga dapat
berperan sebagai penjual dalam akad Mudharobah, ijarah, atau ishtinah. Dengan peran

1
perbankan Islam sebagai pedagang inilah maka perbankan Islam kini mendapatkan
selisih keuntngan yang sudah ditetapkan di awal dengan barang yang disepakati untuk
diperjualbelikan. Akad jual beli ini lah yang selama ini menjadi produk yang banyak di
gunakan oleh institusi syariah karena perhitungan dan sifat produknya yangg lebih
mudah digunakan dalam buisnis syariah. Dengan digunakannya produk Mudharobah,
ijarah, atau istisna ini memang membuat banyak orang awam merasa produk syariah
menjadi mirip perbankan dengan perbankan konvensional. Apalagi penempatan margin
keuntungan yang jauh beda dengan interest rate. Terlepas dari pembelaan bank syariah
terhadap hal ini,  kritik mengenai produk yang berlandaskan akad jual beli ini patut
menjadi perhitungan sendiri bagi perbankan syariah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa sejarah Bank Syariah?
2. Apa saja Produk Bank Syariah?
3. Bagaimana Penilaian Kesehatan Bank Syariah?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui sejarah Bank Syariah
2. Untuk mengetahui apa saja produk Bank Syariah
3. Untuk mengetahui Penilaian Kesehatan Bank Syariah

BAB II
2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bank Syariah


Kata Bank dari kata  banque dalam bahasa Perancis, dan dari kata banco
dalam bahasa Italia yang berarti peti, lemari dan bangku. Pada umumnya yang
dimaksud bank syari’ah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan
pembiayaan dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang
beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah. Oleh karena itu usaha bank akan
selalu berkaitan dengan masalah uang sebagai perangkat utamanya.
Bank syari’ah terdiri dua kata, yaitu bank dan syari’ah. Kata bank bermakna
suatu lembaga keuangan yag berfungsi sebagai perantara keuangan dari kedua belah
pihak yait pihak yang kelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana. Kata syari’ah
dalam versi bank syari’ah adalah aturan perjanjian berdasarkan yang dilakukan oleh
pihak bank dan pihak lain untuk menyimpan dana dan atas pembiayaan kegiatan usaha
dan kegiatan lainnya sesuai hukum islam.
Bank syari’ah adalah bank yang tidak mengandalkan baunga, dan oprasional
produknya,baik penghimpunan maupun penyuluhan dananya dan lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang dari dan untuk debitur derdasarkan prinsip-prinsip
hukum islam.
Sementara bank yang beroperasi sesuai prinsip syari’ah Islam adalah bank
yang dalam operasinya mengikuti ketentuan-ketentan syari’at Islam, khususnya yang
menyangkut dalam tata cara bermu’amalat itu dijauhinya praktek-prakteknya yang
dikhawatirkan mengandung unsur-unsurriba untuk diisi dengan kegiatan-kegiatan
investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan
Pada dasarnya ketiga fungsi utama perbankan (menerima titipan dana,
meminjamkan uang, dan jasa pengiriman uang) adalah boleh dilakukan, kecuali bila
dalam melaksanakan fungsi perbankan melakukan hal – hal yang dilarang
syariah. Dalam praktik perbankan konvesional yang dikenal saat ini, fungsi tersebut
dilakukan berdasarkan prinsip bunga. Bank konvensional memang tidak serta merta
identik dengan riba, namun kebanyakan praktik bank konvensional dapat digolonglan
sebagai transaksi ribawi.

B. Prinsip Bank Syariah

3
Prinsip syari’ah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank
dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau
kegiatan lainnya yangsesuai dengan syari’ah.
Beberapa prinsip hukum yang dianut oleh sistem perbankan syari’ah antara lain :
1. Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilaipinjaman
dengan nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan.
2. Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagaiakibat hasil
usaha institusi yang meminjam dana.
3. Islam tidak memperbolehkan “menghasilkan uang dari uang”. Uang hanya
merupakan media pertukaran dan bukan komoditas karenatidak memiliki nilai
intrinsik.
4. Unsur Gharar (ketidakpastian, spekulasi) tidak diperkenankan. Keduabelah pihak
harus mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka
peroleh dari sebuah transaksi. 

