mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pengelolaan manajemen yang baik akan dapat
mempermudah, memperlancar, dan mempercepat guna mancapai tujuan organisasi secara efektif
dan efesien. Maka dari itu, manajemen yang baik diperlukan dalam mengelola pendidikan agar
dapat berhasil dengan baik.
Salah satu upaya meningkatkan mutu pendidikan ialah dengan menciptakan sekolah yang bermutu
agar dapat mewujudkan lulusan sesuai harapan para lulusan, orang tua, pendidikan lanjut,
pemerintah dan dunia usaha serta masyarakat secara luas.
Dalam pengelolaan sekolah yang efektif dan berorientasi pada mutu pendidikan memerlukan suatu
komitmen yang penuh kesungguhan dalam peningkatan mutu, berjangka panjang (human
investment) dan membutuhkan penggunaan peralatan dan teknik-teknik tertentu. Komitmen tersebut
harus didukung oleh dedikasi yang tinggi terhadap mutu melalui penyempurnaan proses yang
berkelanjutan oleh semua pihak yang terlibat yang dikenal dengan istilah MMT (Manajemen Mutu
Terpadu).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan berbagai rumusan masalah antara lain :
1. Manajemen Kurikulum/pengajaran
Kurikulum di sekolah merupakan penentu utama kegiatan sekolah. Kurikulum yang dirumuskan
harus sesuai dengan filsafat dan cita-cita bangsa, perkembangan siswa, tuntutan, dan kemajuan
masyarakat. Arti kurikulum secara sempit adalah sejumlah mata pelajaran yang diberikan di
sekolah. Secara luas, kurikulum berarti semua pengalaman belajar yang diberikan sekolah pada
siswa selama mereka mengikuti pendidikan di sekolah (Sucipto & Raflis, 1994: 142). Manajemen
kurikulum membicarakan pengorganisasian sumber-sumber yang ada di sekolah sehingga kegiatan
manajemen kurikulum ini dapat dilakukan dengan epektif dan efisien. Dalam merumuskan tujuan
pendidikan, setidaknya mempertimbangkan empat fungsi dasar dalam pendidikan, yaitu :
a) Pengembangan individu yang meliputi aspek-aspek hidup pribadi, etis, estetis, emosional,
fisis.
b) Pengembangan cara berpikir dan teknik penyelidikan berkenaan dengan kecerdasan yang
terlatih.
c) Pemindahan warisan budaya, menyangkut nilai-nilai sivik dan moral bangsa.
d) Pemenuhan kebutuhan sosial yang vital yang menyumbang pada kesejahteraan ekonomi,
sosial, politik, dan lapangan kerja Rohiat (2009 : 22-23).
1. Manajemen Ketenagaan/kepegawaian
Ketenagaan di sekolah yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah menuntut kemampuan dalam
manajemen personil yang memadai karena telah menjadi tuntutan bahwa kepala sekolah harus ikut
memikul tanggung jawab untuk keberhasilan atau kegagalan anggota sekolah. Kesanggupan
manajemen yang dituntut, meliputi: memperoleh dan memilih anggota yang cakap, membantu
anggota menyesuaikan diri pada tugas-tugas barunya, menggunakan anggota dengan lebih epektif,
dan menciptakan kesempatan untuk perkembangan anggotanya secara berkesinambungan Rohiat
(2009 : 27).
1. Manajemen keuangan
Manajemen keuangan meliputi kegiatan perencanaan, penggunaan, pencatatan data, pelaporan
dan pertanggung jawaban penggunaan dana sesuai dengan yang direncanakan. Tujuan manajemen
keuangan adalah untuk mewujudkan tertib administrasi keuangan sehingga penggunaan keuangan
dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kepala sekolah sebagai
pimpinan sekolah dan menjabat sebagai otorisator berfungsi sebagai orang yang bisa
memerintahkan pembayaran. Sedangkan bendaharawan sekolah bertugas sebagai ordonator yang
bisa melakukan pengujian atas pembayaran Rohiat (2009 : 28).
1. Manajemen Perlengkapan/sarana-prasarana
Manajemen sarana dan prasarana adalah kegiatan yang mengatur untuk mempersiapkan segala
peralatan/material bagi terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Sarana dan prasarana
pendidikan adalah semua benda yang bergerak dan tidak bergerak yang dibutuhkan untuk
menunjang penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar secara langsung maupun tidak langsung.
Manajemen sarana dan prasarana merupakan keseluruhan proses rencana pengadaan,
pendayagunaan, dan pengawasan sarana dan prasarana yang digunakan agar tujuan pendidikan di
sekolah dapat tercapai dengan epektif dan efisien. Kegiatan manajemen sarana dan prasarana itu
dapat meliputi: perencanaan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, penginvestasian, pemeliharaan,
dan penghapusan sarana dan prasarana pendidikan Rohiat (2009 : 26).
1. C. Sekolah Bermutu
1. Pengertian sekolah bermutu
Sekolah bermutu adalah sekolah yang mampu mewujudkan siswa-siswa yang bermutu, yang sesuai
dengan tujuan pendidikan yaitu manusia yang cerdas, trampil, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, dan memiliki kepribadian.
