Anda di halaman 1dari 7

TUGAS ANALISA LOCATION QUOTIENT TERHADAP SEKTOR

PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN


DI NUSA TENGGARA BARAT (NTB)
(Dosen pengampu : Prof. Dr. Ir. I Ketut Arnawa,MP )

OLEH :

I Gede Janurimawan (208103351010395)


Ni Putu Ayu Monanita (208103351010398)
Ni Putu Yuliani (208103351010400)
Imam Ilmiah (208103351010404)
I Kadek Sakawesi Vidya,S.T (208103351010413)

JURUSAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH & PENGELOLAAN


LINGKUNGAN
FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS MAHASARASWATI
ANALISA LOCATION QUOTIENT TERHADAP SEKTOR
PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN
DI NUSA TENGGARA BARAT (NTB)

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan sektor pertanian dalam perekonomian di NTB.
Penelitian ini adalah penelitian deskriftif, dengan pendekatan kuantitatif, lokasi penelitian ditentukan secara
purposive di Kabupaten Bima, Sumbawa Barat, Lombok Tengah, Lombok Utara, dan Lombok Barat. Data yang
digunakan dalam penelitian ini, adalah PDRB tahun 2014 dan 2019. Data dianalisis dengan menggunakan
Locations Quotient (LQ). Hasil penelitian menemukan sektor pertanian yang berperan sebagai sektor unggulan
dalam perekonomian di Nusa Tenggara Barat dengan kriteria sebagai sektor basis adalah sektor pertanian di
Kabupaten Bima, Dompu dan Lombok Utara, Lombok Tengah, dan Lombok Barat. Sementara Kabupaten
Sumbawa barat sektor basisnya dalah pertambangan, hal ini dipengaruhi oleh keberadaan salah satu tambang
terbesar di Indonesia.

PENDAHULUAN

perkembangan perekonomian di Provinsi Nusa Tenggara Barat secara makro relatif


baik meskipun belum diikuti perkembangan kualitas sumber daya manusia dan
peningkatan kesejahteraan masyarakatnya. Adanya kesenjangan output antar
kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat tergolong rendah secara nasional
sehingga mampu menjadi solusi untuk mengurangi kemiskinan. Adanya program dari
pemerintah dalam rangka mempercepat pengembangan ekonomi Nusa Tenggara Barat
diperkirakan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah secara keseluruhan.
pertumbuhan ekonomi kabuaten/kota di provinsi Nusa Tenggara Barat mengalami
fluktuatif. Pada tahun 2011 Kabupaten Sumbawa Barat merupakan kabupaten dengan
angka pertumbuhan ekonomi terendah yaitu sebesar -28,18 persen, namun mampu
mengalami kenaikan yang signifikan pada tahun 2015 sebesar 107,07 persen. Kenaikan ini
berasal dari kontribusi sektor pertambangan seiring dengan diperolehnya izin ekspor hasil
tambang dan dari sektor pertanian yang bisa memenuhi kebutuhan dalam daerah dan
nasional.

Peranan sektor petanian dalam pembangunan ekonomi sangat penting karena


sebagian besar penduduk di negara-negara miskin menggantungkan hidupnya pada
sektor tersebut. Adapun langkah yang harus dilakukan oleh pemerintah dalam
meningkatkan kesejahteraan para petani yaitu meningkatkan produksi tanaman pangan
dan tanaman perdagangan mereka atau dengan menaikkan harga yang mereka terima
atas produk-produk yang mereka hasilkan (Arsyad, 2016: 405).
Potensi pertanian di Provinsi Nusa Tenggara Barat termasuk yang paling
dominan sebagai penyumbang perkonomian mengingat luas wilayah dan potensi sumber
daya manusia. Provinsi Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu daerah swasembada
beras dan juga sebagai salah satu daerah penyangga pangan nasional. Dalam
merealisasikan program pemerintah untuk meningkatkan ketahanan pangan di Provinsi
Nusa Tenggara Barat masyarakat didorong agar hasil produksi bahan pangan meningkat
seperti padi, jangung maupun kedelai (seri analisis pembangunan wilayah Provinsi
NTB, 2015).
Permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan pertanian di NTB saat ini, yaitu
belum adanya blueprint tata ruang guna lahan yang menimbulkan masalah seperti,
tumpang tindih ijin pemanfaatan lahan dan pemanfaatan lahan tidak dalam potensi
terbaiknya; melemahnya peran kelembagaan petani seperti Koperasi Unit Desa (KUD),
Balai Latihan Pertanian, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL); lahan pertanian menyempit
dan terpecah-pecah akibat konversi lahan produktif menjadi penggunaan non-pertanian,
keterbatasan petani dalam mengakses permodalan. Berdasarkan permasalahan tersebut di
atas, apakah sektor pertanian masih dapat berperan sebagai sektor unggulan, dalam
perekonomian di masing-masing kabupaten di Nusa Tenggara Barat, sehingga yang
menjadi tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan sektor pertanian
dalam perekonomian di Nusa Tenggara Barat sebagai bahan informasi dan pertimbangan
dalam perencanaan pembangunan ekonomi wilayah