Prinsip perbankan syariah pada akhirnya akan membawa kemaslahatanbagi umat


karena menjanjikan keseimbangan sistem ekonominya.
Prinsip lain dalam bank syariah yaitu :
1. Prinsip bagi hasil (profit loss sharing)
Secara umum prinsip-prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah dapat dilakukan
dalam empat akad utama  (al musyarokah, al mudharabah, al muzaroa'ah dan al
musalaqoh. Namun, prinsip-prinsip yang biasa dipakai adalah al musyarokah dan al
mudhorobah.
2. Return dana pihak ketiga bank syariah
Perbankan syariah juga melihat tabungan atau deposito investasi yang yang
nantinya akan menghasilakan return.
3. Dana ketiga bank syariah
Dana pihak ketiga (DPK) adalah dana yang diperoleh dari masyarakat berupa
tabungan , giro dan deposito.
4. BI Rate
BI mendefinisikan BI sebagai suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap
kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan di umumkan kepada
public.
C. Dasar Hukum Bank Syariah

4
Bank syariah secara yuridis normatif dan yuridis empiris diakui keberadaannya
di Negara Indonesia. Pengakuan secara yuridis normatif tercatat dalam peraturan
perundang- undangan di Indonesia, Sedangkan secara yuridis empiris, bank syariah
diberi kesempatan dan peluang yang baik untuk berkembang di seluruh wilayah
Indonesia.
Upaya intensif pendirian bank syariah di Indonesia dapat ditelusuri sejak tahun
1988, yaitu pada saat pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober (Pakto) yang
mengatur deregulasi industri perbankan di Indonesia, dan para ulama waktu itu telah
berusaha mendirikan bank bebas bunga.
Hubungan yang bersifat akomodatif antara masyarakat muslim dengan
pemerintah telah memunculkan lembaga keuangan (bank syariah) yang dapat melayani
transaksi kegiatan dengan bebas bunga. Kehadiran bank syariah pada
perkembangannya telah mendapat pengaturan dalam sistem perbankan nasional.
Pada tahun 1990, terdapat rekomendasi dari MUI untuk mendirikan bank
syariah, tahun 1992 dikeluarkannya Undang- Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang
perbankan yang mengatur bunga dan bagi hasil. Dikeluarkan Undang - Undang Nomor
10 Tahun 1998 yang mengatur bank beroperasi secara ganda (dual system bank),
dikeluarkan UU No. 23 Tahun 1999 yang mengatur kebijakan moneter yang didasarkan
prinsip syariah, kemudian dikeluarkan Peraturan Bank Indonesia tahun 2001 yang
mengatur kelembagaan dan kegiatan operasional berdasarkan prinsip syariah, dan pada
tahun 2008 dikeluarkan UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah.

D. Konsep Perbankan Syariah Negara


Ekonomi Islam menganggap bahwa uang sebagaian medium of
intermediary. Uang harus diposisikann hanya sebagai uang, bukan sebagai komoditas
yang dapat menghasilkan uang dengan cara batil. Uang dapat mendapatkan manfaat
dengan membelanjakaannya lewat barang-barang faktor input yang produktif, baru
dapat menghasilkan uang melalui Profit dari capital yang dibelanjakan. Dengan ini,
uang sejatinya memang bersifat media yang meang diciptakan pemerintah untuk
mempermudah jalannya perekonomian. Dengan demikian, seharusnya uang tidak bias
tersimpan begitu saja, malah harus dikenakan pajak bila hal itu terjadi. Uang harus terus
berputar. Menurut Irving Fisher, semakin cepat perputaran uang beredar, tentu semakin
baik bagi perekonomian, dengan asumsi jumlah uang beredar tetap. Berawal dari sini,
maka perbankan syariah haruslah merupakan sebuah institusi yang menjadi media