1. Standar sekolah bermutu
Baker (2005) yang dikutip menurut Engkoswara (2010: 310) memaparkan standar sekolah yang
bermutu, adalah sebagai berikut:
a) Administrator dan jajarannya serta guru – guru adalah para profesional yang handal.
c) Memiliki filosofi yang selalu dikomunikasikan bahwa seluruh anak dapat belajar dengan
harapan yang tinggi.
d) Iklim yang baik untuk belajar, aman, bersih, mempedulikan dan terorganiusasi dengan baik.
g) Membantu para guru mengembangkan strategi, teknik instruksional dan mendorong kerja
sama kelompok
h) Menyusun jadwal secara terprogram untuk memberikan pelatihan dalam jabatan dan seminar
untuk seluruh staf.
j) Komunikasi dengan orang tua dan menyediakan waktu cukup untuk dialog .
l) Pelihara staf yang memiliki kesemimbangan ketrampilan dan kemampuan dan ketahui
kekuatan dan kapabilitas khusus dari staff.
m) Bekerja untuk memelihara moril tinggi yang berkontribusi terhadap stabilitas organisasi dan
membatasi tingkat turn – over (Perputaran guru)
n) Bekerja keras untuk memelihara ukuran kelas sesuai dengan mata pelajaran dan tingkatan
kelas siswa sesuai dengan aturan yang ada.
o) Kembangkan dengan staf dan orang tua kebijakan sekolah dalam disiplin, penilaian,
kehadiran, pengujian, promosi dan ingatan.
p) Kerja sama guru dan orang tua untuk menyediakan dukungan pelayanan dalam pemecahan
permasalahan siswa.
1. Merujuk pada pemikiran Edward Sallis, Sudarwan Danim (2006) mengidentifikasi ciri-ciri
sekolah bermutu, yaitu:
a) Sekolah berfokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal.
b) Sekolah berfokus pada upaya untuk mencegah masalah yang muncul, dengan komitmen untuk
bekerja secara benar dari awal.
c) Sekolah memiliki investasi pada sumber daya manusianya, sehingga terhindar dari berbagai
“kerusakan psikologis” yang sangat sulit memperbaikinya.
d) Sekolah memiliki strategi untuk mencapai kualitas, baik di tingkat pimpinan, tenaga akademik,
maupun tenaga administratif.
e) Sekolah mengelola atau memperlakukan keluhan sebagai umpan batik untuk mencapai kualitas
dan memposisikan kesalahan sebagai instrumen untuk berbuat benar pada masa berikutnya
f) Sekolah memiliki kebijakan dalam perencanaan untuk mencapai kualitas, baik untuk jangka
pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.
g) Sekolah mengupayakan proses perbaikan dengan melibatkan semua orang sesuai dengan tugas
pokok, fungsi dan tanggung jawabnya.
h) Sekolah mendorong orang dipandang memiliki kreativitas, mampu menciptakan kualitas dan
merangsang yang lainnya agar dapat bekerja secara berkualitas.
i) Sekolah memperjelas peran dan tanggung jawab setiap orang, termasuk kejelasan arah kerja
secara vertikal dan horizontal.
k) Sekolah memandang atau menempatkan kualitas yang telah dicapai sebagai jalan untuk
memperbaiki kualitas layanan lebih lanjut.
m) Sekolah menempatkan peningkatan kualitas secara terus menerus sebagai suatu keharusan
4. Sekolah yang bermutu pada umumnya memiliki sejumlah karakteristik “proses” sebagai berikut:
a) Proses belajar mengajar yang efektivitasnya tinggi Sekolah yang menerapkan peningkatan mutu,
memiliki efektivitas proses belajar mengajar yang tinggi. Hal ini ditunjukkan pada pemberdayaan
peserta didik. Dimana proses belajar mengajar tidak sekedar memorisasi dan recall, bukan sekedar
penekanan pada penguasaan pengetahuan tentang apa yang diajarkan, akan tetapi lebih
menekankan pada internalisasi tentang apa yang diajarkan sehingga tertanam dan berfungsi
sebagai muatan nurani dan dihayati serta dipraktekkan dalam kehidupan sehari- hari oleh peserta
didik.
b) Kepemimpinan sekolah yang kuat. Pada sekolah yang menerapkan peningkatan mutu, kepala
sekolah memiliki peran yang kuat dalam mengkoordinasikan, menggerakkan dan menyerasikan
semua sumber daya pendidikan yang tersedia. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah
satu factor yang dapat mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran
sekolahnya melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Oleh
karena itu, kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang
tangguh agar mampu mengambil keputusan dan inisiatif/prakarsa untuk meningkatkan mutu
sekolah.
c) Lingkungan sekolah yang aman dan tertib Sekolah memiliki lingkungan (iklim) belajar yang
aman, tertib, dan nyaman sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan nyaman.