METODELOGI PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian deskriftif, dengan pendekatan kuantitatif, lokasi
penelitian di NTB, meliputi kabupaten Bima, Dompu, Sumbawa, Lombok Tengah,
Lombok Utara, dan Lombok Barat. Data yang digunakan dalam penelitian, data sekunder
tahun 2014, dan 2018 PDRB Propinsi NTB dan PDRB masing-masing kabupaten lokasi
penelitian. Untuk mengetahaui peranan sektor pertanian dalam perekonomian di Bali
Selatan, data dianalisis dengan menggunakan Locations Quotient (LQ). Aanalisis
Locations Quotient (LQ) dipergunakan untuk menentukan sektor basis dan non basis,
dengan tujuan untuk mengetahui keunggulan komparatif suatu daerah dalam menentukan
sektor unggulannya. The formula for computing location quotients can be written as
(Quintero, James, 2007) :
𝐿𝑄 = (𝑒𝑖 /𝑒)/(𝐸𝑖 ⁄𝐸) ……………………….(1)
Where : ei is local product domestic regional brutto (PDRB) in sektor i, e is total PDRB,
Ei is reference area PDRB in sektor i, and E is total reference area PDRB.
Apabila nilai LQ sektor pertanian > 1, berarti tingkat spesialisasi sektor pertanian
di kabupaten lebih besar daripada sektor pertanian dalam perekonomian di tingkat Provinsi
NTB atau disebut sektor pertanian merupakan sektor basis dapat digunakan sebagai sektor
unggulan. Sebaliknya jika nilai LQ < 1 berarti tingkat spesialisasi sektor pertanian di
kabupaten lebih kecil jika dibandingkan dengan sektor pertanian di tingkat perekonomian
Provinsi NTB, .sehingga menunjukkan sektor pertanian kurang berpotensi atau disebut
juga sebagai sektor non basis.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisis Locations Quotient (LQ)
Sektor pertanian mempunyai peranan atau dapat digunakan sebagai sektor
unggulan dalam perekonomian di wilayah Nusa Tenggara Barat, ketika sektor pertanian
merupakan sektor basis. Hasil analisis LQ terhadap sektor-sektor ekonomi dalam PDRB di
kabupaten NTB ditampilkan pada Tabel 1 dan 2.
Tabel 1. Hasil perhitungan nilai Locations Quotient (LQ) Kabupaten Lombok Utara,
Lombok Barat dan Lombok Tengah Tahun 2014 dan 2018
Lombok Utara Lombok Barat Lombok Tengah
Sektor
2014 2018 2014 2018 2014 2018
Pertanian 1.58 1.56 1 1 1.16 1.21
Pertambangan 0.26 0.29 0.5 0.52 0.14 0.34
Industri 0.32 0.33 1.16 1.17 1.33 1.3
Listrik & Gas 1.39 1.48 1.29 1.34 0.9 0.93
Air, sampah, dan daur
ulang 1.54 1.57 1.49 1.6 1.59 1.71
Konstruksi 0.97 0.95 1.55 1.49 1.3 1.41
Perdagangan 1.05 1.03 1.08 1.04 0.86 0.89
Sumber : Analisis Data Skunder, 2021
Sektor pertanian di Kabupaten Lombok Utara, seperti ditunjukan pada Tabel 1,
adalah sektor basis dan dapat berperan sebagai sektor unggulan dalam perekonomian
Tabanan, memiliki nilai LQ > 1, walaupun cenderung terjadi penurunan. Nilai LQ sektor
pertanian pada tahun 2014 1.58 menjadi 1.56 pada tahun 2018. Selain sektor pertanian,