5
penyalur bagi orang yang kelebihan uang kepada  - pengusaha yang memeang
membutuhkannya.
Dengan demikan, tidak patut sebuah perbankan menjadikan peminjam uang
sebagai mesin untuk menghasilkan uang. Namun bagi perbankan untuk menjalankan
aktivitasnya. Hal inilah yang menjadi sulit bagi system perbankan konvesional. Oleh
karena itu, keuntungan tanpa harus menjadi lintah darat berdasi. Salah satu cara adalah
dengan menjadikan bank yang saya sebut Bank Syariah Negara ini menjadi barang
public. Dengan statusnyan sebagai institusi yang mendapatkan gaji dari pemerintah dan
gaji dari banker-nya dibiayai lewat APBN, tentu tidak akan menjadikan mereka bersifat
seperti yang biasanya lagi.
Namun, tentu konsep ini berbeda dengan konsep bank yang pernah ada di
zaman Soeharto dulu yang hanya memberikan kredit kepada kroni-kroninya saja. Di
alam keterbukan seperti sekarang, maka audit bagi perbankan syariah ini akan menjadi
tanggung jawab lembaga independen di luar ajring sperti BPK (Lembaga Pengawas
Keuangan), KPK (Komisi Pemberantas Korupsi), dan dibawah control langsuung dari
Bank Indonesia. Bank tetaplah bersifat bank dan memberikan kredit tanpa bunga
khusus bagi UKM- UKM bermodal kecil sehingga BSN(Bank Syariah Negara) bias
menjadi agen perubahan bagi perekonomian bangsa. Dengan demikian tentu kredit
tanpa bunga ini akan menberikan kemudahan bagi pihak swasta.
Lantas pertanyaannya, apakah BSN akan merugikan bagi Negara mengingat
tidak ada imbal jasa bagi Negara karena tida mendapatkan riba? Hal ini tentu saja tidak
masalah, justru Negara akan semakon diuntungkan dengan keberadaan bank syariah ini.
Pertama BSN akan menjadi salah satu perpanjangan tangan bagi petugas pajak untuk
melebrkan sayapnya. Dengan dibangunnya perbankan ini, maka bank akan dapat
mendata siapa saja nasabah yang belum mepunyai NPWP ketika individu ini
berinteraksi dengan BSN. Kedua, dengan adanya perbankan ini, maka pemasukan
Negara dari pajak akan meningkat. Mengingat UKM yang meminjam akan dibelanjakn
uangnya untuk barang modal serta menambah kapasitas produksi. Pajak yang akan
diterima Negara dapat meningkat, baik dari pajak pertambahan nilai (PPN) maupun
pajak penghasilan (PPh) akibat pertabahan pendapatan yang diterima pengusaha
sehinnga kapasitas produksinya semakin meningkat. Dengan pertambahan pendapatan
pajak ini tentu akan meningkatkan APBN Negara dan akan menambah kapasitas
kemampuan BSN untuk menyalurkan kredit lewat pertumbuhan pendapatan Negara.

6
Ketiga, perbankan syariah akan menjadi tulang punggung bagi UKM untuk biasa
bertransformasi menjadi perusahaan yang memasuki sector formal tanpa beban bunga.
Walaupun tanpa bunga, BSN ini tetaplah sebuah bank  yang memberikan kredit sesuai
dengan prinsip- prinsip perbankan. Pemilihan perusahaan yang mendaptakan dana
tabaru’ ini haruslah UKM- UKM yang potensial dan bisa sebanyak – sebanyaknya
menciptakan lapangan pekerjaan yang memang tujuan pemerintah.

E. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional

No Perbedaan Bank Konvensional Bank Syariah


Berbasis revenue/profit loss
1 Bunga Berbasis bunga
sharing (bagi hasil)

2 Resiko Anti risk Risk sharing

Beroperasi dengan
pendekatan sektor Beroperasi dengan pendekatan
3 Operasional
keuangan, tidak langsung sektor riil
terkait dengan sektor riil

Multi produk (jual beli, bagi


4 Produk Produk tunggal (kredit)
hasil, jasa)
Pendapatan yang diterima Pendapatan yang diterima
deposan tidak terkait deposan terkait langsung dengan
5 Pendapatan
dengan pendapatan yang pendapatan yang diperolah bank
diperoleh bank dari kredit dari pembiayaan
Bank Indonesia dan Al Qur’an. Sunnah, fatwa ulama,
6 Dasar Hukum
Pemerintah Bank Indonesia, dan Pemerintah
Tidak berdasarkan bunga(riba),
Berdasarkan atas bunga
7 Falsafah spekulasi (maisir), dan
(riba)
ketidakjelasan(gharar)
8 Operasional      Dana Masyarakat (Dana     Dana Masyarakat (Dana Pihak
Pihak Ketiga/DPK) berupa Ketiga/DPK) berupa titipan
titipan simpanan yang ( wadi’ah) dan
harus dibayar bunganya investasi(mudharabah) yang
pada saat jatuh tempo baru akan mendapat hasil jika