Karena itu, sekolah yang efektif selalu menciptakan iklim sekolah yang aman, nyaman, tertib melalui
pengupayaan faktor-faktor yang dapat menumbuhkan iklim tersebut.
d) Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif. Pengelolaan tenaga kependidikan mulai dari
analisis kebutuhan, perencanaan, pengembangan, evaluasi kinerja, hubungan kerja, hingga sampai
pada imbal jasa, merupakan pekerjaan penting bagi seorang
kepala sekolah. Terlebih pada pengembangan tenaga kependidikan, ini harus dilakukan secara
terus-menerus mengingat kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sedemikian pesat. Jadi, tenaga kependidikan yang diperlukan
untuk menyukseskan peningkatan mutu
sekolah adalah tenaga kependidikan yang mempunyai komitmen yang
tinggi, selalu mampu dan sanggup menjalankan tugasnya dengan baik.
e) Sekolah memiliki budaya mutu. Budaya mutu memiliki elemen-elemen sebagai berikut:
g) Sekolah memiliki kewenangan (kemandirian) Sekolah memiliki kewenangan untuk melakukan
yang terbaik bagi sekolahnya, sehingga dituntut untuk memiliki kemampuan dan kesanggupan kerja
yang tidak selalu menggantungkan pada atasan. Untuk menjadi mandiri, sekolah harus memiliki
sumber daya yang cukup untuk menjalankan tugasnya.
h) Partisipasi yang tinggi dari warga sekolah dan masyarakat Sekolah yang menerapkan
peningkatan mutu, memiliki karakteristik bahwa partisipasi masyarakat merupakan bagian
kehidupannya. Hal ini dilandasi oleh keyakinan bahwa makin tinggi tingkat partisipasi, makin besar
rasa memiliki; makin besar rasa memiliki, makin besar pula rasa tanggung jawab; dan makin besar
rasa tanggung jawab, makin besar pula dedikasinya.
i) Sekolah memiliki keterbukaan (transparansi) manajemen
Keterbukaan/transparansi dalam pengelolaan sekolah merupakan
karakteristik sekolah yang menerapkan peningkatan mutu.
Keterbukaan/transparansi ini ditunjukkan dalam pengambilan
keputusan, perencanaan dan pelaksanaan kegiatan, penggunaan uang,
dan sebagainya, yang selalu melibatkan pihak-pihak terkait sebagai
alat kontrol.
Manajemen Mutu Terpadu yang sering disebut dengan TQM (Total Quality Management) oleh
Fandy diartikan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang berusaha memaksimalkan daya
saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, tenaga kerja, proses dan
lingkungannya. Berdasarkan pengertian tersebut, maka penyelenggaraan pendidikan dengan
manajemen mutu terpadu adalah menyelenggarakan pendidikan dengan mengadakan perbaikan
berkelanjutan, baik produk lulusannya, penyelenggaraan atau layanannya, sumber daya manusia
(SDM) yang memberikan layanan, yaitu kepala sekolah, para guru dan staf, proses layanan
pembelajarannya dan lingkungannya.
Proses menuju sekolah bermutu terpadu, maka kepala sekolah, komite sekolah, para guru, staf,
siswa dan komunitas sekolah harus memiliki obsesi dan komitmen terhadap mutu, yaitu pendidikan
yang bermutu. Memiliki visi dan misi mutu yang difokuskan pada pemenuhan kebutuhan dan
harapan para pelanggannya, baik pelanggan internal, seperti guru dan staf, maupun pelanggan
eksternal seperti siswa, orang tua siswa, masyarakat, pemerintah, pendidikan lanjut dan dunia
usaha.
Oleh karena itu, upaya mewujudkan sekolah yang bermutu terpadu dituntut untuk berfokus kepada
pelanggannya, adanya keterlibatan total semua warga sekolah, adanya ukuran baku mutu
pendidikan, memandang pendidikan sebagai sistem dan mengadakan perbaikan mutu pendidikan
berkesinambungan.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Manajemen sekolah adalah pengorganisasian unsur – unsur Pendidikan disekolah untuk
mencapai tujuan Pendidikan.
3. Adapun ruang lingkup manajemen sekolah antara lain : Manajemen Kurikulum/pengajaran,
manajemen Peserta didik, manajemen ketenagaan/kepegawaian, manajemen keuangan,
manajemen perlengkapan/sarana-prasarana, manajemen hubungan sekolah dan masyarakat,
manajemen layanan khusus.
4. Sekolah bermutu adalah sekolah yang mampu mewujudkan siswa-siswa yang bermutu,
yang sesuai dengan tujuan pendidikan yaitu manusia yang cerdas, trampil, beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan memiliki kepribadian.
5. Penyelenggaraan pendidikan dengan manajemen mutu terpadu adalah menyelenggarakan
pendidikan dengan mengadakan perbaikan berkelanjutan, baik produk lulusannya,
penyelenggaraan atau layanannya, sumber daya manusia (SDM) yang memberikan layanan,
yaitu kepala sekolah, para guru dan staf, proses layanan pembelajarannya dan lingkungannya.
Oleh karena itu, upaya mewujudkan sekolah yang bermutu terpadu dituntut untuk berfokus
kepada pelanggannya, adanya keterlibatan total semua warga sekolah, adanya ukuran baku
mutu pendidikan, memandang pendidikan sebagai sistem dan mengadakan perbaikan mutu
pendidikan berkesinambungan