Kabupaten Lombok Utara memiliki sektor basis atau unggulan dengan nilai LQ > 1, yaitu
sektor (1) listrik, gas, air minum, Kabupaten Lombok utara mempunyai pusat-pusat
kawasan pariwisata, diantaranya 3 gili, senaru, dan lain lain, akomodasi pariwisata
tersebut sangat membutuhkan sektor listrik, gas dan air minum, (2) air dan sampah, (3)
perdagangan, kegiatan pariwisata di Lombok Utara juga mampu menstimulan
pertumbuhan perdagangan besar maupun eceran untuk melayani kebutuhan wisatawan.
Keempat sektor tersebut dapat diartikan mampu mengekspor hasil produksinya ke daerah
lainnya. Kontribusi yang mampu diberikan sektor – sektor ekonomi tersebut di Kabupaten
Lombok Utara lebih besar daripada kontribusi sektor – sektor yang sama di Provinsi NTB.
Pada Tabel 1, dapat dilihat sektor pertanian di Lombok Barat, disebut sektor basis
karena memiliki nilai LQ > 1, meski demikian sektor pertanian cenderung memiliki nilai
yang sama atau stagnan. Kabupaten lombok barat memiliki sektor basis atau unggulan
lainaya, dengan nilai LQ > 1, yaitu sektor (1) industri, Lombok Barat sebagai wilayah
yang cukup paling luas di pulau lombok dan memiliki akses yang paling dekat dengan
pelabuhan, membuat industri cukup banyak berkembang, dan cendrung semakin
meningkat, LQ sektor industri 1,16 tahun 2014 meningkat menjadi 1,17 pada tahun
2018, (2) LQ sektor listrik dan gas 1,29 tahun 2014 menurun menjadi 1,34 pada tahun
2018, (3) air, karena pertumbuhan industri cukup berkembang, membuat kebutuhan
terhadap listrik gas dan air juga meningkat. (4) sektor perdagangan (5) sektor konstruksi,
kedua sektor tersebut cenderung menurun meski menjadi salah satu sektor basis.
Sektor pertanian di Kabupaten Lombok Tengah, seperti ditunjukan pada Tabel 1,
adalah sektor basis dan dapat berperan sebagai sektor unggulan dalam perekonomian
Lombok tengah, memiliki nilai LQ > 1, dan meningkat sangat signifikan, LQ sektor
pertanian 1,16 tahun 2014 meningkat menjadi 1,21 tahun 2018. Selain sektor pertanian,
sektor air dan konstruksi juga memili nilai LQ > 1 dan cenderung mengalami tren kenaikan. Hal
ini karena lombok tengah sedang gencar gencarnya dalam pembangunan pariwisata. Wilayah kuta
yang menjadi destinasi wisata andalan Kabupaten Lombok Tengah merupakan Kawasan Strategi
Nasional atau lebih dikenal dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika.
Tabel 2. Hasil perhitungan nilai Locations Quotient (LQ) Kabupaten Bima, Dompu dan
Sumbawa Tahun 2014 dan 2018
Sumbawa Barat Bima Dompu
Sektor
2014 2018 2014 2018 2014 2018
Pertanian 0.16 0.17 1.77 1.74 1.64 1.62
Pertambangan 3.8 4.08 0.18 0.21 0.19 0.2
Industri 0.05 0.05 0.43 0.45 0.48 0.51
Listrik & Gas 0.27 0.27 0.63 0.71 0.63 0.61
Air, sampah, dan daur
ulang 0.11 0.13 0.49 0.51 0.28 0.29
Konstruksi 0.21 0.22 0.59 0.61 0.84 0.84
Perdagangan 0.22 0.11 1.04 1.03 1.08 1.05
Sumber : Analisis data skunder, 2021