7
     Penyaluran dan pada
“diusahakan“ terlebih dahulu
sektor yang
     Penyaluran dana (financing)
menguntungkan, aspek
pada usaha yang halal dan
halal tidak menjadi
menguntungkan
pertimbangan agama
Dinyatakan secara eksplisit dan
Tidak diketahui secara
9 Aspek sosial tegas yang tertuang dalam visi
tegas
dan misi
Tidak memiliki Dewan Harus memiliki Dewan
10 Organisasi
Pengawas Syariah(DPS) Pengawas Syariah(DPS)
Uang adalah komoditi
Uang bukan komoditi, tetapi
11 Uang selain sebagai alat
hanyalah alat pembayaran
pembayaran

F. Sejarah Singkat Bank Syariah


Awal mula kegiatan bank syariah yang pertama kali dilakukan adalah di
Pakistan dan Malaysia sekitar tahun 1940-an kemudian di Mesir pada tahun 1963
berdiri Islamic rural bank di desa it ghamr bank. Bank ini berperasi di pedesaan mesir
dan masih berskala  kecil.
Di united Arab , baru tahun 1975 dengan berdiri di Dubai Islamic bank.
Kemudian di Kuwait pada tahun  1977 Islamic bank. Kemudian di Kuwait pada tahun
1977diri Kuwait finance house yang beroperasi tanpa bunga. Salah satu pelopor utama
dalam melaksanakan sistem perbankan syariah secara nasional adalah Pakistan.
Pemerintah Pakistan mengkonverrsi seluruh sistem perbankan di Negaranya  pada
tahun 1985 menjadi sistem perbankan syariah. Sebelumnya pada tahun 1979 beberapa
institusi keuangan terbesar di Pakistan telah menghapus sistem bunga dan mulai tahun
itu juga pemerintah Pakistan mensosialisasikan pinjaman tanpa bunga, terutama kepada
petani dan nelayan.
Kehadiran Bank yang berdasarkan syariah di Indonesia relatif baru, yaitu baru
pada awal tahun 1990-an, meskipun masyarakat Indonesia merupakan masyarakat
Muslim terbesar di dunia. Prakarsa untuk mendirikan Bank syariah  di lakukan oleh
Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada 18-20 Agustus 1990. Namun,diskusi tentang
bank syariah sebagai basis  islam sudah mulai dilakukan pada awal tahun 1980. Bank

8
syariah pertama di Indonesia merupakan hasil kerja tim perbanksan MUI , yaitu dengan
terbentuknya PT Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang akte pendiriannya
ditandatangani pada tanggal 1 November 1991.
Semua bank syariah memakai prinsip syariah dalam operasionalnya. Prinsip
syariah adalah prinsip hukum islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang
dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa
dibanding syariah.
Dalam perbankan syariah tidak mengandung unsur :
1. Riba yaitu penambahan secara tidak sah (bathil)
2. Maisir yaitu transaksi yang digantungkan kepada sesuatu keadaan yang tidak pasti.
3. Gharar yaitu transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki dan tidak diketahui
keberadaan yang tidak pasti.
4. Haram , transaksi yang objeknya dilarang dalam syariah.
5. Zalim, transaksi yang menimbulkan ketidakadilan bagi pihak lain.

G. Produk Bank Syariah


Sama seperti halnya dengan bank konvensional, bank syariah juga menawarkan
nasabah dengan bank konvensional adalah dalam produk perbankan. Hanya saja
bedanya denga bank konvensional adalah dalam hal penentuan harga, baik terhadap
harga jual maupun harga belinya. Produk-produk yang ditawarkan sudah tentu sangat
Islami., termasuk dalam memberikan pelayanan kepada nasabahnya.
Berikut ini jenis-jenis produk bank syariah yang ditawarkan adalah sebagai berikut:
1. Al-wadi’ah  (Simpanan)
Al-Wadi’ah atau dikenal dengan nama titipan atau simpanan, merupakan titipan
murni dari satu pihak ke pihak lain, baik perorangan maupun badan hukum yang
harus dijaga dan dikembalikain kapan saja bila si penitip menghendaki. Penerima
simpanan disebut yad al-amanah yang artinya tangan amanah. Si penyimpan tidak
bertanggung jawab atas segala kehilangan dan kerusakan yang terjadi pada titipan
selama hal itu bukan akibat dari kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan
dalam memelihara barang titipan. Penggunaan uang titipan harus terlebih dulu
meminta izin kepada si pemilik uang dan dengan catatan si pengguna uang
menjamin akan mengembalikan uang tersebut secara utuh. Dengan demikian prinsip
yad al-amanah (tangan amanah) menjadi yad adh-dhamanah (tangan penanggung).

9
Prinsip wadi'ah yang diterapkan adalah wadi'ah yad dhamanah yang diterapkan pada
produk rekening giro. Wadh'ah dhamanah berbeda dengan wadi'ah amanah. Dalam
wadi'ah amanah harta titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh yang dititipi, sedangkan
dhamanah yang dititipi (bank) boleh memanfaatkan harta titipan tersebut. Implikasi
hukumnya sama dengan qardh, dimanan  nasabah meminjamkan uang kepada bank.
Pemilik dana tidak mendapat imbalan tapi insentif yang tidak diperjanjikan. Dalam
praktiknya nisbah antara bank (shahibul maal) dengan deposan (mudharib) biasanya
bonus untuk giro wadiah sebesar 30%, nisbah 40%:60% untuk simpanan tabungan
dan nisbah 45%:55% untuk simpanan deposito.
2. Pembiayaan Dengan Bagi Hasil
a. Al-musyarakah (Partisipasi Modal)
Al-musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk
melakukan usaha tertentu. Masing-masing pihak memberikan dana atau amal
dengan kesepakatan bahwa keuntungan atau resiko akan ditanggung bersama
sesuai dengan kesepakatan.
AI-musyarakah dalam praktik perbankan diaplikasikan dalam hal pembiayaan
proyek. Dalam hal ini nasabah yang dibiayai dengan bank sama-sama
menyediakan dana untuk melaksanakan proyek tersebut. Keuntungan dari proyek
dibagi sesuai dengan kesepakatan untuk bank setelah terlebih dulu
mengembalikan dana yang dipakai nasabah. Al-musyarakah dapat pula dilakukan
untuk kegiatan investasi seperti pada lembaga keuangan modal ventura.
b. AI-mudharabah
Mudharabah dapat didefinisikan sebagai sebuah akad atau perjanjian diantara dua
belah pihak, dimana pihak pertama sebagai pemilik modal (shahib al-mal atau al-
mal), memercayakan kepada pihak kedua atau pihak lain (pengusaha), untuk
menjalankan suatu aktivitas atau usaha. Apabila mengalami kerugian maka akan
ditanggung pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian pengelola,
maka sipengelolalah yang bertanggug jawab.Dan didalam prktiknya mudharabah
terbagi menjadi 2 macam, yakni:
- Mudharabah Muthlaqah merupakan kerja sama antara pihak pertama dan pihak
lain yang cakupannya lebih luas. Maksudnya tidak dibatasi oleh waktu,
spesifikasi usaha dan daerah bisnis.

10
- Mudharabah Muqayyadah merupakan kebalikan dari mudharabah muthlaqah
di mana pihak lain dibatasi oleh waktu spesifikasi usaha dan daerah bisnis.

Dalam dunia perbankan Al-mudharabah biasanya diaplikasikan pada produk


pembiayaan atau pendanaan seperti, pembiayaan modal kerja. Dana untuk
kegiatan mudharabah diambil dari simpanan tabungan berjangka seperti tabungan
haji atau tabungan kurban. Dana juga dapat dilakukan dari deposito biasa dan
deposito spesial yang dititipkan.
c. Al-muzara'ah
AI-muzara'ah adalah kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan
dengan penggarap. Pemilik lahan menyediakan lahan kepada penggarap untuk
ditanami produk pertanian dengan imbalan bagian tertentu dari hasil panen.
Dalam dunia perbankan kasus ini diaplikasikan untuk pembiayaan bidang
plantation atas dasar bagi hasil panen. Pemilik lahan dalam hal ini menyediakan
lahan, benih, dan pupuk. Sedangkan penggarap menyediakan keahlian, tenaga,
dan waktu. Keuntungan diperoleh dari hasil panen dengan imbalan yang telah
disepakati.
d. Al-musaqah
AI-musaqah merupakan bagian dari al-muza'arah yaitu penggarap hanya
bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan dengan menggunakan dana
dan peralatan mereka sendiri. Imbalan tetap diperoleh dari persentase hasil panen
pertanian. Jadi tetap dalam konteks adalah kerja sama pengolahan pertanian
antara pemilik lahan dengan penggarap.
3. Bai’ al-Murabahah
Bai'al-Murabahah merupakan kegiatan jual beli pada harga pokok dengan tambahan
keuntungan yang disepakati. Dalam hal ini penjual harus terlebih dulu
memberitahukan harga pokok yang ia beli ditambah keuntungan yang
diinginkannya.
Sebagai contoh harga pokok barang "X" Rp 100.000,-. Keuntungan yang diharapkan
adalah sebesar Rp 5.000,-, sehingga harga jualnya Rp 105.000,-. Kegiatan Bai'al-
Murabahah ini baru dilakukan setelah ada kesepakatan dengan pembeli, baru
kemudian dilakukan pemesanan. Dalam dunia perbankan kegiatan Bai'al-Murabahah
pada pembiayaan produk barang-barang investasi baik dalam negeri maupun luar
negeri seperti Letter of credit atau lebih dikenal dengan nama L/C.