Tabel 2, menunjukan sektor pertanian di Sumbawa Barat merupakan sektor non


basis, nilai LQ < 1, sehingga tidak dapat digunanakan atau berperan sebagai sektor
unggulan, artinya sektor pertanian belum mampu untuk mencukupi kebutuhan konsumsi
domestik dan cenderung melakukan impor dari luar daerah untuk menutupi kekurangan kebutuhan
konsumsi di Kabupaten Sumbawa Barat. Sektor pertanian sebagai sektor non basis di
Sumbawa Barat dapat disebabkan semakin berkurangnya lahan pertanian karena alih
fungsi lahan pertanian ke non pertanian. Selain itu banyak masyarakat yang beralih
profesi untuk bekerja pada kegiatan pertambangan. Keberadaan tambang Newmont atau
sekarang dikenal PT AMNT Mineral yang merupakan salah satu tambang terbesar di
Indonesia sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat Sumbawa Barat, hal ini terbukti
dari hasil analisis menunjukan bahwa Pertambangan merupakan satu satunya sektor basis
di Kabupaten Sumbawa Barat dengan niali LQ > 1 dan meningkat secara drastis, 3.80
pada tahun 2014 menjadi 4.08 pada tahun 2018.
Di Kabupaten Bima seperti nampak pada Tabel 2, sektor pertanian merupakan
sektor basis atau yang memilili nili LQ > 1. Kabupaten bima merupakan wilayah agraris
yang memiliki luasan lahan pertanian yang paling luas di Pulau Sumbawa, wajar jika
kabupaten bima merupakan salah satu penghasil bawang terbesar di indonesia. Namun
meski demikian, wilayah bima merupakan wilayah yang panas dan cenderung kesulitan
air, sehingga tidak jarang mengalami gagal panen. Hal ini terbukti dari hasil analisis pada
tabel 2 menunjukan nilai LQ pada sektor pertanian mengalami penurunan. Pada tahun
2014 sektor pertanian meimiliki nilai LQ 1.77 menurun menjadi 1.74 pada tahun 2018.
Selain pertanian, sektor basis di wilayah Kabupaten Bima adalah perdagangan dan jasa
dengan nilai LQ 1.03 pada tahun 2018.
Tabel 2, menunjukkan bahwa sektor pertanian di Kabupaten Dompu merupakan
sektor basis. Sama seperti Kabupaten Bima, kabupaten dompu juga mengalami penurunan
nilai LQ pada sektor pertanian. Kabupaten dompu merupakan daerah yang berbatasan
langsung dengan kabupaten dompu, sehingga kondisi iklim, geografis dan permasalahan
pertanian yang dialami hampir sama persis. Selain dpertanian, sektor perdagngan juga
merupakan sektor basis dengan nilai LQ 1.05 pada tahun 2018.

KESIMPULAN
1. Sektor pertanian merupakan sektor yang paling berpengaruh terhadap
perekonomian di Nusa Tenggara Barat. Dari 6 Kabupaten yang diteliti, hanya
kabupaten sumbawa yang sektor basisnya bukan sektor pertanian, melainkan sektor
basisnya adalah pertambangan. Hal ini karena Kabupaten Sumbawa Barat memiliki
salah satu perusahaan tambang terbesar di Indonesia, sehingga membuat
masyarakat cenderung lebih memilih bekerja di bidang pertambangan daripada
pertanian.
2. Kabupaten Bima, Dompu, Lombok Tengah, Lombok Utara, dan Lombok Barat
memiliki nilai LQ > 1 pada sektor pertanian atau merupakan sektor yang paling
mempengaruhi perekonomian dimasing masing kabupaten.
3. Meskipun kelima kabupaten sektor basisnya adalah pertanian, beberapa daerah ada
yang mengalami stagnan dan penurunan nilai LQ dalam rentan waktu 2014 -2018.
Daerah yang mengalami stagnan atau nilai yang sama adalah Kabupaten Lombok
Barat, sementara yang mengalami penurunan nilai LQ pada sektor pertanian
adalah Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima.
4. Daerah dengan nilai LQ paling besar pada sektor pertanian di Nusa Tenggara
Barat adalah Kabupaten Bima nilai LQ 1.74, Dompu nilai LQ 1.62, Lombok Utara
nilai LQ 1.56, Lombok Tengah nilai LQ 1.21, Lombok barat nilai LQ 1.

Anda mungkin juga menyukai