11
4. Bai'as-Salam
Bai'as-salam artinya pembelian barang yang diserahkan kemudian hari, sedangkan
pembayaran dilakukan di muka. Prinsip yang harus dianut adalah harus diketahui
terlebih dulu jenis, kualitas dan jumlah barang dan hukum awal pembayaran harus
dalam bentuk uang.
5. Bai'al Istishna'
Bai' al istishna' merupakan bentuk khusus dari akad Bai'assalam, oleh karena itu
ketentuan dalam Bai` Al istishna' mengikuti ketentuan dan aturan Bai'as-salam.
Pengertian Bai' Al istishna' adalah kontrak penjualan antara pembeli dengan
produsen (pembuat barang). Kedua belah pihak harus saling menyetujui atau sepakat
lebih dulu tentang harga dan sistem pembayaran. Kesepakatan harga dapat dilakukan
tawar-menawar dan sistem pembayaran dapat dilakukan di muka atau secara
angsuran per bulan atau di belakang.
6. Al-Ijarah (Leasing)
Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui
pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang
itu sendiri. Dalam praktiknya kegiatan ini dilakukan oleh perusahaan leasing, baik
untuk kegiatan operating lease maupun financial lease.
7. Al-Wakalah (Amanat)
Wakalah atau wakilah artinya penyerahan atau pendelegasian atau pemberian
mandat dari satu pihak kepada pihak lain. Mandat ini harus dilakukan sesuai dengan
yang telah disepakati oleh si pemberi mandat.
8. Al-Kafalah (Garansi)
Al-Kafalah merupakan jaminan yang diberikan penanggung kepada pihak ketiga
untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dapat pula diartikan
sebagai pengalihan tanggung jawab dari satu pihak kepada pihak lain. Dalam dunia
perbankan dapat dilakukan dalam hal pembiayaan dengan jaminan seseorang.
9. Al-Hawalah
Al-Hawalah merupakan pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang
lain yang wajib menanggungnya. Atau dengan kata lain pemindahan beban utang

12
dari satu pihak kepada lain pihak. Dalam dunia keuangan atau perbankan dikenal
dengan kegiatan anjak piutang atau factoring.
10. Ar-Rahn
Ar-Rahn merupakan kegiatan menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai
jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Kegiatan seperti ini dilakukan seperti
jaminan utang atau gadai.

H. Penilaian Kesehatan Bank Syariah


Penilaian kesehatan bank bukan hanya dilakukan untuk bank konvensional,
tetapi juga dilakukan untuk bank syariah, baik untuk bank umum syariah maupun untuk
bank perkreditan rakyat syariah. Hal ini dilakukan sesuai dengan perkembangan
metodologi penilaian kondisi bank yang bersifat dinamis yang mendorong pengaturan
kembali sistem  penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan prinsip syariah.
Tujuannya adalah memberikan gambaran yang lebih tepat mengenai kondisi saat ini
dan mendatang.
Penilaian kesehatan bank syariah dapat dilakukan berdasarkan Peraturan Bank
Indonesia (PBI) No. 9/1/PBI/2007 tentang sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Umum Berdasarkan Prinsip Syariah yang mulai berlaku pada 24 januari 2007. Dari
hasil penjelasan Deputi Gubernur Bank Indonesia, Siti Chalimah Fadjriah menjelasakan
bahwa penerapan ini dilakukan dengan memperkirakan produk dan jasa perbankan
syariah ke depan kian beragam dan kompleks sehingga eksposur risiko yang dihadapi
juga meningkat.
Meningkatnya ekposur risiko tersebut akan mengubah profil risiko bank
syariah, yang pada gilirannya akan mempengaruhi tingkat kesehatan bank tersebut.
Dalam penilaian tingkat kesehatan bank syariah, bank syariah telah memasukkan risiko
yang melekat pada aktivitas bank (inherent risk), yang merupakan bagian dari proses
penilaian manajemen risiko.
Bank umum syariah wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara
triwulanan, yang meliputi faktor-faktor antara lain :
1. Permodalan (capital)
2. Kualitas aset (Asset quality)
3. Rentabilitas (earning)
4. Likuiditas (liuidity)
5. Sensitivitas terhadap risiko pasar ( sensitivity to market risk)

13
6. Manajemen (management)

Penilaian peringkat komponen atau rasio keuangan pembentuk faktor finansial


(permodalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko besar)
dihitung secara kuantitatif dan kualitatif dengan memperhatikan unsur judgement.
Khusus untuk penilaian bank perkreditan rakyat syariah, Bank Indonesia
mengeluarkan aturan baru yang mulai berlaku 4 Desember 2007, yaitu Peraturan Bank
Indoensia (PBI) Nomor 9/17/PBI/2007 perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan
Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah mengatur penilaian kesehatan
Bank Perkeditan Rakyat Syariah (BPRS) mencakup penilaian di antaranya :
1. Faktor permodalan (capital)
2. Faktor kualitas aset (asset quality)
3. Faktor rentabilitas (earning)
4. Faktor likuiditas (liquidity) atau keuangan yang dilakukan secara kuantitatif dan
kualitatif
5. Penilaian atas komponen dari faktor manajemen (management) yang dilakukan
secara kualitatif

Rincian penilaian kesehatan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang berdasarkan


prinsip syariah adalah sebagai berikut :
1. Penilaian secara kualitatif dilakukan dengan mempertimbangkan indikator
pendukung dan/atau pembanding yang relevan.
2. Peringkat setiap komponen pembentuk faktor keuangan terdiri dari peringkat
1,2,3,4, dan 5.
3. Peringkat setiap komponen pembentuk faktor manajemen terdiri dari peringkat A, B,
C, dan D.
4. Proses penilaian peringkat faktor keuangan dilakukan dengan pembobotan atas nilai
peringkat faktor permodalan, kualitas aset, rentabilitas, dan likuiditas.
5. Berdasarkan hasil penilaian peringkat faktor keuangan dan penilaian peringkat
faktor manajemen, ditetapkan peringkat komposit yang merupakan peringkat akhir
hasil penilaian tingkat kesehatan bank.
6. Proses penilaian peringkat komposit dilaksanakan melalui penggabungan atas
peringkat faktor keuangan dan  peringkat manajemen menggunakan tabel konversi
dengan mempertimbangkan indikator pendukung dan unsur judgement.

14
Kemudian, untuk menentukan Peringkat Komposit yang merupakan peringkat
akhir hasil penilaian tingkat kesehatan bank ditetapkan sebagai berikut :

No Peringkat Keterangan

1 Komposit 1 Bank memiliki tingkat kesehatan yang sangat baik sebagai


hasil dari pengelolaan usaha yang sangat baik

2 Komposit 2 Bank memiliki tingkat kesehatan yang  baik sebagai hasil dari
pengelolaan usaha yang baik

3 Komposit 3 Bank memiliki tingkat kesehatan yang cukup baik sebagai


hasil dari pengelolaan usaha yang cukup baik

4 Komposit 4 Bank memiliki tingkat kesehatan yang kurang baik sebagai


hasil dari pengelolaan usaha yang kurang baik

5 Komposit 5 Bank memiliki tingkat kesehatan yang tidak baik sebagai hasil
dari pengelolaan usaha yang tidak baik

Dengan kata lain, setiap komposit memberikan penilaian terhadap kondisi kesehatan
bank berikut ini :
1. Peringkat Komposit 1 : mencerminkan bahwa bank memiliki kondisi tingkat
kesehatan yang sangat baik sebagai hasil dari pengelolaan usaha yang sangat baik.
2. Peringkat Komposit 2 : mencerminkan bahwa bank memiliki kondisi tingkat
kesehatan yang baik sebagai hasil pengelolaan usaha yang baik.
3. Peringkat Komposit 3 : mencerminkan bahwa bank memiliki kondisi tingkat
kesehatan yang cukup baik sebagai hasil pengelolaan usaha yang cukup baik.
4. Peringkat Komposit 4 : mencerminkan bahwa bank memiliki kondisi tingkat
kesehatan yang kurang baik sebagai akibat pengelolaan usaha yang kurang baik.
5. Peringkat Komposit 5 : mencerminkan bahwa bank memiliki kondisi tingkat
kesehatan yang tidak baik sebagai akibat pengelolaan usaha yang tidak baik.

Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) wajib melakukan penghitungan


rasio-rasio keuanga terkait dengan penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan

15
Rakyat Syariah (BPRS) secara triwulan, untuk posisi akhir bulan Maret, Juni,
September, dan Desember.
Bank Indonesia dapat meminta Direksi, Dewan Komisaris, dan/ atau
Pemegang Saham untuk menyampaikan rencana tindakan (action plan) apabila hasil
penilaian tingkat kesehatan bank perkreditan rakyat syariah menunjukkan :
1. Satu atau lebih faktor permodalan, faktor kualitas aset, faktor rentabilitas, faktor
likuiditas memiliki peringkat 4 dan 5.
2. Faktor manajemen memiliki peringkat C dan D.
3. Memiliki Peringkat Komposit 4 atau 5.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perbankan islam adalah lembaga keuangan yang menjalankan aktivitas
perbankan konvensional murni yang tidak sama sekali ada kaitannya dengan kegiatan
keagamaan yang akan menimbulkan kontradiksi apabila terjadi sebuah kesalahan, maka
agama islam termasuk di dalamnya umat islam itu akan tersalahkan.
Namun dalam kegiatannnya perbankan islam tidak boleh menyimpang dari
landasan dan prinsip-prinsip islam itu sendiri, karena timbulnya perbankan islam adalah
untuk menyempurnakan dari sistem sosialis dan konvensional. Yang bukan saja
berorientasi pada profitabilitas tapi juga bagaimana perbankan islam itu sendiri
mengedepankan etika dan moral dalam berbisnis di dunia perbankan yang dapat
menciptakan sebuah kegiatan perbankan yang efisien dan efektip (bebas dari Riba,

16
Gharar, Maysir, dll) sehingga dapat berimplikasi pada pembangunan ekonomi,
kesejahteraan rakyat, menciptakan pasar ekonomi yang sehat dan menghilangkan
paradigma dzalim.
Maka tugas kita selaku akademisi adalah bagai mana kita mengembangkan
dan menerapkan kegiatan perbankan islam pada masyarakat dunia, sehingga tidak ada
kata alergi ketika masyarakat mendengar istilah – istilah kegiatan perbankan islam.
Harapan kita bahwa sudah cukup sampai disini saja kegiatan dunia bisnis baik yang
basis finansial, Investasi, perbankan, real, pasar modal, pasar barang dll. Yang hanya
menguntungkan sebagian pihak dan dipihak lain tertidas.
Mari kita jadikan Perbankan islam sebagai sarana untuk menciptakan dunia
bisnis baru yang bernafaskan positif yang dapat memberikan kesejahteraan bagi semua.
B. Saran
1. Mekanisme dalam bank Syariah perlu adanya penjelaasan mengenai alur
mekanisme yang lebih detail lagi mengenai pembiayaan di bank Syariah
2. Produk-produk yang diberikan oleh bank Syariah memang sudah sangat mampu
membuat nasabar dimanjakan oleh produk-produk yang benefit namun regulasi
mengenai hal tersebut perlu ditingkatkan kembali agar nantinya apa yang
diharapkan bisa secara maksimal didapatkan

Daftar Pustaka
http://makalahegi.blogspot.com/2013/01/makalah-bank-syariah.html

https://www.cermati.com/artikel/bank-syariah-prinsip-yang-diamalkan-dan-manfaat-yang-
didapat

https://www.bi.go.id/id/perbankan/syariah

https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/Pages/PBS-dan-Kelembagaan.aspx

https://id.wikipedia.org/wiki/Perbankan_syariah

http://www.sarjanaku.com/2012/06/bank-syariah-pengertian-prinsip-tujuan.html

https://www.cekkembali.com/bank-syariah/

17
18

Anda mungkin juga menyukai